Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No.

3, September 2012: 347-358


ISSN : 2088-3137

STRUKTUR KOMUNITAS VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN KARAKTERISTIK


SUBSTRAT DI MUARA HARMIN DESA CANGKRING KECAMATAN CANTIGI
KABUPATEN INDRAMAYU

Darmadi*, M. Wahyudin Lewaru**, Alexander M.A. Khan**

*) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran


**) Staf Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode survei dimana struktur dan
komunitas vegetasi mangrove akan diukur sesuai dengan zonasi, setelah itu dilakukan
sampling kualitas perairan dan substrat. Dalam penentuan stasiun penelitian akan diambil
sebanyak lima stasiun berdasarkan zonasi ekosistem mangrove dari muara yang
berhadapan langsung dengan laut sampai zona terluar mangrove. Hasil penelitian ditemukan
sebanyak 11 spesies mangrove pada 5 stasiun penelitian yang meliputi tingkatan pohon,
pancang dan semai. Kerapatan tingkat pohon keseluruhan adalah 6.300 pohon/ha, tingkat
pancang sebesar 9.300 pohon/ha, dan untuk tingkat semai sebesar 2.000 pohon/ha.
Kisaran Indeks Nilai Penting tingkat pohon pada lokasi penelitian adalah 33,45 % – 300 %.
Indeks Nilai Penting tingkat pancang di lokasi penelitian berkisar antara 22,32 % - 200 %,
sedangkan Indeks Nilai Penting untuk tingkat semai berkisar antara 28,57 % - 200 %.
Keanekaragaman jenis di seluruh lokasi penelitian berkisar antara 0 – 2,351375. Jenis
substrat sedimen mangrove pada lokasi penelitian ini yaitu kelas pasir berlempu ng, liat, dan
kelas lempung liat berdebu. Kandungan bahan organik C, N, C/N dan P diketahui pada
setiap stasiun yaitu tergolong pada tingkatan sangat rendah hingga sedang.

Kata kunci : Struktur komunitas, Mangrove, Substrat, Bahan organic

ABSTRACT

This research used survey method by which the mangrove vegetation structure and
community were measured in accordance with the zoning, then sampling water quality and
substrate. Five stations established based on the zonation of mangrove ecosystem from the
estuary directly facing the sea to the outer mangrove zone. The study found 11 mangrove
species on the five research stations, including the tree, stake and seedlings levels. Overall
density of tree level was 6.300 trees/ ha, of stake level was 9.300 trees/ ha, and of seedlings
level was 2.000 trees / ha. Index of important value for tree level ranged from 33.45 % to 300
%. Index of important values for stake level on site ranged from 22.32 % to 200 %, while for
seedlings level ranged from 28.57 % to 200 %. Species diversity across the research sites
ranged from 0 to 2.351375. Type of mangrove sediment substrate on site was class of
argillaceous clay sand, clay, and dusty clay. Organic content - C, N, C / N and P - at each
station was considered from very low to middle.

Keywords: Community structure, Mangrove, Substrat, Organic content


348 Darmadi, M. Wahyudin Lewaru, Alexander M.A. Khan

PENDAHULUAN menjaga kelestarian dan keanekaragaman


Mangrove merupakan karakteristik mangrove (Dishutbun, 2009). Oleh karena
dari bentuk tanaman yang hidup di pantai, itu untuk menunjang upaya pengelolaan
estuari atau muara sungai dan delta di ekosistem mangrove di desa tersebut
tempat yang terlindung pada daerah tropis maka diperlukan penelitian mengenai
dan sub tropis (Odum, 1972). kondisi struktur komunitas mangrove
Hutan mangrove alami membentuk berdasarkan karakteristik substrat agar
zonasi tertentu. Jenis mangrove yang upaya pengelolaan mangrove dapat
berbeda berdasarkan zonasi disebabkan berjalan dengan baik sebagai upaya
sifat fisiologis mangrove yang berbeda- tindak lanjut untuk pengelolaan mangrove
beda untuk beradaptasi dengan yang berkelanjutan.
lingkungannya. Keanekaragaman
mangrove bukan hanya karena
kemampuan untuk beradaptasi dengan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
lingkungannya tetapi tidak terlepas juga Metode penelitian yang dilakukan
adanya campur tangan manusia untuk adalah dengan metode survei dimana
memelihara (Nybaken, 1992). struktur dan komunitas vegetasi mangrove
Karakteristik substrat merupakan akan diukur sesuai dengan zonasi, setelah
faktor pembatas terhadap pertumbuhan itu dilakukan sampling kualitas perairan
mangrove, Tekstur dan konsentrasi ion dan substrat. Penentuan stasiun penelitian
serta kandungan bahan organik pada akan diambil sebanyak lima stasiun
substrat sedimen mempunyai susunan berdasarkan zonasi ekosistem mangrove
jenis dan kerapatan tegakan misalnya jika dari muara yang berhadapan langsung
komposisi substrat lebih banyak liat (clay) dengan laut sampai zona terluar
dan lanau (silt) maka tegakan menjadi mangrove.
lebih rapat (Nybaken, 1992). Teknik pengambilan sampel yang
Kawasan Desa Cangkring digunakan dalam vegetasi mangrove
Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu adalah menggunakan metode transek
merupakan salah satu daerah tempat kuadrat, petak-petak contoh kemudian
tumbuh ekosistem mangrove di dibuat searah vertikal (tegak lurus)
Kabupaten Indramayu, kawasan hutan sebanyak 3 plot tiap stasiun dengan plot
mangrove desa ini telah mengalami pengamatan berukuran 10 x 10 m untuk
degradasi penurunan luasan akibat dari pohon dengan diameter > l0 cm dengan
adanya abrasi, sedimentasi, konversi tinggi lebih dari 1,5 m, plot dengan ukuran
lahan dan perbedaan persepsi antara 5 x 5 m untuk jenis anakan pohon
masyarakat dengan kelompok pengelola (pancang) dengan diameter < 10 cm
ekosistem mangrove. Beberapa kurun dengan tinggi kurang dari 1,5 m
waktu enam tahun belakangan ini sedangkan untuk plot ukuran 2 x 2 m
dikawasan tersebut telah dilakukan upaya untuk tingkat semai.
rehabilitasi ekosistem mangrove demi

Gambar 1. Peta lokasi penelitian


Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove berdasarkan Karakteristik Substrat 349

Sampel substrat diambil setelah itu Setelah itu dilakukan pengambilan


sampel substrat disimpan dalam kantong sampel kualitas perairan yang meliputi
plastik dan diberi label lalu dibawa ke pengukuran salinitas, pH, suhu perairan,
laboratorium Fisika dan Kimia Tanah dan pengukuran amonia pada setiap
Fakultas Pertanian Universitas stasiun penelitiannya.
Padjadjaran untuk dianalisis jenis substrat Struktur vegetasi dilakukan dengan
dan kandungan C, N, C/N rasio serta P. menganalisis parameter yang mengacu
pada Kusmana (1997), yaitu:

a) Kerapatan
∑Individu suatu jenis
Kerapatan Mutlak (KM) : =
Luas plot contoh

Kerapatan mutlak suatu jenis


Kerapatan Relatif (KR) = x 100%
∑ Total kerapatan mutlak jenis

b) Frekuensi
∑Plot yang ditempati suatu
Frekuensi Mutlak (FM) =
jenis ∑Seluruh plot contoh

Frekuensi suatu jenis


Frekuensi Relatif (FR) = x 100%
Frekuensi total seluruh jenis

c) Dominansi

Luas basal area suatu jenis (1/4 π d²)


Dominansi Mutlak (DM) =
Luas area penelitian

∑ Dominansi suatu jenis


Dominansi Relatif (DR) = x 100%
∑ Dominansi seluruh jenis

d) Indeks Nilai Penting


Untuk pohon : INP = KR + FR + DR

Untuk pancang dan semai : INP = KR + FR

e) Indeks Keanekaragaman dari Shannon-Wiener

H’ = -Σpi ln pi dengan pi =

Barbour et al. (1987) menyatakan bahwa nilai H’ berkisar antara 0-7 dengan kriteria :
(a) 0-2 tergolong rendah,
(b) 2-3 tergolong sedang dan
(c) 3-7 tergolong tinggi.
350 Darmadi, M. Wahyudin Lewaru, Alexander M.A. Khan

HASIL DAN PEMBAHASAN Sonneratia ovata, Nypa fructicans,


Kerapatan Vegetasi Mangrove Acanthus ilicifolius L, Sesivium
Berdasarkan data yang diperoleh portulacastrum, Wedelia biflora, Ipomoea
dari hasil pengamatan telah ditemukan 11 pescaprea, dan Stachytharpheta
jenis spesies mangrove dari 5 stasiun jamaicensis yang terbagi dalam tingkatan
yaitu Avicenia alba, Avicenia officinalis, pohon, pancang dan semai.
Rhizopora apiculata, Bruguiera cylindrica,

3000

2500

2000
Pohon ha-1

1500

Rhizopora apiculata
1000 Avicenia alba
Avicenia officinalis
500
Bruguiera cylindrica
Nypa fructicans
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Gambar 2. Kerapatan tingkat pohon berdasarkan jenis mangrove pada setiap stasiun di
Muara Harmin.

Kerapatan untuk ti gkat pohon 1.000, dan rusak berat < 1.000. Kondisi
menentukan tingkat kerusakan hutan baik ditemukan pada stasiun 5 dan kondisi
mangrove seperti terdapat dalam Kepmen rusak berat terdapat pada stasiun 2
LH No. 201 tahun 2004 dengan kategori sedangkan pada stasiun 1, 3 dan 4
baik > 1.500 tegakan/ha, rusak sedang > termasuk dalam kategori rusak sedang.

1800

1600

1400

1200
Pohon ha-1

1000

800 Rhizopora apiculata


600 Avicenia alba
Avicenia officinalis
400
Bruguiera cylindrica
200 Sonneratia ovata
Nypa fructicans
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Gambar 3. Kerapatan tingkat pancang berdasarkan jenis mangrove pada setiap stasiun di
Muara Harmin.
Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove berdasarkan Karakteristik Substrat 351

Nilai kerapatan jenis Rhizopora mangrove dengan nilai kerapatan paling


apiculata tingkat pancang pada stasiun 1, tinggi yaitu sebesar 2.900 pohon ha -1
2 dan 3 memiliki nilai kerapatan tertinggi dengan jenis Avicenia alba yang
yaitu 800 pohon ha-1, 1.500 pohon ha-1 mendominasi dengan nilai kerapatan
dan 1.600 pohon ha-1 dengan nilai sebesar 1.100 pohon ha-1. Tingginya nilai
kerapatan keseluruhan jenis untuk stasiun kerapatan tingkat pancang serta
2 dan 3 adalah 2.000 pohon ha -1 dan beragamnya jenis mangrove yang
2.600 pohon ha-1. ditemukan dapat mengindikasikan bahwa
Tingkat regenerasi mangrove tingkat regenerasi mangrove baik dan
paling tinggi untuk tingkat pancang dapat dapat bertahan pada kondisi lokal tempat
dilihat pada stasiun 4 dikarenakan pada tersebut.
stasiun ini ditemukan paling banyak jenis

350

300

250
Rhizopora apiculata
Pohon ha-1

200
Avicenia alba
150 Acanthus illicifolius L
Wedelia biflora
100
Stachythar pheta jamaicensis
50 Sesivium portula castrum
Ipomoea pescaprae
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Gambar 4. Kerapatan tingkat semai berdasarkan jenis mangrove pada setiap stasiun di
Muara Harmin.

Di Muara Harmin sendiri untuk penguat. Jenis ini juga sangat


tingkat semai ditemukan 5 jenis mangrove mendominasi di Muara Harmin hampir
dari kelompok asosiasi yaitu, Acanthus setiap stasiun ditemukan jenis ini
illicifolius L, Wedelia biflora, dikarenakan kekuatan dan kecocokan dari
Stachytharpheta jamaicensis, Sesivium karakteristik tempat hidupnya. Stasiun 4
portulacastrum dan Ipomoea pescaprea. memiliki nilai kerapatan keseluruhan jenis
Jenis ini termasuk kedalam kelompok paling tinggi dibandingkan dengan stasiun
asosiasi hal ini dikarenakan kelompok 1, 2 dan 3 dikarenakan pada stasiun 4
mangrove dari jenis ini masih dapat tingkat regenerasi mangrove untuk
ditemui pada tumbuhan darat yang jauh tingkatan semai sangat baik.
dari laut misalkan untuk jenis Ipomoea
pescaprea, jenis ini dapat ditemukan pada Indeks Nilai Penting :
tumbuhan semak pada daratan yang jauh Spesies Rhizopora apiculata dan
dari laut seperti pekarangan ataupun Nypa fructicans terlihat memiliki INP
pesawahan. terbesar pada stasiun 1 dan 5 dengan nilai
Kerapatan mangrove paling tinggi sebesar 300 % dikarenakan untuk
pada tingkatan semai diperoleh dari jenis tingkatan pohon pada stasiun 1 dan 5
Rhizopora apiculata pada stasiun 1, 2 dan hanya terdapat satu jenis mangrove yaitu
3 dikarenakan jenis ini banyak yang Rhizopora apiculata dan Nypa fructicans
ditanam sebagai upaya rehabilitasi, untuk saja. Berdasarkan data nilai diameter
jenis dari Rhizopora apiculata yang pohon pada stasiun 1 dan 5 ini memiliki
merupakan hasil rehabilitasi ditandai pohon yang berdiameter hingga 34 cm
dengan penanaman menggunakan tiang
352 Darmadi, M. Wahyudin Lewaru, Alexander M.A. Khan

untuk jenis Rhizopora apiculata dan 26 cm untuk jenis Nypa fructicans.

350

300

250

200
% INP

150 Avicenia alba


Avicenia officinalis
100
Bruguiera cylindrica
50 Nypa fructicans
Rhizopora apiculata
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Gambar 5. Indeks nilai penting tingkat pohon berdasarkan jenis mangrove pada setiap
stasiun di Muara Harmin.

Pada stasiun 2 dan 3 juga Indeks nilai penting terendah pada


didominasi oleh Rhizopora apiculata stasiun 4 dimiliki oleh Bruguiera cylindrica
dengan nilai INP sebesar 226,33 % dan dengan nilai sebesar 33,45 % jenis ini
243,54 %, dikarenakan jenis Rhizopora merupakan jenis yang jarang ditemukan
apiculata merupakan jenis vegetasi dikarenakan tingkat regenerasinya yang
endemik yang telah mampu beradaptasi sangat rendah dan tingkat kekuatan untuk
terhadap kondisi lingkungannya sehingga beradaptasi terhadap lingkungan
mampu terus bertahan. Pada stasiun 4 habitatnya kurang baik. Indeks nilai
Avicenia officinalis memiliki INP terbesar penting terendah pada stasiun 2 dan 3
dengan nilai 121,57 % dikarenakan pada dimiliki oleh Avicennia alba sebesar 73,67
stasiun 4 ini jauh dari daratan sehingga % dan 56,46 % dikarenakan jenis ini
jenis mangrove berubah sesuai dengan bukan jenis untuk rehabilitasi jadi jenis ini
kondisi lingkungan tempat hidupnya yang tumbuh alami selain dari hal tersebut
selanjutnya diikuti oleh jenis Avicenia alba pengaruh musim terhadap pertumbuhan
dengan nilai INP sebesar 90,62 % dan dari jenis ini juga berpengaruh terhadap
Rhizopora apiculata sebesar 54,36 %. tingkat regenerasi untuk pertumbuhan
tingkat semai ini.

250

200

150
% INP

100 Avicenia alba


Avicenia officinalis
Bruguiera cylindrica
50 Nypa fr
ucticans
Rhizopora apiculata
0 Soneratia ovata
Stasiun 1 Stas un 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Gambar 6. Indeks nilai penting tingkat pancang berdasarkan jenis mangrove pada setiap
stasiun di Muara Harmin.
Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove berdasarkan Karakteristik Substrat 353

Spesies Rhizopora apiculata ketergantungan terhadap akar nafas untuk


memiliki INP terbesar pada stasiun 1 dan memperoleh pasokan oksigen yang cukup
2 dengan nilai sebesar 200 % dan 135,3 lalu setelah itu selanjutnya diikuti oleh
%, untuk stasiun 1 hanya ditemukan satu jenis Avicenia alba dan Avicenia officinalis
jenis mangrove Rhizopora apiculata dengan nilai INP sebesar 43,96 % dan
sehingga mempunyai nilai INP tinggi 37,36 %. Pada stasiun 4 nilai INP terbesar
sedangkan pada stasiun 2 disamping jenis ditemukan pada jenis Avicenia officinalis
Rhizopora apiculata juga ditemukan jenis sebesar 61,87 % hal tersebut terjadi
Avicenia alba dan Avicenia officinalis karena jenis ini mempunyai kecocokan
dengan nilai INP sebesar 39,7 % dan 25 dengan jenis substrat yang ada pada
%. Jenis Nypa Fructicans pada stasiun 5 stasiun 4 serta kondisi tempatnya yang
juga memiliki nilai INP tertinggi dengan semakin kearah daratan disamping jenis
nilai 200 % hal ini dikarenakan jenis ini tersebut pada stasiun 4 ini pula ditemukan
mampu menguasai karakteristik tempat jenis Avicenia alba, Bruguiera cilindrica,
hidupnya disamping itu jenis Nypa Rhizopora apiculata dan Sonneratia ovata
fructicans sama seperti jenis Rhizopora dengan nilai INP sebesar 60,83 %, 22,32
apiculata pada stasiun 1 yaitu jenis %, 25,77 % dan 29,21 % .
tunggal yang ditemukan sehingga memiliki Spesies Avicennia officinalis pada
nilai INP yang tinggi. Jenis Rhizopora stasiun 2 dan 3 memiliki nilai INP terendah
apiculata pada tingkatan pancang ini yaitu sebesar 25 % dan 37,36 %
merupakan jenis hasil upaya rehabilitasi dikarenakan pada stasiun ini sedikit
sehingga memiliki nilai INP yang tinggi ditemukan jenis tersebut akibat dari
pada stasiun 1 dan 2 berbeda dengan pembukaan lahan menjadi lahan
jenis Nypa fructicans pada tingkatan pertambakan terutama pada stasiun 2
pancang yang merupakan jenis alami yang termasuk kedalam kategori rusak
yang tumbuh namun dikarenakan berat, aktifitas pembukaan lahan pada
karakteristik tempat hidupnya yang stasiun 2 ini sangat tinggi dibandingkan
tumbuh pada zona yang jauh dari laut dengan stasiun 3 dapat dilihat dari nilai
serta tidak ada aktifitas pembukaan lahan INP pada stasiun 2 yang lebih rendah
dan memiliki tingkat regenerasinya yang dibandingkan dengan stasiun 3 sehingga
sangat tinggi sehingga dapat memiliki nilai jenis mangrove pada stasiun tersebut
INP yang tinggi disamping itu pula pada memiliki nilai INP yang rendah. Nilai INP
stasiun 5 ini hanya ditemukan satu jenis terendah pada stasiun 4 dimiliki oleh jenis
spesies saja sehingga mempengaruhi nilai Bruguiera cylindrica dengan nilai sebesar
INP tersebut. 22,32 % dikarenakan untuk jenis ini tingkat
Nilai INP terbesar pada stasiun 3 regenerasinya yang sangat rendah dan
adalah jenis Bruguiera cylindrica sebesar tingkat kekuatan untuk beradaptasi
118,68 % dikarenakan jenis ini hidup terhadap lingkungan habitatnya kurang
sesuai dengan zonasi serta kecocokan baik pada tingkatan pancang ini disamping
karakteristik jenis substratnya yang itu pula pada stasiun 4 ini telah ada
mendukung untuk pertumbuhan jenis ini, aktifitas pembukaan lahan untuk warung
selain itu jenis ini pula diketahui dan tempat penitipan kendaraan sehingga
mempunyai kemampuan untuk tumbuh jenis ini memiliki nilai INP yang rendah
pada jenis substrat yang baru terbentuk pada tingkatan pancang.
namun disamping itu jenis ini mempunyai
354 Darmadi, M. Wahyudin Lewaru, Alexander M.A. Khan

250

200

Acanthus ilicifolius L
150 Avicenia alba
% INP

Ipomoea pescapra e
100
Rhizopora apiculata

Sesivium portulacastrum
50
Stachytharpheta jamaicensis

Wedelia biflora
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Gambar 7. Indeks nilai penting tingkat semai berdasarkan jenis mangrove pada setiap
stasiun di Muara Harmin.

Spesies Rhizopora apiculata pada asosiasi. Nilai INP terendah yang


stasiun 1, 2 dan 3 memiliki INP tertinggi ditemukan pada stasiun 2, 3 dan 4 ini
sebesar 200 %, 115,28 % dan 111,54 % adalah pada jenis Wedelia biflora,
dikarenakan pada stasiun ini tingkatan Acanthus ilicifolius L, Ipomoea pescaprea
semai banyak yang ditanam untuk upaya dan Sesivium portulacastrum hal ini
rehabilitasi. Pada stasiun 2 selain jenis dikarenakan jenis ini merupakan jenis dari
Rhizopora apiculata juga ditemukan jenis kelompok asosiasi bukan dari kelompok
Wedelia biflora dan Sesivium mayor sehingga jenis ini tidak tumbuh
portulacastrum dengan nilai INP sebesar membentuk tegakan murni melainkan
52,36 % dan 32,36 % lalu pada stasiun 3 tumbuh sebagai tumbuhan semak
ditemukan jenis Avicenia alba dan berbeda dengan jenis Rhizopora apiculata
Acanthus ilicifolius L dengan nilai INP dan Avicenia alba yang ditemukan pada
sebesar 41,03 % dan 47,44 %. Pada tingkatan semai ini yang merupakan
stasiun 4 sendiri INP tertinggi didapat kelompok mayor.
pada jenis Avicenia alba sebesar 57,14 %
dikarenakan kemampuan regenerasi jenis Indeks Keanekaragaman
ini lebih tinggi karena tumbuh pada lokasi Nilai indeks keanekaragaman jenis
yang lebih terlindung dan jauh dari bibir pada tingkat pohon berkisar antara
pantai. Pernyataan ini sesua dengan apa 0,348307 – 1,76928, tingkat pancang
yang dikemukakan oleh Onrizal (2005) berkisar antara 0,41689 – 1,2237 dan
dimana tumbuhan mangrove mempunyai tingkat semai berkisar antara 0 – 2,35137.
kemampuan regenerasi yang tinggi jika Nilai H’ cenderung rendah karena telah
tumbuh pada lokasi yang terlindung, terjadi tekanan oleh faktor luar seperti
disamping hal tersebut jenis ini juga aktifitas konversi lahan untuk
merupakan jenis alami yang tumbuh pertambakan, penebangan pohon untuk
bukan hasil rehabilitasi seperti pada jenis kayu bakar dan bahan bangunan.
Rhizopora apiculata.
Pada stasiun 4 selain jenis Kualitas Perairan
Avicenia alba yang termasuk kedalam Suhu
kategori mangrove mayor juga ditemukan Suhu perairan di lokasi penelitian
jenis Ipomoea pescaprea, Sesivium berkisar antara 28 – 29oC. Suhu air
portulacastrum, Stachytharpheta terendah yaitu 28 oC didapat pada stasiun
jamaicensis dan Wedelia biflora yang 4 dan 5, suhu air tertinggi ditemukan pada
termasuk kedalam kategori mangrove stasiun 1, 2 dan 3, yaitu sebesar 29 oC.
Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove berdasarkan Karakteristik Substrat 355

Salinitas : proses pembuangan air tambak pada saat


Salinitas pada lokasi penelitian setelah panen ataupun pengapuran
menunjukkan kisaran antara 0 – 16 ‰. sehingga kualitas air menjadi tercemar
Nilai salinitas tertinggi ditemukan pada dan mempengaruhi nilai DO tersebut.
stasiun 1 yaitu sebesar 16 ‰, sedangkan
salinitas terendah ditemukan pada stasiun Amonia NH3
5 yaitu sebesar 0 ‰. Nilai kadar amonia pada lokasi
penelitian terlihat sangat tinggi dimana
Derajat Keasaman (pH) berkisar antara 0,5 – 2,8 ppm. Kadar
Nilai pH pada lokasi penelitian amonia tertinggi didapat pada stasiun 1
berkisar antara 6,2 – 6,5. Nilai pH tertinggi dengan kadar amonia sebesar 2,8 ppm
didapat pada stasiun 1 dan 3 dengan nilai sedangkan kadar amonia terendah
6,5 sedangkan nilai pH terendah didapat pada stasiun 5 dengan kadar
ditemukan pada stasiun 5 yaitu 6,2 amonia sebesar 0,5 ppm.
berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun Berdasarkan Kepmen LH No. 51
2004 kondisi perairan di lokasi penelitian tahun 2004 mengenai standar baku mutu
kurang sesuai dengan baku mutu air laut air laut pada mangrove bahwa standar
hal ini disebabkan oleh pasokan air tawar baku kadar amonia pada mangrove
yang bersifat asam yang dibawa dari adalah berkisar 0,3 ppm. Berdasarkan
daratan menuju laut cukup tinggi yang data tersebut maka kondisi perairan untuk
diakibatkan oleh musim penghujan di kadar amonia ini adalah tidak sesuai
daerah tersebut seperti yang dikemukakan dikarenakan kadar amonia pada stasiun 1,
oleh Nybaken (1992) bahwa pada 2 , 3 dan 4 diketahui sangat tinggi yaitu
umumnya pH air laut stabil karena adanya 2,8, 2,4 ,2,4 dan 1,3 ppm. Nilai kadar
siklus karbonat dalam air laut. amonia yang tinggi disebabkan lokasi
penelitian pada stasiun ini berdekatan
Oksigen terlarut (DO) langsung dengan areal pertambakan.
Nilai oksigen terlarut (DO) berkisar
antara 3,9 ppm – 5,1 ppm dimana nilai DO Struktur komunitas mangrove
tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan nilai berdasarkan karakteritik substrat
DO terendah terdapat pada stasiun 5. Nilai Karakteristik substrat diketahui
DO tertinggi sebesar 5,1 ppm pada juga menentukan kehidupan komunitas
stasiun 2 menunjukan kadar DO yang baik mangrove, substrat sedimen di daerah
sedangkan nilai DO terendah didapatkan hutan mangrove mempunyai ciri-ciri selalu
pada stasiun 5 dengan kadar DO sebesar basah, mengandung garam, memiliki
3,9 ppm hal ini menunjukan bahwa kondisi oksigen yang sedikit, berbutir-butir dan
perairan pada stasiun tersebut tercemar. kaya akan bahan organik.
Rendahnya nilai DO dipengaruhi oleh
356 Darmadi, M. Wahyudin Lewaru, Alexander M.A. Khan

Tabel 1. Pengelompokan jenis mangrove berdasarkan karakteristik substrat


Kandungan Bahan
Stasiun Jenis Mangrove Kelompok Jenis Substrat Organik Substrat
Mangrove C N C/N P
1. Rhizopora apiculata Mayor Pasir R R R SR
berlempung
2. Avicenia alba Mayor R R R SR
Rhizopora apiculata Mayor
Avicenia officinalis Mayor
Wedelia biflora Asosiasi
Sesivium Asosiasi Liat
portulacastrum
3. Avicenia alba Mayor R S R S
Rhizopora apiculata Mayor
Avicenia officinalis Mayor
Acanthus ilicifolius L Asosiasi Liat
4. Avicenia officinalis Mayor R S R SR
Rhizopora apiculata Mayor
Avicenia alba Mayor
Bruguiera cylindrica Mayor
Sonneratia ovata Mayor
Wedelia biflora Asosiasi
Stachytharpheta Asosiasi
jamaicensis Lempung liat
Sesivium Asosiasi berdebu
portulacastrum
Ipomoea pescaprea Asosiasi
5. Nypa fructicans Mayor Liat R S R S
Keterangan : SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi

Kandungan bahan organik pada telah diungkapkan oleh Izumi (1986) yang
stasiun 1 ini cenderung rendah hingga menyatakan bahwa angka C/N rasio yang
sangat rendah hal ini dikarenakan semakin besar menunjukkan bahwa
kandungan bahan organik tersebut bahan organik belum terdekomposisi
digunakan atau diambil oleh akar untuk sempurna, sedangkan angka C/N rasio
pertumbuhan mangrove. yang semakin rendah menunjukkan
Kandungan nitrogen pada stasiun 3, bahwa bahan organik sudah
4 dan 5 memiliki kandungan dengan terdekomposisi dan hampir menjadi
kategori sedang dibandingkan stasiun lain humus.
yang cenderung rendah hingga sangat Berdasarkan data tersebut diatas
rendah hal ini disebabkan pada stasiun ini untuk pengelompokan pola zonasi
jenis dari marga Avicenia cukup banyak mangrove pada Muara Harmin ini berbeda
tumbuh namun untuk stasiun 5 hanya dengan pengelompokan pola zonasi yang
ditemukan dari jenis Nypa fructicans. telah dinyatakan oleh Bengen (2004)
Kandungan C/N rasio yang rendah dimana daerah yang paling dekat dengan
pada setiap stasiun dikarenakan bahan laut atau pada zonasi mangrove terbuka,
organik yang ada pada substrat tersebut sering ditumbuhi oleh Avicennia spp.,
telah terdekomposisi secara sempurna, dengan substrat agak berpasir. Pada zona
hal tersebut berkaitan dengan siklus rantai ini biasa juga tumbuh dari jenis Sonneratia
makanan yang ada pada ekosistem spp., yang dominan tumbuh pada lumpur
mangrove yang kompleks yang semuanya yang dalam dan kaya akan bahan organik.
saling berkaitan. Berdasarkan alasan Lebih ke arah darat, hutan mangrove
tersebut dapat diindikasikan bahwa lokasi umumnya didominasi oleh Rhizophora
tersebut masuk ke dalam kategori yang spp., di zona ini juga dijumpai Bruguiera
baik untuk siklus rantai makanannya sp., dan Xylocarpus sp., zona berikutnya
keadaan tersebut sesuai dengan apa yang didominasi oleh Bruguiera sp.,
Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove berdasarkan Karakteristik Substrat 357

Gambar 8. Pengelompokan struktur komunitas mangrove berdasarkan karakteristik substrat


di Muara Harmin

Perbedaan struktur pola zonasi lambatnya proses penguraian tersebut


mangrove di Muara Harmin ini sesuai rendahnya nilai kandungan bahan organik
dengan pendapat Erwin (2005) yaitu ini mengindikasikan bahwa kandungan
secara umum, sesuai dengan kondisi bahan organik tersebut telah
habitat lokal tipe komunitas (berdasarkan terdekomposisi secara sempurna.
jenis pohon dominan) mangrove di
Indonesia berbeda suatu tempat ke
tempat lain dengan variasi ketebalan dari KESIMPULAN
beberapa puluh meter sampai beberapa 1. Ekosistem mangrove di Muara Harmin
kilometer dari garis pantai. Menurut Desa Cangkring memiliki kondisi rusak
Kartawinata dan Waluyo (1987) dalam berat hingga baik.
Erwin (2005), menyatakan bahwa faktor 2. Kondisi perairan di ekosistem
utama yang menyebabkan adanya zonasi mangrove Muara Harmin Desa
pada hutan mangrove adalah sifat-sifat Cangkring termasuk dalam kategori
substrat seperti jenis substrat maupun tercemar.
kandungan bahan organiknya, di samping 3. Pengelompokan struktur komunitas
faktor salinitas, frekuensi serta tingkat mangrove berdasarkan karakteristik
penggenangan dan ketahanan suatu jenis substrat di muara harmin ini berbeda
terhadap ombak dan arus, sehingga pada umumnya, dimana jenis
variasi zonasi ini memanjang dari daratan Rhizopora apiculata ditemukan pada
sampai ke pantai. zona pertama yang berhadapan
Perbedaan pola zonasi yang terjadi dengan laut dengan jenis substrat
di Muara Harmin ini salah satu pasir berlempung yang biasanya zona
penyebabnya diakibatkan oleh tekanan ini ditempati oleh jenis dari Avicenia
alam maupun manusia seperti abrasi dan sp., selanjutnya untuk zona kedua
konversi lahan yang mengakibatkan ditempati oleh jenis Avicenia alba dan
perubahan pola zonasi sesuai dengan Avicenia officinalis dengan
kondisi habitat lokal tersebut. Perbedaan karakteristik substrat liat setelah itu
tingkat kerapatan vegetasi mangrove serta dilanjutkan dengan jenis Bruguiera
jenis mangrove yang ditemukan juga cilindrica dan Sonneratia ovata dengan
berpengaruh terhadap kandungan bahan substrat liat dan lempung liat berdebu,
organik pada substrat tersebut dimana zonasi yang terakhir ke arah daratan
sesuai dengan besarnya nilai tingkat hanya ditemukan jenis Nypa fructicans
kerapatan suatu mangrove akan dengan karakteristik substrat liat.
mempengaruhi proses penguraian dari Kandungan bahan organik yang
bahan organik tersebut jenis mangrove ditemukan pada setiap stasiun juga
juga ikut andil dalam proses cepat atau cenderung rendah hal ini dikarenakan
358 Darmadi, M. Wahyudin Lewaru, Alexander M.A. Khan

tingkat pasang surut yang tinggi Fernando, Stela M.C. dan Salomão O.
sehingga serasah yang jatuh terangkut Bandeira. 2009. Litter Fall and
kembali terbawa arus. Decomposition of Mangrove
Species Avicennia marina and
Rhizophora mucronata in Maputo
DAFTAR PUSTAKA Bay, Mozambique. Western Indian
Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Ocean J. Mar. Sci. 8(2): 173 – 182.
Management of Mangrove. IUCN,
Bangkok, Thailand. Izumi, H. 1986. Soil Nutrient Dynamic.
Workshop on The Mangroves
Ananthakhrisnan, T.N. 1982. Ecology; Ecosystem Dynamic, UNDP /
Conservation of natural resources; UNESCO. Pp 159-165.
Nature conservation; India. Oxford
& IBH (New Delhi). Kusmana, C. 1997. Metode Survei
Vegetasi. Bogor: PT Penerbit
Barbour, M.G., Burk, J.H., dan Pitts, W.D., Institut Pertanian Bogor. Hal. 32.
1987. Terrestrial Plant Ecology.
Second Edition. Menlo Park CA : Ningsih, S.S. 2008. Inventarisasi Hutan
The Benjamin Cumming Pub. Co. Mangrove Sebagai Bagian dari
Inc. Upaya Pengelolaan Wilayah
Pesisir Kabupaten Deli Serdang.
Bengen, D. G. 2004. .Mengenal dan Tesis. Sekolah Pascasarjana USU
Memelihara Mangrove. Pusat MEDAN.
Kajian Sumber Daya Pesisir dan
Lautan IPB. Bogor. Noor, Y. R., M. Khazali., dan I N.N.
Suryadiputra. 1999. Panduan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pengenalan Mangrove di
Kabupaten Indramayu (Dishutbun). Indonesia. Wetlands International –
2009. Persiapan Kabupaten Indonesia Programme. Bogor.
Indramayu Dalam Pengelolaan
Hutan Mangrove Masa Depan. Nybakken,J.W. 1992. Biologi Laut Suatu
www.hutbunindramayu.blogspot.co Pendekatan Ekologis.
m. (Diakses 23 September 2011 Diterjemahkan oleh Eidman,
Pukul 10.22 WIB). Koesoebiono, D.G. Bengen, M.
Hutomo dan S Sukarjo. Gramedia.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Jakarta. 459 hal.
Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Odum.E.P. 1972. Fundamental Ecology
Kanisius. Yogyakarta. 258 p. 3rd. Ed W.B Sounders.

Erwin. 2005. Studi Kesesuaian Lahan


Untuk Penanaman Mangrove
Ditinjau Dari Kondisi Fisika
Oseanografi dan Morfologi Pantai
pada Desa Sanjai Pasi Marannu
Kabupaten Sinjai. Skripsi. Program
Studi Kelautan, UNHAS.
Makassar.

Fachrul, MF. 2007. Metode Sampling


Bioekologi. Bumi Aksara : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai