Anda di halaman 1dari 7

GENUS WAIKAVIRUS

Waikavirus adalah genus virus yang termasuk dalam ordo Picornavirales di keluarga
Secoviridae .Tanaman, poaceae, cyperaceae, dan gramineae merupakan inang alami dari
virus ini.

Hanya ada beberapa anggota genus Waikavirus yang diketahui, termasuk


MCDV(Maize Chlorotic Dwarf Virus) dan RTSV(rice turgor spherical virus). Meskipun
jumlahnya sedikit, waikavirus memiliki sifat dan biologi yang unik, serta merupakan dampak
utama yang menyerang sektor pertanian . Informasi tentang biologi molekular dasar masih
terbatas karena sulitnya bekerja dengan virus dan vektor dari waikavirus adalah serangga .

Maize Chlorotic Dwarf Virus (MCDV) menyebabkan penyakit pada jagung (Zea
mays) dan Rice turgor spherical virus (RTSV) menyebabkan penyakit pada padi (Oryza
sativa L.). Pada pertengahan 1970-an, MCDV didistribusikan secara luas dari Teluk Meksiko
sampai bagian selatan negara Sabuk Jagung antara pantai tenggara dan Texas . RTSV adalah
satu dari dua virus yang menyebabkan penyakit tungro padi pada tanaman koinfeksi.
Penyakit tungro padi adalah penyakit virus padi yang paling penting dan merupakan masalah
utama di Asia selatan dan tenggara . Hanya ada beberapa anggota genus Waikavirus yang
diketahui, termasuk MCDV dan RTSV. Meskipun jumlahnya sedikit, waikavirus memiliki
sifat dan biologi yang unik, serta dampak pertanian utama. Informasi tentang biologi
molekular dasar terbatas karena sulitnya bekerja dengan virus dan vektor serangga mereka.
Dengan keuntungan pengetahuan yang didapat sejak tahun 1960 tentang waikavirus dan
penyakit yang mereka timbulkan, dan melanjutkan perbaikan virologi molekuler, merupakan
saat yang tepat untuk meninjau kembali kelompok virus unik ini.

Penyakit tungro padi adalah penyakit virus padi yang paling penting, lazim di seluruh
Asia selatan dan tenggara . Pada kejadian tahun 1960-an dan 1970-an meningkat, sesuai
dengan kerangka waktu penanaman padi intensif di Asia . Pada saat ini, beberapa kelompok
penelitian mencatat transmisi wereng pada RTSV, serta adanya partikel virus pada tanaman
berpenyakit . Pada tahun 1978, RTD dikaitkan dengan dua partikel virus yang berbeda: virus
bola dan virus bacilliform, yang keduanya ditransmisikan oleh wereng hijau beras
(Nephotettix virescens [Distant]) . RTSV memiliki virion bola dan diperlukan untuk transmisi
wereng virus kedua, Virus tungro bacilliform padi (RTBV), yang pada gilirannya
bertanggung jawab atas sebagian besar gejala penyakit ini (32,35,40). RTBV adalah DNA
pararetrovirus dalam famili Caulimoviridae (66). RTBV menyebabkan perubahan warna
keriting dan kuning-oranye pada daun tanaman padi yang terinfeksi, gejala yang
disempurnakan oleh koinfeksi dengan RTSV . Tidak ada vektor yang diketahui mengirimkan
RTBV sendiri. Tanpa RTBV, kebanyakan isolat RTSV menyebabkan gejala yang sangat
ringan atau tidak jelas pada kebanyakan genotipe padi, kecuali RTSV Jepang yang parah
yang sebelumnya disebut "virus waika padi" . Genus Waikavirus dinamai untuk penyakit
waika padi, nama 'waika' menjadi turunan dari istilah Jepang untuk .
PENYAKIT TUNGRO PADA TANAMAN PADI

1. Pengertian Penyakit Tungro

Penyakit tungro merupakan salah satu kendala produksi padi nasional karena
kehilangan hasil yang diakibatkannya tinggi.Penyakit ini telah menyebar hampir keseluruh
Indonesia, terutama di daerah sentra produksi beras nasional seperti di Pulau Jawa, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan. Menurut Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan, luas tanaman terinfeksi setiap tahunnya rata-rata mencapai 16.477 ha, dan
yang rusak total (puso) mencapai 1.027 ha selama periode 1996-2002.Dengan perkiraan
kehilangan hasil dari tanamanterinfeksi rata-rata 20%, tanaman puso 90%, hargagabah Rp
1200/kg,kerugian akibat penyakit tungromencapai Rp. 14,1 milyar.Pada saat terjadi ledakan
serangan nilai kerugian bisa melebihi dari perhitungan tersebut diatas.Ledakan tungro
sepuluh tahun terakhir ini terjadi di Kabupaten Klaten pada tahun 1995 dengan luas tanaman
terserang 12.340 ha, di Nusa Tenggara Barat pada 1998 dengan luas serangan mencapai
15.000 ha.Disamping itu penyebaran tungro di Jawa Barat terutama di dataran rendah
Kabupaten Subang di Jalur Pantai Utara (Jalur Pantura) semakin meluas.

Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk
batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical
Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat
menginfeksi tanaman secara bersama-sama. Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng
hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada
keturunananya. Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro,
namun Nephotettix virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu
diwaspadai keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh
virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap
tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.

Klasifikasi biologi patogen penyebab penyakit tungro adalah sebagai berikut :

Rice tungro bacilliform virus (RTBV)

·Group : Group VII (dsDNA-RT)

·Family: Caulimoviridae

·Genus : Tungrovirus

·Species: Rice tungro bacilliform virus

Rice tungro spherical virus (RTSV)

·Group : Group IV ((+)ssRNA)

·Family : Sequiviridae

·Genus : Waikavirus
·Species: Rice tungro spherical virus

2. Gejala Serangan

Gejala penyakit tungro umumnya muncul kurang lebih seminggu setelah inokulasi, dimulai
dari adanya diskolorasi kekuningan pada ujung daun muda, kemudian diikuti klorosis di
antara vena daun. Tanarnan yang sakit parah mcmpunyai anakan sedikit, pertumbuhan akar
terhambat, sangat kerdil, dan menghasilkan panikel yang kecil dengan bulir-bulir gabah
kosong. Gejala penyakit akan persisten pada varietas yang rentan, sedangkan pada varietas
yang agak tahan gejala tidak berkembang pada daun muda dan ada kecenderungan sehat
kembali.

Serangan tungro di suatu hamparan sawah pada umumnya terlihat berkelompok, suatu
indikasi bahwa waktu infcksi berbeda-beda. Sebaran tanaman sakit yang mengelompok dapat
menyebabkan hamparan tanaman padi terlihat seperti bergelombang karena adanya
perbedaan tinggi tanaman antara tanaman sehat dan sakit. Pada varietas yang agak tahan,
setelah petani memberikan tambahan pupuk nitrogen, pertanaman padi yang semula sakit
tampak seperti sembuh, menghijau kembali dan memberikan harapan untuk memperoleh
hasil panen, walaupun sebenarnya virus-virus tungro masih tetap ada dan berkembang di
dalamnya. Yang sering terjadi pada varietas yang rentan, pertanaman tampak merana sampai
waktu panen atau sampai ada usaha sanitasi untuk menghilangkan sumber penyakit. Pada
kasus yang lain apabila pertanaman padi terhindar dan infeksi sampai umur dua bulan, maka
virus-virus rungro tidak akan mengakibatkan kerusakan tanaman dan kehilangan hasil panen

3. Siklus Penyakit Tungro

Sumber inokulum penyakit tungro terdapat pada tanaman padi, singgang serta rumput-inang
yang sakit. Serangga penular virus tungro menularkan virus secara non persisten. Serangga
penular penyakit tungro terutama adalah wereng hijau dari spesies Nephotetix
virescensdan N. nigropictus.
Serangga penular penyakit virus tungro menularkan penyakit tersebut secara non
persisten. Masa inkubasi dalam tanaman adalah 6 – 9 hari. Serangga dapat menularkan virus
dengan segera dalam waktu 2 jam setelah memperoleh virus dan mempertahankan dalam
tubuhnya selama tidak lebih dari 5 hari. Setelah masa itu, serangga menjadi tidak infektif
lagi. Kembali menjadi infektif setelah menghisap tanaman sakit. Nimfa wereng hijau dapat
menularkan virus, tetapi infektif setelah ganti kulit. Virus tidak dapat ditularkan melalui
telur serangga maupun melalui biji, tanah, air dan secara mekanis (pergesekan antara bagian
tanaman sakit dengan yang sehat).

4. Perkembangn Tungro

Populasi awal imago wereng hijau (migran) mulai menginfestasi tanaman berumur ± 2
mst. Selanjutnya generasi yang menginfestasi tanaman muda disebut G0, generasi berikutnya
generasi G1 dan seterusnya. Puncak kepadatan populasi tertinggi lebih sering terjadi pada
pertengahan fase pertumbuhan tanaman.

Meskipun kepadatan populasi vektor di lapangan umumnya rendah, tetapi karena


kemampuan vektor untuk menyebar relatif tinggi, maka apabila terdapat sumber infeksi,
penyakit tungro dapat cepat meluas terutama pada pola tanam padi yang tidak serempak.

5. Pengendalian penyakit

Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya,
tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan.Pengendalian bertujuan untuk
mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan
penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan
intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus
dilakukan secara terpadu yang meliputi :

1. Waktu tanam tepat

Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi populasi wereng hijau yang sering
terjadi pada bulan-bulan tertentu.Waktu tanam diupayakan agar pada saat terjadinya puncak
populasi, tanaman sudah memasuki fase generatif (berumur 55 hari atau lebih).Karena
serangan yang terjadi setelah masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.

2. Tanam serempak
Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak dilakukan secara serempak.
Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang
bagi perkembangan virus tungro, sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup
wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum. Penularan tungro tidak akan terjadi apabila
tidak tersedia sumber inokulum walaupun ditemukan wereng hijau, sebaliknya walaupun
populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan apabila tersedia sumber inokulum.

3. Menanam varietas tahan

Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit


tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau
penularan virus oleh wereng hijau.Walaupun terserang, varietas tahan tidak menunjukkan
kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan secara normal. Sejumlah varietas tahan yang
dianjurkan untuk daerah NTB antara lain: Tukad Patanu, Tukad Unda, Bondoyudo dan
Kalimas. IR-66, IR-72 dan IR-74.Sejumlah varietas Inpari yang baru dilepas juga dinyatakan
tahan tungro. Hasil penelitian di daerah endemis membuktikan Tukad Unda cukup tahan
dengan intensitas serangan 0,0%-9,14% sedangkan varietas peka IR-64 berkisar 16,0%-
79,1%. Penelitian di Lanrang Sulawesi Selatan juga menunjukkan daya tahan Tukad Patanu
terhadap tungro dengan intensitas serangan 18,20% sedangkan varietas peka Ciliwung
mencapai 75,7%.

4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang

Memusnahkan tanaman terserang merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk


menghilangkan sumber inokulum sehingga tidak tersedia sumber penularan. Eradikasi harus
dilakukan sesegera mungkin setelah ada gejala serangan dengan cara mencabut seluruh
tanaman sakit kemudian dibenamkan dalam tanah atau dibakar. Pada umumnya petani tidak
bersedia melakukan eradikasi karena mengira penyakit bisa disembuhkan dan kurang
memahami proses penularan penyakit. Untuk efektifitas upaya pengendlian, eradikasi mesti
dilakukan diseluruh areal dengan tanaman terinfeksi, eradikasi yang tidak menyeluruh berarti
menyisakan sumber inokulum.

5. Pemupukan N yang tepat

Pemupukan N berlebihan menyebab-kan tanaman menjadi lemah, mudah terserang wereng


hijau sehingga memudahkan terjadi inveksi tungro, karena itu penggunaan pupuk N harus
berdasarkan pengamatan dengan Bagan Warna Daun (BWD) untuk mengetahui waktu
pemupukan yang paling tepat.

6. Penggunaan pestisida

Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk eradikasi wereng hijau
pada pertanaman yang telah tertular tungro agar tidak menyebar ke pertanaman lain dan
mencegah terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat. Penggunaan insektisida sistemik
butiran (carbofuran) lebih efektif mencegah penularan tungro. Mengingat infeksi virus dapat
terjadi sejak di pesemaian, sebaiknya pencegahan dilakukan dengan antara lain tidak
membuat pesemaian di sekitar lampu untuk menghindari berkumpulnya wereng hijau di
pesemaian dan menggunakan insektisida confidor ternyata cukup efektif. Insesektisida hanya
efektif menekan populasi wereng hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola tanam
serempak. Karena itu pengendalian penyakit tungro yang sangat berbahaya akan berhasil
apabila dilakukan secara bersama-sama dalam hamparan relatif luas, utamakan pencegahan
melalui pengelolaan tanaman yang tepat (PTT) untuk memperoleh tanaman yang sehat
sehinga mampu bertahan dari ancaman hama dan penyakit.

Penyakit Virus Kerdil Khlorotik Jagung Maize Chlorotic Dwarf Virus Disease Virus =
MCDV

MCDV dapat menyebabkan gejala yang beragam termasuk stunting tanaman,


memperpendek ruas atas, daun memerah atau menguning, daun memutar dan robek, dan
klorosis atau kliring vena daun terlihat terkecil (vena banding). Gejala bervariasi dengan
hibrida dan dengan strain virus. Daun yang terinfeksi juga bisa mengembangkan tekstur
"korduroi" kasar, bukan halus dan mengkilap. Vein banding adalah gejala yang paling
diagnostik untuk virus ini. Klorosis vena ini mungkin tidak diamati pada tanaman yang lebih
tua atau dengan infeksi strain ringan. Intensitas gejala bervariasi sesuai dengan isolat virus,
jagung hibrida, dan tanaman tahap perkembangan pada saat infeksi.

Siklus penyakit

MCDV terutama ditransmisikan oleh wereng hitam Graminella nigrifrons. Jagung


bukanlah inang utama bagi wereng karena serangga lebih suka memakan rumput seperti
ryegrass (Lolium perenne), barnyardgrass (Echinochloa crusgalli), crabgrass (Digitaria
sanguinalis) dan bermudagrass (Cynadon dactylon). Wereng ini harus memakan tanaman
yang terinfeksi setidaknya selama 15 menit sampai beberapa jam untuk mendapatkan virus
tersebut sebelum dapat ditransmisikan. Serangga yang membawa virus bisa segera
menularkan virus dan selama 4 hari. Hanya beberapa spesies gramineous yang terinfeksi oleh
MCDV, termasuk sorgum dan gandum, yang tidak menunjukkan gejala apapun saat
terinfeksi. Virus ini bertahan pada musim dingin di rimpang satu-satunya host abadi
Johnsongrass (Sorghum halepense). MCDV tidak ditularkan melalui biji atau rubel-inokulasi.

Gejala Serangan

Gejala awal ditandai oleh warna khlorose pada daun muda di pucuk tanaman.
Klorotik garis diantara tulang daun sering tampak menguning. Penularan Virus ditularkan
oleh serangga vektor, wereng daun jagung Granminella
nigrifrons Forbes dan G. Sonora Ball secara semipersisten. Wereng mesih infektif sampai 8
jam setelah mengisap cairan tanaman yang terinfeksi.

Pengendalian

Penyakit virus kerdil klorotik jagung dapat dikendalikan dengan pemberantasan


rumput inang dengan herbisida dan pemberantasan serangga
vektor dengan insektisida .

Anda mungkin juga menyukai