Anda di halaman 1dari 94

DEVIASI SEPTUM NASI

Presentator : dr. Benny Syahrial


Moderator : dr. Siswanto Sastrowijoto, Sp.T.H.T.K.L.(K),
M.H.
Visi Program Studi IK THT-KL

Menjadi program studi berstandar global yang inovatif


dan unggul, serta mengabdi kepada kepentingan
bangsa dan kemanusiaan dengan dukungan sumber
daya manusia yang profesional dan dijiwai nilai-nilai
Pancasila pada tahun 2020.
Misi Program Studi IK THT-KL

▪ Meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian


dan pengabdian masyarakat yang berlandaskan
kearifan lokal.
▪ Mengembangkan sistem tata kelola Program
Studi IK T.H.T.K.L yang mandiri dan berkualitas
(Good Governance).
▪ Membangun kemitraan dan kerjasama dengan
rumah sakit dan seluruh pihak yang
berkepentingan dalam rangka mendukung
kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
Pendahuluan
▪ Septum nasi merupakan struktur yang membagi
hidung menjadi 2 cavum nasi yang simetris.
Memberikan support struktur hidung dan
mempengaruhi airflow di cavum nasi.
(Bailey, 2014)

▪ Septum nasi yang posisinya lurus di tengah jarang


ditemui.
(Prayaga et al, 2016)
Pendahuluan

▪ Septum deviasi merupakan deformitas yang


umum ditemukan pada anak, dan pada usia
lanjut juga mulai terjadi peningkatan temuan
kasus.
(Maria, 2017)

▪ Insidensi di Polandia, anak 34% dan dari


berbagai usia antara 28% sampai 40%.
(Zielnik-Jurkiewicz B, 2006)
Anatomi Hidung

(Probst R, et al 2006)
Anatomi Hidung

(Drake, et al, 2007)


Anatomi Hidung

(Drake, et al, 2007)


Vascularisasi

(Drake, et al, 2007)


Persarafan

(Drake, et al, 2007)


Persarafan

(Standring, et al, 2008)


Drainase Limfonodi

(Drake, et al, 2007)


Deviasi Septum

▪ Definisi
Septum deviasi : pembengkokan septum nasi
yang didapatkan secara kongenital atau
karena trauma.
(Probst R, 2006)

Septum deviasi : suatu keadaan dimana


terjadi peralihan posisi dari septum nasi dari
letaknya yang berada di garis medial tubuh.
(Abidin T, 2009)
Deviasi Septum

▪ Etiologi
- Trauma langsung
- Birth MouldingTheory (posisi yang abnormal
ketika dalam rahim)
- Kelainan kongenital
- Trauma sesudah lahir
- Trauma waktu lahir
- Perbedaan pertumbuhan antara septum dan
palatum.
Deviasi Septum

Klasifikasi deviasi septum


▪ Tipe I : Benjolan unilateral yang belum mengganggu
aliran udara.
▪ Tipe II : Benjolan unilateral yang sudah mengganggu
aliran udara, namun masih belum menunjukkan gejala
klinis yang bermakna.
▪ Tipe III : Deviasi pada konka media (area osteomeatal
dan turbinasi tengah).
Deviasi Septum

Klasifikasi Deviasi Septum


▪ Tipe IV : “S” septum (posterior ke sisi lain, dan
anterior ke sisi lainnya).
▪ Tipe V : Tonjolan besar unilateral pada dasar septum,
sisi lain masih normal.
▪ Tipe VI : Tipe V, sulkus unilateral dari kaudal-ventral,
menunjukkan rongga yang asimetri.
▪ Tipe VII : Kombinasi lebih dari satu tipe, yaitu tipe I-
tipe VI
Deviasi Septum
Deviasi Septum

▪ Gejala: Bervariasi, ringan-berat


- Sumbatan hidung (unilateral/bilateral)
- Gangguan penciuman
- Epistaksis
- Nyeri kepala
Deviasi Septum

▪ Diagnosis
- Anamnesis yang teliti (gejala yang dikeluhkan &
riwayat penyakitnya)
- Rinoskopi anterior dan endoskopi : melihat
perubahan morfologi pada septum nasi
- Rhinomanometri : melihat derajat sumbatan
hidung
- Pemeriksaan radiologi: CT-Scan SPN, x-ray
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

▪ Nama : Tn AT
▪ Umur : 29 tahun
▪ Jenis kelamin : Laki-laki
▪ No Rekam Medik : 1.83.08.27
Keluhan Utama

▪ Hidung tersumbat
Riwayat Penyakit Sekarang

▪ Keluhan hidung kanan tersumbat sejak 5 bulan lalu


dan dirasakan setiap saat. Keluhan hidung berair,
mimisan, gangguan penghidu, nyeri wajah, dan
sakit kepala disangkal. Keluhan lendir mengalir di
tenggorok disangkal. Keluhan bersin-bersin,
hidung gatal, mata gatal dan berair juga disangkal.
Keluhan dirasakan mengganggu kegiatan pasien.
▪ Pasien tidak mengeluhkan gangguan penurunan
pendengaran, nyeri, dan terasa penuh di
telinganya.
Riwayat Penyakit Dahulu

▪ Riwayat trauma hidung ada, saat kecil.


▪ Riwayat alergi disangkal,
▪ riwayat asma disangkal,
▪ riwayat kencing manis disangkal,
▪ riwayat darah tinggi dan sakit jantung disangka.
Pemeriksaan Fisik
▪ Keadaan umum :
 Tampak sakit, sedang, composmentis, kesan gizi cukup

▪ Tanda Vital :
 Tekanan darah : 110/86 mmHg
 Nadi : 76x/menit
 Respirasi Rate : 20x/mnt
 Suhu : 36,5 ºC
Pemeriksaan Fisik
▪ Telinga : tak didapatkan kelainan
▪ Hidung :
 Cottle’s sign (+)
 Rhinoskopi anterior : kesan ada deviasi nasal septum ke
dekstra dengan hipertrofi konka inferior sinistra
 Rhinoskopi posterior : discharge (-), hipertrofi konka
inferior sinistra.
Pemeriksaan Fisik
▪ Orofarings : dalam batas normal
▪ Laringoskop indirek : tak didapatkan kelainan
▪ Perkusi pada kedua pipi : nyeri (-/-)
CT SCAN
CT SCAN
CT SCAN
CT SCAN
Nasoendoskopi
Dextra Sinistra
Diagnosis

▪ Septum Deviasi
Plan
▪ Septum Koreksi pada tanggal 14 Desember 2017
Masalah

▪ Tatalaksana
DISKUSI
Diskusi

▪ Septum deviasi adalah pembengkokan


septum nasi yang didapatkan secara
kongenital atau karena trauma.
(Probst R, 2006)
▪ Septum yang posisinya tepat di linea
mediana jarang ditemukan.
Deviasi Septum

▪ Penatalaksanaan
- Asimtomatik/tidak ada gejala atau dengan
keluhan ringan : tidak perlu dilakukan tindakan
pembedahan
Indikasi Pembedahan

▪ Gangguan fungsi hidung


▪ Obstruksi hidung
▪ Trauma
▪ Komplikasi
Deviasi Septum

▪ Tindakan pembedahan pada septum deviasi


ada 2, yaitu:
 Reseksi submukosa (submucous septum
resection, SMR)
 Septoplasti atau reposisi septum
Deviasi Septum

▪ Reseksi submukosa (submucous septum


resection, SMR) : mukoperikondrium dan
mukoperiosteum kedua sisi dilepaskan dari
tulang rawan dan tulang septum, bagian
tulang atau tulang rawan dari septum
kemudian diangkat, sehingga muko-
perikondrium dan mukoperiosteum sisi kiri
dan kanan akan langsung bertemu di garis
tengah
Deviasi Septum

▪ Septoplasti atau reposisi septum : tulang


rawan yang bengkok direposisi dan hanya
bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan
Komplikasi

▪ Epistaksis
▪ Septal Hematoma
▪ Nasal septal perforation
▪ Saddle deformity
Rangkuman

▪ Dilaporkan pasien laki-laki, berusia 29 tahun


dengan diagnosis septum deviasi. Terhadap
pasien ini telah diberikan terapi tindakan
septum koreksi.
Mohon Asupan

TERIMA KASIH
Anatomi Hidung
Anatomi Hidung

(Standring S, 2008)
Anatomi Hidung

(Standring S, 2008)
Anatomi Hidung

(Standring S, 2008)
Anatomi Hidung

(Drake, et al, 2007)


Anatomi Hidung

(Drake, et al, 2007)


Vascularisasi

a. ophtalmica

a. maxillaris

a. facialis

a. carotis externa

a. lingualis

(Bailey, 2006)
Vascularisasi

a. sphenopalatina

a. maxillaris

a. carotis externa

(Bailey, 2006)
Vascularisasi
a. ophtalmica

a. angularis

a. facialis

a. lingualis

(Bailey, 2006)
Vascularisasi

(Drake, et al, 2007)


Vascularisasi

(Saladin, 2003)
Vascularisasi

(Saladin, 2003)
OBSTRUKSI OSTIA

▪ EDEMA
▪ POLIP
▪ KONKA BULLOSA
▪ SEL Haller’s
▪ DEVIASI SEPTUM
▪ SINEKIA
Polip Nasi
Concha Bulosa

▪ Concha bullosa  aerasi pada concha  biasanya


pada concha media, jarang pada concha superior
dan inferior.
▪ Concha bullosa dapat unilateral or bilateral.
▪ A concha bullosa pada concha media dapat
membesar dan membuat obstruksi meatus media
atau infundibulum.
▪ Ruang pada concha bullosa menyambung dengan
epithelium pada cavum nasi sehingga dapat
mengakibatkan munculnya peradangan pada sinus
paranasalis
▪ Obstruksi pada drainase concha dapat memicu
terjadinya pembentukan mucocele.
Concha Bullosa

Concha Bullosa: coronal CT image The uncinate (large arrow), the


showing bilateral concha bullosa. infundibulum (arrowhead), and
The right concha bullosa is opacified. the middle meatus (small arrow).

(Brook, 2006) (Bailey, 2006)


Haller Cells
(Infrabullar Recess Cells)
▪ Haller cells adalah rongga udara disepanjang
atap sinus maxillaris
▪ Bentuk dan ukurannya bervariasi.
▪ Dapat menyebabkan penyempitan dari
infundibulum disaat membesar.
Haller Cells
(Infrabullar Recess Cells)

Haller cell: bilateral extension of ethmoid cells into The uncinate (large arrow), the
the maxillary sinuses. Note the proximity of the infundibulum (arrowhead), and the
Haller cells to the ethmoid infundibulum. middle meatus (small arrow).

(Brook, 2006) (Bailey, 2006)


(Tessema, et.al. 2011)
Variasi dari Prosesus
Uncinateus
▪ Perjalanan dari tepi bebas dari proses uncinate
bervariasi.
▪ Dalam kebanyakan kasus, meluas sedikit miring ke
arah septum hidung dengan ujung bebas sekitarnya
permukaan inferior atau anterior bula ethmoid.
▪ Pada sebagian kasus mengarah ke dasar orbital atau
sisi inferior /anterior dari papyracea lamina.
Variasi dari Prosesus Uncinateus

Hypoplasticmaxillary sinus: the uncinate is attached The uncinate (large arrow), the
to the floor of the orbit on this coronal CT image.
infundibulum (arrowhead), and the
Also note that the wall of the maxillary sinus is very
thick. middle meatus (small arrow).

(Brook, 2006) (Bailey, 2006)


Imaging

▪ 3 Imaging techniqes available for study nasal


septum
▪ Plain Radiography
 Widely available, low cost, the value ins septal
pathology is small. It can only visualize significant
deviations located in the bone part of septum.
 Absence visualization of septal cartilage and
overlapping structure.
 Not recommended for diagnosis of nasal septum
deviations
Imaging

▪ CT
 Technique of choice, can evaluate bone and
cartilage portion of septum.
 Multiplanar, display images in three planes
 3D VR
 Maximum intensity projection, useful in the
morphological assessment of septal perforations.
 Provide a map of the preoperative anatomy.
 Multislice and CBCT
Imaging

▪ MRI
 Not routinely used in the study of nasal septum
 Advantages : absence of radiation and capacity to
evaluate soft tissue.
 Limitation : little information of bone structures
Caldwell / Occipital-frontal view
Water’s / Occipito-mental view
Submento-vertical position
(Hirtz position)
Cottle’s test
Cottle’s area
1. Vestibulum
2.Nasal Valve
3. Attic
4.Turbinal
5. Koanal
Nasal Valve Area
▪ Narrowest portion of the nasal passage.
Bounded by: medially by the septum;
superiorly and laterally by the caudal margin
of upper lateral cartilage; inferiorly by the
floor of pyrifiorm aperture.
▪ Highest nasal resistance. Therefore, small
deformities of the valve area may severely
impair the dynamics of nasal airflow
Deformitas Septum
▪ Deviasi, biasanya berbentuk huruf C atau S yang
dapat terjadi pada bidang horizontal atau
vertical dan biasanya mengenai kartilago
maupun tulang
▪ Dislokasi, tepi inferior kartilago septum bergeser
dari midline dan menonjol ke salah satu cavum
nasi
▪ Krista dan Spina (Spur), penonjolan tajam yang
terjadi antara vomer dengan kartilago septum
atau dengan ethmoid. Biasanya akibat kompresi
vertical.
Incision
Hipertrofi Konka

▪ konservatif seperti nasal spray seperti nasal


saline, dekongestan sistemik telah dicoba
namun sering tidak efektif dan durasinya
yang pendek.
▪ bedah reduksi yakni pembedahan untuk
mereduksi volume dari konka inferior dan
menurunkan resistensi jalan nafas
Hipertrofi Konka
▪ Lateroposisi
 merubah sudut pada tulang konka sehingga
meningkatkan aliran udara hidung
 Indikasi lateroposisi diberikan pada
pembengkakan mukosa minimal
 Pembesaran konka kompensasi, lateroposisi
dapat dilakukan disertai dengan septoplasti
Hipertrofi Konka
▪ Elektrokauterisasi
 prosedur yang paling sering dilakukan umtuk
mereduksi volume dari konka inferior
 Ablasi panas superfisial atau submukosa
menyebabakan obliterasi dari vena sinusoid
Mladina Classification
Cottle classification

▪ Simple Deviation : mild septal deviation, with


no nasal obstruction, doesn’t require
treatment
▪ Obstruction : more severe septal deviation,
touches lateral wall of nasal fossa. On
decongestion with vasoconstrictor the
turbinate shrinks.
▪ Impaction : cause obstruction, indicated for
surgery.

Anda mungkin juga menyukai