Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mangrove adalah pohon yang sudah beradaptasi sedemikian rupa sehingga
akan mampu untuk hidup di lingkungan berkadar garam tinggi seperti lingkungan
laut. Sedangkan hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis dan
subtropis yang didominasi beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tunbuh
dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Mangrove merupakan salah satu tumbuhan tingkat tinggi yang mempu
beradaptasi dengan lingkungan laut. Definisi ekosistem mangrove merupakan
vegetasi pohon didaerah tropis yang terdapat didaerah intertidal (pasang surut)
dan mendapat pasokan air laut dan air tawar (payau). Hutan mangrove merupakan
salah satu tipe hutan hujan tropis yang terdapat disepanjang garis pantai perairan
tropis. Hutan ini merupakan peralihan habitat lingkungan darat dan lingkungan
laut, maka sifat-sifat yang dimiliki tidak sama persis sifat-sifat yang dimiliki hutan
hujan tropis didaratan. Karakteristik hutan mangrove diantaranya yaitu memiliki
habitat disubstrat yang berlumpur, lempung, dan berpasir, karena substrat ini
mempengaruhi species yang tinggal ditempat tersebut. Produsen utama dihutan
mangrove ini adalah serasah dari daun atau ranting pohon mangrove.
Mangrove berasal dari bahasa Portugis, yang asal katanya “mangae” yang
berarti belukar dan ”groove” yang artinya hutan kecil. Hutan mangrove
merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis yang terdapat disepanjang garis
pantai perairan tropis. Hutan ini merupakan peralihan habitat lingkungan darat dan
lingkungan laut, maka sifat-sifat yang dimiliki tidak sama persis sifat-sifat yang
dimiliki hutan hujan tropis didaratan.
Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar, baik ditinjau
secara fisik, kimia, biologi, ekonomi, bahkan wahana wisata. Secara fisik hutan
mangrove dapat menjaga garis pantai agar tidak terjadi abrasi, menahan sedimen,
tiupan angin, dan menyangga rembesan air laut kedarat. Secara kimia hutan
mangrove mampum mengolah limbah agar kemungkinan pencemaran sedikit dan
yang paling utama menghasilkan oksigen. Secara biologi hutan mangrove

1
merupakaan habitat biota darat dan laut, sebagai daerah asuhan, mencari makan,
dan tempat menghasilkan bibit ikan, batangnya dapat dijadikan bahan bakar,
bahkan dapat dijadikan suplemen. Dan sebagai fungsi wahan wisata, hutan
mangrove dijadikan sebagai tempat penelitian dan tempat wisata.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan pratikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengenali dan membedakan jenis-jenis mangrove.
2. Mengetahui kerapatan, frekuensi dan dominasi suatu jenis mangrove
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat membedakan jenis-jenis mangrove
2. Mahasiswa dapat menghitung kerapatan, frekuensi serta dominasi dari suatu
jenis mangrove.
.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Manggrove

Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang

garis pantai tropis sampai subtropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu

lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan

reaksi tanah anaerob. Hutan mangrove adalah tumbuhan halofit yang hidup di

sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah

mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan subtropik

(Aksornkoae, 1993).

Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil.

Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi

mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah

yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil)

yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan

kapasitas tukar kation yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan

ammonium termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada

bagian arah daratan (Kusmana, 2002).

Vegetasi mangrove biasanya tumbuh di habitat mangrove membentuk zonasi

mulai dari daerah yang paling dekat dengan laut sampai dengan daerah yang dekat

dengan daratan. Pada kawasan delta atau muara sungai, biasanya vegetasi

mangrove tumbuh subur pada areal yang luas dan membentuk zonasi vegetasi

yang jelas. Sedangkan pada daerah pantai yang lurus, biasanya vegetasi mangrove

3
tumbuh membentuk sabuk hijau/green belt dengan komposisi yang hampir

seragam (Nirarita, dkk, 1996).

Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis

vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut:

1. Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung

dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar

salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang ada

memilliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu

membantu dalam proses penimbunan sedimen.

2. Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih

berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove pada zona

ini masih tergenang pada saat air pasang.

3. Zona Bruguiera, terletak di balakang zona Rhizophora dan memiliki

substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang

tertinggi atau 2 kali dalam sebulan.

4. Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan

daratan (Pramudji, 2000).

2.2 Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Mangrove

Karakteristik yang menarik dari spesies mangrove dapat dilihat dari sistem

perakaran dan buah.Tanah pada habitat mangrove adalah anaerobik (hampa udara)

bila berada di bawah air. Beberapa species memiliki sistem perakaran khusus

yang disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik. Ada

beberapa tipe perakaran yaitu, akar tunjang, akar napas, akar lutut, dan akar

4
papan baner. Semua spesies mangrove memproduksi buah yang biasanya

disebarkan melalui air. Ada beberapa macam bentuk buah, seperti berbentuk

silinder (Rhizophoraceae), bulat (Sonneratia dan Xylocarpus) dan berbentuk

kacang (Avicenniaceae).

2.2.1. Sistem akar

Pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang khas yaitu bertipe

cakar ayam yang mempunyai pneumatofora misalnya: Avicennia sp., Xylocarpus

sp., dan Sonneratia sp yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara.

Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut dengan

mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan

horizontal yang lebar. Disamping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga

berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

2.2.2. Daun

Daun merupakan organ yang penting pada tumbuhan dan pada umumnya,

setiap tumbuhan mempunyai sebagian besar daun. Daun hanya terdapat pada

bagian batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain tumbuhan. Bagian

batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku (nodus), dan

tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan

ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar dan kaya akan klorofil, oleh

karena itu daun mangrove biasanya berwarna hijau (Tjitrosoepomo, 1989).

Bentuk daun mangrove tipe lanceloate contohnya adalah Acanthus

ilicifolius, Avicennia alba, Nypa fruticans. Bentuk daun elliptical contohnya dari

famili Euphorbiaceae adalah Excoecaria agallocha, Avicennia marina, Bruguiera

5
gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa,

Heritiera littoralis. Bentuk daun oval contohnya Sonneratia caseolaris. Bentuk

daun obovate contohnya Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Sonneratia alba,

Aegiceras corniculatum, Ceriops decandra, Lumnitzera racemosa. Bentuk daun

tipe cordate adalah Hibisscus tiliaceus, Thespesia populnea (Hidayat, 1994).

2.2.3. Buah

Semua jenis mangrove menghasilkan buah yang penyebarannya dilakukan

oleh air (arus). Bentuk-bentuk buah tersebut antara lain berbentuk bola, biji

buncis, dan silinder atau tongkat. Avicennia memiliki bentuk buah seperti biji

buncis, Aegiceras buahnya berbentuk silinder dan Nypa memiliki buah yang

bertipe cryptovivipar, yaitu kecambahnya masih terbungkus oleh kulit buah

sebelum lepas dari tanaman induknya. Buah Sonneratia dan Xylocarpus

berbentuk seperti bola yang terdiri dari perkecambahan normal (Noor dkk, 1999).

2.3 Jenis-Jenis Mangrove

2.3.1 Sonneratia alba

Pohon pidada (Sonneratia alba) termasuk ke dalam suku Sonneratiaceae,

pohon dapat mencapai ketinggian 20 m. Menempati bagian pantai paling

depan di sisi laut. Klasifikasi ilmiah dari pidada adalah sebagai berikut.

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Myrtales

Famili: Lythraceae

6
Genus: Sonneratia

Spesies: Sonneratia alba

Gambar 1. Sonneratia alba

Mangrove ini hidup menyebar mulai dari Afrika Timur, Kepulauan

Seychelle dan Madagaskar, Asia Tenggara, hingga ke Australia, Kaledonia Baru,

kepulauan di Pasifik Barat dan Oseania Barat Daya. Mangrove ini juga

dikenal dengan nama-nama lokal seperti bogem, bidada, pidada, pedada, kedada,

bangka, beropak, barapak, pupat, posi-posi, mange-mange, muntu, sopo, susup,

dan wahat putih. Di Filipina, tumbuhan ini dikenal dengan nama bunayon,

buñgalon, hikau-hikauan, ilukabban, lukabban, pagatpat, patpat, palatpat, palalan,

payan. Pohon pidada memiliki ciri pohon yang selalu hijau, tangkai dan ranting

cenderung melebar, tinggi 3-20 m. Memiliki akar nafas yang tebal berbentuk

kabel di bawah tanah dan muncul ke permukaan berbentuk kerucut tumpul

dan tingginya mencapai 25 cm (pneumaofor) (Giesen, 1999)

Daun pidada tidak bersisik, jumlahnya tunggal, bentuknya seragam,

tidak berduri, tidak ada kelenjar minyak, bentuk simetris, tidak terbelah,

halus atau rata, kulit daun tidak berlilin, berukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.

Pertulangan daun berjumlah tiga tulang daun dari pangkal daun. Tangkai

7
daun pendek, tidak bersayap, menempel di bawah ketiak daun, ujung daun

tidak membengkak. Bunga pada pidada biseksual, gagang bunga tumpul

panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter

kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok.

Kelopak bunga: 6-8, berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti

lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan

pangkalnya kuning, mudah rontok. Buah pidada berbentuk seperti bola,

ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus oleh kelopak bunga.

Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan akan terbelah pada saat

matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm (Giesen, 1999).

Pidada termasuk jenis pionir yang tumbuh di daerah pantai paling

depan, sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan

gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi

dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk

tegakan yang padat. Pada pantai pesisir yang berkarang mangrove ini

tersebar secara vegetatif. Tumbuh di tanah berlumpur dan berpasir. Kulit

batang berwarna abu-abu atau kecoklatan, permukaan kulit kasar, dan

retakretak. Pada pohon muda, kulit batangnya dilapisi semacam lapisan lilin

untuk mengurangi penguapan air dari jaringannya. Bila dipangkas rantingnya

mudah beregenerasi. Dahan dan rantingnya dapat dipanen asal dibatasi.

Pohon pidada ini disukai bekantan yang memakan daunnya. Beberapa spesies

jenis pohon pidada antara lain adalah, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris,

Sonneratia ovata (Noor dkk, 1999).

8
2.3.2 Avicennia alba

Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai

25 m. Kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal dan akar nafas

yang rumit. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari (atau seperti asparagus) yang

ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap

kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara yang lain kadangkadang

memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua, kadangkadang

ditemukan serbuk tipis (Noor dkk, 1999). Berikut adalah klasifikasi dari Avicennia

alba.

Kingdom : Planeta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Lamiales

Family : Acanthaceae

Genus : Avicenia

Spesies : A. alba

Binomial : Avicennia alba

Gambar 2. Avicennia alba

9
Avicennia alba adalah spesies dari Mangrove tropis di keluarga

Acanthaceae. Tumbuhan ini merupakan jenis pionir pada habitat rawa mangrove

di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang

pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai.

Pada umumnya tumbuhan mangrove ini menyukai bagian muka teluk. Akarnya

dilaporkan dapat membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses

pembentukan daratan. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Genus ini berbiak

ketika masih menempel di pohon. Avicennia alba merupakan belukar atau pohon

yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon

membentuk sistem perakaran horizontal dan akar nafas yang rumit.

Permukaan halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat. Unit &

letaknya sederhana & berlawanan. Bentuk daun lanset (seperti daun akasia)

kadang elips. Ujung meruncing. berukuran 16 x 5 cm. Bunganya seperti trisula

dengan gerombolan bunga (kuning) hampir di sepanjang ruas tandan. Terletak di

ujung/pada tangkai bunga, bulir (ada 10-30 bunga per tandan). Daun mahkota ada

4, kuning cerah, berukuran 3-4 mm. Kelopak bunga ada 5 dan benang sari ada 4.

Seperti kerucut/cabe/mente. Hijau muda kekuningan. Berukuran 4 x 2 cm.

Merupakan jenis pionir pada habitat rawa mangrove di lokasi pantai yang

terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang

dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai. Mereka umumnya

menyukai bagian muka teluk. Akarnya dilaporkan dapat membantu pengikatan

sedimen dan mempercepat proses pembentukan daratan. Perbungaan terjadi

10
sepanjang tahun. Genus ini kadang-kadang bersifat vivipar, dimana sebagian buah

berbiak ketika masih menempel di pohon.

2.3.3 Xylocarpus sp

Klasifikasi Xylocarpus sp menurut Noor (1999) adalah sebagai berikut.

Kingdom: Plantae

Phylum: Magnoliophyta

Class: Eudicots

Order: Sapindales

Family: Meliaceae

Genus: Xylocarpus

Species: granatum

Gambar 3. Xilocarpus sp

Xylocarpus granatum memiliki habitus pohon dengan ketinggian mencapai

8 meter. Batang berwarna merah kecoklatan. Permukaan batang halus. Pada

bagian tertentu dari batang terdapat bagian dari kulit batang yang mengelupas.

Diameter batang besar. Sistem perakaran Xylocarpus granatum merupakan

perakaran papan dan plank roots. Perakaran papan dari Xylocarpus granatum

berupa sistem perakaran yang berbentuk seperti papan. Akar keluar dari batang

11
secara radial. Akar berwarna coklat gelap dan agak kehitaman karena tertutup

oleh substrat. Plank roots merupakan sistem perakaran yang menjalar seperti

perakaran normal namun bedanya perakaran ini berada di atas permukaan tanah.

Perkembangan akar seperti ular yang meliuk-liuk.

Daun Xylocarpus granatum merupakan daun compound yaitu sistem daun

yang memiliki ibu tangkai daun, dimana dari ibu tangkai ini keluar tangkai-

tangkai daun (daun majemuk). Daun tersusun secara alternate yaitu susunan

dimana letak daun berselangseling, pada satu sisi dengan ketinggian yang sama

hanya terdapat satu daun, bentuk daun eliptical, bentuk ujung daun dan pangkal

daun sama. Apabila daun dilipat pada bagian tengah, akan tegak lurus tulang

daun, maka akan didapatkan bentuk simetri daun ujung daun tumpul, panjang

daun 7-12 cm, warna daun hijau. Bunga dan buah Xylocarpus granatum tidak

ditemukan dalam pengamatan kali ini, karena pohon tidak berbunga dan berbuah,

sehingga tidak dapat dilakukan usaha membuat profil tentang bunga dan buahnya.

2.3.4 Ceriops tagal

Pohon kecil atau perdu, dengan tinggi 10 – 15 m atau kurang (C. tagal

dapat mencapai 25 m). Batang menggembung di bagian pangkal, sering dengan

akar tunjang yang kecil. Daun tunggal, bulat telur terbalik, dengan ujung tumpul

atau berlekuk, mengkilap seperti kulit, terletak berhadapan, maks 4 × 10 cm.

Daun penumpu kecil, 1,5 – 2,5 cm, lekas gugur, meninggalkan bekas serupa

cincin. Berikut adalah klasifikasi Ceriops tagal menurut Giesen (1999) adalah

sebagai berikut.

Kingdom: Plantae

12
Subkingdom: Tracheobionta

Superdivisi: Spermatophyta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Subkelas: Rosidae

Ordo: Myrtales

Famili: Rhizophoraceae

Genus: Ceriops

Spesies: Ceriops tagal

Gambar 4. Ceriops tagal

Bunga duduk atau bertangkai pendek, dalam payung tambahan yang

bertangkai, 2-4 kuntum sekelompok (C. decandra) atau 5-10 (3-9) kuntum

sekelompok pada C. tagal. Bunga berbilangan 5, dengan kelopak kehijauan dan

daun mahkota putih, kecoklatan bila tua. Tangkai benang sari pendek, sama atau

lebih pendek (C. decandra) atau lebih panjang dari kepala sari (C. tagal).

Berbunga sepanjang tahun.

Buah kecil, bentuk telur hingga mengerucut, kecoklatan, s/d 2 cm. Taju

kelopak buah melengkung ke belakang. Hipokotil silindris, berkulit halus,

13
berbintil, agak menggelembung di ujung, sekitar 15 cm (C. decandra) dan dapat

mencapai 25 cm (C. tagal). Leher kotiledon berwarna merah tua (C. decandra)

atau kuning (C. tagal) jika tua.

14
BAB III
METODELOGI PRATIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum identifikasi jenis mangrove dilaksanakan pada hari minggu, tanggal
12 November 2017 pukul 10:00-13.00 WITA, yang bertempat di Desa Katialada
Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 2. Alat
No. Alat Kegunaan
1. Meteran Pembatas area pengambilan sampel
2. Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan
3. Tali Rafia Alat untuk pembatas area plot
4. Kamera Mendokumentasikan kegiatan praktikum
Untuk untuk menentukan posisi titik
5. GPS
koordinat tiap-tiap stasiun
6. Buku Panduan Mangrove Untuk menentukan jenis

Tabel 3. Bahan
No. Alat Kegunaan
1. Mangrove Sebagai objek pengamatan

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini salah sebagai berikut.
3.3.1 Ditentukan stasiun untuk menentukan plot
3.3.2 Pasang transect line/transek pada tiap lokasi yang memanjang. Panjang
transek berkisar antara 100-150 m dari pinggir pantai/sungai.
3.3.3 Digunakan tali rafia yang telah ditentukan ukurannya berukuran 10x10 m
untuk pohon berdiameter > 10 cm, kemudian untuk plot berukuran 5x5 m

15
untuk anak pohon berdiameter 2-10 cm, sedangkan untuk tingkat semai
plot berukuran 1x1 m.
3.3.4 Disetiap plot/petak tersebut, semua pohon, tegakan dan semai
diidentifikasi jenisnya, serta dihitung jumlah masing-masing jenis.
3.3.5 Dihitung kerapatan jenis, frekuensi relative dan dominance (luas bidang
dasar) yang terdapat didalam plot pengamatan.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Data hasil pengamatan adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Data mangrove yang diamati
Pohon Tegakan Semai
No. Stasiun Jenis
10x10 5x5 1x1
1. Avicenia alba 5 4 15
2. I Ceriops tangal 1 12
3. Soneratia sp 15
4. Soneratia sp 3 1 7
5. II Ceriops tangal 3 6
6. Xylocarpus sp 1 4
Jumlah 9 9 59

Tabel 5. Stasiun I kerapatan


Jumlah Individu K ( Ind /Ha) KR ( %)
JenisL
Pohon Tegakan Semai Pohon Tegakan Semai Pohon Tegakan Semai
Soneratia
alba 0 0 15 0 0 500 0.00 0.00 35.71429
Avicenia alba 5 4 15 167 133 500 83.33 100.00 36
Ceriops tagal 1 0 12 33 0 400 16.67 0.00 29
Jumlah 6 4 42 200 133 1400 100 100 100

Tabel 6. Stasiun II kerapatan


Jumlah Individu K ( Ind /Ha) KR ( %)
Jenis
Pohon Tegakan Semai Pohon Tegakan Semai Pohon Tegakan Semai
Soneratia
alba 3 1 7 100 33 233 100.00 20.00 41.17647
Xylocarpus
sp 0 1 4 0 33 133 0.00 20.00 24
Ceriops tagal 0 3 6 0 100 200 0.00 60.00 35
Jumlah 3 5 17 100 167 567 100 100 100

17
Tabel 7. Frekuensi stasiun I
Jumlah Jumlah Sub Petak
pF FR ( %)
Jenis Petak Ditemukan
Contoh Pohon Tegakan Semai Pohon Tegakan Semai Pohon Tegakan Sem
Soneratia
alba 3 0 0 15 0.00 0.00 5.00 0.00 0.00 35.7
avicenia
alba 3 5 4 15 1.67 1.33 5.00 83.33 100.00 35.7
Ceriops
tagal 3 1 0 12 0.33 0.00 4.00 16.67 0.00 28.5
Jumlah 2.00 1.33 14.00 100.00 100.00 100.0

Tabel 8. Frekuensi stasiun II


Jumlah Jumlah Sub Petak
F FR ( %)
Jenis Petak Ditemukan
Contoh Pohon Tegakan Semai Pohon Tegakan Semai Pohon Tegakan Sema
Soneratia
3 3 1 7 1.00 0.33 2.33 100.00 20.00 41.1
alba
Xylocarpus
3 0 1 4 0.00 0.33 1.33 0.00 20.00 23.5
sp
Ceriops
3 0 3 6 0.00 1.00 2.00 0.00 60.00 35.2
tagal
Jumlah 1.00 1.67 5.67 100.00 100.00 100.0

Tabel 9. Dominasi jenis stasiun I


Jenis d (Meter) LBDS D DR (%)
Soneratia
0.21 0.03 1.15 48.51
alba
avicenia alba 0.12 0.01 0.38 15.84
Ceriops tagal 0.18 0.03 0.85 35.64
Jumlah 2.38 100.00

Tabel 10. Dominasi jenis stasiun II

Jenis d (Meter) LBDS D DR (%)

Soneratia
0.31 0.08 2.51 34.58
alba
Xylocarpus
0.27 0.06 1.91 26.23
sp
Ceriops tagal 0.33 0.09 2.85 39.19
Jumlah 7.27 100.00

18
4.2 Pembahasan
Pada pratikum identifikasi mangrove digunakan 3 metode yaitu terdiri dari 3
plot yakni plot 10 x 10 m yang masuk dalam kategori pohon, kemudian plot 5 x 5
m untuk kategori anakan, dan plot 1 x 1 m untuk kategori semai.
Hutan bakau atau hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-
rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-
surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi
pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung
dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan
mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hasil pengamatan yang telah kami lakukan di hutan mangrove, kami
menjumpai beberapa jenis tumbuhan diantaranya yang kami jumpai adalah Bakau
avicenia alba, ceprios tangal, soneratia, dan xylocarpus. Tapi yang paling banyak
yang kami jumpai di sana adalah jenis pohon Bakau (avicenia alba) jenis pohon
tersebut merupakan jenis pohon (karakteristik) yang ada di kawasan hutan
mangrove.
Dari ke-3 plot untuk kategori pohon (10 x 10 m), kami menemukan species
avicenia alba,yang berjumlah 5, species ceriops tangal yang berjumlah 1 pada
stadium 1. Untuk kategori tegakan (5x5 m), kami menemukan species avicenia
alba berjumlah 4 pada staduim1, sedangkan kategori semai (1x1 m) kami
melakukan pengambilan data sebanyak 3 kali dan kami menemukan semai
sebanyak 42 batang pada stadium 1.
Berikut ini tabel yang menunjukkan hasil dari kerapatan, frekuensi, dominasi
dan indeks nilai penting dari pohon mangrove yang telah diamati pada stasiun I
dan stasiun II.

19
KATEGORI POHON
250
200
150
Soneratia alba
100
50 avicenia alba

0 Ceriops tagal

Gambar 5. Grafik kategori pohon di staisun I

KATEGORI TEGAKAN
200
150
100 Soneratia alba

50 avicenia alba

0 Ceriops tagal
Jumlah K( KR ( %) F FR INP
Ind/Ha)

Gambar 6. Grafik kategori tegakan di stasiun I

KATEGORI SEMAI
600

400
Soneratia alba
200
avicenia alba
0 Ceriops tagal
Jumlah K( KR ( %) F FR INP
Ind/Ha)

20
Gambar 7. Grafik kategori semai pada staisun I

KATEGORI POHON

INP
DR
D
LBDS Ceriops tagal
FR
Xylocarpus sp
F
KR ( %) Soneratia alba
K( Ind/Ha)
Jumlah
0 50 100 150 200 250

Gambar 8. Grafik kategori pohon pada staisun II

KATEGORI TEGAKAN

INP
FR
F Ceriops tagal
KR ( %) Xylocarpus sp

K( Ind/Ha) Soneratia alba

Jumlah

0 50 100 150

Gambar 9. Grafik kategori tegakan pada staisun II

KATEGORI SEMAI

INP
FR
Ceriops tagal
F
Xylocarpus sp
KR ( %)
Soneratia alba
K ( Ind/Ha)
Jumlah

0 50 100 150 200 250

Gambar 10. Grafik kategori semai pada staisun II


Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa di staisun I jenis Avicennia alba
memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis Sonneratia alba

21
dan Ceriops tagal, hal ini disebabkan karena tumbuhan ini merupakan jenis pionir
pada habitat rawa mangrove di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang
lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di
sepanjang garis pantai. Sedangkan di stasiun II jenis yang memiliki kerapatan
yang tinggi yaitu jenis Sonneratia alba untuk kategori pohon dan untuk tegakan
lebih didominasi oleh jenis Ceriops tagal, hal ini disebabkan dengan daerah yang
ditumbuhi oleh pohon mangrove ini sesuai dengan habitat hidupnya.
Spesies yang paling dominan dilihat dari banyak jumlahnya yaitu Avicennia
alba. Adapun ciri-ciri umum untuk spesies Avicennia sp. yaitu pohon dengan
ketinggian mencapai 25 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. memiliki
perakaran yang khas hingga mencapai 5 m dan kadang-kadang memiliki akar
udara dan keluar dari cabang. Kulit kayu berkelupas dan berubah-ubah.
Selain itu, pohon dengan satu atau banyak batang, tinggi hingga 10 m. Kulit
kayu berkelupas, bercelah, berwarna coklat kemerah-merahan.Memiliki akar
nafas dengan panjang hingga 3 m, dan akar udara yang tumbuh dari cabang
bawah.

22
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Pada identifikasi mangrove digunakan 3 metode yaitu terdiri dari 3 plot
yakni plot 10 x 10 m yang masuk dalam kategori pohon, kemudian plot 5 x 5 m
untuk kategori anakan, dan plot 1 x 1 m untuk kategori semai
2. Ekosistem mangrove memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah
komoditas. Mangrove itu sendiri memiliki fungsi Biologis, Fisik, dan Ekonomis.
3. Fungsi mangrove sangatlah banyak, yang diantaranya adalah, mangrove
berfungsi sebagai penahan sedimen tanah, sebagai garis pantai, sebagai penahan
ombak, penahan penjorokan air ke darat, sebagai tempat pemijahan berbagai biota
yang hidup pada habitat tersebut.
4. Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan jenis tropis yang terdapat
di sepanjang garis pantai perairan tropis.
5. Produsen utama dihutan mangrove ini adalah serasah dari daun atau ranting
mangrove.
5.2 SARAN
Adapun saran dari kegiatan praktikum ini, mahasiswa harus lebih
memperhatikan persiapan untuk praktikum agar pada saat mengamati akan
mendapat hasil yang lebih akurat dan waktu yang digunakan lebih efektif dan
efisien.

23
DAFTAR PUSTAKA
Aksornkoae. 1993. Ecology and Management of Mangrove. ICUN. Bangkok:
Thailand. pp 176.

Kusmana, C., S. Takeda, and H. Watanabe. 1995. Litter Production of Mangrove


Forest in East Sumatera, Indonesia. Prosidings Seminar V: Ekosistem
Mangrove, Jember, 3-6 Agustus 1994: 247-265. Kontribusi MAB Indonesia
No. 72-LIPI, Jakarta.

Nirarita, dkk, 1996, Ekosistem Lahan Basah – Indonesia, Bogor: Wetlands


International-Indonesia Programme

Pramudji. 2000. Hutan Mangrove di Indonesia: Peranan, Permasalahan dan


Pengelolaannya. Oseana XXV (1): 13 – 20.
Noor, dkk. 1999. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Hidayat. 1994. Buku Panduan Mangrove di Indonesia. Denpasar: PassKress


Communication.

Tjitrosoepomo. 1989. Panduan Praktikum Ekologi. Surabaya: UniPress

Giensen. 1999. A general account of the fauna and flora of mangrove swamps and
forest in the Indo-West-Pacific region. Adv. Mar. Biol. 6:72-270

24

Anda mungkin juga menyukai