TESIS
Oleh
LINDA
067011048/MKn
K O LA
E
H
S
PA
A
N
C
A S A R JA
S
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM
PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN
DIKAITKAN DENGAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN
BPHTB DAN PPh
TESIS
Oleh
LINDA
067011048/MKn
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA
PIHAK DALAM PELAKSANAAN JUAL BELI
TANAH DAN BANGUNAN DIKAITKAN DENGAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN BPHTB DAN PPH
Nama Mahasiswa : Linda
Nomor Pokok : 0607011048
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn) (Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)
Anggota Anggota
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Ir. T .Chairun Nisa, B.M.Sc)
Tanggal Lulus :
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Telah Diuji
Pada Tanggal
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
ABSTRAK
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Jual Beli Tanah dan/atau Bangunan, PPh &
BPHTB
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
ABSTRACT
Key Word: Law Protection, Land and/or Building trading, Income Tax and Rights
Achievements for land use and/or Building fees
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan, kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Ilmu Kenotariatan pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan tesis ini penulis mendapat
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak dan untuk itu penulis ingin
mengaturkan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang
setinggi-tingginya terutama kepada: Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN,
Notaris/PPAT Syahril Sofyan, SH, MKn dan Dr. Budiman Ginting, SH, MHum
Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi
Utara.
4. Notaris/PPAT Syafnil Gani, SH, MHum, selaku Komisi Penguji yang telah
Universitas Sumatera.
membantu penulis dalam penelitian juga telah memberi masukan dan saran-
Secara khusus penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada suami tercinta SIAMIN dan ananda tersayang FELIX FANADY, dan Ibunda
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
tercinta serta keluarga besar penulis semuanya yang tidak dapat penulis ucapkan satu
persatu, semoga do’a dan kasih sayang mereka tetap menyertai penulis.
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin……….
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kemajuan kita bersama.
Akhir kata semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kita semua atas
Penulis,
Linda
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Linda
Pendidikan :
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK............................................................................................. i
ABSTRACT .......................................................................................... ii
B. Permasalahan .................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 13
2. Konsepsi ..................................................................................... 27
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
5. Analisis Data ............................................................................... 41
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
BAB I
PENDAHULUAN
di Indonesia, setiap pelaksanaan peralihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah
obyek pajak. Sebagai obyek pajak, peralihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dikenakan pajak dari kedua sisi, yaitu dari sisi penjual dan pembeli. Bagi pihak
penjual dikenakan Pajak Penghasilan (yang selanjutnya disingkat dengan PPh) yang
diperoleh dari penjualan tanah dan/atau bangunan. Sementara itu bagi pihak pembeli
dikenakan pajak yang berupa Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan
PPh dan BPHTB adalah jual beli tanah yang ada haknya.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang – Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. 1
Fungsi pajak ada dua yaitu, fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan
1
Mardiasmo, Perpajakan (edisi revisi), Andi Offset, Yogyakarta, 2005, hal 1.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Pajak mempunyai fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan, sebagai sumber keuangan negara. Upaya tersebut
ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan
pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan lain-lain.
Wajib pajak adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.
Karena yang menjadi subjek pajak adalah pihak yang memperoleh hak atas tanah
dan/atau bangunan, yang menjadi wajib pajak tentulah pihak yang memperoleh hak
atas tanah dan bangunan sesuai dengan perolehan hak yang terjadi. Kewajiban
pembayaran pajak ini harus dilakukan oleh wajib pajak pada saat terutangnya pajak
sesuai ketentuan Undang-Undang. Bila kewajiban ini belum terpenuhi, perolehan hak
akan tertunda. Dalam hal ini, pejabat yang berwenang tidak akan mengesahkan
perolehan hak tersebut sebelum BPHTB terutang dibayar/dilunasi oleh wajib pajak. 3
PPh yang diperoleh dari penjualan tanah dan/atau bangunan bagi penjual
tersebut bersifat final, hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Penghasilan atas penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan,
2
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2004, hal. 2.
3
Marihot P. Siahaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003, hal. 73.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1995 (selanjutnya disingkat dengan PP No. 48
Tahun 1994).
Besarnya PPh yang harus dibayar oleh penjual diatur dalam Pasal 4 Peraturan
Pemerintah tersebut, yaitu sebesar 5 % (lima persen) dari jumlah bruto nilai
disingkat dengan PP
4
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak
Penghasilan dari Peralihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.
5
Ibid. Pasal 4.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
No. 27 Tahun 1996) Perubahan tersebut diantaranya mengenai: 6
1. Besarnya pajak, dibedakan antara PPh yang berlaku bagi wajib pajak
wajib pajak lain dan developer yang menjual tanah dan/atau bangunan yang
2. Sifat final PPh tersebut diubah, bagi wajib pajak developer yang menjual
tahun berjalan, sedangkan bagi wajib pajak lainnya dan developer yang
Negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (yang selanjutnya disingkat dengan
SSP) melalui Bank Persepsi yang ditunjuk atau Kantor Pos, sebelum akta pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani oleh dan dihadapan Pejabat
6
Pasal 4 Juncto Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 Tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
BPHTB merupakan pajak yang terutang dan harus dibayar oleh pihak yang
memperoleh suatu hak atas tanah dan bangunan agar akta risalah lelang, atau surat
keputusan pemberian hak dapat dibuat dan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
Mengenai saat terutang pajak yang berupa BPHTB tersebut diatur dalam Pasal
BPHTB), yaitu:
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
j. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak
k. Pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal ditanda
akta.
Timbulnya utang pajak dari Wajib Pajak BPHTB atas pengalihan hak atas
tanah dan bangunan adalah pada saat dibuat dan ditandatanganinya akta dihadapan
PPAT. Pembayaran dari Wajib Pajak tidak didasarkan pada Surat Keterangan Pajak,
akan tetapi timbul dengan sendirinya karena pada saat yang ditentukan oleh Undang-
Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang
terutang dengan menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Atas Tanah dan
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Pajak yang terutang dibayar ke Kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank
Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat
pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran
atau penyetoran BPHTB dari Wajib Pajak dan memindahbukukan saldo penerimaan
menentukan pajak yang terutang harus sudah dilunasi pada saat terjadinya perolehan
oleh pembeli ini dipertegas lagi dengan kewajiban bagi PPAT, dan Pejabat lelang
Negara untuk menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan
dimaksud setelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak yang menjadi
kewajibannya (Pasal 24 UU Nomor 20 Tahun 2000) dan bagi PPAT dan pejabat
7
Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Tentang Penunjukan Tempat dan
Tata Cara Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan, Kepmen Keuangan
No.517/KMK.04/2000, Pasal 4 ayat (1).
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Rp. 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran (Pasal 26
Sampai disini tidak ada masalah yang ditimbulkan dengan berlakunya perundang-undangan perpajakan terhadap
pelaksanaan penjualan dan pembelian tanah dan/atau bangunan, karena secara teoritis setiap pelaksanaan penjualan dan
pembelian tanah dan/atau bangunan baru akan dilaksanakan setelah pajak-pajak yang diwajibkan sebagaimana telah diterangkan
tersebut dibayarkan seluruhnya. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan hal tersebut mengalami beberapa kendala.
Dalam pelaksanaan jual beli, pada umumnya para penjual dan/atau pembeli
melakukan pembayaran pajak pada saat perbuatan hukum jual beli tersebut dilakukan
dihadapan PPAT.
Demi menjaga kemungkinan agar tidak terjadinya penundaan pembayaran
pajak, biasanya pembayaran pajak yang menjadi kewajiban penjual maupun pembeli
dalam pelaksanaan jual beli tanah dan bangunan dilakukan pada hari dan tanggal akta
jual belinya ditandatangani oleh para pihak di hadapan PPAT, dan demi menjaga
kepastian pembayaran pajak tersebut dilakukan oleh para pihak, biasanya PPAT yang
bersangkutan dengan sukarela membantu para pihak untuk membayarkan pajak
tersebut kepada instansi yang berwenang melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi.
Pembayaran pajak harus dilakukan sebelum akta jual beli dilakukan
dihadapan PPAT, meskipun sedemikian rupa kinerja PPAT untuk memprioristakan
pembayaran pajak tersebut, tetap saja ada masalah yang ditemukan di lapangan,
seperti yang akan penulis kutip dari Artikel Renvoi yang akan disebut di bawah ini
tentang Notaris Kecewa Pelayanan Bank Persepsi.
Masalah yang timbul di lapangan itu adalah seperti yang terjadi pada Bank
Sumut Cabang Utama Medan dinilai sangat kaku dalam melayani para wajib
pajak, pada tanggal 27 Desember 2007 dari pagi pukul 08.00 WIB mereka
telah mengantri selama kurang lebih 2 jam di depan teller, tapi pihak bank
tidak mau menerima BPHTB kecuali PPh sedangkan sebelum melakukan
pembuatan Akta Jual Beli harus lebih dulu membayar BPHTB dan PPh, jadi
apa artinya jika hanya PPh saja yang harus dibayarkan dan hal ini tetap saja
menghambat pembuatan Akta Jual Beli. Sebenarnya Bank Sumut tidak
menolak atas pembayaran BPHTB tersebut, namun karena telah diberi waktu
oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) selaku BO III (bank operasional III) yang
merupakan pengumpul dana dari bank persepsi penerima BPHTB dan PPh
untuk melimpahkan penyetoran ke Kas Negara. Batas yang diberikan BO III
selambat-lambatnya pada pukul 14.00 WIB (Empat belas Waktu Indonesia
Bagian Barat) dan jika tidak sesuai waktu tersebut, maka bank persepsi akan
dikenakan sanksi. Selama ini, Bank Sumut Cabang Utama Medan selalu
melayani penerimaan pemasukan negara atas BPHTB dan PPh hingga pukul
11.00 WIB. 8 (Sebelas Waktu Indonesia Bagian Barat).
8
Artikel Renvoi, Notaris Kecewa Pelayanan Bank Persepsi, Februari 2008 No. 9.57.V.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Selain itu implikasi tentang penanggalan bukti pembayaran pajak tersebut
terhadap tanggal dan nomor akta yang dibuat oleh PPAT menjadi tantangan bagi
PPAT. Apabila PPAT berpedoman pada fakta perbuatan hukum jual beli tersebut
dilakukan, maka akta jual beli yang dibuat akan tetap diberi nomor, hari dan tanggal
saat perbuatan hukum tersebut secara nyata dilakukan, dengan resiko bagi PPAT
yang bersangkutan akan terkena sanksi denda sebesar Rp. 7.500.000.,- (tujuh juta
lima ratus ribu rupiah) setiap akta karena melakukan penandatanganan akta sebelum
lunasnya pembayaran PPh dan BPHTB.
Namun, apabila pejabat tersebut mempertimbangkan demi menghindari
kewajiban membayar denda yang mengancam dirinya, nomor dan tanggal akta yang
dengan tanggal yang tercantum dalam bukti pembayaran pajak yang menjadi
kewajiban penjual dan pembeli dibayarkan ke Bank Persepsi atau Kantor Pos.
Apabila Pilihan kedua yang dilaksanakan, hal ini akan sangat bertentangan dengan
prinsip hukum yang menjadi kewajiban Notaris yang ditunjuk sebagai mitra
Pemerintah untuk menjamin kepastian tanggal dari suatu perbuatan hukum yang
dibuat di hadapannya, sebagaimana itu diatur dalam Pasal 15 (1) Peraturan Jabatan
dimana disebutkan:
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
PPAT seharusnya tetap menjaga dan menjunjung tinggi fungsinya sebagai
pejabat umum yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mencatat dan menjamin tanggal
dari perbuatan hukum yang dilakukan dihadapannya agar akta yang dibuatnya dapat
bentuk akta otentik adalah untuk menjamin kepastian hukum guna melindungi pihak-
pihak. 9
Suatu akta akan memiliki karakter yang otentik, jika akta itu mempunyai daya
bukti antara para pihak dan terhadap pihak ketiga, sehingga hal itu merupakan
“Akta yang dibuat Notaris adalah akta otentik dan otensitasnya itu bertahan
terus, bahkan sampai sesudah ia meninggal dunia. Tanda tangannya pada
waktu akta itu tetap mempunyai kekuatan, walaupun ia tidak dapat lagi
menyampaikan keterangan mengenai kejadian-kejadian pada saat pembuatan
akta itu. Apabila Notaris untuk sementara waktu diberhentikan atau dipecat
dari jabatannya, maka akta-akta tersebut tetap memiliki kekuatan sebagai akta
otentik, tetapi akta-akta itu haruslah telah dibuat sebelum pemberhentian atau
pemecatan sementara waktu itu dijatuhkan”. 10
pembayaran PPh dan BPHTB dipenuhi menjadi kendala bagi PPAT untuk melakukan
Undangan yang berlaku, bahkan apabila PPAT tersebut kurang berhati-hati ada
9
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center for Documentation Studies of
Business Law (CDSBL), Yogyakarta, 2003, hal. 49.
10
Ibid.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
kemungkinan akan mendapat tuntutan hukum di kemudian hari atas dasar perbuatan
Dalam hal ini yang dimaksud dengan perbuatan pidana dengan memasukkan
data palsu ke dalam aktanya adalah melakukan pergeseran nomor dan tanggal akta
perundang-undangan yang ada yang berkaitan dengan pelaksanaan jual beli tanah
dan bangunan, serta perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan
jual beli tanah dan bangunan berkaitan dengan pembayaran pajak yang
diwajibkan.
pelaksanaan jual beli tanah dan bangunan dikaitkan dengan kewajiban pembayaran
BPHTB dan PPh adalah dalam hal pemenuhan kewajiban pajak, di mana untuk
melihat kesesuaian pembayaran pajak yang akan dilakukan oleh wajib pajak, dan
juga membahas tentang kendala pembayaran BPHTB dan PPh. Berdasarkan uraian
diatas, maka penulis tertarik untuk menulis tesis ini dengan judul: Perlindungan
Hukum Terhadap Para Pihak dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah dan Bangunan
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
B. Permasalahan
beli tanah dan bangunan dikaitkan dengan kewajiban pembayaran BPHTB dan
PPh ?
pembayaran dan penyetoran BPHTB dan PPh terhadap jual beli tanah dan
bangunan ?
3. Apakah kendala yang terdapat dalam pembayaran PPh dan BPHTB tersebut serta
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
2. Untuk mengetahui peran PPAT melindungi para pihak dalam hal penyetoran
BPHTB dan PPh atas jual beli tanah dan bangunan tersebut.
3. Untuk mengetahui kendala yang terdapat dalam pembayaran PPh dan BPHTB
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
D. Manfaat Penelitian
Di samping mengetahui tujuan yang hendak dicapai, penulisan ini juga diharapkan
dapat memberikan manfaat. Manfaat penulisan ini dapat diklasifikasikan atas dua
b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kalangan masyarakat, Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah itu
sendiri.
E. Keaslian Penelitian
Pihak dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah dan Bangunan Dikaitkan dengan
Kewajiban Pembayaran BPHTB dan PPh” ini belum ada yang membahasnya.
mengangkat tentang Perpajakan atas Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
dalam hal Jual beli, akan tetapi permasalahan yang diangkat tidak sama dengan para
dengan Tugas Notaris/PPAT dalam pembuatan Akta Hibah Atas Tanah dan/atau
adalah:
dengan judul tesis: Penerapan Prinsip Kepastian Hukum dan Keadilan Dalam
Pengenaan BPHTB Terhadap Subjek Pajak Pada Proses Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Atau Bangunan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Jo.
BPHTB ini
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
b. Bagaimana prinsip keadilan dalam pengenaan BPHTB terhadap subjek hukum
Pajak Atas Transaksi Peralihan Hak Atas Tanah dan Bangunan (studi penelitian
di kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan medan dua), dengan pokok
Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak
1. Kerangka Teori
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi 11. Sedang kerangka teori merupakan landasan dari teori
atau butir-butir pendapat teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak
disetujui. 12
merupakan penelitian hukum maka kerangka teori diarahkan secara ilmu hukum dan
Untuk itu dalam tulisan ini akan diuraikan tentang Perlindungan Hukum
Terhadap Para Pihak dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah dan Bangunan Dikaitkan
dan perundang-undangan.
yaitu:
pada fiskus. Fiskus berhak menentukan besarnya utang pajak orang pribadi maupun
11
JJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas, Penyunting M. Hisyam, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 203.
12
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994, hal. 80.
13
Bandingkan Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja.
Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 35.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
badan dengan mengeluarkan ketetapan pajak, yang merupakan bukti timbulnya suatu
utang pajak. Jadi, dalam sistem ini para wajib pajak bersifat Pasif dan menunggu
Semi Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak di mana
wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang dari wajib pajak berada
pada kedua belah pihak, yaitu wajib pajak dan fiskus. 14 Mekanisme pelaksanaan
dalam sistem ini berdasarkan suatu anggaran bahwa wajib pajak pada awal tahun
menaksir sendiri besarnya utang pajak terutang yang sesungguhnya ditetapkan oleh
fiskus.
System, yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan tata cara Menghitung Pajak
sendiri (MPS) dan Menghitung Pajak Orang (MPO) dilaksanakan pada periode 1968-
1983.
3. Withholding System 15
ketiga memungut dan menyetorkan pajak ke kas negara atas nama wajib pajak,
14
Rimsky K. Judisseno, Perpajakan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, hal 3.
15
Ibid
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Withholding System telah diatur dalam Undang-Undang Perpajakan dengan tarif yang
pasti besarnya dan pembayarannya dapat sebagai angsuran pajak atau bersifat final.
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak di mana wajib
pajak menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan.
Penekanannya adalah wajib pajak harus aktif menghitung dan melaporkan jumlah
besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat
Assessment System.
Selain dikenal dengan adanya sistem pemungutan pajak, juga ada teori
a. Teori Asuransi
jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus
b. Teori Kepentingan
16
Mardiasmo, Op.Cit, hal 8.
17
Ibid, hal. 3.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Teori ini mengukur besarnya pajak sesuai dengan besarnya kepentingan
dengan sifat hukum pajak itu sendiri, yaitu tidak ada imbalan yang
pajak itu harus sama beratnya untuk setiap orang sesuai dengan daya
pikulnya masing-masing. 18
Bahwa pajak yang dipungut merupakan usaha untuk menarik daya beli
dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara, yang kemudian
“Menurut teori ini maka fungsi pemungutan pajak jika dipandang sebagai
18
Rimsky K. Judisseno, Pajak dan Strategi Bisnis (Suatu Tinjuan tentang Kepastian Hukum
dan Penerapan Akuntansi di Indonesia), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hal 9.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
kepada masyarakat dengan maksud memelihara dan untuk membawanya
e. Teori Bakti
Penekanan teori ini terletak pada negara yang mempunyai hak untuk
tentang Peraturan Jabatan PPAT, tidak secara eksplisit mengatur secara tegas
kewajiban PPAT untuk menjamin kepastian tanggal dari akta yang dibuat
19
R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco Bandung, 1995, hal
35-36.
20
Op.Cit, hal. 10.
21
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
a. Bagian menimbang huruf b :
Bahwa dalam rangka pelaksanaan pendaftaran tanah tersebut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah
telah ditetapkan jabatan PPAT yang diberi kewenangan untuk membuat
alat bukti mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun
yang akan dijadikan dasar pendaftaran.
b. Bab I, ketentuan umum, Pasal 1 butir (1) :
Pejabat pembuat akta tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat
umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik
mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak
milik atas satuan rumah susun.
c. Bab II, tugas pokok dan kewenangan PPAT, Pasal 2 ayat (1) :
PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah
dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun,
yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran
tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.
untuk membuat alat bukti yang berupa akta otentik. Mengenai istilah dari akta otentik
sendiri dapat diperoleh dari Pasal 1870 KUHPerd, yang menjelaskan bahwa akta
otentik memberikan diantara para pihak, beserta ahli waris-ahli warisnya atau orang-
orang yang mendapat hak dari pada mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa
22
Soegondo, Notodisurjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Edisi 1, Cetakan 2
PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta, 1993, hal. 8.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
“Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan
oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang
berkuasa untuk itu di tempat dimana akta itu dibuatnya.”
tahun 1961, Notaris tidak lagi berhak membuat perjanjian pemindahan hak atas tanah.
Wewenang itu selanjutnya diberikan kepada PPAT yang khusus diangkat oleh dahulu
disingkat dengan BPN), dan para camat yang juga diberikan wewenang sebagai
PPAT. Para Notaris pada umumnya juga merangkap sebagai Pejabat Pembuat Akta
Tanah. 23
Apabila ini terjadi, akta jual beli yang dibuat oleh Notaris tersebut akan menjadi
cacat hukum dalam pembuatannya, karena pemindahan hak atas tanah yang ada
haknya adalah merupakan kewenangan dari PPAT. Dalam hal ini akta yang dibuat
oleh Notaris tersebut akan kehilangan otentiknya dan dapat merugikan para pihak.
Istilah akta jual beli PPAT yang dikenal dalam masyarakat luas, secara hukum
mempunyai pengertian berupa alat bukti bahwa telah dibuat perikatan berdasarkan
perjanjian jual beli atas tanah dan/atau bangunan oleh para pihak, pembuktian
telah dibuatnya perikatan tersebut berupa akta yang dibuat oleh pejabat tertentu
yang oleh peraturan perundangan diberi kewenangan untuk itu, yaitu PPAT.
23
Ibid, hal. 9.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Pasal 1320 KUHPerd, mengandung unsur-unsur dari perikatan yang timbul
dari perjanjian, yaitu adanya: sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan
untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.
Azas kebebasan untuk membuat perjanjian atau lazim kita kenal dengan azas
menerangkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai
pengertian bahwa setiap orang diberi hak untuk membuat perjanjian mengenai
apapun dan dengan isi pengaturan yang bagaimanapun, asal saja tidak bertentangan
24
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cet.VII, Alumni, Bandung, 1985, hal. 20.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
a. Perjanjian berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang
membuatnya, dalam arti sebagai lex Specialis, khusus bagi para pihak
c. Perjanjian harus ditaati oleh para pembuat perjanjian (pacta sun servada).
Dalam perjanjian yang berisi jual beli, Pasal 1457 KUHPerdata memberikan
defenisinya, yaitu:
“Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain
untuk membayar harga yang telah dijanjikan.”
(koopt). Itu adalah sesuai dengan istilah Belanda. istilah ini mencakup dua perbuatan
Sesuai prinsip hukum Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, syarat-
syarat untuk terjadinya perjanjian jual beli, cukup jika kedua belah pihak sudah
yang bersifat jual beli ini, Pasal 1458 dan Pasal 1459 KUHPerdata mengatur bahwa:
Jual beli ini dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika
setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan
harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya
25
R. Subekti, Aneka Perjanjian cet 10, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 1-2.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
belum dibayar. Namun hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah
kepada si pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut hukum.
Jadi hak milik yang diperjual belikan baru dianggap beralih/berpindah kepada
pembeli setelah dilakukan penyerahan atas barang tersebut dari penjual
kepada pembeli.
Dengan demikian perjanjian jual beli harus diikuti oleh penyerahan barang
agar terjadi peralihan kepemilikan atas barang yang diperjualbelikan. Pemilikan baru
berganti setelah adanya pemindahan hak milik atas barang tersebut, yang ditandai
Perbedaan cara penyerahan antara benda bergerak dan benda tidak bergerak,
erat sekali kaitannya dengan kedudukan berkuasa (bezit) atas benda-benda tersebut.
Menurut Pasal 1977 KUHPerd, Bezit ialah suatu keadaan lahir, dimana seorang
dilindungi, dengan tidak mempersoalkan hak milik atas benda sebenarnya ada pada
siapa. Bezit atas benda-benda bergerak berlaku sebagai titel yang sempurna, artinya
barang siapa yang menguasai benda bergerak dianggap sebagai pemilik. Sedangkan
Bezit atas benda-benda tidak bergerak belum tentu adalah pemilik atas benda-benda
tersebut. 27
berikut: 28
26
Sri Soedewi, Hukum Perdata, Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1981, hal. 67.
27
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak yang Memberi Kenikmatan
Jilid I, Cetakan Kedua, Ind. – Hil. Co, Jakarta, 2002, hal. 45.
28
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cet. XXXI, Intermasa, Jakarta, 2003, hal. 186.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
“Bezit berlaku sebagai titel yang sempurna, dengan itu dimaksudkan bahwa
siapa saja yang dengan jujur memperoleh suatu barang bergerak dari seorang
bezitter, seketika itu juga memperoleh hak milik atas barang itu.”
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsep diartikan
sebagai suatu konstruksi metal, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang
Dalam pelaksanaan jual beli tanah dan/atau bangunan perlu kiranya terlebih
Jual beli merupakan perjanjian yang bersifat timbal balik, sebagaimana itu
dapat disimpulkan dari isi Pasal 1457 KUHPerd : Jual beli adalah suatu persetujuan
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu
kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Dalam Jual
beli senantiasa terdapat dua sisi hukum perdata, yaitu hukum kebendaan dan hukum
perikatan. Dari sisi hukum kebendaan, jual beli menimbulkan hak bagi kedua belah
pihak atas tagihan yang berupa penyerahan kebendaan pada satu pihak, dan
pembayaran harga jual pada pihak lainnya. Sedangkan dari sisi hukum perikatan, jual
beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban dalam bentuk
29
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 307.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual dan penyerahan uang oleh pembeli
kepada penjual. 30
Dalam pelaksanaan jual beli berarti telah terjadinya pengalihan hak atas tanah
melakukan pembayaran pajak. Sebagai obyek pajak, peralihan hak atas tanah dan/
atau bangunan dikenakan pajak dari kedua sisi, yaitu dari sisi penjual dan pembeli.
Bagi pihak penjual dikenakan PPh yang diperoleh dari penjualan tanah dan/atau
bangunan. Sementara itu bagi pihak pembeli dikenakan pajak yang berupa BPHTB.
Dengan adanya pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan maka dikenakan pajak
atas pengalihan tersebut seperti dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak
bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan
sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan
atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Republik Indonesia Nomor 48 tahun 1994, tanggal 27 Desember 1994, yang mulai
berlaku pada 1 Januari 1995, bahwa yang dimaksud pengalihan hak atas tanah
30
Gunawan Widjaja; Kartini Muljadi, Jual Beli, Seri Hukum Perikatan, Ed.1, Cet. 2, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 27.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
a. Penjualan, tukar menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak,
penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak
b. Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain
c. Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain
memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, pihak
lawannya kepada siapa ia mengalihkan hak atas tanah dan bangunannya juga
pajak bagi penerima hak atas tanah dan/atau bangunan diatur dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1997 tentang BPHTB, yang diumumkan pada Lembaran Negara
tahun 1997, Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3688, diundangkan pada
menjadi mulai berlaku 30 Juni 1998. Undang-Undang tersebut telah diubah dengan
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000, perubahan atas Undang-Undang Nomor 21
tahun 1997 tentang BPHTB yang mulai berlaku pada tanggal 01 Januari 2001. 31
satu sama lain. Yang pertama mengenai arti dari pajak adalah suatu kewajiban dari
kepentingan umum serta keperluan negara lainnya, yang pelaksanaannya diatur oleh
Undang-Undang. Kedua mengenai arti penghasilan adalah jumlah uang yang diterima
atas usaha yang dilakukan orang-perorangan, badan atau bentuk usaha lainnya yang
menambah kekayaan. 32
pengertian dari objek PPh, seperti yang dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (1) (d)
31
Muhammad Rusjdi, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, & Bea Materai, PT. Indeks, Jakarta, 2005, hal. 127.
32
Rimsky K. Judisseno, Pajak dan Strategi Bisnis (Suatu Tinjauan tentang Kepastian Hukum
dan Penerapan Akuntansi di Indonesia), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hal 9.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Jelas bahwa Undang-Undang ini menganut prinsip perpajakan atas
penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu pengenaan pajak atas setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak dari manapun
asalnya yang dapat dipergunakan untuk komsumsi atau menambah kekayaan wajib
pajak tersebut. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan wajib pajak tersebut untuk
kegiatan rutin, pembangunan dan kepentingan umum serta keperluan negara lainnya.
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perbuatan atau peristiwa hukum
yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang
pribadi atau badan. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah
hak atas tanah dan bangunan yang meliputi jual beli, tukar menukar, hibah, hibah
wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak
peleburan usaha, pemekaran usaha, hadiah, pemberian hak baru karena pelepasan
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
hak, dan pemberian hak baru di luar pelepasan hak. 33 Hak atas tanah diatur dalam
UUPA Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 16 ayat (1) adalah: Hak Milik, Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah, Hak Memungut
Hasil Hutan, dan Hak-hak lain yang tidak termasuk diatas akan ditetapkan dalam
Undang-Undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebut dalam
Pasal 53. Yang menjadi objek BPHTB adalah: Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Milik atas Satuan Rumah Susun dan Hak
Pengelolaan.
1. Hak Milik
Hak Milik adalah hak atas tanah yang sifatnya terpenuh, terkuat,
turun temurun yang dapat beralih dan dialihkan kepada orang lain yang
oleh orang asing. Hak Milik juga dapat dimiliki oleh badan-badan tertentu
Penggunaan tanah Hak Milik oleh orang yang bukan pemiliknya dibatasi
dan diatur oleh Peraturan Pemerintah. Hak Milik harus didaftarkan dan
33
Valentina Sri S., Aji Suryo, Perpajakan Indonesia, Seri Belajar untuk Mahasiswa Cet. I
UPP MPP YKPN, Yogyakarta, 2003, hal. 2.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
hipotik atau kredit verband). Semua warga negara Indonesia sama haknya
untuk memiliki tanah Hak Milik tanpa memandang jenis kelamin dan ras.
pertanian saja. Dalam hal peralihan HGU sebelum diperoleh hak atas
perolehan hak secara nyata yang dituabgkan dalam bentuk akta otentik,
perolehan hak atas tanah tersebut. Hak Guna Usaha diatur dalam Pasal 28-
UUPA).
bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu
paling lama 30 tahun. Dengan demikian Hak Guna Bangunan adalah suatu
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
mendirikan bangunan diatas tanah yang bukan miliknya sendiri. Berlainan
dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan tidak mengenai pertanian,
karena itu tanah yang dapat diberikan Hak Guna Bangunan meliputi baik
tanah yang merupakan milik orang atau pihak lain maupun tanah yang
langsung dikuasai oleh negara. Hak Guna Bangunan diatur dalam Pasal
35-40 UUPA.
4. Hak Pakai
dari tanah yang langsung dikuasai oleh negara atau tanah milik orang lain,
merupakan hak atas tanah baik untuk tanah bangunan maupun tanah
Hak Pakai dapat diberikan oleh Pemerintah tetapi dapat pula diberikan
oleh pemilik tanah. Perkataan orang lain pada defenisi hak pakai harus
tanah hak milik. Hak Pakai diatur dalam Pasal 41-43 UUPA.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
5. Hak Atas Satuan Rumah Susun
Hak Atas Satuan Rumah Susun adalah hak atas bangunan gedung
6. Hak Pengelolaan
Hak Pengelolaan merupakan suatu hak atas tanah yang sama sekali
tidak ada dalam UUPA, karena itu khusus hak ini demikian pula luasnya
tanah tersebut kepada pihak ketiga. 35 Saat ini Hak Pengelolaan diberikan
34
A.P. Parlindungan, Hak Pengelolaan Menurut Sistem UUPA, Mandar Maju, Bandung,
1989, hal. 1.
35
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000, Penjelasan Pasal 2 ayat (3) huruf f.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
yang ditunjuk oleh negara/pemerintah untuk melaksanakan Hak
Selain Objek BPHTB, Terdapat beberapa subjek pajak yang oleh peraturan
melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan
organisasi tersebut.
6. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan
Besarnya BPHTB adalah 5 % (lima persen) dari Nilai Perolehan Objek Pajak
dengan cara mengurangi Nilai Perolehan Objek Pajak (yang selanjutnya disingkat
dengan NPOP) - Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (yang selanjutnya
maksimal NPOPTKP, yaitu sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah).
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Khusus untuk perolehan hak atas tanah yang disebabkan adanya hak waris atau hibah
wasiat yang diterima dalam garis keturunan lurus atau derajat ke atas atau satu derajat
perolehan hak. PPAT dan Kepala Kantor Lelang Negara hanya dapat menandatangani
akta pemindahan hak atas tanah dan bangunan pada saat wajib pajak menyerahkan
bukti pembayaran berupa Surat Setoran BPHTB, dengan ancaman denda sebesar
Rp. 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran, bagi
tanggal 10 bulan berikutnya, wajib melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan kepada Direktorat Jenderal Pajak,
dengan sanksi administratif dan denda sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh
Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus
dalam penelitian ini. Maka konsepsi yang telah diuraikan di atas, yaitu:
pembangunan nasional. 37
36
Valentina Sri S, Aji Suryo, Op.Cit. hal. 8-9.
37
Perpajakan adalah wajib pajak menurut Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 yang sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 1994 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang, sesuai dengan
Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: Pajak dan pungutan lain yang bersifat
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan
4. Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Perolehan hak terjadi karena adanya perbuatan hukum atas tanah dan
G. Metodologi Penelitian
1. Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, artinya penelitian ini bertujuan
38
Marsono, Susunan dalam Satu Naskah UUD 1945 dengan Perubahan Perubahannya 1999-
2002, CV Eko Jaya, Jakarta, 2005.
39
Pasal 2 ayat 2 bagian a dan b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000
tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
40
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Garanit, Jakarta, hal. 58.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Dengan penelitian yang bersifat deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan
perundangan yang berlaku maupun dari berbagai pendapat ahli hukum sehingga dapat
Hukum Terhadap Para Pihak dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah dan Bangunan
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam tesis ini adalah metode
serta dapat menganalisa permasalahan yang dibahas. Sementara itu untuk mendukung
layak dan mengetahui proses pembuatan Akta Jual Beli Atas Tanah dan Bangunan.
Informasi yang didapat dari informan ini dijadikan sebagai data pendukung untuk
menambah dan memperkuat data sekunder yaitu bahan-bahan primer, sekunder, dan
tertier.
41
Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 1989, hal. 3.
42
Penelitian Hukum Normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder, lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 13.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
3. Bahan-Bahan Penelitian
menggunakan penelusuran kepustakaan yang berupa literatur dan dibantu dengan data
yang diperoleh dari lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian ini.
sekunder. 43 Data sekunder dan bahan pustaka tersebut adalah sebagai berikut:
2000 dan bahan hukum dari masa kolonial belanda yang masih berlaku, antara
lain KUHPerdata.
b. Bahan hukum sekunder, antara lain buku-buku rujukan, hasil karya ilmiah
c. Bahan Hukum Tertier, antara lain berupa kamus umum, kamus hukum,
laporan ilmiah.
43
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hal. 121.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
4. Alat Pengumpulan Data
di Kota Medan yang sering membuat Akta Jual Beli Tanah dan atau
Bangunan yang terhadap peristiwa hukum jual beli tersebut terkait dengan
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan
5. Analisis Data
para pihak dalam pelaksanaan jual beli tanah dan bangunan dikaitkan dengan
dengan logika deduksi, yaitu berpikir dari hal yang umum menuju hal yang lebih
interprestasi dan konstruksi hukum atas peristiwa hukum konkrit yang terjadi
terutama hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pihak penjual
dan pembeli dalam kaitannya dengan kewajiban pembayaran BPHTB dan PPh bagi
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
pihak penjual dan pembeli atas transaksi yang dibuat mereka dihadapan PPAT
di Kota Medan. Dari kegiatan interprestasi data sekunder yang diperoleh diharapkan
penelitian.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
BAB II
Jual beli tanah adalah perbuatan hukum yang berupa penyerahan tanah hak
kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah itu berpindah kepada yang
menerima penyerahan). 44
UUPA tidak memberi penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan jual
beli tanah, tetapi biarpun demikian mengingat bahwa hukum agraria kita sekarang ini
memakai sistem dan azas-azas hukum adat, maka pengertian jual beli tanah sekarang
harus pula diartikan sebagai perbuatan hukum yang berupa penyerahan hak milik
(penyerahan tanah untuk selama-lamanya) oleh penjual kepada pembeli, yang pada
saat itu juga menyerahkan harganya kepada penjual, yaitu menurut pengertian hukum
adat. 45
jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan dan juga dalam Pasal 1458 KUHPerdata disebutkan “Jual Beli dianggap
44
Effendi Perangin-angin, Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Pandang Praktisi
Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1986, hal. 1.
45
Ibid, hal. 13.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang itu mencapai
kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang itu belum
hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi
hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan
orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. 47 Sebenarnya istilah
perikatan dalam KUHPerdata sendiri mempunyai arti lebih luas dari sekedar
perjanjian, karena dalam Buku III KUHPerdata, selain diatur mengenai perikatan-
yang melanggar hukum (Onrechtmatige daad) dan perikatan yang timbul karena
perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian, jadi berisi hukum perjanjian. 48
46
R. Subekti, AnekaPerjanjian, Alumni, Bandung, 1977, hal. 1-2.
47
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. XXXI, Jakarta Intermasa, 2003, hal. 122.
48
Ibid. Subekti memberikan penjelasan bahwa perikatan merupakan suatu pengertian abstrak,
sedangkan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa hukum yang konkrit.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Mengenai Perjanjian yang diatur dalam Buku III KUHPerdata, ada dikenal dengan
diatur dalam KUHPerdata. Yang termasuk ke dalam perjanjian ini misalnya: jual beli,
tukar menukar, sewa menyewa, dan lain-lain. Selain dikenal dengan adanya
perjanjian bernama ada juga perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata, Jadi
dalam hal ini para pihak yang menentukan sendiri perjanjian itu, dan ketentuan yang
pihak. 49 Lebih dari itu, tidak saja orang leluasa untuk membuat perjanjian apa saja
asal tidak melanggar ketertiban umum yang diatur dalam bagian khusus Buku III
peraturan yang termuat dalam Buku III KUHPerdata itu. Dengan kata lain peraturan-
peraturan yang ditetapkan dalam Buku III KUHPerdata itu hanya disediakan dalam
hal para pihak yang berkontrak itu tidak membuat peraturan sendiri. 50 Jadi Buku III
Dengan adanya sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, maka hal itu telah
menimbulkan hak dan kewajiban sesuai dengan apa yang telah disepakati. Jadi
perikatan. Dengan tercapainya kata sepakat diantara para pihak saja, telah cukup bagi
49
R.M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Tarsito, Bandung, 1978,
hal. 10.
50
Op.Cit, hal. 127-128.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
perjanjian tersebut untuk mengikat dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi para
Namun demikian perjanjian ini akan sangat lemah sifatnya, karena akan
sangat tergantung dari itikad baik masing-masing pihak. Apabila salah satu pihak
(prestasinya) kepada pihak lainnya dan menyangkal telah membuat perjanjian itu,
atau menyatakan mengakui membuat perjanjian tetapi tidak sesuai seperti yang
dituntut oleh lawannya, maka pihak yang menuntut pemenuhan prestasilah yang
dalam Buku IV KUHPerdata ini kurang disetujui oleh Prof. Subekti, karena
pada umumnya mengatur mengenai hukum materiil. Memang ada pendapat yang
menyatakan bahwa hukum acara sendiri dapat dibagi menjadi hukum acara formil
telah dimasukkan dalam H.I.R. yang memuat hukum acara yang berlaku
di Pengadilan Negeri. 51
51
Ibid, hal. 176.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Karena Undang-Undang menentukan pihak yang menuntutlah yang
diperlukanlah adanya suatu alat bukti dalam setiap perjanjian. Alat bukti tersebut
menurut ketentuan Pasal 1866 bisa berupa: bukti tulisan, bukti dengan saksi-saksi,
persangkaan, pengakuan dan sumpah. Alat bukti tulisan (surat) dapat dibedakan
menjadi surat-surat akta dan surat-surat lain. Surat akta ialah suatu tulisan yang
semata-mata dibuat untuk membuktikan sesuatu hal atau peristiwa, karenanya suatu
akta harus selalu ditandatangani. Sedangkan surat yang berbentuk akta masih dapat
Akta otentik (akta resmi) ialah suatu akta yang dibuat oleh atau dihadapan
surat-surat akta tersebut, sedangkan akta dibawah tangan (onderhand) ialah tiap akta
yang tidak dibuat oleh atau dengan perantaraan seorang pejabat umum. 52 Jika pihak
tandatangannya, yang berarti ia mengakui atau tidak menyangkal kebenaran apa yang
tertulis dalam surat perjanjian itu, maka akta di bawah tangan tersebut memperoleh
suatu kekuatan pembuktian yang sama dengan akta resmi. Tetapi apabila tandatangan
tersebut disangkal, maka sesuai ketentuan Pasal 1865 KUHPerdata, pihak yang
penandatanganan atau isi akta tersebut. Sebaliknya dalam akta otentik, pihak yang
52
Ibid, hal. 179.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
menyangkal tandatangannya pada suatu akta resmi diwajibkan untuk membuktikan
bahwa tandatangan itu palsu, dengan kata lain pejabat umum yang membuat akta
kepala sendiri atau yang dialami sendiri oleh seorang saksi, dan tidak diperbolehkan
seorang saksi memberikan keterangan dengan cara menarik kesimpulan dari peristiwa
yang dilihat atau dialaminya, karena yang berhak menarik kesimpulan adalah hakim.
Pembuktian yang berupa kesaksian tidaklah sekuat pembuktian yang berupa tulisan,
hal ini dapat kita simpulkan dengan adanya ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
1. Seorang hakim tidaklah terikat untuk menerima dan mengambil sebagai bahan
hakim berhak untuk menerima atau tidak atas keterangan seorang saksi.
tidaklah cukup.
Persangkaan ialah suatu kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang
sudah terang dan nyata. Dari peristiwa yang nyata ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
suatu peristiwa lain yang harus dibuktikan juga sudah terjadi. Dalam hukum
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
pembuktian terdapat dua persangkaan, yaitu persangkaan yang ditetapkan oleh
kebenaran hal atau peristiwa yang diakui, sehingga harus diterima oleh seorang
hakim sesuai seperti apa yang ternyata dalam pengakuan ini. Menurut penilaian Prof.
di depan hakim, seorang hakim haruslah menerima, atau dengan kata lain terpaksa
untuk menerima dan menganggap suatu peristiwa yang telah diakui memang benar-
benar telah terjadi, meskipun sebetulnya ia sendiri tidak percaya bahwa peristiwa itu
dimana sumpah ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumpah yang
menentukan (Decissoire eed) dan sumpah tambahan (Supletoir eed). Istilah tersebut
juga dikenal dengan sumpah Promissoir yaitu sumpah untuk berjanji menentukan
sesuatu dan sumpah Assertoir yaitu sumpah untuk memberi keterangan guna
meneguhkan bahwa sesuatu benar demikian atau tidak. 53 Sumpah yang menentukan
adalah sumpah yang diperintahkan oleh salah satu pihak yang berperkara kepada
53
Soedikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2002, hal.
179.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
pihak lawannya dengan maksud untuk mengakhiri perkara yang sedang diperiksa
oleh hakim. Apabila pihak yang diperintahkan bersedia mengangkat sumpah dengan
perumusan sumpah yang disusun oleh pihak lawannya, maka ia akan dimenangkan
oleh hakim. Tetapi bila ia menolak untuk mengangkat sumpah yang diperintahkan
sumpah, ia dikalahkan oleh hakim. Sumpah tambahan adalah suatu sumpah yang
diperintahkan oleh hakim pada salah satu pihak yang berperkara, apabila hakim itu
untuk menjatuhkan putusan atas dasar bukti-bukti yang terdapat itu. Jadi perbedaan
prinsip antara sumpah yang menentukan (Decissoire eed) dan sumpah tambahan
(Supletoir eed) adalah sumpah yang menentukan (Decissoire eed) diperintahkan oleh
pihak lawan dan yang diperintahkan mempunyai hak untuk mengembalikan sumpah
pembuktian dengan suatu akta memang suatu cara pembuktian yang paling utama,
maka dapatlah dimengerti mengapa pembuktian dengan tulisan ini oleh Undang-
Undang disebutkan sebagai cara pembuktian nomor satu dan demikian itu Undang-
Undang untuk beberapa perbuatan atau perjanjian yang dianggap sangat penting,
54
Ibid, hal. 184-185.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
mengharuskan pembuktian suatu akta. 55 Suatu akta otentik ialah suatu akta yang
didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya.
Pegawai umum yang dimaksud dapat berupa: PPAT, hakim, jurusita, pegawai catatan
dibuat dalam bentuk akta otentik atas ancaman kebatalan. Sedemikian pentingnya
pembuktian berupa akta otentik pada terjadinya pengalihan benda tidak bergerak
pembuatan akta otentik, maka menurut Pasal 1870 KUHPerdata telah memberikan
diantara para pihak beserta ahli waris-ahli waris atau orang-orang yang mendapat hak
dari pada mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya.
Suatu akta otentik merupakan alat pembuktian berupa suatu surat berbentuk
akta yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum yang menurut Undang-
di bawah tangan (onderhand) ialah tiap akta yang tidak dibuat oleh atau dengan
perantaraan seorang pejabat umum. Menurut Pasal 1868 KUHPerdata, bahwa suatu
akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-
55
Ibid, hal. 178-179.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk itu
Suatu akta otentik haruslah mempunyai bentuk yang ditentukan oleh Undang-
Undang. Namun apabila syarat ini tidak terpenuhi, akta yang bersangkutan tidaklah
menjadi batal, akan tetapi akan kehilangan sifat otentiknya, karenanya akan berlaku
sebagai akta di bawah tangan. Apabila hal itu sampai terjadi pada jual beli atas benda
56
Lumban, Tobing, G.H.S, S.H, Peraturan Jabatan Notaris, cet. Ke 3, Erlangga, Jakarta,
1983, hal. 48.
57
Ibid, hal. 49.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
3. Kewenangan sepanjang menyangkut tempat dimana akta tersebut dibuat.
Notaris hanya berwenang untuk membuat akta di dalam wilayah
jabatannya.
4. Kewenangan sepanjang mengenai waktu pembuatannya. Notaris hanya
berwenang membuat akta selama memangku jabatannya, selama diangkat,
selama cuti dan setelah pensiun atau dipecat dari jabatannya tidak
berwenang lagi membuat akta.
Dalam hal pelaksanaan untuk melakukan jual beli, maka para pihak seperti
penjual dan pembeli harus memenuhi syarat-syarat untuk terjadinya suatu perjanjian
jual beli. Adapun syarat-syarat tersebut diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
yang pokok dari perjanjian yang diadakan antara para pihak tersebut.
Kesepakatan tersebut terjadi secara timbal balik di mana pihak yang satu
sebaliknya.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa: “Setiap orang adalah cakap
bahwa orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum.
Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah
penggunaan haknya dalam lalu lintas hukum. Oleh karena itu tidak semua
subjek hukum yang datang menghadap ke kantor Notaris adalah cakap dan
1. Orang-orang yang belum dewasa, yaitu anak yang belum mencapai umur
18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan.
2. Orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan yaitu orang-orang
dewasa tapi dalam keadaan dungu, gila, mata gelap, dan pemboros.
3. Orang-orang yang dilarang oleh Undang-Undang untuk melakukan
perbuatan-perbuatan hukum tertentu.
58
Lihat Pasal 1330 KUHPerdata jo Pasal 433 KUHPerdata jo Pasal 47 Undang-Undang
Perkawinan No. 1 Tahun 1974.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan orang yang cakap untuk
melakukan perbuatan hukum adalah orang yang dewasa, dan sehat akal
Sebagai syarat yang ketiga ini untuk sahnya suatu perjanjian adalah
perjanjian itu harus mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang
Syarat bahwa prestasi itu harus tertentu atau dapat ditentukan, gunanya
ialah untuk menetapkan hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul
perselisihan itu tidak dapat dilaksanakan, maka dianggap tidak ada objek
hukum. 59
59
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1986, hal. 94.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
d. Suatu sebab yang halal
perjanjian sering juga disebut dengan oorzaak (bahasa belanda) dan cause
(bahasa latin).
causa yang halal dalam Pasal 1320 KUHPerdata itu bukanlah sebab dalam
pihak-pihak atau subjek yang terdapat dalam suatu perjanjian, sedangkan dua syarat
yang terakhir disebut syarat objektif karena mengenai perjanjian itu sendiri atau objek
Perlu untuk dijelaskan bahwa yang dimaksud sebab yang halal disini adalah
isi dari perjanjian itu sendiri. Sebab tersebut merupakan sebab yang halal mempunyai
arti bahwa yang menjadi isi dari perjanjian tersebut tidak menyimpang dari ketentuan
KUHPerdata. Dalam jual beli pada umumnya, yang menjadi sebab perjanjian adalah
60
Ibid.
61
R. Subekti, Op.Cit, hal. 17.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
di satu pihak (pembeli) ingin mendapatkan barangnya dan di pihak lain (penjual)
Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya. Jadi dalam pasal ini terkandung 3 (tiga) macam asas utama dalam
perjanjian, yaitu: asas kebebasan berkontrak, asas konsesualisme, dan asas pacta sun
servanda. Di samping asas-asas itu, masih terdapat asas itikad baik dan asas
kepribadian.
b. Asas Konsensualisme
Asas ini merupakan suatu persetujuan yang dibuat secara sah dalam
Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Pasal ini erat hubungannya dengan Pasal
Asas ini berlaku dengan adanya akibat dari perjanjian yang dibuat dan
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
d. Asas Itikad Baik
Asas itikad baik ini terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang
sedangkan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata pengertian Itikad Baik
e. Asas Kepribadian
Asas ini terkandung dalam Pasal 1315 KUHPerdata dan Pasal 1340
umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Jadi pada dasarnya suatu kunci untuk melakukan kesepakatan adalah dengan
telah dipenuhinya kelima unsur di atas, bagaimana pula seperti yang telah
tersebut tidak beritikad baik, seperti yang dipaparkan oleh Seorang Notaris/PPAT
Kota Medan Mengatakan bahwa terhadap judul penelitian tesis penulis tentang
Perlindungan Hukum terhadap Para Pihak dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah dan
dalam judul penulis tertulis Perlindungan Hukum terhadap Para Pihak, itu berarti
mengatakan ada sebuah contoh yang dapat penulis kutip yang pernah beliau
Akta Jual Beli tersebut dan mereka telah sepakat terhadap segala isi yang
tercantum di dalam akta tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 1 dan
Pasal 5 Akta Jual Beli yang dibuat dihadapan PPAT, tetapi dalam kasus ini yang
luas tanah yang tidak sesuai, dimana di dalam sertifikat luas tanah adalah 105 m2,
pengukuran sendiri mengatakan luas tanah sebenarnya adalah hanya 100 m2.
terhadap penjual yang bertikad baik yang kemudian dirugikan karena luas tanah
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
tersebut. Bukannya pengukuran luas tanah adalah merupakan hak dari Kepala
aparat penegak hukum kita harus memproses sesuai jalur yang ada dengan
kembali. Dengan adanya hal ini telah menimbulkan kerugian bagi penjual,
SPPT PBB tidak sama, maka harus dilakukan penyesuaian dengan mengikuti nilai
riil yang tertinggi karena sesuai dengan amanah dari Pasal 6 UU BPHTB, dan ini
tersebut.
Dengan adanya peraturan perpajakan yang berlaku dalam hal pembuatan akta
jual beli, di mana setiap pengalihan hak atas tanah melalui jual beli harus terlebih
dahulu melakukan pembayaran pajak, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui
63
Edy, SH, Notaris/PPAT, Kota Medan, Wawancara tanggal 03 Mei 2008.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah: peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment. 64
Hukum pajak sering disebut hukum fiskal, sebenarnya pengertian istilah fiskal
dengan pajak ada perbedaannya. 66 Hukum pajak mengandung dua pengertian yang
disatukan satu sama lain, yang pertama, pengertian hukum adalah kumpulan aturan-
dengan masyarakat sebagai pembayar pajak (wajib pajak). Dengan perkataan lain
64
Rochmat Soemitro, Pajak dan Pembangunan, Eresco, Bandung-Jakarta, 1974, hal. 8.
65
Mardiasmo, Perpajakan (edisi revisi), Andi Offset, Yogyakarta, 2006, hal. 1.
66
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Cetakan Ketiga, PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta,
1999, hal. 24.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
1. Subjek Pajak
2. Objek Pajak
5. Penagihan Pajak
Selain dua macam hukum pajak yang disebutkan di atas, pajak juga dapat
1. Menurut Golongannya
67
Mardiasmo, Op.Cit. hal. 5.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Menurut Golongannya pajak dapat dilihat dari pajak langsung maupun pajak
tidak langsung. 68 Yang dimaksud dengan pajak langsung adalah pajak yang
dikenakan langsung atau dipikulkan kepada pribadi wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan kepada pihak lain, biasanya pengenaan pajak ini bersifat periodik dan
pajak dapat melimpahkan kewajiban pajaknya kepada pihak lain (atau pihak
ketiga).
2. Menurut Sifatnya
Dari segi sifatnya pajak dibagi atas pajak subjektif adalah pajak yang
didasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak,
contohnya PPh sedangkan pajak objektif adalah pajak yang berpangkal pada
Berdasarkan dari lembaga pemungutannya pajak dibagi atas dua (2) hal
pokok, yaitu Pajak Pusat (Negara) dan Pajak Daerah. Pajak Pusat yaitu pajak
membiayai pembiayaan rumah tangga negara. Pajak ini terbagi atas beberapa
a. PPh adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh wajib
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
PPN adalah pajak yang dipungut atas penyerahan barang-barang kena pajak
dan atas jasa kena pajak di dalam negeri. 69 Sedangkan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah adalah pajak yang dikenakan atas penyerahan barang kena
pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pabrik kepada siapapun
atau pada waktu impor barang kena pajak yang tergolong mewah atas
importir. 70
c. Pajak Bumi dan Bangunan (yang selanjutnya disingkat dengan PBB) adalah
pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan berdasarkan ketentuan dalam
d. BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau
e. Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas suatu dokumen berdasarkan
f. Sedangkan Pajak Daerah adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
69
Untung Sukadji, Pajak Pertambahan Nilai, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal.
21.
70
Achmad Tjahyono dan Triyono Wahyudi, Perpajakan Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hal. 3.
71
Waluyo, Perpajakan Indonesia Buku 2, Penerbit Salemba Empat, 2002, hal. 41.
72
Marihot Pahala Siahaan, Op.Cit. hal. 42.
73
Ibid, hal. 97.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
hotel, pajak restoran, dan lain sebagainya (Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 34
Tahun 2000).
Indonesia Nomor 48 Tahun 1994, tanggal 27 Desember 1994, yang mulai berlaku
pada 1 Januari 1995 tersebut menyatakan bahwa: Orang pribadi atau badan yang
menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a, wajib membayar
sendiri PPh yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro sebelum akta,
keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah
dan atau bangunan ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang. Dan PPAT, Camat,
Pejabat Lelang, atau pejabat lain yang diberi wewenang sesuai dengan perundang-
kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
apabila kepadanya oleh orang atau badan dimaksud diserahkan fotocopi dengan
menunjukkan aslinya bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Pajak (yang
Besarnya PPh yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan yang
memperoleh penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan menurut Pasal
4 PP Nomor 48 Tahun 1994 tersebut adalah 5 % (lima persen) dari jumlah bruto nilai
tertinggi diantara nilai pengalihan berdasarkan akta pengalihan hak dan NJOP atas
tanah dan/atau bangunan. Sedangkan NJOP atas tanah dan/atau bangunan ditentukan
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor PBB setempat, yang berlaku pada tahun dimana
pengalihan hak tersebut dilaksanakan. Atau bila SPPT yang dimaksud belum
diterbitkan karena tanah dan bangunan yang dimaksud belum terdaftar, berdasarkan
Surat Ketetapan yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor PBB yang wilayah
Tahun 1994 tentang Pembayaran PPh dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan, yang telah diumumkan pada lembaran Negara tahun 1996, Nomor 44, dan
sebelumnya mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya PPh yang
74
sebelumnya sebesar 5 % (lima persen), diubah menjadi:
a. Bagi orang Pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari pengalihan
hak atas tanah dan bangunan adalah 5 % (lima persen), kecuali bagi Wajib
Pajak Badan yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan (developer) yang menjual rumah sederhana dan rumah
sangat sederhana dan rumah susun sederhana adalah sebesar 2 % (dua persen).
b. Bagi wajib pajak orang pribadi, yayasan atau organisasi sejenis dan wajib pajak
badan developer, yang memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan pembayaran PPh bersifat final.
c. Bagi wajib pajak badan lainnya dan wajib pajak badan developer yang
memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
di luar dari usaha pokoknya, pembayaran pajak penghasilannya merupakan
pembayaran PPh Pasal 25 yang dapat diperhitungkan dengan pajak penghasilan
yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.
74
PP No. 27 Tahun 1996 Op.Cit, Pasal 4 dan 8.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
d. Bagi wajib pajak orang pribadi yang penghasilannya melebihi penghasilan tidak
kena pajak (PTKP) yang memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan kurang dari Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta
Rupiah) wajib membayar PPh sebesar 5 % (lima persen) dari jumlah bruto
penghasilan dan harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dengan SSP Final
sebelum akhir tahun pajak yang bersangkutan.
Wajib pajak atau kuasanya wajib membayar pajak yang terutang dengan
meliputi letak tanah dan/atau bangunan. 75 Dalam jangka waktu lima tahun terhitung
sejak terutangnya pajak, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan kurang bayar (yang selanjutnya
lain ternyata jumlah pajak terutang kurang bayar. Jumlah kekurangan pajak terutang
dalam SKBKB kurang bayar ditambah dengan sanksi sebesar 2 % (dua persen)
perbulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak
75
Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 517/2000.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
2. Pajak yang terutang yang dibayarkan oleh wajib pajak sebelum akta
batal.
mengajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia yang jelas kepada Direktur
Jenderal Pajak, up. Kepala Kantor PBB/Kepala Kantor Pelayanan Pratama yang
wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan atau bangunan. Direktur Jenderal Pajak
waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan harus telah
surat ketetapan bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan lebih bayar harus
76
UU Nomor 20 Tahun 2000, Op.Cit.
77
Muhammad Rusjdi, Op.Cit, hal. 171-172.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Kelebihan pembayaran BPHTB diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang
pajak, baik di pusat maupun cabang-cabangnya. Utang pajak yaitu pajak yang masih
harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat keputusan lain berdasarkan
pembayaran BPHTB atas utang pajak dilakukan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya surat ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan lebih bayar dengan tahap-tahap dan perincian waktu paling lama sebagai
berikut:
memberikan keputusan.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
a. menerbitkan surat keputusan pengembalian kelebihan
pembayaran BPHTB.
BPHTB.
lebih bayar paling lama adalah 13 (tiga belas) bulan, terhitung sejak surat
dengan tegas waktu yang menjadi saat yang menentukan pajak terutang. Secara
umum ada 5 saat/waktu yang ditentukan menjadi saat pajak terutang, yaitu:
4. Tanggal putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dan
Saat yang paling banyak digunakan sebagai saat pajak terutang adalah sejak
tanggal dibuat dan ditandatangani akta. Hal ini dapat dimengerti karena sebagian
besar perolehan hak yang terjadi berkaitan atau dibuktikan dengan adanya akta
otentik. Yang dimaksud dengan sejak tanggal dibuat dan ditandatangani akta
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
adalah tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta pemindahan hak dihadapan
PPAT. Hal yang sangat penting dari suatu akta otentik sebagai alat pembuktian
adalah kapan akta otentik dibuat. Saat atau tanggal akta otentik dibuat berarti
Pajak yang terutang dibayar ke kas negara melalui kantor pos dan atau bank
C. Hak dan Kewajiban Penjual dan Pembeli atas Jual Beli Tanah dan
Bangunan
Sebagaimana diketahui bahwa subjek hukum adalah manusia dan badan hukum yang
peraturan istimewa, karena untuk itu tidak melarang jual beli pihak-pihak dengan kata
lain setiap orang boleh mengadakan jual beli asal memenuhi syarat-syarat yang telah
Subjek jual beli adalah penjual dan pembeli yaitu anasir-anasir yang bertindak
aktif, maka obyek jual beli adalah barang yang dijual atau dibeli.
79
Qiram Syamsuddin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Penerbit Liberty Yogyakarta,
1985. hal. 38-39.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Ada beberapa hal yang terpenting dalam obyek jual beli, yaitu:
diperjualbelikan tersebut.
Maksudnya objek jual beli misalnya rumah, setelah diketahui dengan jelas
bentuk objek yang hendak dijual maka pembeli juga harus mengetahui
Dalam Pasal 1459 KUHPerdata, hak milik tidak dengan sendirinya menurut
hukum berpindah kepada pembeli, melainkan milik itu baru berpindah sesudah
barang yang dibeli atau diserahkan sesuai dengan aturan penyerahan yang ditetapkan.
Kalau demikian tanpa mengurangi maksud dari Pasal tersebut, penyerahan barang
objek jual beli tidak hanya penyerahan barangnya semata-mata, tapi meliputi
penyerahan barang dan penguasaan serta hak milik dari barang kepada pembeli.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
menyelesaikan pelunasan harga bersamaan dengan penerimaan barang. Pembeli yang
barang yang diterimanya, pembeli juga berkewajiban untuk membayar pajak yakni
pajak BPHTB. Pajak tersebut dibayar sebelum dibuatnya akta jual beli atas tanah dan
bangunan tersebut.
atas:
pembeli adalah: 80
pembeli.
2. Segala sesuatu yang merupakan bagian dari barang yang dijual yang
80
Djohari Santoso dan Achmad Ali, Hukum Perjanjian Indonesia, Penerbit Perpustakaan Fak.
Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1989, hal. 129.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
3. Surat-surat bukti pemilikan atas benda, jika oleh kebiasaan atau Undang-
itu.
Dengan adanya hak dan kewajiban antara masing-masing pihak pembeli dan
penjual maka perlu kiranya ada suatu bentuk perlindungan hukum bagi masing-
terhadap PPAT itu sendiri. Perlindungan para pihak tersebut dapat dijabarkan lebih
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
klausula kuasa menjual akan tetapi untuk memberikan perlindungan
hukum bagi pihak penjual maka pihak pembeli harus membayar panjar
terlebih dahulu sesuai dengan besarnya biaya pajak BPHTB atau lebih
besar jumlahnya dari pajak BPHTB. Kuasa menjual ini diberikan oleh
penjual kepada pembeli apabila karena sesuatu hal penjual berhalangan
atau tidak dapat memberikan bantuannya dalam melangsungkan jual beli
di hadapan pejabat yang berwenang, maka dengan adanya kuasa tersebut
pembeli dapat bertindak sendiri untuk melakukan jual beli dihadapan
PPAT untuk melakukan pembalikan nama.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
sendiri karena PPAT tersebut telah melakukan tugasnya dengan
melakukan pemeriksaan terhadap objek tanah sebelum melakukan jual
beli.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
BAB III
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil
Jabatan Notaris.
Negara Indonesia adalah Negara hukum, yang menjamin adanya kepastian, ketertiban
dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Dalam hukum
nasional alat bukti yang terutama adalah alat bukti tertulis, dan untuk menjamin
bermasyarakat diperlukan alat bukti tertulis yang berupa akta otentik agar dapat
menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subyek hukum dalam
masyarakat.
Bagian umum penjelasan tersebut juga diuraikan bahwa akta otentik sebagai
alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan
83
Indonesia, Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris, UU Nomor 30 Tahun 2004,
Ketentuan Penutup.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan di bidang
tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai hubungan ekonomi dan sosial, baik
pada tingkat nasional, regional, maupun global. Melalui akta otentik yang
menentukan secara jelas hak dan kewajiban, dapat diciptakan kepastian dan sekaligus
pula diharapkan dapat dihindari terjadinya sengketa atau kalaupun sengketa tersebut
tidak dapat dihindari, maka dalam proses penyelesaian sengketa tersebut akta otentik
yang merupakan alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh memberi sumbangan
Selain akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan PPAT, bukan saja karena
pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang dimaksud dengan Akta Notaris adalah
Akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara
84
Lihat, Penjelasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
yang ditetapkan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu setiap Akta Notaris
Akta yang dibuat oleh Notaris harus dibacakan dihadapan para penghadap,
Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 1998, Pasal 1 angka (1) (Diundangkan dalam
Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3746)
Tentang PPAT adalah Pejabat Umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-
akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak
sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dalam bidang
beberapa pejabat lain sebagai PPAT khusus. Hal ini diatur di dalam Pasal (1) angka
pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan
membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. Menurut A.P.
Parlindungan, PPAT Sementara ini adalah Camat atau Kepala Desa tertentu untuk
85
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, CV. Mandar Madju, Bandung, 1999,
hal. 177.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
PPAT adalah pejabat yang berwenang membuat akta untuk perjanjian-
perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan suatu hak baru
atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai
a. Notaris.
b. Pegawai-pegawai dan bekas pegawai dalam lingkungan Direktorat
Jenderal Agraria yang dianggap mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang Peraturan-peraturan Pendaftaran Tanah dan Peraturan-peraturan
lainnya yang bersangkutan dengan persoalan peralihan hak atas tanah.
c. Para pegawai pamong praja yang pernah melakukan tugas seorang PPAT.
d. Orang-orang lain yang telah lulus dalam ujian yang diadakan oleh
Direktorat Jenderal Agraria.
Pemeriksaan sertifikat hak atas tanah tersebut sebelum dilakukan transaksi atas tanah
86
Efendi Perangin, SH., Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari sudut Pandang
Praktisi Hukum, Ed.1 Cet. 4, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal. 3-4.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Peran PPAT dalam melindungi para pihak terhadap pelaksanaan jual beli
bersih) sebelum ditandatanganinya akta oleh para pihak. Secara Materiil kewenangan
pemeriksaan sertifikat hak atas tanah tersebut terletak pada Kantor Badan Pertanahan
Nasional setempat, sedangkan PPAT hanya secara formil saja yakni melakukan
pemeriksaan sertifikat tersebut telah bersih atau tidak, bukan merupakan hak dari
PPAT tetapi merupakan hak dari BPN yang menentukan apakah sertifikat tersebut
bersih dengan arti tidak terdapat silang sengketa maupun terikat suatu hak
tanggungan pada bank. Pentingnya pemeriksaan sertifikat hak atas tanah tersebut
merupakan suatu hal yang diharuskan, agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan para
pihak-pihak maupun pihak ketiga. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menjamin
kepastian hukum terhadap keadaan dari tanah yang akan diperjanjikan tersebut. Hal
tersebut sangat penting untuk menghindari agar pihak yang akan mendapatkan hak
berupa tanah dari obyek jual beli tanah tersebut tidak mendapatkan masalah atau
Sementara itu, berkenaan dengan tata cara pembuatan akta jual beli tanah
kepada ketentuan dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000
tentang BPHTB di mana akta pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan
serta menyerahkan satu lembar fotocopy dari SSB tersebut. Apabila pembeli sebagai
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
wajib pajak tidak membayar BPHTB maka secara otomatis akta jual beli secara
kepada wajib pajak agar segera melakukan pembayaran pajak supaya akta jual
belinya dapat dilakukan, dan sebagai seorang PPAT kita juga dapat membantu para
klien untuk membayar pajaknya apabila para klien tidak mengetahui tata cara
tersebut sebenarnya memang kewajiban dari masing-masing wajib pajak tapi pada
kenyataannya para PPAT yang membantu melakukan pembayaran pajak seperti yang
dikemukakan oleh seorang PPAT, bahwa itu adalah merupakan fee tanpa ada
pungutan lain dalam hal membantu pembayaran pajak itu, tetapi ada juga yang para
wajib pajak yang hanya tidak bisa mengisi formulir pembayaran pajak tersebut, dan
sebagai pejabat umum yang mengesahkan terjadinya transaksi pengalihan hak atas
tanah dan bangunan di mana disyaratkan agar sebelum menandatangani akta dipenuhi
87
Tjong Deddy Iskandar, SH, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 03 Mei 2008.
88
Edy, SH, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 03 Mei 2008.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
sebelum melakukan Akta Jual Beli. Pada tahap ini PPAT harus dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang bentuk-bentuk pajak yang akan dikenakan kepada para
pihak pada setiap transaksi peralihan hak atas tanah, pihak penjual dan pihak pembeli
penjual menanggung PPh yaitu sebagai konsekwensi dari penghasilan yang ia peroleh
atas dasar pemindahan haknya sedangkan bagi pihak pembeli diwajibkan membayar
para pihak untuk melakukan pembayaran pajak sebelum akta jual beli tersebut
terhadap sertifikat hak atas tanah. Dasar hukum dari kewenangan PPAT dalam
melakukan pemeriksaan sertifikat hak atas tanah telah dijelaskan sebelumnya bahwa
seorang PPAT dalam melaksanakan tugasnya apabila adanya pengalihan hak atas
tanah sebelum diadakan atau dilaksanakannya pengalihan hak atas tanah tersebut
dibuat dalam akta otentik maka harus dilakukan pemeriksaan sertifikat hak atas tanah
akta. Pentingnya pemeriksaan sertifikat hak atas tanah tersebut merupakan suatu hal
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
yang diharuskan, hal ini guna mengetahui bahwa objek tanah tersebut bebas dari
silang sengketa maupun tidak terikat hak tanggungan pada suatu bank.
pemeriksaan sertifikat hak atas tanah adalah hanya bersifat umum yang secara tersirat
dapat dikatakan merupakan tanggung jawab moril dari seorang pejabat umum dalam
akta otentik.
tahapan pembuatan akta tidak dapat dilakukan sebelum pemeriksaan sertifikat hak
atas tanah tersebut dilakukan. Ketentuan yang demikian terlihat jelas sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 97 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/
Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) No. 3 Tahun 1997 yang menyebutkan:
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
sertifikat induk 1 (satu) kali, kecuali apabila Notaris/PPAT yang bersangkutan
menganggap perlu dilakukan pemeriksaan sertifikat ulang.
dengan jelas bahwa hal tersebut telah memberikan kewenangan kepada PPAT untuk
melakukan pemeriksaan sertifikat hak atas tanah jika PPAT tersebut melakukan
menggunakan SSP melalui Bank Persepsi atau Bank yang melayani pembayaran
Pajak Penghasilan tersebut sebelum akta pengalihan hak atas tanah dan bangunan
pajak atas BPHTB dilakukan oleh wajib pajak ke kas negara dengan menggunakan
SSB.
Suatu Perolehan hak atas tanah dan bangunan pada dasarnya hasil dari proses
peralihan hak. Hal ini dapat terjadi karena dua hal yaitu beralih dan dialihkan. Yang
dimaksud dengan dialihkan adalah suatu peralihan hak yang dilakukan dengan
sengaja supaya hak tersebut terlepas dari pemilik asalnya dan menjadi milik pihak
lain. Dengan kata lain terjadinya karena adanya suatu perbuatan hukum tertentu,
seperti wasiat, hibah, jual beli, tukar menukar dan hibah wasiat. 89
89
K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hal. 180.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Subjek dalam peralihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah orang
pribadi (nature person) atau badan (legal person). Orang pribadi atau badan yang
dimaksud di sini bisa berkedudukan sebagai pembeli atau penjual. Bagi pembeli
dikenakan pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterimanya
yaitu BPHTB sedangkan bagi penjual dikenakan PPh atas penjualan tanah.
Sedangkan objek pajak pembeli adalah perolehan hak atas tanah dan/atau
bangunan, hal ini sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2000 tentang BPHTB Bagi pihak penjual maka yang menjadi objek adalah
penghasilan yang diperoleh penjual atas tambahan ekonomi yang diterimanya dalam
PPh atas penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah atau bangunan diatur
dalam Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3985) tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, dalam Pasal 4 ayat (2) dinyatakan bahwa atas
Pemerintah (PP), pasal tersebut berbunyi sebagai berikut: Atas Penghasilan berupa
penghasilan dari pengalihan berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
2. Pengalihan Hak oleh wajib pajak badan yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (wajib pajak real estat).
3. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang dilakukan oleh wajib
SSP dengan mencantumkan nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari
wajib pajak yang mengalihkan hak serta mencantumkan lokasi tanah dan/atau
bangunan serta nama pembeli. Bagi Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP,
maka dalam SSP dicantumkan NPWP sebagai berikut: Bagi Wajib Pajak Badan diisi
dimana XXX adalah kode kantor pelayanan pajak tempat pihak yang mengalihkan
berdomisili.
Tata cara pembayaran PPh dalam hal Peralihan Hak Atas Tanah dan/atau
1. Mengisi SSP yang biasanya sudah tersedia di kantor PPAT dan biasanya
dalam pengisian dibantu oleh para pegawai PPAT. Formulir SSP ini
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
2. Setelah SSP diisi oleh wajib pajak, maka wajib pajak membayar sendiri
dibantu oleh petugas PPAT ke tempat pembayaran yang ditunjuk. Hal ini
a. Bank Persepsi, yaitu Bank Pemerintah dan Bank Swasta devisa yang
Nomor 17 Tahun 2000 dan peraturan pelaksanaannya, dasar pengenaan pajak dalam
peralihan hak atas tanah dan/atau bangunan, bagi pihak penjual adalah jumlah bruto
nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 1999 Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi: “Besarnya
PPh sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 adalah sebesar 5 % (lima persen) dari jumlah
bruto nilai pengalihan hak atas tanah/atau bangunan. Sedangkan mengenai besarnya
tarif PPh yang dikenakan terhadap pihak penjual yang melakukan perbuatan hukum
Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 sebesar 5 % (lima persen) dari nilai bruto
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Cara menghitung PPh:
= (NPOP – NPOPTKP) X 5 %
mengalihkan tanah dan bangunan adalah 5 % (lima persen) dari jumlah bruto nilai
pengalihan hak atas tanah dan bangunan yang dikurangkan terlebih dahulu dengan
NPOPTKP. 90
Tata cara pembayaran pajak atas BPHTB dalam hal Peralihan Hak Atas Tanah
1. Mengisi SSB yang biasanya sudah tersedia di kantor PPAT dan biasanya
dalam pengisian dibantu oleh para pegawai PPAT. Formulir SSB ini
90
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan, Pasal 5.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
c. Lembar ketiga : untuk KPPBB disampaikan oleh wajib pajak.
Pos Persepsi).
2. Setelah Surat Setoran BPHTB diisi oleh wajib pajak, maka wajib pajak
pembayaran yang ditunjuk. Hal ini disebabkan para klien biasanya ingin
Mengenai besarnya tarif PPh yang dikenakan terhadap pihak penjual yang
(lima persen) dari Nilai Bruto Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
Undang Nomor 20 Tahun 2000 yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah
NJOP.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditentukan sebesar:
ii. Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan (NJOP PBB), apabila besarnya
Jadi pada dasarnya PPh dan Pajak BPHTB saling berkaitan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dalam hal peralihan hak atas tanah dan bangunan karena
sebelum melakukan perbuatan hukum dalam Akta Jual Beli dihadapan PPAT, kedua
pajak tersebut harus telah lunas dibayar oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak dapat
memperlihatkan fotocopi pembayaran pajak tersebut sebagai bukti bahwa telah
dilakukan pembayaran atas kedua pajak tersebut.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
BAB IV
pelaksanaan jual beli atas tanah dan bangunan, membawa perubahan mendasar pada
pelaksanaan tugas seorang PPAT. Hal ini terutama karena waktu jatuh tempo
pembayaran PPh oleh penjual dan BPHTB oleh pembeli harus telah dibayar pada saat
umum yang mengesahkan terjadinya transaksi pengalihan hak atas tanah dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dalam suatu pelaksanaan jual beli tanah
harga tanah dan atau bangunannya segera datang ke kantor PPAT untuk melakukan
jual beli dihadapan PPAT. Namun kemauan para pihak untuk segera membuat dan
menandatangani akta jual beli di hadapan PPAT ini tidak serta merta bisa
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
pertanahan yang berwenang dan mempersiapkan formulir SSP untuk pembayaran
secara tegas, banyak yang menjadi hambatan dalam pengalihan tanah tersebut
1. Kendala Intern
bank persepsi yang ditunjuk. Selain itu tingkat kesadaran masyarakat juga
2. Kendala Ekstern
91
Maksudnya adalah kendala yang timbul dari pihak bank persepsi
ini terjadi karena adanya aturan-aturan yang begitu kaku yang telah
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Bagian Barat), lewat dari itu tidak dapat lagi diterima meskipun antrian
masih panjang.
3. Kendala Prosedural
Kendala ini hampir sama dengan kendala intern yang timbul karena
kurangnya kesadaran dari wajib pajak sendiri untuk membayar pajak yang
Kendala tersebut menimbulkan masalah dalam pelaksanaan jual beli. Jual beli
terjadi apabila penjual dan pembeli telah sepakat mengenai harga tanah dan
bangunannya segera datang ke kantor PPAT untuk melakukan akta jual beli
dihadapan PPAT, namun kemauan para pihak untuk segera membuat dan
menandatangani akta jual beli di hadapan PPAT ini tidak serta merta bisa
Pertanahan. 92
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, hal yang serupa juga dikatakan
oleh seorang Notaris/PPAT kota medan bahwa apabila telah dilakukan pengecekan
atau pemeriksaan sertifikat hak atas tanah oleh PPAT dalam membuat akta jual beli,
dan dinyatakan bersih maka para wajib pajak dapat segera melakukan pembayaran
92
Rahanum, SH, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 30 April 2008.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
pajak serta menyerahkan berkas-berkas seperti identitas diri guna keperluan
banyak yang menjadi kendala terutama dalam hal pembayaran pajak. Sebelum
pembayaran pajak yang berkaitan dengan Jual beli tersebut, terkadang terdapatnya
Notaris/PPAT Kota Medan. Beliau mengatakan kendala yang sering dijumpai adalah
Pihak Bank tidak mau menerima pembayaran BPHTB dalam proses pendebitan dari
Bank tetap meminta agar dilakukan setoran tunai terhadap pembayaran pajak BPHTB
tersebut.94
PPAT, kendala yang dirasakan sangat menghambat adalah dengan adanya batas
waktu penyetoran yang ditetapkan oleh pihak bank yaitu sampai jam 11.00 WIB
(sebelas Waktu Indonesia Bagian Barat). Belum lagi ditentukan hanya Bank Persepsi
saja yang boleh menerima pembayaran BPHTB, lain halnya pembayaran PPh, dapat
dilakukan di Bank mana saja yang dapat menerima pembayaran PPh. Mengapa
seperti pembayaran PPh, hal ini akan sangat membantu dan tidak menghambat
93
Poeryanto Poedjiaty, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 30 April 2008.
94
Edy, SH, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 03 Mei 2008.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
kinerja kerja. 95 Apabila pembayaran pajak belum dapat dilakukan sementara penjual
atau pembeli hendak ke luar kota maka mereka dapat menandatangani akta
pengikatan jual beli serta memberikan kuasa, supaya jika pajak tersebut telah lunas
dibayar dapat segera dilakukan akta jual beli dihadapan PPAT. 96 Lain halnya seperti
kendala pembayaran pajak BPHTB tersebut sudah lama terjadi dan tidak ada
pengikatan jual beli tersebut tidak setuju dengan alasan harus mengeluarkan 2 (dua)
seandainya saja tempat pembayaran BPHTB tidak ditentukan dan dapat dilakukan
di Bank manapun seperti halnya pembayaran PPh, alangkah bagusnya sehingga tidak
terjadinya pengantrian panjang pada loket BPHTB di Bank Persepsi, di mana apabila
batas waktu yang telah ditetapkan telah habis meskipun masih banyak nasabah yang
mengantri tetap pembayaran BPHTB tersebut tidak dapat dilakukan, dan harus
Kendala lain yang ditemukan adalah pada saat pembayaran pajak yang akan
dilakukan pada akhir tahun dimana padatnya orang yang melakukan transaksi
pembayaran pajak, contohnya akhir tahun 2007 masuk ke tahun 2008, jika ada
pembuatan akta jual beli pada awal tahun 2008, di mana Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tersebut belum terbit,
95
Tjong Deddy Iskandar, SH, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 03 Mei 2008.
96
Rahanum, SH, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 30 April 2008.
97
Poeryanto Poedjiaty, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 30 April 2008.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
maka dapat mempergunakan NJOP menurut SPPT PBB tahun sebelumnya, yakni
ternyata jumlah pajak yang terutang kurang dibayar, Direktur Jenderal Pajak dapat
persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
Hal tersebut tentu saja menjadi kendala tersendiri bagi para Notaris-Notaris di
Kota Medan ini, yang pada umumnya hendak melakukan pembayaran pajak akhir
tahun. 99
Upaya yang dilakukan oleh PPAT dalam mengatasi kendala pembayaran pajak
BPHTB dan PPh tersebut adalah dengan terlebih dahulu membuat suatu perjanjian
jual beli secara notaris antara para pihak tersebut yang belum dapat melakukan
melaksanakan jual beli tersebut meskipun belum dengan akta PPAT. Dengan
98
Edy, SH, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 03 Mei 2008.
99
Ibid.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
dibuatnya akta perjanjian jual beli antara para pihak merupakan upaya yang
ditempuh notaris.
di BPN. Cek bersih tersebut dilakukan guna untuk mengetahui apakah objek tanah
tersebut terdapat silang sengketa atau terikatnya hak tanggungan pada suatu bank.
Jika dinyatakan bersih oleh BPN, terlepas dari silang sengketa, maka PPAT
tersebut baru dapat melanjutkan pembuatan akta jual beli setelah para pihak telah
PPh.
Upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah agar tidak terjadinya penyelewengan
pajak oleh pihak manapun maka pemerintah menetapkan suatu sanksi terhadap
akan dikenakan sanksi sebesar Rp. 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah)
untuk setiap pelanggaran. Hal ini diatur dalam Pasal 26 Undang-Undang BPHTB
Nomor 20 Tahun 2000. Denda yang cukup besar ini dimaksudkan agar PPAT
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Selain sanksi pelanggaran ketentuan penandatanganan akta, Undang-Undang
BPHTB juga mengatur sanksi terhadap pejabat yang berwenang yang melanggar
ketentuan pelaporan. Adanya sanksi ini dimaksudkan agar pejabat yang berwenang
melaporkan setiap akta atau penerbitan hak atas tanah dan bangunan yang
administrasi dan denda sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu
Upaya-upaya tersebut dilakukan agar pelaksanaan jual beli tetap dapat dilakukan
dengan akta perjanjian jual beli secara Notaris meskipun pembayaran pajak belum
pajak dapat dijalankan sesuai prosedur yang ada tanpa adanya penyimpangan.
pajak lainnya seperti pembayaran PPh dan Pajak BPHTB yang sudah menjadi
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
kewajiban dari wajib pajak tersebut untuk melakukan penyetoran atau pembayaran
pajak sebelum melakukan perbuatan hukum akta jual beli dihadapan PPAT.
BPHTB tidak mengalami kendala atau hambatan baik secara intern maupun
ekstern.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
BAB V
A. Kesimpulan
berikut:
1. Bentuk Perlindungan Hukum atas transaksi jual beli hak atas tanah dan
perjanjian jual beli tersebut dapat mengikat kedua belah pihak, sehingga
mengacu kepada Pasal 1338 ayat (3) dan Pasal 1320 KUHPerdata.
b. Perjanjian jual beli yang telah dilakukan dengan lunas dapat dicantumkan
klausula kuasa menjual, tetapi apabila perjanjian jual beli tersebut belum
transaksi harga jual, tetapi apabila NJOP lebih tinggi dari harga jual maka
2. Peran PPAT dalam melindungi para pihak adalah terlebih dahulu melakukan
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
sebelum dilaksanakannya jual beli, hal ini guna menghindari objek tanah
suatu bank. Sedangkan dalam hal pembayaran pajak, PPAT hanya dapat
pada bank-bank persepsi yang ditunjuk untuk itu. Namun dalam hal ini PPAT
tersebut dirasakan sangat menghambat proses jual beli karena apabila hanya
PPh yang dapat dibayar tetapi pajak BPHTB belum dapat dibayar karena
pajak BPHTB. Dengan adanya kendala tersebut maka akta jual beli tidak
B. Saran
1. Apabila salah satu pihak baik pihak penjual atau pihak pembeli yang
mengadakan transaksi hak atas tanah tidak dapat membayar PPh atau Pajak
BPHTB maka hendaknya dilakukan perjanjian jual beli terlebih dahulu agar
pihak pihak yang mengadakan transaksi atas tanah tersebut terlindungi karena
telah adanya perjanjian jual beli diantara mereka sehingga pihak penjual
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
maupun pihak pembeli tidak dapat membatalkan secara sepihak atas
2006 atas kontribusinya yang telah diberikan kepada PPAT, yang pada
penyetoran pajak BPHTB kepada pihak yang ingin mengadakan transaksi jual
dapat dilakukan di bank manapun baik bank swasta maupun negeri. Dan
Automatic Teller Machine (ATM). Hal ini untuk memudahkan penjual dan
pembeli dalam hal pembayaran dilakukan pada hari libur dan juga
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Brotodiharjo, R. Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung, 1995.
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Cetakan Ketiga, PT. Raja Grafindo Perkasa,
Jakarta, 1999.
__________, Pajak dan Strategi Bisnis (Suatu tinjauan tentang kepastian hukum dan
penerapan akuntansi di indonesia), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2002.
K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982.
Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994.
__________, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.
Marsono, Susunan Dalam Satu Naskah UUD 1945 dengan Perubahan Perubahannya
1999-2002, CV Eko Jaya, Jakarta, 2005.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja. Rosdakarya, Bandung,
1993.
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center for Documentation
Studies of Business Law (CDSBL), Yogyakarta, 2003.
Parlindungan A.P , Hak Pengelolaan Menurut Sistem UUPA, C.V. Mandar Madju,
Bandung, 1989.
_________, Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari sudut Pandang Praktisi
Hukum, Ed.1 Cet.4, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1997.
Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1996.
Resmi, Siti, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2004.
R. Subekti, Aneka Perjanjian, cet 10 , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.
Rusjdi, Muhammad, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, & Bea Materai, PT. Indeks, Jakarta, 2005.
Siahaan, P. Marihot, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Soedewi, Sri, Hukum Perdata, Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1981.
Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.
Sukadji, Untung, Pajak Pertambahan Nilai, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001.
Tjahyono, Achmad dan Wahyudi, Triyono, Perpajakan Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004.
Valentina Sri S., Aji Suryo, Perpajakan Indonesia, Seri Belajar untuk Mahasiswa
Cet. I, UPP MPP YKPN, Yogyakarta, 2003.
Widjaja, Gunawan, Kartini Muljadi, Jual Beli, Seri Hukum Perikatan, Ed.1, Cet. 2
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Artikel Renvoi, Notaris Kecewa Pelayanan Bank Persepsi, Februari 2008 No.
9.57.V.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Syahril Sofyan, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 04 Juli 2008.
Tjong, Deddy Iskandar, Notaris/PPAT Kota Medan, Wawancara tanggal 03 Mei 2008
dan 18 Juli 2008.
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan, Pasal 5.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.
Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban
Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.