Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada
stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas
apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga
merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas
tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai
ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal
ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk
beristirahat bagi klien/pasien.
Sedangkan Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif
tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari
luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga(bangun), dan
mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur
merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu,
berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi.
Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku
fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.
Istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan, baik secara fisiologis
maupun psikologis. Secara fisiologis, tidur mengistirahatkan organ tubuh, menyimpan
energi, menjaga irama biologis, dan memperbaiki kesadaran mental dan efisiensi
neurologis. Secara psikologis, tidur mengurangi ketegangan dan meningkatkan
perasaan sejahtera.
Lansia yang terganggu waktu tidurnya menjadi cepat lupa, diorientasi dan
konfusi: orang yang mengalami kerusakan kognitif menunjukkan peningkatan
kegelisahan, perilaku keluyuran, dan syndrome sundowner (komfusi, agitasi, dan
perilaku terganggu selama sore menjelang senja).
Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh perubahan terkait usia, konsumsi banyak
obat, dan gangguan organic atau mental. Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut
dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan
mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem), dan bangun terlalu pagi
(early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda yang sering muncul sering
kombinasi ketiganya, munculnya ada yang sementara atau kronik.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian istirahat dan tidur.
2. Untuk mengetahui Fisiologi tidur pada lansia.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan tidur pada lansia.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan istirahat dan tidur pada lansia.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapeutik.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan istirahat dan tidur pada lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Istirahat Tidur


2.1.1 Pengertian
Kata ”Istirahat” mempunyai arti yang sanngat luas meliputi bersantai, menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun
yang membosankan,menyulitkan dan menjengkelkan, dengan demikian, apat dikatakan
bahwa istirahat merupakan ledakan yang tenang , rileks tanpa tekanan emosional dan bebes
dari kecemasasn, (Ansietas).
Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat , misalnyan, Narrow (1967) yang di kutip
oleh Perri an Potter 1993 Mengemukakan beberapa karakteristik yang berhubungan
dengan istirahat diantaranya :
1. Merasa segala sesuatu dapat di atasi
2. merasa di terima
3. mengetahui apa yang terjadi
4. Bebas dari ganguan ketidak nyamanan
5. Mempunyai sejumlah kepuasasn terhadap aktivitas yang memepunyai tujuan.
6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu mememerlukan
Tidur merupakan kondisi tidak sadar di mana presepsi reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang dan dapat di bangukan kembali dengan stimulus dan
sensori yang cukup (Guyton 1986) dapat juga di katakan sebagai keadaan tidak sadarkan
diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, namun lebih
merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim
memiliki kesadaran yang bervariasi terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi
penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. (Aziz Alimul, 2006). Tidur merupakan
suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama
periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar
yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang
dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto
Wartonah, 2006).
Kebutuhan Tidur Pada lanjut Usia
Kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu
tidur 6-7 jam per hari (Hidayat, 2008). Walaupun mereka menghabiskan lebih banyak
waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam hari,
memiliki waktu tidur kurang total, mengambil lebih lama tidur, dan mengambil tidur siang
lebih banyak (Kryger et al, 2004). Kecenderungan tidur siang meningkat secara progresif
dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur dapat
terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu
yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam atau lebih (Perry& Potter, 2005). Pada usia
lanjut menunjukkan berkurangnya jumlah tidur gelombang lambat, sejak dimulai tidur
secara progresif menurun dan menaik melalui stadium 1 ke stadium IV, selama 70-100
menit yang diikuti oleh letupan REM. Periode REM berlangsung kira-kira 15 menit dan
merupakan 20% dari waktu tidur total. Umumnya tidur REM merupakan 20-25% dari
jumlah tidur, stadium II sekitar 50% dan stadium III dan IV bervariasi. Jumlah jam tidur
total yang normal berkisar 5-9 jam pada 90% orang dewasa. Pada usia lanjut efisiensi tidur
berkurang, dengan waktu yang lebih lama di tempat tidur namun lebih singkat dalam
keadaan tidur. Menurut Darmojo (2009), seiring bertambahnya usia, terdapat penurunan
periode tidur. Seorang usia lanjut membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur
(berbaring lama di tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih sedikit waktu tidur
nyenyaknya.

Sekarang dapat di kategorikan sedang tidur jika terdapat tanda-tanda sebagai berikut :
1. Aktivitas fisik minimal
2. Tingkat kesadaran yang bervariasi
3. Terjadi berbagai perubahan fisiologis tubuh
4. Penurunan respon terhadap rangsaan dari luar.
Selama tidur maka dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses
fisiologis,antara lain :
1. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
2. Diatasi pembuluh darah perifer
3. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktusgastrointestinal.
4. Relaksasi otot-oto rangka
5. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%
2.1.2 Tahapan Tidur menurut Tarwoto (2006)

EEG, EMG dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak,
otot dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye
movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang
terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.
Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur
berakhir.
Terdapat dua jenis tidur yaitu :
1. Tidur NREM (Norapid Eye Movemen)/ Tidur gelombang lambat
Tidur NREM merupakan yang nyaman dan dalam. Dalam tidur ini gelombanng
otak lebih lebih lambat di bandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Dengan tanda : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan
pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakan bola mata lambat.
a. Tahap I
Merupakann tahap transmisi antara bangun dan tidur dengn ciri: Rileks, masih
sadar dengan lingkungan,merasa mengantuk,bola mata bergerak dari samping ke
samping, frekueansi nadi dan nafas seadikit menurun, dapat bangun segera selama
tahap ini berlangsung selama lima meanit.
b. Tahap II
Merupakann tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun berciri : Mata
umumnya menetap, denyut jantung dan freakuensi nafas menurun, temperature
tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 5-10
menit
c. Tahap III
Merupakann tahap tidur berciri : denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses
tubuh lainnya lambat, di sebabkan oleh dominasi system saraf parasimpatis dan
sulit banngun.
d. Tahap IV
Merupakan tahap tidur berciri : Kecepatan jantung dan pernafasan turun,
jaranng bergerak dan sulit di bangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambunng
turun, tonus otot turun.
2. Tidur REM (Rapid Eye Movemen)
Merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial yang berarti
bahwa tidur REM sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua
bola mata sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor,
tekanan darah meningkat, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-
balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak
teratur,kecepatan jantung, dan pernapasan sering tidak teratur dengan ciri lebih
cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat. Gejala seseorang yang mengalami
kehilangan fase tidur REM, yaitu :
1) Cenderung hiperaktif
2) Emosinya labil
3) Nafsu makan bertambah
4) Bingung dan curiga

2.1.3 Fungsi Tidur


Efek Fisiologis:
a) Efek pada system saraf yang di perkirakan dapat memulihkan kepekaan
normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf.
b) Efek struktur tubuh dengn memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ
tubuh karena selama tidur terjadi penurunan.

2.1.4 Kebutuhan tidur pada semua usia


Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang butuhkan
seseorang. Semakin tua usia maka semakin sedikit pula lama tidur yang di
butuhkan. Hal tersebut dapat di lihat pada tabel di bawa ini :
Pola Tidur Normal berdasarkan tingkat usia :
a) Usia Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur Pola tidur normal
0-1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari Pernafasan teratur gerak tubuh
sedikit, 50% tidur NREM., banyak waktu tidurnya di lewatkan pada tahap
II dan IV tidur NREM.setiap siklus sekitar 45-60 menit
b) 1 bulan-18 bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari 20%-30% tidur REM, tidur
lebih lama pada malam hari, punya pola terbangun sebentar.
c) 18 bulan-3 tahun Masa Anak 11-12 Jam/Hari 25% tidur REM banyak tidur
pada mala hari,terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur normal
sudah menetap pada umur 2-3 tahun
d) 3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari 20 % tidur REM ,periode terangun
kedua hilang pada umur 3 tahun, umur 5 tahun tidur tidak ada kecuali
kebiasaan tidur sore hari.
e) 6-12 Tahun Masa sekolah 10 jam/hari 18,5% tidur REM, sisa waktu tidur
relative kostan.
f) 12-18 Tahun Masa Remaja 8,5jam/hari 20% tidur REM.
18-40 Tahun Masa dewasa muda 7-8 jm/hari 20-25% tidur REM, 5%-10%
tidur terhadap I, 50% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III dan IV.
g) 40-60 Tahun Masa paruh baya 7 jam/hari 20% tidur REM, mungkin
mengalami imsomnia dan sulit untuk dapat tidur.
h) 60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/ hari 20%-25% tidur REM, tidur
tahap IV nyata berkurang terkadang tak ada, mungkin menngalami
insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari.

2.1.5 Fisiologi tidur


Fisiologi tidur merupaka peangaturan kegiata tudur oleh adanya hubungan
mekanisme screablea yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun, Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan
saraf pusat, saraf perifer Endokrin kardiosvakuler, respirasi muskuloskeletal
(Robinson 1993,dalam potter). Tiap kejadian tersebut dapat di identifikasi atau di
rekam dengan electreoencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukran
tonus otot dengan meggunakan elektromiogram(EMG) dan elektroculogram (EOG)
untuk mengukur pergeraka mata.
Pengaturan dan control tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat oak untuk tidur dan
bangun. Recticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas di yakini
mampunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS
memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri dan ensori raba. Juga menerima stimulus
dari korteks serebri. (emosi, proses, pikir).
Pada keadaan sadar mengkibtkan neuron-neuron dalam RAS melepakan
katekolamin misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin di sebabkan oleh pelpasa
serum serotinin dari sel-sel spesifikdi pons dan batang otak tengah yaitu
Bulbarsyncronizing regional (BSR) bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
keseimbangan implus yang di terima dari pusst otak, reseptor sensori perifer misalnya
bunyi, stimulus cahaya dan system limbiks seperti emosi.
Seseoranng yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha
dalam posisi rileks, jika ruangan gelap dan tenang aktifitas RAS menurun, pada saat
itu BSR mengeluarkan serum serotonin.

2.1.6 Faktot-faktor yang mempengaruhi tidur.

1. Umur
Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur.
Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ, pada
neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam proses adaptasi dengan
lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi
degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur.
2. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit mememrlukan waktu tidur yang lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak
dapat tidur, misalnya pada pasien degan gangguan pernafasan seperti
asma,bronkitis,penyakit kardiovaskuler dan lain-lain.
3. Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang, kelelahan tingkat menenngah
orang dapat tidur dengan nyeyak, sedanng pada kelelahan yang berlebihan akan
menyebabkan priode tidur REM lebih pendek
4. Stres Psikologis
Cema dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini di
sebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepirefin darah melalui
sisitem saraf simpatis.zat ini akan mengurangi tahap IV REM dan NREM.
5. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur yaitu :
a) Diuretik : menyebabkan imsomnia
b) Anti depresan : Suprnsi REM
c) Kafein : Meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan tidur.
d) Bbeta Bloker : Menimbulkan Insomnia.
e) Narkotika :Mensupresi REM sehingga mudah mengantuk.
f) Amfetamin : Menurunkan tidur REM
6. Nutrisi.
Makanan yang banyak maengandung L-Triptofan yang merupakan asam amino
dari protein yang di cerna seperti keju,susu,daging dan ikan tuna dapat
mamperceapat terjadinya ptoses tidur.
7. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseaoranng untuk tidur . Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseoranng dapat seseorang dapat tidur
dengan nyeyak dan saebaliknya.
8. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat meanimbulkan gangguan proses
tidur.
9. Alkohol
Alkohol Menekan REM secara normal, seseorangkarang yang tahan minum
alkohol dapat menyebabkan insomnia dan lekas marah.

2.1.6 Gangguan Tidur menurut Lanywati (2001)


Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah berikut : insomnia; gerakan atau sensasi abnormal di kala tidur atau
ketika terjaga di tengah malam; atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.
 Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur
yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya
sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1) Initial insomnia merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali


tidur

2) Intermiten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu


terbangun pada malam hari

3) Terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah


bangun tidur pada malam hari
Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa khawatir,
tekanan jiwa, ataupun stres.

 Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada
umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan
adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat,
ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.
 Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu
pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi
pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini
dapat menyebabkan cidera.
 Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur, atau
biasa juga disebut dengan istilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :

1) Enuresa nokturnal merupakan mengompol di waktu tidur. Enuresa nokturnal


umumnya merupakan gangguan pada tidur NREM

2) Enuresa diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur

 Apnea Tidur
Apnea saat tidur adalah periode henti napas saat tidur. Tanda-tanda yang dapat
diamati adalah mendengkur berlebihan.
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.

 Narkolepsi
Narkolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur,
misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau di saat
sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis

2.1.7 Gangguan Pola Tidur secara Umum menurut Wahyudi (2000)


Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat
yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan
(Capernito, LJ, 1995). Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis,
kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata
perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk.
Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transpor oksigen,
gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, nyeri pada
kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang mengganggu dan lain-lain.

2.1.8 Gangguan Tidur pada Lansia menurut Wahyudi (2000)


Irwin Feinerg mengungkapkan bahwa sejak meninggalkan masa remaja,
kebutuhan tidur seseorang menjadi relatif tetap. Luce dan Segal mengungkapkan
bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas
tidur. Telah dikatakan bahwa keluhan terhadap kualitas tidur seiring dengan
bertambahnya usia.
Pada kelompok lanjut usia (empat puluh tahun) hanya dijumpai 7% kasus yang
mengeluh mengenai masalah tidur (hanya saat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal
yang sama dijumpai pada 22% pada kelompok usia tujuh puluh lima tahun. Demikian
pula, kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh terbangun lebih awal dari pukul
05.00 pagi. Selain itu, terdapat 30% kelompok usia tujuh puluh tahun yang banyak
terbangun di waktu malam hari. Angka ini ternyata tujuh kali lebih besar dibandingkan
dengan kelompok usia dua puluh tahun.
Gangguan tidur tidak saja menunjukkan indikasi adanya kelainan jiwa yang dini
tetapi merupakan keluhan dari hampir 30% penderita yang berobat ke dokter.
Disebabkan oleh :
1. Faktor ekstrinsik (luar), misalnya : lingkungan yang kurang tenang
2. Faktor intrinsik, ini bisa organik dan psikogenik
3. Organik, misalnya nyeri, gatal-gatal dan penyakit tertentu yang membuat gelisah
4. Psikogenik, misalnya depresi, kecemasan dan iritabilitas

2.1.9 Pola tidur pada lansia


Tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan bola mata cepat(rapid eye
movement, REM) dan non REM. Tidur non REM dibagi menjadi empat tahap: pada
tahap 1, jatuh tertidur, orang tersebut mudah dibangunkan dan tidak menyadari ia telah
tertidur. Kedutan atau sentakan otot menandakan relaksasi selama tahap ini. Pada tahap
2 dan 3, meliputi tidur dalam yang progresif. Pada tahap 4, tingkat terdalam, sulit untuk
dibangunkan.
Tidur tahap 4 sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Tahap ini sangat jelas
terlihat menurun pada lansia, tetapi mereka belum mengetahui akibat dari penurunan
ini. Pola tidur pada lansia ditandai dengan sering terbangun, penurunan tahap 3 dan 4
waktu non-REM, lebih banyak terbangun pada malam hari disbanding tidur, dan lebih
banyak tidur selama siang hari. Tidur siang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas
tidur di malam hari pada beberapa lansia.
Dari tahap 4, orang tersebut berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi beberapa
kali dalam siklus tidur dimalam hari tetapi lebih sering terjadi pagi hari sekali. Pada
tidur REM, aktifitas dan tanda-tanda vital mengalami akselerasi, yang menyebabkan
peningkatan kesenangan dan pelepasan ketegangan yang dimanifestasikan dengan
tersentak dan berbalik, kedutan otot, dan peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi
jantung, dan tekanan darah. Tidur REM membantu melepaskan ketegangan dan
membantu metabolisme system saraf pusat. Kekurangan tidur REM telah terbukti
menyebabkan iritasi dan kecemasan.

2.1.10 Manifestasi Klinis


Gangguan tidur pada lansia
Sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai
factor. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan gangguan pola tidur.
Perubahan- perubahan mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan
peningkatan jumlah tidur siang. Diantar lansia yang sehat terdapat beberapa lansia yang
mengalami berbagi masalah medis dan psikososial yang mengalami gangguan tidur.
Antara lain:
 Penyakit psikiatrik, terutama depresi
 Penyakit Alzheimer dan penyakit degeratif neuro lainnya
 Penyakit kardivaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung
 Inkompetensi jalan nafas atas
 Penyakit paru
 Penyakit prostatik
 Endokrinopati

Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur terjadi
di kalangan lansia:
1. Insomnia
Insomnia adalah gangguan ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada
keinginan untuk melakukannya. Keluhan insomnia meliputi ketidakmampuan
untuk tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk tidur kembali dan
terbangun pada dini hari. Maka perhatian harus diberikan pada factor biologis,
emosional dan medis yang berperan.
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8atau 9 jam per periode 24 jam,
dengan keluhan tidur berlebihan. Orang tersebut dapat menunjukkan mengantuk di
siang hari yang persisten, mengalami serangan tidur , tampak mabuk dan kemotose,
atau mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan, kelemahan dan
kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering terjadi.
3. Apnea tidur
Apnea tidur adalah berhentinya pernafasan selama tidur. Gangguan ini
diidentifikasi dengan gejala mendengkur, berhentinya pernafasan minimal 10
detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Gejala apnea tidur antara lain:
 Dengkuran yang keras dan periodic
 Aktifitas malam hari yang luar biasa, seperti: duduk tegak, berjalan dalam
tidur, terjatuh dari tempat tidur
 Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari
 Perubahan memori
 Depresi
 Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari
 Nokturia
 Sakit kepala di pagi hari
 Ortopnea akibat apnea tidur
Pasien di anjurkan untuk menghindari alcohol dan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi respon terbangun dan untuk menggunakan bantal tambahan atau tidur
di atas kursi.

2.1.11 Penatalaksanaan Gangguan Istirahat dan Tidur Pada Lansia


1. Pencegahan Primer
a. Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di hari
berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur; berlebihnya waktu
yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur yang
terputus-putus dan dangkal.
b. Waktu bangun yang teratur dipagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.
c. Jumlah latihan yang stabil setiap harinya dapat memperdalam tidur; namun,
latihan yang hanya dilakukan kadang-kadang tidak dapat memperbaiki tidur
pada malam berikutnya.
d. Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis. bunyi pesawat terbang
melintas) dapat mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh
bunyinya dan tidak dapat mengingatnya di pagi hari. Kamar tidur kedap suara
dapat membantu bagi orang-orang yang harus tidur di dekat kebisingan.
e. Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tidak
ada bukti yang menunjukkan bahwa kamar yang terlalu dingin dapat membantu
tidur.
f. Rasa lapar mengganggu tidur; kudapan ringan dapat membantu tidur.
g. Pil tidur yang hanya kadang-kadang saja digunakan dapat bersifat
menguntungkan, namun penggunaannya yang kronis tidak efektif pada
kebanyakan penderita insomnia.
h. Kafein di malam hari dapat mengganggu tidur, meskipun pada orang-orang
yang tidak berpikir demikian.
i. Alkohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah, tetapi
tidur tersebut kemudian akan terputus-putus.
j. Orang-orang yang merasa marah dan frustasi karena tidak dapat tidur tidak
boleh berusaha terlalu keras untuk tertidur tetapi harus menyalakan lampu dan
melakukan hal lain yang berbeda.
k. Penggunaan tembakau secara kronis dapat mengganggu tidur.
Tindakan pencegahan primer lainnya antara lain adalah:
- Kasur yang baik memungkinkan kesejajaran tubuh yang tepat.
- Suhu kamar harus cukup dingin (kurang dari 24˚C) sehingga cukup
nyaman.
- Asupan kalori harus minimal pada saat menjelang tidur.
- Latihan sedang di siang hari atau sore hari merupakan hal yang dianjurkan.

2. Pencegahan sekunder
Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi
lansia di rumahnya sendiri. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor berikut
ini:
 Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat
tidur, atau menggunakan kamar mandi.
 Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.
 Berapa hari orang tersebut terbangun atau tertidur pada saat diobservasi oleh
perawat atau pemberi perawatan.
 Terjadinya konfusi dan disorientasi.
 Penggunaan obat tidur.
 Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.

3. Pencegahan tersier
Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan,
kondisi pasien memerlukan rehabilitas melalui tindakan-tindakan seperti
pengangkatan jaringan yang menyumbat di mulut dan mempengaruhi jalan napas.
Data-data tersebut membantu menentukan pengobatan yang terbaik untuk
mengatasi kesulitan dan merehabilitasi lansia sehingga ia dapat menikmati tidur
yang berkualitas baik sampai akhir hidup.

2.1.12 Penatalaksanaan Terapeutik


Bootzin dan Nicassio menganjurkan aturan-aturan berikut untuk mempertahankan
kenormalan pola tidur :
 Pergi tidur hanya jika mengantuk.
 Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur; jangan membaca, menonton televisi atau
makan di tempat tidur.
 Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain. Bangun sampai anda
benar-benar mengantuk, kemudian baru kembali ke tempat tidur. Jika tidur masih
tidak bisa dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat tidur. Tujuannya
adalah menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur cepat. Ulangi langkah ini
sesering yang diperlukan sepanjang malam.
o Siapkan alarm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi tanpa di malam
hari. Hal ini membantu tubuh menetapkan irama tidur bangun yang konstan.
o Jangan tidur di siang hari.

2.1.13 Mengatasi Gangguan Tidur


Kesulitan untuk tidur dan tetap tertidur adalah masalah yang sering terjadi pada
lansia, baik lansia yang tinggal di rumah atau di panti jompo. Jika pasien anda memiliki
masalah tidur, anjurkan untuk:
 Mempertahankan jadwal harian yang sama untuk berjalan-jalan, istirahat dan tidur.
 Bangun di waktu biasanya ia bangun bahkan jika tidurnya terganggu atau waktu
tidurnya berubah sementara.
 Melakukan ritual waktu tidur dan mengikuti dengan patuh.
 Melakukan olah raga setiap hari tetapi hindari olah raga yang terlalu berat pada
malam hari.
 Membatasi tidur siang 1 dan 2 jam perhari, pada waktu yang sama setiap harinya.
 Mandi air hangat di waktu akhir sore atau menjelang malam.
 Makan kudapan ringan karbohidrat dan lemak sebelum tidur.
 Menghindari minuman dan produk yang mengandung kafein, khususnya
menjelang waktu tidur.
 Mempraktikkan metode relaksasi seperti nafas dalam, masase, mendengarkan
musik atau membaca bacaan yang merilekskan.
 Menghindari minuman beralkohol atau batasi asupan alkohol pasien hingga
sesedikit mungkin setiap harinya.
 Menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
 Jika ia terbangun tengah malam selama lebih dari 30 menit, bangkit dari tempat
tidur dan lakukan aktivitas yang tidak menstimulasi seperti membaca.
2.1.14 Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Dalam pemberian tindakan sangat penting bagi kesehatan, oleh karrna itu Maslow
(1970) mengatakan bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

Beberapa peneliti mengemukakan bahwa efisiensi tidur sesuai dengan


meningkatkannya usia. Banyak waktu yang diperlukan ditempat tidur untuk bisa tidur.
Waktu tidur menurun sesuai dengan peningkatan usia, dimana pada usia lanjut
diperlukan waktu tidur sekitar 6 jam dan juga akan jadi penurunan. Tahap III dan IV
pada tahapan tidur. Lansia paling sulit untuk tertidur dan paling mudah untuk terbangun
dan menghabiskan waktu pada tahap mengantuk dan sangat sedikit waktu dalam tahap
mimpi (miller, 1995 dalam carpenito 2000, 913 ). Ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tidur pada lansia antara lain :

1. Perubahan pola sosial seperti

2. Obat-obatan.

3. Diet yang mengandung tinggi xabthin rasa kantuk yang berkurang.

3.15.1 Pengkajian

(a) Data Subyektif

Anamnesa :

 Kaji batasan karakteristik, seperti :


- Pola tidur (sekarang dan masa lalu)
- Waktu tidur dan bangunan yang biasanya
- Kesulitan untuk tertidur
- Adanya riwayat gejala/keluhan (kurang tidur, anxietas, depresi perangsangan,
takut, misalnya : mimpi buruk dan gelap).
 Kaji faktor-faktor yang berhubungan :
- Kebisingan
- Kebutuhan untuk berkemih
- Penggunaan alat bantu tidur atau ritual tidur seperti : mandi air hangat, bantal,
minum susu hangat, posisi, obat-obatan, dll.
- Tidur siang (frekuensi dan lamanya )
(b) Data Obyektif

 Kaji batasan karakteristik fisik, seperti :


- Gambaran penampilan (pucat, gelap disekitar lingkar mata, mata cekung)
- Menguap
- Mengantuk sepanjang hari
- Penurunan Perhatian
- Kemudian peka rangsang

3.15.2 Diagnosa Keperawatan

Gangguan pola tidur berhubungan dengan

 Nyeri
 Penurunan tingkat aktivitas
 Anxietas
 Depresi

Kriteria hasil :
 Klien akan mengidentifikasi gaya hidup,kebiasaan yang mendukung pada saat
tidur.
 Klien akan berpartisipasi dalam kelompok aktivitas setiap hari.
 Penambahan waktu tidur dan melaporkan tidak terbangun saat tidur.
 Klien menjelaskan faktor-faktoryang menghambat proses tidurnya.
 Melaporkan keseimbangan yang optimal antara aktivitas dan istirahat.

3.15.3 Intervensi
1. Kaji faktor-faktor penyebab dan penunjang misalnya: nyeri,takut,sters,anxietas,
seringberkemih saat tidur, lingkungan yang bising, suhu kamar (terlalu panas atau
dingin)
2. Menyediakan waktu dan tempat tidur yang nyaman
3. Mengatur lingkungan yang cukup mendukung untuk tidur seperti : ventilasi,
bebas dari debudan bau-bau yang merangsang (tidak disukai oleh klien)
4. Melatih untuk latihan fisik ringan (sesuai kemapuan dan hobi) untuk
melancarkan sirkulasi darah melenturkan otot-otot
5. Mengajurkan minum-minuman yang hangat sebelum tidur
6. Beri motivasi untuk mengikuti perkumulan sesama lansia
7. Beri penghargaan dan positif reinforcement jika klien mampu melakukan
aktifitas sebagaimana yang dianjurkan
8. Hindarkan minuman yang merangsang sepanjang siang dan malam hari,
terutama menjelang tidur (kopi, cola, dan coklat)
9. Hindarkan potensi yang dapat menyebabkan cidera pada saat tidur yaitu dengan
cara:
 Gunakan pagar tempat tidur jika perlu
 Ketinggian tempat tidur yang rendah
 Pengawasan yang cukup
 Tempatkan bel yang mudah dijangkau oleh kien
 Jauhkan benda tajam (pisau atau pemotong kuku)
 Posisi temat tidur berada di bawah benda yang bergantung
10. Diskusikan dengan klien rencana penyelesaian masalah tentang tidur dan kaji
rencana hidup klien selanjutnya (tempat tinggal)

Keperawatan Emergency (saat matahari terbenam) pada lansia


Bila matahari terbenam pada lansia yang demensia harus dikaji : lapar, haus,
nyeri, rasa tidak nyaman, ingin buang air, keamanannya dan kebutuhan akan kasih
sayang.

Intervensi Keperawatan
1. Jaga atau awasi klien
2. Jaga atau atur kenyamanan klien
3. Lakukan kontrol nyeri (teknik distraksi) misalnya: menggosok-gosok
punggung, kompres hangat sentuhan lembut dan kolaborasi dalam pemberian analgesik
non narkotik
4. Jaga privacy klien
5. Lakukan intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan tidur klien yaitu
dengan cara:
 Kamar tidur yang agak gelap
 Hindarkan suara gaduh
 Mendengarkan musik lembut (sesuai kesukaan klien)
 Hindarkan dari alkohol dan obat penenang (tidur)
 Beri minuman hangat (susu hangat)
 Kursi goyang
 Beri sentuhan lembut dan elusan pada punggung atau tangan klien
 Beri dorongan untuk melakukan aktivitas (yang disukai) 2-3 jam sebelum tidur
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Kebutuhan Istirahat dan Tidur

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. M
TTL : Gresik, 14 maret 1925
Jenis Kelamin : Laki – laki ,
Gol.Darah :O
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
TB/BB : 165 cm, 60 kg
Penampilan : Bersih dan rapi, Ciri-ciri tubuh : berambut pendek, berwarna putih,
bentuk tubuh bungkuk,berjanggut
Alamat : Jl. H Samanhudi Gg. IV No. 8 Gresik
Orang Yang Dekat : Ny. T
Hubungan : istri
Alamat/ Telpon : Jl. H Samanhudi Gg. IV No. 8 Gresik / 3981234

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan : : Laki – laki : Pasien
: Perempuan ....... : Tinggal Serumah

2. Riwayat Keluarga
Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM,
Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain – lain.

C.RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : tidak ada
Alamat pekerjaan : -
Jarak dari rumah : - ......................km/meter*
Alat transportasi : -
Pekerjaan sebelumnya : PERUN TNI AD
Jarak dari rumah : 20 km/meter*
Alat transportasi : Tidak ada
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: sumber – sumber
pendapatan d dapat dari anak dan sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Type tembat tinggal : Rumah
Jenis lantai rumah : Keramik
Kondisi lantai : Kering
Tangga rumah : Tidak ada
Penerangan : cukup
Tempat tidur : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi)
Alat dapur : tertata rapi
WC : Ada, aman (posisi duduk ,ada pegangan )
Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang membahayakan)
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 6 orang
Derajat privasi : klien, 1 istri, 1 anak, 1 menantu, 2 cucu.
Tetangga Terdekat : ada
Alamat dan Telepon : Kota Gresik (0851546505670)
E.RIWAYAT REKREASI
Hobby atau Minat : memancing dan memelihara ayam dan bunga
Keanggotaan organisasi : tidak ada
Liburan atau Perjalanan : jalan – jalan ke pantai dan ketempat anak
F.SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi : ada
Jarak dari rumah : 20 km/meter*
Rumah Sakit : Ada ,Jarak 5 km
Klinik : tidak ada
Pelayanan Kesehatan Di rumah : tidak ada
Makanan yang dihantarkan : tidak ada
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : tidak ada
Lain-lain

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : sholat 5 waktu
Yang lainnya : Tidak ada

H.STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu : klien pernah menderita demam,sakit
kepala, flu,batuk, maag, dan hernia.
Yang sering kambuh yaitu maag.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien menderita hernia.
Keluhan Utama : nyeri ulu hati
1.Provocative / Paliative : imflamasi mukosa lambung
2.Quality/ Quantity : tertusuk – tusuk jarum
3.Region : Epigastrium
4.Severity Scale : skala nyeri 3(0-10)
5.Timing : kalau telat makan( kadang-kadang)
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Apabila kambuh klien minum obat
promaag.
Obat-obatan :

NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN


1. Paracetamol 500mg Sesudah makan
2. Promaag 250mg Sebelum makan

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) :


Obat-obatan : Tidak ada
Makanan : tidak ada
Faktor Lingkungan : tidak ada

Penyakit yang diderita :

Hipertensi Rheumatoid Asthma Dimensia


Lain-lainnya sebutkan : hernia

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks KATZ : A
Oksigenasi : kebutuhan oksigenasi klien terpenuhi
Cairan dan Elektrolit : klien minum air 1500ml/hari
Nutrisi : klien makan 3x sehari lengkap dengan nasi, sayur, dan
lauk pauknya.
Eliminasi : klien BAB 1x sehari dan BAK >3x sehari
Aktivitas : klien hanya dirumah memelihara ayam dan bunga
Istirahat dan Tidur : klien siang tidur dari jam 12.00 – 13.00 dan malam dari
jam 20.00 – 04.00. Kwantitas : klien sering terbangun, setiap jam klien terbangun dan
susah untuk memulai tidur lagi.
Personal Hygiene : 2x sehari
Seksual : 1bulan sekali
Rekreasi : kepantai dan memancing

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


Konsep Diri : Klien puas dengan keadaan dirinya
Emosi : terkontrol
Adaptasi : klien mampu beradaptasi dengan baik.
Mekanisme Pertahanan diri : Baik
Status mental:
Tingkat Kesadaran : komposmentis
Afasia : -
Dimensia : tidak
Orientasi : normal
Bicara : normal
Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia, banjar dan sunda
Kemampuan membaca : bisa
Kemampuan interaksi : sesuai
Vertigo : tidak
Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) = Fungsi mental utuh
Mini – Mental State Exam (MMSE) = baik nilai kesalahan : 1
Geriatrik Depresion Scale = Tidak depresi nilai: 4
APGAR =

K.TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum : Baik
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda Vital : TD 140 / 90 mmHg Nadi: 80 x/menit
0
RR 20 X/menit Suhu : 36 c
TB : 165 cm BB: 60 Kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1: BREATHING)
1.Bentuk dada : simetris
2.Sekresi dan Batuk : Tidak ada
3.Pola nafas :
Frekwensi Nafas : 20 x/menit
4.Bunyi nafas : Normal
5.Pergerakan dada :
Intercostal Supra Clavicula Tracheal Tag Lain lain
Substernal Suprasternal Flail Chest
6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal
Meningkat lokasi
Menurun lokasi
Lain-lain

7.Alat Bantu Pernafasan


Nasal Bag and Mask Tracheostomi
Masker Respirator
CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING )
1.Nadi
Frekuensi : 80x/menit
Reguler Kuat
Irreguler Lemah
2.Bunyi Jantung
Normal
Tambahan Ada Tidak,Jenis..............
3.Letak Jantung
Ictus cordis teraba pada.................
4.Pembesaran Jantung : Tidak
5.Nyeri Dada : Tidak
6.Edema :
Palpebra Anasarka Ekstrimitas atas
Asites Tidak Ada Ekstrimitas bawah
Lainnya.........................
7.Clubbing Finger : Tidak

PERSYARAFAN (B3 : BRAIN )


Tingkat Kesadaran : Kompos mentis
1.GCS : Eye : 4 Verbal : 6 Motorik : 5
Total GCS : 15
2.Refleks : normal
3.Koordinasi Gerak : Tidak
4.Kejang : Tidak
5.Lain-lain..........................................
PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI )
1. Mata ( Penglihatan )
a. Bentuk : Normal
b. Visus.....................
Pupil : isokor
c. Gerak bola Mata : normal
d. Medan Penglihatan : normal
e. Buta Warna : tidak
f. Tekanan intra okuler : tidak
2. Hidung (Penciuman )
a. Bentuk : Normal
b. Gangguan Penciuman : Ya

3. Telinga ( Pendengaran )
a. Aurikel : Normal
b. Membran tympani : Terang
c. Otorrhoea : Tidak ada
d. Gangguan Pendengaran : Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : normal
5. Peraba : normal

PERKEMIHAN – ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER )


Masalah Kandung Kemih : tidak ada masalah
Produksi Urine 700 ml/hari Frekuensi > 3x /hari
Warna kuning kecoklatan ,Bau khas amoniak

PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)


1. Mulut dan Tenggorokan
a. Mulut
Selaput Lendir Mulut : lembab
b. Lidah : bersih
c. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau
d. Tenggorokan : tidak ada masalah
e. Abdomen : Nyeri tekan,lokasi epigastrium
f. Pembesaran hepar : tidak ada
g. Pembesaran Lien : tidak ada
h. Asites : tidak ada
i. Lain – lain : tidak ada

2. Masalah usus besar dan rektum/anus


BAB 1 X/hari
Tidak ada masalah
OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE )
1. Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM )
Kemampuan kekuatan otot : Bebas
Fraktur : Tidak ada
Dislokasi : Tidak ada
Haematom : Tidak ada
2. Integumen
Warna Kulit : cokelat
Turgor : Elastik
Tulang Belakang : kiposis
Akral : hangat

REPRODUKSI
Laki –laki :
Kelamin bentuk :tidak normal,keterangan terjadi pembesaran pada alat kelamin.
Kebersihan Alat Kelamin : Bersih

ENDOKRIN
1. Faktor Alergi : tidak ada
Manifestasi : tidak ada
Cara Mengatasi : tidak ada
2. Kelainan endokrin : tidak ada masalah.
PENGETAHUAN :
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menganggap bahwa kesehatan dirinya
itu sangatlah penting.sehingga klien rutin melakukan control.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. S: saya sering terbangun apabila Ketidak normalan Gangguan rasa
tidur malam status fisiologi nyaman(istirahat
tidur)
O : - ku baik
- konjungtiva anemis
- klien setiap 1 jam
bangun apabila tidur malam
-klien tampak lelah
-klien menguap
- TD 140/90 mmHg
N 80 x/ menit
RR 20x/ menit
S 36 C
- Kuantitas tidur malam dari jam
20.00 – 04.00
- Kuantitas tidur siang dari jam
12.00 – 13.00
-

RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Setelah dilakukan
1. Lakukan pengkajian
1. Memberikan informasi
tindakan keperawatan masalah gangguan dasar dalam menentukan
diharapkan gangguan rencana keperawatan.
istirahat tidur tidak tidur klien, karakteristik
2. Mengatur pola tidur.
terjadi,dengan criteria dan penyebab kurang tidur.
3. Meningkatkan tidur.
hasil: 2. Lakukan persiapan untuk
4. Meningkatkan tidur.
1. Klien tampak rileks tidur malam seperti pada
5. Meningkatkan tidur.
dan lebih segar jam 9 malam sesuaidengan
6. Meningkatkan tidur.
2. Ttv dalam batas pola tidur klien. 7. Mengurangi gangguan
normal 3. Lakukan mandi air tidur.
3. Klien dapat tidur 6-8 hangat. 8. Mengurangi gangguan
jam setiap malam. 4. Anjurkan makan yang tidur.
cukup satu jam sebelum
9. Mengurangi gangguan
tidur. tidur.
5. Berikan susu hangat
10. Mengurangi tidur.
sebelum tidur. 11. Meningkatkan pola tidur.
6. Keadaan tempat tidur
yang nyaman, bersih dan
bantal yang nyaman.
7. Bunyi telepon dan alarm
hp di kecilkan.

8. Berikan pengobatan
seperti analgetik dan
sedative,setengah jam
sebelum tidur.

9. Lakukan masase pada


daerah belakang, tutup
jendela/pintu jika perlu.
10. Tingkatkan aktivitas
sehari – hari dan kurangi
aktivitas sebellum tidur.
11. Pengetahuan kesehatan :
jadwal tidur mengurangi
stress , cemas , dan latihan
relaksasi.

IMPLEMENTASI

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 1. melakukan pengkajian masalah gangguan S : klien mengatakan “saya masih
tidur klien, karakteristik dan penyebab sering terbangun pada malam hari”
kurang tidur. O : - : - ku baik
Hasil : klien sering terbangun pada malam hari - konjungtiva anemis
2. menganjurkan klien untuk tidur malam - klien setiap 1 jam
seperti pada jam 9 malam sesuaidengan pola bangun apabila tidur malam
tidur klien. -klien tampak lelah
Hasil : klien tidur jam 20.00 – 04.00 wib -klien menguap
3. anjurkan keluarga klien untuk memberikan - TD : 140/90 mmHg
Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih N : 80 x/ menit
dan bantal yang nyaman. RR : 20x/ menit
Hasil : keluarga klien menuruti anjuran S : 36 C
ersebut.. - Kuantitas tidur malam dari
4. meningkatkan aktivitas sehari – hari dan jam 20.00 – 04.00
kurangi aktivitas sebellum tidur. - Kuantitas tidur siang dari
Hasil : klien tidak melakukan kegiatan jam 12.00 – 13.00
sebelum tidur A ; masalah belum teratasi
. P : lanjutkan intervensi
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan semua orang.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Dengn
pola istirahat dan tidur yang baik, benar, dan teratyr akan memberikan efek yang
baik terhadap kesehatan, yaitu efek fisiologis terhadap sistem syaraf yanng di
perkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara
susunan saraf, serta berefek terhadap struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran
dan fungsi organ tubuh.
Istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan, baik secara fisiologis
maupun psikologis. Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh
seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Masyarakat awam belum begitu
mengenal gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan. Pendapat yang
menyatakan bahwa tidak ada orang yang meninggal karena tidak tidur adalah tidak
benar. Lansia yang terganggu waktu tidurnya menjadi cepat lupa, diorientasi dan
konfusi: orang yang mengalami kerusakan kognitif menunjukkan peningkatan
kegelisahan, perilaku keluyuran, dan syndrome sundowner (komfusi, agitasi, dan
perilaku terganggu selama sore menjelang senja).

4.2 SARAN
Setiap individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan tidurnya
sesuai kebutuhannya. Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka dapat
melakukan berbagai kegiatan dengan baik. Perawat perlu berupaya membantu
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien sesuai dengan dengan prosedur
yang benar sehingga perawat harus mempunyai, kopetensi yang baik terkait
dengan kebutuhan istirahat dan tidur sehingga pelayanan terhadap klien dapat
berjalan dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai