ABSTRAK
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode survei dimana struktur dan
komunitas vegetasi mangrove akan diukur sesuai dengan zonasi, setelah itu dilakukan
sampling kualitas perairan dan substrat. Dalam penentuan stasiun penelitian akan diambil
sebanyak lima stasiun berdasarkan zonasi ekosistem mangrove dari muara yang
berhadapan langsung dengan laut sampai zona terluar mangrove. Hasil penelitian ditemukan
sebanyak 11 spesies mangrove pada 5 stasiun penelitian yang meliputi tingkatan pohon,
pancang dan semai. Kerapatan tingkat pohon keseluruhan adalah 6.300 pohon/ha, tingkat
pancang sebesar 9.300 pohon/ha, dan untuk tingkat semai sebesar 2.000 pohon/ha.
Kisaran Indeks Nilai Penting tingkat pohon pada lokasi penelitian adalah 33,45 % – 300 %.
Indeks Nilai Penting tingkat pancang di lokasi penelitian berkisar antara 22,32 % - 200 %,
sedangkan Indeks Nilai Penting untuk tingkat semai berkisar antara 28,57 % - 200 %.
Keanekaragaman jenis di seluruh lokasi penelitian berkisar antara 0 – 2,351375. Jenis
substrat sedimen mangrove pada lokasi penelitian ini yaitu kelas pasir berlempu ng, liat, dan
kelas lempung liat berdebu. Kandungan bahan organik C, N, C/N dan P diketahui pada
setiap stasiun yaitu tergolong pada tingkatan sangat rendah hingga sedang.
ABSTRACT
This research used survey method by which the mangrove vegetation structure and
community were measured in accordance with the zoning, then sampling water quality and
substrate. Five stations established based on the zonation of mangrove ecosystem from the
estuary directly facing the sea to the outer mangrove zone. The study found 11 mangrove
species on the five research stations, including the tree, stake and seedlings levels. Overall
density of tree level was 6.300 trees/ ha, of stake level was 9.300 trees/ ha, and of seedlings
level was 2.000 trees / ha. Index of important value for tree level ranged from 33.45 % to 300
%. Index of important values for stake level on site ranged from 22.32 % to 200 %, while for
seedlings level ranged from 28.57 % to 200 %. Species diversity across the research sites
ranged from 0 to 2.351375. Type of mangrove sediment substrate on site was class of
argillaceous clay sand, clay, and dusty clay. Organic content - C, N, C / N and P - at each
station was considered from very low to middle.
a) Kerapatan
∑Individu suatu jenis
Kerapatan Mutlak (KM) : =
Luas plot contoh
b) Frekuensi
∑Plot yang ditempati suatu
Frekuensi Mutlak (FM) =
jenis ∑Seluruh plot contoh
c) Dominansi
H’ = -Σpi ln pi dengan pi =
Barbour et al. (1987) menyatakan bahwa nilai H’ berkisar antara 0-7 dengan kriteria :
(a) 0-2 tergolong rendah,
(b) 2-3 tergolong sedang dan
(c) 3-7 tergolong tinggi.
350 Darmadi, M. Wahyudin Lewaru, Alexander M.A. Khan
3000
2500
2000
Pohon ha-1
1500
Rhizopora apiculata
1000 Avicenia alba
Avicenia officinalis
500
Bruguiera cylindrica
Nypa fructicans
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Gambar 2. Kerapatan tingkat pohon berdasarkan jenis mangrove pada setiap stasiun di
Muara Harmin.
Kerapatan untuk ti gkat pohon 1.000, dan rusak berat < 1.000. Kondisi
menentukan tingkat kerusakan hutan baik ditemukan pada stasiun 5 dan kondisi
mangrove seperti terdapat dalam Kepmen rusak berat terdapat pada stasiun 2
LH No. 201 tahun 2004 dengan kategori sedangkan pada stasiun 1, 3 dan 4
baik > 1.500 tegakan/ha, rusak sedang > termasuk dalam kategori rusak sedang.
1800
1600
1400
1200
Pohon ha-1
1000
350
300
250
Rhizopora apiculata
Pohon ha-1
200
Avicenia alba
150 Acanthus illicifolius L
Wedelia biflora
100
Stachythar pheta jamaicensis
50 Sesivium portula castrum
Ipomoea pescaprae
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Gambar 4. Kerapatan tingkat semai berdasarkan jenis mangrove pada setiap stasiun di
Muara Harmin.
350
300
250
200
% INP
250
200
150
% INP
250
200
Acanthus ilicifolius L
150 Avicenia alba
% INP
Ipomoea pescapra e
100
Rhizopora apiculata
Sesivium portulacastrum
50
Stachytharpheta jamaicensis
Wedelia biflora
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Gambar 7. Indeks nilai penting tingkat semai berdasarkan jenis mangrove pada setiap
stasiun di Muara Harmin.
Kandungan bahan organik pada telah diungkapkan oleh Izumi (1986) yang
stasiun 1 ini cenderung rendah hingga menyatakan bahwa angka C/N rasio yang
sangat rendah hal ini dikarenakan semakin besar menunjukkan bahwa
kandungan bahan organik tersebut bahan organik belum terdekomposisi
digunakan atau diambil oleh akar untuk sempurna, sedangkan angka C/N rasio
pertumbuhan mangrove. yang semakin rendah menunjukkan
Kandungan nitrogen pada stasiun 3, bahwa bahan organik sudah
4 dan 5 memiliki kandungan dengan terdekomposisi dan hampir menjadi
kategori sedang dibandingkan stasiun lain humus.
yang cenderung rendah hingga sangat Berdasarkan data tersebut diatas
rendah hal ini disebabkan pada stasiun ini untuk pengelompokan pola zonasi
jenis dari marga Avicenia cukup banyak mangrove pada Muara Harmin ini berbeda
tumbuh namun untuk stasiun 5 hanya dengan pengelompokan pola zonasi yang
ditemukan dari jenis Nypa fructicans. telah dinyatakan oleh Bengen (2004)
Kandungan C/N rasio yang rendah dimana daerah yang paling dekat dengan
pada setiap stasiun dikarenakan bahan laut atau pada zonasi mangrove terbuka,
organik yang ada pada substrat tersebut sering ditumbuhi oleh Avicennia spp.,
telah terdekomposisi secara sempurna, dengan substrat agak berpasir. Pada zona
hal tersebut berkaitan dengan siklus rantai ini biasa juga tumbuh dari jenis Sonneratia
makanan yang ada pada ekosistem spp., yang dominan tumbuh pada lumpur
mangrove yang kompleks yang semuanya yang dalam dan kaya akan bahan organik.
saling berkaitan. Berdasarkan alasan Lebih ke arah darat, hutan mangrove
tersebut dapat diindikasikan bahwa lokasi umumnya didominasi oleh Rhizophora
tersebut masuk ke dalam kategori yang spp., di zona ini juga dijumpai Bruguiera
baik untuk siklus rantai makanannya sp., dan Xylocarpus sp., zona berikutnya
keadaan tersebut sesuai dengan apa yang didominasi oleh Bruguiera sp.,
Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove berdasarkan Karakteristik Substrat 357
tingkat pasang surut yang tinggi Fernando, Stela M.C. dan Salomão O.
sehingga serasah yang jatuh terangkut Bandeira. 2009. Litter Fall and
kembali terbawa arus. Decomposition of Mangrove
Species Avicennia marina and
Rhizophora mucronata in Maputo
DAFTAR PUSTAKA Bay, Mozambique. Western Indian
Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Ocean J. Mar. Sci. 8(2): 173 – 182.
Management of Mangrove. IUCN,
Bangkok, Thailand. Izumi, H. 1986. Soil Nutrient Dynamic.
Workshop on The Mangroves
Ananthakhrisnan, T.N. 1982. Ecology; Ecosystem Dynamic, UNDP /
Conservation of natural resources; UNESCO. Pp 159-165.
Nature conservation; India. Oxford
& IBH (New Delhi). Kusmana, C. 1997. Metode Survei
Vegetasi. Bogor: PT Penerbit
Barbour, M.G., Burk, J.H., dan Pitts, W.D., Institut Pertanian Bogor. Hal. 32.
1987. Terrestrial Plant Ecology.
Second Edition. Menlo Park CA : Ningsih, S.S. 2008. Inventarisasi Hutan
The Benjamin Cumming Pub. Co. Mangrove Sebagai Bagian dari
Inc. Upaya Pengelolaan Wilayah
Pesisir Kabupaten Deli Serdang.
Bengen, D. G. 2004. .Mengenal dan Tesis. Sekolah Pascasarjana USU
Memelihara Mangrove. Pusat MEDAN.
Kajian Sumber Daya Pesisir dan
Lautan IPB. Bogor. Noor, Y. R., M. Khazali., dan I N.N.
Suryadiputra. 1999. Panduan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pengenalan Mangrove di
Kabupaten Indramayu (Dishutbun). Indonesia. Wetlands International –
2009. Persiapan Kabupaten Indonesia Programme. Bogor.
Indramayu Dalam Pengelolaan
Hutan Mangrove Masa Depan. Nybakken,J.W. 1992. Biologi Laut Suatu
www.hutbunindramayu.blogspot.co Pendekatan Ekologis.
m. (Diakses 23 September 2011 Diterjemahkan oleh Eidman,
Pukul 10.22 WIB). Koesoebiono, D.G. Bengen, M.
Hutomo dan S Sukarjo. Gramedia.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Jakarta. 459 hal.
Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Odum.E.P. 1972. Fundamental Ecology
Kanisius. Yogyakarta. 258 p. 3rd. Ed W.B Sounders.