PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada
stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas
apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga
merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas
tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai
ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal
ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk
beristirahat bagi klien/pasien.
Sedangkan Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif
tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari
luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga(bangun), dan
mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur
merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu,
berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi.
Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku
fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.
Istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan, baik secara fisiologis
maupun psikologis. Secara fisiologis, tidur mengistirahatkan organ tubuh, menyimpan
energi, menjaga irama biologis, dan memperbaiki kesadaran mental dan efisiensi
neurologis. Secara psikologis, tidur mengurangi ketegangan dan meningkatkan
perasaan sejahtera.
Lansia yang terganggu waktu tidurnya menjadi cepat lupa, diorientasi dan
konfusi: orang yang mengalami kerusakan kognitif menunjukkan peningkatan
kegelisahan, perilaku keluyuran, dan syndrome sundowner (komfusi, agitasi, dan
perilaku terganggu selama sore menjelang senja).
Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh perubahan terkait usia, konsumsi banyak
obat, dan gangguan organic atau mental. Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut
dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan
mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem), dan bangun terlalu pagi
(early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda yang sering muncul sering
kombinasi ketiganya, munculnya ada yang sementara atau kronik.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian istirahat dan tidur.
2. Untuk mengetahui Fisiologi tidur pada lansia.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan tidur pada lansia.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan istirahat dan tidur pada lansia.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapeutik.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan istirahat dan tidur pada lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sekarang dapat di kategorikan sedang tidur jika terdapat tanda-tanda sebagai berikut :
1. Aktivitas fisik minimal
2. Tingkat kesadaran yang bervariasi
3. Terjadi berbagai perubahan fisiologis tubuh
4. Penurunan respon terhadap rangsaan dari luar.
Selama tidur maka dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses
fisiologis,antara lain :
1. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
2. Diatasi pembuluh darah perifer
3. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktusgastrointestinal.
4. Relaksasi otot-oto rangka
5. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%
2.1.2 Tahapan Tidur menurut Tarwoto (2006)
EEG, EMG dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak,
otot dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye
movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang
terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.
Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur
berakhir.
Terdapat dua jenis tidur yaitu :
1. Tidur NREM (Norapid Eye Movemen)/ Tidur gelombang lambat
Tidur NREM merupakan yang nyaman dan dalam. Dalam tidur ini gelombanng
otak lebih lebih lambat di bandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Dengan tanda : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan
pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakan bola mata lambat.
a. Tahap I
Merupakann tahap transmisi antara bangun dan tidur dengn ciri: Rileks, masih
sadar dengan lingkungan,merasa mengantuk,bola mata bergerak dari samping ke
samping, frekueansi nadi dan nafas seadikit menurun, dapat bangun segera selama
tahap ini berlangsung selama lima meanit.
b. Tahap II
Merupakann tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun berciri : Mata
umumnya menetap, denyut jantung dan freakuensi nafas menurun, temperature
tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 5-10
menit
c. Tahap III
Merupakann tahap tidur berciri : denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses
tubuh lainnya lambat, di sebabkan oleh dominasi system saraf parasimpatis dan
sulit banngun.
d. Tahap IV
Merupakan tahap tidur berciri : Kecepatan jantung dan pernafasan turun,
jaranng bergerak dan sulit di bangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambunng
turun, tonus otot turun.
2. Tidur REM (Rapid Eye Movemen)
Merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial yang berarti
bahwa tidur REM sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua
bola mata sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor,
tekanan darah meningkat, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-
balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak
teratur,kecepatan jantung, dan pernapasan sering tidak teratur dengan ciri lebih
cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat. Gejala seseorang yang mengalami
kehilangan fase tidur REM, yaitu :
1) Cenderung hiperaktif
2) Emosinya labil
3) Nafsu makan bertambah
4) Bingung dan curiga
1. Umur
Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur.
Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ, pada
neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam proses adaptasi dengan
lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi
degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur.
2. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit mememrlukan waktu tidur yang lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak
dapat tidur, misalnya pada pasien degan gangguan pernafasan seperti
asma,bronkitis,penyakit kardiovaskuler dan lain-lain.
3. Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang, kelelahan tingkat menenngah
orang dapat tidur dengan nyeyak, sedanng pada kelelahan yang berlebihan akan
menyebabkan priode tidur REM lebih pendek
4. Stres Psikologis
Cema dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini di
sebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepirefin darah melalui
sisitem saraf simpatis.zat ini akan mengurangi tahap IV REM dan NREM.
5. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur yaitu :
a) Diuretik : menyebabkan imsomnia
b) Anti depresan : Suprnsi REM
c) Kafein : Meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan tidur.
d) Bbeta Bloker : Menimbulkan Insomnia.
e) Narkotika :Mensupresi REM sehingga mudah mengantuk.
f) Amfetamin : Menurunkan tidur REM
6. Nutrisi.
Makanan yang banyak maengandung L-Triptofan yang merupakan asam amino
dari protein yang di cerna seperti keju,susu,daging dan ikan tuna dapat
mamperceapat terjadinya ptoses tidur.
7. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseaoranng untuk tidur . Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseoranng dapat seseorang dapat tidur
dengan nyeyak dan saebaliknya.
8. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat meanimbulkan gangguan proses
tidur.
9. Alkohol
Alkohol Menekan REM secara normal, seseorangkarang yang tahan minum
alkohol dapat menyebabkan insomnia dan lekas marah.
Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada
umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan
adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat,
ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.
Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu
pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi
pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini
dapat menyebabkan cidera.
Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur, atau
biasa juga disebut dengan istilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :
Apnea Tidur
Apnea saat tidur adalah periode henti napas saat tidur. Tanda-tanda yang dapat
diamati adalah mendengkur berlebihan.
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.
Narkolepsi
Narkolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur,
misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau di saat
sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur terjadi
di kalangan lansia:
1. Insomnia
Insomnia adalah gangguan ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada
keinginan untuk melakukannya. Keluhan insomnia meliputi ketidakmampuan
untuk tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk tidur kembali dan
terbangun pada dini hari. Maka perhatian harus diberikan pada factor biologis,
emosional dan medis yang berperan.
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8atau 9 jam per periode 24 jam,
dengan keluhan tidur berlebihan. Orang tersebut dapat menunjukkan mengantuk di
siang hari yang persisten, mengalami serangan tidur , tampak mabuk dan kemotose,
atau mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan, kelemahan dan
kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering terjadi.
3. Apnea tidur
Apnea tidur adalah berhentinya pernafasan selama tidur. Gangguan ini
diidentifikasi dengan gejala mendengkur, berhentinya pernafasan minimal 10
detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Gejala apnea tidur antara lain:
Dengkuran yang keras dan periodic
Aktifitas malam hari yang luar biasa, seperti: duduk tegak, berjalan dalam
tidur, terjatuh dari tempat tidur
Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari
Perubahan memori
Depresi
Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari
Nokturia
Sakit kepala di pagi hari
Ortopnea akibat apnea tidur
Pasien di anjurkan untuk menghindari alcohol dan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi respon terbangun dan untuk menggunakan bantal tambahan atau tidur
di atas kursi.
2. Pencegahan sekunder
Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi
lansia di rumahnya sendiri. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor berikut
ini:
Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat
tidur, atau menggunakan kamar mandi.
Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.
Berapa hari orang tersebut terbangun atau tertidur pada saat diobservasi oleh
perawat atau pemberi perawatan.
Terjadinya konfusi dan disorientasi.
Penggunaan obat tidur.
Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.
3. Pencegahan tersier
Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan,
kondisi pasien memerlukan rehabilitas melalui tindakan-tindakan seperti
pengangkatan jaringan yang menyumbat di mulut dan mempengaruhi jalan napas.
Data-data tersebut membantu menentukan pengobatan yang terbaik untuk
mengatasi kesulitan dan merehabilitasi lansia sehingga ia dapat menikmati tidur
yang berkualitas baik sampai akhir hidup.
Dalam pemberian tindakan sangat penting bagi kesehatan, oleh karrna itu Maslow
(1970) mengatakan bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
2. Obat-obatan.
3.15.1 Pengkajian
Anamnesa :
Nyeri
Penurunan tingkat aktivitas
Anxietas
Depresi
Kriteria hasil :
Klien akan mengidentifikasi gaya hidup,kebiasaan yang mendukung pada saat
tidur.
Klien akan berpartisipasi dalam kelompok aktivitas setiap hari.
Penambahan waktu tidur dan melaporkan tidak terbangun saat tidur.
Klien menjelaskan faktor-faktoryang menghambat proses tidurnya.
Melaporkan keseimbangan yang optimal antara aktivitas dan istirahat.
3.15.3 Intervensi
1. Kaji faktor-faktor penyebab dan penunjang misalnya: nyeri,takut,sters,anxietas,
seringberkemih saat tidur, lingkungan yang bising, suhu kamar (terlalu panas atau
dingin)
2. Menyediakan waktu dan tempat tidur yang nyaman
3. Mengatur lingkungan yang cukup mendukung untuk tidur seperti : ventilasi,
bebas dari debudan bau-bau yang merangsang (tidak disukai oleh klien)
4. Melatih untuk latihan fisik ringan (sesuai kemapuan dan hobi) untuk
melancarkan sirkulasi darah melenturkan otot-otot
5. Mengajurkan minum-minuman yang hangat sebelum tidur
6. Beri motivasi untuk mengikuti perkumulan sesama lansia
7. Beri penghargaan dan positif reinforcement jika klien mampu melakukan
aktifitas sebagaimana yang dianjurkan
8. Hindarkan minuman yang merangsang sepanjang siang dan malam hari,
terutama menjelang tidur (kopi, cola, dan coklat)
9. Hindarkan potensi yang dapat menyebabkan cidera pada saat tidur yaitu dengan
cara:
Gunakan pagar tempat tidur jika perlu
Ketinggian tempat tidur yang rendah
Pengawasan yang cukup
Tempatkan bel yang mudah dijangkau oleh kien
Jauhkan benda tajam (pisau atau pemotong kuku)
Posisi temat tidur berada di bawah benda yang bergantung
10. Diskusikan dengan klien rencana penyelesaian masalah tentang tidur dan kaji
rencana hidup klien selanjutnya (tempat tinggal)
Intervensi Keperawatan
1. Jaga atau awasi klien
2. Jaga atau atur kenyamanan klien
3. Lakukan kontrol nyeri (teknik distraksi) misalnya: menggosok-gosok
punggung, kompres hangat sentuhan lembut dan kolaborasi dalam pemberian analgesik
non narkotik
4. Jaga privacy klien
5. Lakukan intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan tidur klien yaitu
dengan cara:
Kamar tidur yang agak gelap
Hindarkan suara gaduh
Mendengarkan musik lembut (sesuai kesukaan klien)
Hindarkan dari alkohol dan obat penenang (tidur)
Beri minuman hangat (susu hangat)
Kursi goyang
Beri sentuhan lembut dan elusan pada punggung atau tangan klien
Beri dorongan untuk melakukan aktivitas (yang disukai) 2-3 jam sebelum tidur
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. M
TTL : Gresik, 14 maret 1925
Jenis Kelamin : Laki – laki ,
Gol.Darah :O
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
TB/BB : 165 cm, 60 kg
Penampilan : Bersih dan rapi, Ciri-ciri tubuh : berambut pendek, berwarna putih,
bentuk tubuh bungkuk,berjanggut
Alamat : Jl. H Samanhudi Gg. IV No. 8 Gresik
Orang Yang Dekat : Ny. T
Hubungan : istri
Alamat/ Telpon : Jl. H Samanhudi Gg. IV No. 8 Gresik / 3981234
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan : : Laki – laki : Pasien
: Perempuan ....... : Tinggal Serumah
2. Riwayat Keluarga
Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM,
Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain – lain.
C.RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : tidak ada
Alamat pekerjaan : -
Jarak dari rumah : - ......................km/meter*
Alat transportasi : -
Pekerjaan sebelumnya : PERUN TNI AD
Jarak dari rumah : 20 km/meter*
Alat transportasi : Tidak ada
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: sumber – sumber
pendapatan d dapat dari anak dan sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : sholat 5 waktu
Yang lainnya : Tidak ada
H.STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu : klien pernah menderita demam,sakit
kepala, flu,batuk, maag, dan hernia.
Yang sering kambuh yaitu maag.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien menderita hernia.
Keluhan Utama : nyeri ulu hati
1.Provocative / Paliative : imflamasi mukosa lambung
2.Quality/ Quantity : tertusuk – tusuk jarum
3.Region : Epigastrium
4.Severity Scale : skala nyeri 3(0-10)
5.Timing : kalau telat makan( kadang-kadang)
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Apabila kambuh klien minum obat
promaag.
Obat-obatan :
K.TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum : Baik
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda Vital : TD 140 / 90 mmHg Nadi: 80 x/menit
0
RR 20 X/menit Suhu : 36 c
TB : 165 cm BB: 60 Kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1: BREATHING)
1.Bentuk dada : simetris
2.Sekresi dan Batuk : Tidak ada
3.Pola nafas :
Frekwensi Nafas : 20 x/menit
4.Bunyi nafas : Normal
5.Pergerakan dada :
Intercostal Supra Clavicula Tracheal Tag Lain lain
Substernal Suprasternal Flail Chest
6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal
Meningkat lokasi
Menurun lokasi
Lain-lain
3. Telinga ( Pendengaran )
a. Aurikel : Normal
b. Membran tympani : Terang
c. Otorrhoea : Tidak ada
d. Gangguan Pendengaran : Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : normal
5. Peraba : normal
REPRODUKSI
Laki –laki :
Kelamin bentuk :tidak normal,keterangan terjadi pembesaran pada alat kelamin.
Kebersihan Alat Kelamin : Bersih
ENDOKRIN
1. Faktor Alergi : tidak ada
Manifestasi : tidak ada
Cara Mengatasi : tidak ada
2. Kelainan endokrin : tidak ada masalah.
PENGETAHUAN :
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menganggap bahwa kesehatan dirinya
itu sangatlah penting.sehingga klien rutin melakukan control.
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Setelah dilakukan
1. Lakukan pengkajian
1. Memberikan informasi
tindakan keperawatan masalah gangguan dasar dalam menentukan
diharapkan gangguan rencana keperawatan.
istirahat tidur tidak tidur klien, karakteristik
2. Mengatur pola tidur.
terjadi,dengan criteria dan penyebab kurang tidur.
3. Meningkatkan tidur.
hasil: 2. Lakukan persiapan untuk
4. Meningkatkan tidur.
1. Klien tampak rileks tidur malam seperti pada
5. Meningkatkan tidur.
dan lebih segar jam 9 malam sesuaidengan
6. Meningkatkan tidur.
2. Ttv dalam batas pola tidur klien. 7. Mengurangi gangguan
normal 3. Lakukan mandi air tidur.
3. Klien dapat tidur 6-8 hangat. 8. Mengurangi gangguan
jam setiap malam. 4. Anjurkan makan yang tidur.
cukup satu jam sebelum
9. Mengurangi gangguan
tidur. tidur.
5. Berikan susu hangat
10. Mengurangi tidur.
sebelum tidur. 11. Meningkatkan pola tidur.
6. Keadaan tempat tidur
yang nyaman, bersih dan
bantal yang nyaman.
7. Bunyi telepon dan alarm
hp di kecilkan.
8. Berikan pengobatan
seperti analgetik dan
sedative,setengah jam
sebelum tidur.
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 1. melakukan pengkajian masalah gangguan S : klien mengatakan “saya masih
tidur klien, karakteristik dan penyebab sering terbangun pada malam hari”
kurang tidur. O : - : - ku baik
Hasil : klien sering terbangun pada malam hari - konjungtiva anemis
2. menganjurkan klien untuk tidur malam - klien setiap 1 jam
seperti pada jam 9 malam sesuaidengan pola bangun apabila tidur malam
tidur klien. -klien tampak lelah
Hasil : klien tidur jam 20.00 – 04.00 wib -klien menguap
3. anjurkan keluarga klien untuk memberikan - TD : 140/90 mmHg
Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih N : 80 x/ menit
dan bantal yang nyaman. RR : 20x/ menit
Hasil : keluarga klien menuruti anjuran S : 36 C
ersebut.. - Kuantitas tidur malam dari
4. meningkatkan aktivitas sehari – hari dan jam 20.00 – 04.00
kurangi aktivitas sebellum tidur. - Kuantitas tidur siang dari
Hasil : klien tidak melakukan kegiatan jam 12.00 – 13.00
sebelum tidur A ; masalah belum teratasi
. P : lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan semua orang.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Dengn
pola istirahat dan tidur yang baik, benar, dan teratyr akan memberikan efek yang
baik terhadap kesehatan, yaitu efek fisiologis terhadap sistem syaraf yanng di
perkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara
susunan saraf, serta berefek terhadap struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran
dan fungsi organ tubuh.
Istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan, baik secara fisiologis
maupun psikologis. Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh
seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Masyarakat awam belum begitu
mengenal gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan. Pendapat yang
menyatakan bahwa tidak ada orang yang meninggal karena tidak tidur adalah tidak
benar. Lansia yang terganggu waktu tidurnya menjadi cepat lupa, diorientasi dan
konfusi: orang yang mengalami kerusakan kognitif menunjukkan peningkatan
kegelisahan, perilaku keluyuran, dan syndrome sundowner (komfusi, agitasi, dan
perilaku terganggu selama sore menjelang senja).
4.2 SARAN
Setiap individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan tidurnya
sesuai kebutuhannya. Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka dapat
melakukan berbagai kegiatan dengan baik. Perawat perlu berupaya membantu
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien sesuai dengan dengan prosedur
yang benar sehingga perawat harus mempunyai, kopetensi yang baik terkait
dengan kebutuhan istirahat dan tidur sehingga pelayanan terhadap klien dapat
berjalan dengan baik dan benar.