Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

WORKSHOP PENGEMBANGAN ORGANISASI PROFESI


SMK TINGKAT PROPINSI JAWA TIMUR

DI HOTEL VICTORY KOTA BATU

TANGGAL 6 S.D 9 Oktober 2017

OLEH:
MOHAMMAD ANAS,S.Pd,S.ST
NIP. 19730903 200003 1 006

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
UPT SMK NEGERI 1 SIDOARJO
JL.MONGINSIDI SIDOARJO
2017

1
IDENTITAS GURU
1. Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Sidoarjo
2. Nama Guru : MOHAMMAD ANAS,S.Pd,S.ST
3. NIP : 19730903 200003 1006
4. NUPTK : 8735 7516 5320 0032
5. Nomor Sertifikat Pendidik : 114115533024
6. Pangkat/Golongan : Penata Tingkat 1/ III d
7. AlamatSekolah :
a. Nama Jalan : Jl Monginsidi Sidoarjo
b. Kelurahan : Sidoklumpuk
c. Kecamatan : Sidoarjo
d. Kabupaten : Sidoarjo
e. Provinsi : Jawa Timur
f. NomorTelepon : 0318965636
g. Nomor Fax : 0318946978
h. Alamat Website : Smkn1sidoarjo.sch.id
i. Alamat email : Smkn1sidoarjo@yahoo.com
8. Mengajar Mata Pelajaran : TEKNIK AUDIO VIDEO
9. SK Pengangkatan :
a. Sebagai CPNS :
b. Pejabat yang mengangkat : Menteri Pendidikan Nasional
c. Nomor SK : 8388/A2/KP/2000
d. Tanggal SK : 16 Mei 2000
e. Pangkat Terakhir : Penata Tingkat 1 / III d
f. Pejabat yang mengangkat : Bupati Sidoarjo
g. Nomor SK : 823.3/087404.6.1//2012
h. Tanggal SK : 29 Maret 2012
10. AlamatRumah :
a. Nama Jalan : Jl Pejagalan
b. Kelurahan : Simoangin-angin RT 13 RW 04
c. Kecamatan : Wonoayu
d. Kabupaten : Sidoarjo
e. Provinsi : Jawa Timur
f. NomorTelepon : 082244350303
g. Nomor Fax :
h. Alamat email : anasmohammad1973@gmail.com

2
Lembar Pengesahan

Judul Laporan : Laporan Kegiatan Pengembangan Diri


Nama : MOHAMMAD ANAS,S.Pd,S.ST
NIP : 19730903 200003 1006
Pangkat/Golongan : Penata Tingkat 1 / III d
NUPTK : 8735 7516 5320 0032
Tempat Tugas : SMK Negeri 1 Sidoarjo
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Teknik Audio Video

Pengembangan Diri yang dilaporkan

WORKSHOP PENGEMBANGAN ORGANISASI PROFESI SMK

Membenarkan bahwa semua isi dalam Laporan Kegiatan adalah sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan bersangkutan.

Sidoarjo,10 Oktober 2017

Mengetahui, Koordinator PKB, Penyusun,


Kepala SMK Negeri 1 Sidoarjo,

Drs Abdul Rofiq MM Drs Mansur M.Pd Mohammad Anas,S.Pd,S.ST


NIP.19601115 198703104 NIP. 196106281989031005 NIP.19730903 200003 1006

3
DAFTAR ISI

IDENTITAS GURU ................................................................................................................. 2


Lembar Pengesahan ................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 4
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 5
BAB I ......................................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 6
Bagian Awal
A. Judul Diklat ................................................................................................................... 6
B. Waktu Pelaksanaan Diklat ........................................................................................... 6
C. Tempat Kegiatan Diklat Dilaksanakan .................................................................... 6
D. Tujuan ............................................................................................................................ 6
E. Lama Waktu .................................................................................................................. 6
F. Surat Penugasan ............................................................................................................ 6
G. Penyelenggara / Pelaksana Diklat ................................................................................ 6
H. Fotokopi Sertifikat......................................................................................................... 6

Bagian Isi

BAB II ........................................................................................................................................ 7
ISI ............................................................................................................................................... 7
A. Uraian Tujuan Diadakan Pelatihan.......................................................................... 7
B. Isi Materi & Kesesuaian dengan Peningkatan Keprofesian Guru ........................... 7
C. Tindak Lanjut yang Telah atau Akan Dilaksanakan Oleh Guru ..................... 7
D. Dampak terhadap Peningkatan Kompetensi Guru ................................................ 8
E. Penutup ........................................................................................................................... 8

Bagian Akhir

BAB III ...................................................................................................................................... 9


PENUTUP ................................................................................................................................. 9
Lampiran 2 Materi ................................................................................................................. 12

4
KATA PENGANTAR

Segala pujibagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga pendidik dapat menyelesaikan pembuatan laporan yang berjudul ” Workshop
Pengembangan Organisasi Profesi SM “ tanggal 6 s.d 9 Okt 2017 bertempat di hotel
Victory Kota Batu dapat terselesaikan dengan baik

Pendidik mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kepala SMKN 1Sidoarjo, Drs.


Abdul Rofiq , MM yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti
pelatihan guna meningkatkan Sumberdaya Manusia sebagai pendidik. Sebagai wujud
peningkatan pengembangan diri berkelanjutan.
Selain itu pendidik juga mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak
penyelenggara yaitu Dinas Pendidikan dan kebudayaan propinsi Jawa Timur yang telah
menyelenggarakan Pelatihan Workshop Pengembangan Organisasi Profesi SMK yang
tentunya sangat bermanfaat bagi kami.
Pendidi k menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan ini.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Sidoarjo, 10 Oktober 2017

MOHAMMAD ANAS,S.Pd,S.ST
NIP. 19730903 200003 1 006

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Diklat
Workshop Pengembangan Organisasi Profesi SM

B. Waktu Pelaksanaan Diklat


Pelatihan ini dilaksanakan mulai tanggal 6 Oktober s.d 9 Oktober 2017
.

C. Tempat Kegiatan Diklat Dilaksanakan


Hotel Victory Kota Batu Jalan Raya Junggo No 107 Kota Batu

D. Tujuan
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan penguatan kompetensi guru mata
pelajaran dalam memberikan layanan peserta didik agar bermutu dan berkualitas

E. Lama Waktu
Pelatihan ini dilaksanakan selama 4 hari dengan total waktu 31 jam.

F. Surat Penugasan
Berupa penugasan langsung melalui surat tugas dari cabang Dinas Pendidikan
wilayah kabupaten Sidoarjo dengan nomer 492/1935/101.6.25/2017 ( Terlampir)

G. Penyelenggara / Pelaksana Diklat


Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur

H. Fotokopi Sertifikat
Fotokopi sertifikat dapat dilihat pada halaman berikut.

6
BAB II

ISI

A. Uraian Tujuan Diadakan Pelatihan


Pelatihan ini bertujuan untuk
1. Memberikan informasi perihal revolusi mental sesuai Instruksi Presiden
2. Menyamakan Presepsi terkait peningkatan kompetensi guru dan tenaga
kependidikan menengah setelah berlakunya undang undang No 23 Tahun
2014
3. Memberikan memberikan penguatan kompetensi guru mata pelajaran
dalam memberikan layanan peserta didik agar bermutu dan berkualitas
4. Menginformmasikan program perioritas pembanguan pendidikan di
Jawa Timur

B. Isi Materi & Kesesuaian dengan Peningkatan Keprofesian Guru


No Materi Alokasi Waktu
1 Materi Umum
1. Kebijakan bidang Pembinaan guru dan Tenaga 2 Jam
Keependidikan
2. Kebijakan pengembangan profesionalisme guru
3 Jam
di Jawa Timur Tahun 2017

2 Materi Inti
1. Kebijakan pengembangan Pembinaan Guru 4 jam
dan Tenaga Kependidikan
2. Organisasi Profesi guru menurut Peraturan 5 Jam
Perundangan
3. Pengembangan keprofesian berkelanjutan 4 Jam
berbasis komunitas
4. Tantangan Profesionalisme guru Indonesia 4 Jam
5. Literacy Digital 4 jam
6. Membangun Budaya Mutu, Implementasi
bagi Organisasi profesi guru 5 Jam

Jumlah 31 Jam

C. Tindak Lanjut yang Telah atau Akan Dilaksanakan Oleh Guru


1. Melaporkan hasil pelatihan ini kepaa Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo dan
Kepala sekolah
2. Mensosialisasikan hasil pelatihan ini kepada anggota MGMP
3. Melakukan kegiatan di MGMP

7
D. Dampak terhadap Peningkatan Kompetensi Guru
Pelatihan ini memberikan dampak yang positif, yaitu meningkatnya kompetensi
guru, baik kompetensi pribadi, sosial, dan akademis.

E. Penutup
Dengan adanya pelatihan ini diharapkan guru memahami dan mampu
mengembangkan dan memberdayaakan organisasi profesi dalam kegiatan di
MGMP sesuai dengan keampuan yang ada. Selain itu diharapkan guru terus
melakukan pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.dan dapat melakukan
literacy digital

8
BAB III

PENUTUP

Nama Diklat Tempat Jumlah Jam Nama-nama Fasilitator Mata Diklat / Nama Dampak
Kegiatan Kegiatan Diklat Kompetensi Penyelenggara
Kegiatan
Workshop Hotel Victory 60 Jam 1. Dr Rasyid Al Atok 1. Kebijakan Dinas Pendidikan 1. Pelatihan ini
Pengembangan Koto Batu , jl (Universitas Negeri Pembinaan dan Propinsi Jawa Timur memberikan
Organisasi Junggo No Malang) Pengembngan Karir dampak yang
Profesi tingkat 107 Kota Batu positif, yaitu
Guru
Profensi 2. Dr Enny Sekar ,MM meningkatnya
(IDI Prop Jatim) 2. Organisasi Profesi kompetensi
guru menurut guru, baik
3. Didik Budi handoko Peraturan Perundang kompetensi
(P4TK IPS Batu) an pribadi, sosial,
3. Organisasi profesi , dan akademis
4. Prof Dr Djoko belajar dari
Saryono (Universitas pengalaman
Negeri Malang 4. Pengembangan
keprofesian
5. Dr R ahma berkelanjutan
Sugihartati ( berbasis komunitas
universita Airlangga 5. Tantangan
Surabaya) Profesionalisme
guru Indonesia
6. Erfan Agus Munif 6. Literacy Digital
,M.Pd 7. Membangun Budaya
Mutu, Implementasi
bagi Organisasi
profesi guru

9
10
Lampiran 1 FOTO-FOTO
Pembukaan kegiatan

Mengikuti Materi

11
Lampiran 2 Materi

KOMPETENSI GURU
A. KONSEP DASAR KOMPETENSI

12
Kompetensi merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan
profesi keguruannya. Pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa
bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi
kepentinagn umum (Moh Uzer Usman, 2005: 14).
Perbedaan profesi guru dengan profesi lainnya terletak pada tugas dan
tanggungjawabnya. Tugas dan tanggungjawab erat kaitannya dengan kemampuan
guru itu sendiri (kompetensi guru itu sendiri), Udin Syaefudin Saud (2009: 44),
dijelaskannya bahwa kompetensi merupakan pilar dari suatu profesi, seorang
profesional yang kompeten harus dapat menunjukkan karakteristik utamanya, antara
lain:
1. Mampu melakukan pekerjaan tertentu secara profesional,
2. Menguasai perangkat pengetahuan mengenai seluk beluk bidang pekerjaannya,
3. Menguasai perangkat keterampilan mengenai cara melakukan pekerjaannya,
4. Memahami perangkat ambang mengenai kelayakan minimal dan keberhasilan
pekerjaannya,
5. Memiliki daya dan citra unggulan dalam melakukan tugasnya,
6. Memiliki kewenangan atas kompetensinya sehingga memungkinkan mendapat
pengakuan pihak berwenang.
B. JENIS-JENIS KOMPETENSI
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pada Bab IV Pasal 10 ayat 91 kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi ini terdiri dari,
a. Pemahaman terhadap peserta didik,
b. Pemahaman materi pembelajaran,
c. Pemahaman kurikulum sekolah,
d. Mampu melakukan pengembangan yang mendidik,
e. Penguasaan teknologi,
f. Mampu mengembangkan potensi peserta didik,
g. Mampu berkomunikasi efektif,
h. Evaluasi proses dan hasil belajar,
i. Mampu melakukak tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
2. Kompetensi kepribadian
a. Bertindak sesuai norma yang berlaku,
b. Jujur, berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik,
c. Mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
d. Bertanggungjawab dan percaya diri.
3. Kompetensi sosial
Kompetensi ini meliputi kemampuan untuk beradapatasi dengan peserta didik,
tenaga pendidik, tenaga kependidikan yang lain, wali murid peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
4. Kompetensi profesional
Meliputi penguasaan dan pendalaman terhadap bidang studi yang dimiliki untuk
mendukung terlaksananya pembelajaran yang optimal.
Kompetensi guru di Indonesia juga dikembangkan oleh Proyek Pembinaan
Pendidikan Guru (P3G). Terdapat sepuluh kompetensi yang dimaksud:
1. Menguasai bahan,
2. Mengelola program belajar-mengajar,
3. Mengelola kelas,
4. Menggunakan media belajar,
5. Menguasai landasan kependidikan,
6. Mengelola interaksi belajar-mengajar,
7. Menilai prestasi belajar,
8. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan,

13
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah,
10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Sedangkan Moh Uzer Usman (2005: 16) menyebutkan terdapat dua
kompetensi guru:
1. Kompetensi pribadi
a. Mengembangkan kepribadian
b. Berinteraksi dan berkomunikasi
c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
d. Melaksanakan administrasi sekolah
e. Melaksanakn penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
2. Kompetensi profesional
a. Menguasai landasan pendidikan
b. Menguasai bahan pengajaran
c. Menyusun program pengajaran
d. Melaksanakan program pengajaran
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar.

TUGAS, PERAN, DAN TANGGUNG JAWAB GURU


A. TUGAS GURU
Moh. Uzer Usman (2005: 8) menuliskan bahwa tugas guru meliputi tugas
profesi, kemanusiaan, dan kemasyarakatan.
Tugas profesi antara lain: mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik adalah
meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar adalah meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih adalah mengembangkan
keterampilan-keterampilan siswa.
Tugas kemanusiaan mencakup: guru menjadi orang tua kedua, auto-
pengertian, transformasi diri, autoidentifikasi.
Tugas kemasyarakatan meliputi mendidik dan mengajar masyarakat untuk
menjadi warga negara yang bermoral Pancasila, mencerdaskan bangsa.
Selanjutnya Piet A. Sahertian (1994: 12) menyebutkan tugas guru dibedakan
menjadi tugas personal, sosial, dan profesional.
Tugas personal menyangkut tugas pribadi, yaitu mengadakan refleksi diri
apakah siswa mengerti dan memahami apa yang telah diajarkannya.
Tugas sosial berkaitan dengan misi kemanusiaan, yaitu memanusiakan
manusia dan pelayanan manusia.
Tugas profesional menyangkut peran profesinya sebagai guru, yaitu menguasai
pengetahuan, menjadi contoh disiplin, serta menjadi penghubung sekolah dengan
masyarakat.
B. PERAN GURU
Peranan guru menurut Udin Syaefudin Saud (2009: 36) meliputi empat
peranan:
1. Guru sebagai pengajar
Guru dituntut untuk menampilkan diri sebagai cendekiawan yang paham dan
menguasai bidang disiplin ilmu dan mengetahui bagaimana cara mengajarkannya
kepada orang lain.
2. Guru sebagai pengajar dan pendidik
Guru harus tampil sebagai cendekiawan dan sebagai pendidik. Jadi selain
menguasai disiplin ilmu dan cara pengjarannya juga harus memiliki pemahaman
tentang seluk beluk kependidikan.
3. Guru sebagai pengajar, pendidik, agen pembaharuan dan pembangunan
masyarakat
Selain sebagai pengajar dan pendidik siswa dalam berbagai situasi, guru juga
sebagai penggerak dan pelopor pembaharuan dan perubahan masyarakat.

14
4. Guru yang berkewenangan ganda sebagai pendidik profesional dengan bidang
keahlian lain selain kependidikan
Untuk mengantisipasi kondisi globalisasi yang dinamis, maka guru harus siap
alih fungsi agar tetap berpeluang meraih taraf dan martabat hidup yang layak tanpa
berpretensi mengurangi makna dan martabat profesi guru. Hal ini diharapkan agar
guru siap menghadapi persaingan penawaran jasa pelayanan profesional di masa
depan.
Moh. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional menyebutkan
peran guru meliputi:
1. Peran dalam proses belajar mengajar
a. Guru sebagai demonstrator
Sebagai seorang lecturer, guru hendaknya menguasai bahan dan materi
pelajaran. Kemudian yang harus disadari oleh seorang guru adalah bahwa ia
sendiri merupakan pelajar yang senantiasa harus selalu mengembangkan
kemampuannya dengan belajar.
Ia harus memmbantu siswa untuk memahami dan mengerti materi
pelajaran yang diajarkannya. Selain itu ia dituntut aktif memberikan
informasi-informasi kepada siswa karena pada hakikatnya ia merupakan
sumber ilmu.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Guru dalam perannya ini harus mampu mengelola kelas sedemikian
rupa menjadi lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga membuat
siswa merasa betah berada di kelas. Guru harus mengusahakan agar kegiatan
belajar mengajar mencapai hasil yang maksimal dengan jalan mengelola
fasilitas-fasilitas yang ada.
Sebagai pengelola kelas diharapkan guru sedikit demi sedikit dapat
menjadikan ketergantungan siswa pada guru lepas. Hal ini tidak lain adalah
agar siswa dapat mandiri.
c. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru bagaimanapun harus memahami dan menguasai
berbagai media yang menunjang kegiatan belajar mengajar siswa, menguasai
komunikasi dan interaksi yang baik karena sebenarnya mediator itu sendiri
adalah penghubung dalam kegiatan belajar mengajar.
Sebagai fasilitator, guru dituntut mampu menyediakan sumber belajar
yang bermanfaat bagi kegiatan belajar mengajar. Sumber belajar ini sangat
bervariasi misalnya dari internet, majalah, surat kabar, buku, dal lain
sebagainya.
d. Guru sebagai evaluator
Evaluator yang baik adalah yang mampu mengetahui apakah kegiatan
belajar mengajar berhasil sesuai dengan tujuan yang dirumuskan atau belum
dan apakah materi yang diajarkan sudah tepat atau belum.
Kegiatan evaluasi ini nantinya digunakan untuk mengembangkan
kebijakan masa pendidikan selanjutnya agar segala kekurangan yang ada pada
masa yang dievaluasi dapat diperbaiki.
2. Peran guru dalam pengadministrasian
Guru berperan dalam pengambilan inisiatif, yaitu menyangkut kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai
wakil masyarakat yang harus mencerminkan kemauan masyarakat dalam arti yang
baik. Guru menjadi penerjemah kepada masyarakat mengenai semua
perkembangan bidang pendidikan.
Selain hal di atas guru juga berperan dalam pengadministrasian
pendidikan, penegak disiplin, pemimpin generasi muda, dan ahli dalam mata
pelajaran.
3. Peran guru secara pribadi
Guru berperan sebagai petugas sosial yang membantu kepentingan
masyarakat. Guru sebagai pelajar dan ilmuwan, yaitu selalu menuntut ilmu
pengetahuan. Guru sebagai orang tua yang mewakili wali murid, guru sebagai

15
pencari teladan yang mencarikan teladan bagi siswa-siswanya. Guru sebagai
pencari keamanan yang mencarikan rasaaman bagi siswa-siswanya.
4. Peran guru secara psikologis
Perannya secara psikologis, yaitu sebagai ahli psikologi pendidikan,
seniman dalam hubungan antarmanusia, pembentuk kelompok sebagai alat
pendidikan, petugas kesehatan mental yang bartanggungjawab atas kesehatan
mental siswa, dan sebagai agen pembaharuan yang berpengaruh terhadap
timbulnya pembaharuan.
Sedangkan Olivia dalam Piet A. Sahertian (1994: 16) mengemukakan sepuluh
peran guru yang meliputi:
1. Guru sebagai penceramah
2. Guru sebagai nara sumber
3. Guru sebagai fasilitator
4. Guru sebagai konselor
5. Guru sebagai pemimpin kelompok
6. Guru sebagai tutor
7. Guru sebagai manajer
8. Guru sebagai kepala laboratorium
9. Guru sebagai perancang program
10. Guru sebagai manipulator yang dapat mengubah situasi belajar.
C. TANGGUNG JAWAB GURU
Profesi adalah suatu pernyataan bahwa seseorang melakukan tugasnya dengan
penuh tanggung jawab. Oleh karena itu guru punya tanggung jawab yang
multidimensial. Atas dasar tanggung jawab itu maka tingkat komitmen dan kepedulian
terhadap tugas pokok harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya; tanggung jawab
dalam mengajar, membimbing, melatih, serta mereka yang dipertanggungjawabkan
(Piet A. Sahertian, 1995: 13).
Guru bertugas sebagai pengajar lebih menekankan terhadap tanggung
jawabnya dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Tugas dan tanggung
jawab guru sebagai pembimbing memberi tekanan terhadap tugas memberikan
bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Tugas dan
tanggung jawab sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara
ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Tanggung
jawab mengembangkan kurikulum membawa implikasi bahwa guru dituntut untuk
mencari gagasan-gagasan baru, penyempurnaan praktik pendidikan, khususnya dalam
praktik penganggaran. Tanggung jawab mengembangkan profesi pada dasarnya ialah
tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan
meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Tanggung jawab dalam membina
hubungan dengan masyarakat berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah
sebagai bagian integral dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat
(Udin Syaefudin Saud, 2009: 35)

PERANGKAT KEPROFESIAN GURU


KODE ETIK PROFESI KEGURUAN
A. DEFINISI KODE ETIK
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pasal
28 “Pegawai Negeri Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah
laku, dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.”
2. Pidato Pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni (Ketua Umum PGRI) menyatakan
bahwa kode etik guru merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru
warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru
(PGRI: 1973).

16
Kemudian Soetjipto (2009: 30) menuliskan bahwa kode etik suatu profesi
merupakan norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Kode etik keprofesian pada hakikatnya merupakan suatu sistem peraturan
atau perangkat prinsip-prinsip keprilakuan yang telah diterima oleh kelompok orang-
orang yang tergabung dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu (Udin
Syaefudin Saud, 2009: 78). Kode etik sebagai pegangan dalam bertindak dan acuan
dalam memelihara dan menjunjung tinggi profesinya. Kode etik juga merupakan
landasan untuk mengajukan tuntutan kepada pihak yang berwenang dalam hal
terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan dari pengemban profesi yang bersangkutan.
Kode etik memuat preambul dan perangkat prinsip dasar. Preambul
merupakan deklarasi inti yang menjiwai keseluruhan perangkat kode etik yang
bersangkutan. Perangkat prinsip dasar antara lain memuat tanggung jawab,
kewenangan, standar moral dan hukum, standar unjuk kerja termasuk teknik dan
instumen yang dilibatkan, konfidensialitas, hubungan kerja dan sejawat,
perlindungan, keamanan dan kesejahteraan klien, kewajiban pengembangan diri, dan
kemampuan profesional termasuk penelitian serta publisitas keprofesiannya kepada
masyarakat.
Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh
guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas
profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara (Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru: 2012).
B. PENETAPAN, TUJUAN, DAN SANKSI KODE ETIK
Kode etik lazim disusun, ditetapkan, dan disahkan oleh organisasi asosiasi
profesi yang bersangkutan, melalui suatu forum formal (kongres atau konferensi) yang
diatur dalam AD/ART. Pada organisasi asosiasi profesi yang telah mapan biasanya
terdapat Dewan atau Majelis Kode Etik yang bertindak sebagai penegak sehingga
kode etik tersebut berlaku secara efektif. Tetapihal ini belum ditemukan di lingkungan
organisasi asosiasi profesi kependidikan khususnya PGRI (Udin Syaefudin Saud,
2009: 81).
Penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan,
melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama
anggota-anggota profesi dari organisasi tersebut (Soetjipto, 2005: 32).
Tujuan kode etik meliputi hal-hal antara lain: untuk menjunjung tinggi
martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanga,
meningkatkan pengabdian para anggota profesi, meningkatkan mutu profesi, dan
meningkatkan mutu organisasi profesi (R. Hermawan S dalam Soetjipto, 2005: 31).
Kemudian Udin Syaefudin Saud (2009: 81) menyatakan bahwa tujuan pokok
diadakannya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas pekerjaan keprofesian
terwujud sebagaimana mestinya dan kepentingan semua pihak terlindungi
sebagaimana layaknya.
Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakana
KEGI dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru.
Guru yang melanggar KEGI dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan negara. Tentu saja, guru tidak
secara serta-merta dapai disanksi karena tudingan melanggar Kode Etik profesinya.
Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi objektif. Pemberian rekomendasi
sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap KEGI merupakan
wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Pemberian sanksi oleh DKGI
sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan
anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan. Rekomendasi
DKGI wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru. Tentu saja, istilah wajib ini
normatif sifatnya. Sanksi dimaksud merupakan upaya pembinaan kepada guru yang
melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru. Selain
itu, siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran KEGI wajib melapor kepada
DKGI, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang. Tentu saja, setiap
pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi

17
profesi guru dan/atau penasehat hukum menurut jenis pelanggaran yang dilakukan
dihadapan DKGI (Kebijakan Pengembangan Profesi Guru: 2012).
C. KODE ETIK GURU INDONESIA (KEGI)
Kode Etik Guru Indonesia dibuat oleh Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI). KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus
II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI
No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI versi PGRI
seperti telah diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan) bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik
Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008. Di bawah ini mengenai substansi esensial Kode
Etik Guru Indonesia:
1. Hubungan guru dengan peserta didik
 Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
 Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
 Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
 Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
 Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah
yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi
peserta didik.
 Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas
kaidah pendidikan.
 Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
 Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya,
termasuk kemampuannya untuk berkarya.
 Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
 Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
 Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan
dan hak-hak peserta didiknya.
 Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
 Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya
dari kondisikondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan
kesehatan, dan keamanan.
 Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-
alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
 Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
 Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
2. Hubungan guru dengan orang tua/wali siswa
 Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
 Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.

18
 Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
 Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
 Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
 Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi
denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau
anak-anak akan pendidikan.
 Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
3. Hubungan guru dengan masyarakat
 Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
 Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
 Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
 Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
 Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat
berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta
didiknya.
 Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
 Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat.
 Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Hubungan guru dengan sekolah dan rekan sejawat
 Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
 Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
 Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
 Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah.
 Guru menghormati rekan sejawat.
 Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
 Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan
dengan standar dan kearifan profesional.
 Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk
tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan
tuntutan profesionalitasnya.
 Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-
pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan
pembelajaran.
 Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
 Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-
tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
 Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-
kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
 Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan
dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
 Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.

19
 Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas
dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
 Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbanganpertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
 Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau
tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
5. Hubungan guru dengan profesi
 Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
 Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan
bidang studi yang diajarkan.
 Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
 Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
 Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
 Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
 Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
 Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-
tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang
pendidikan dan pembelajaran.
6. Hubungan guru dengan organisasi profesi
 Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.
 Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.
 Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
 Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
 Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
 Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat
merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
 Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
 Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi
profesi tanpa alasan yang dapa dipertanggungjawabkan.
7. Hubungan guru dengan pemerintah
 Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan
bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan
ketentuan perundang-undangan lainnya.
 Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya.
 Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan
dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
 Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah
atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.

20
 Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat
pada kerugian negara.
Sumber: Kebijakan Pengembangan Profesi Guru: 2012.

PERANGKAT KEPROFESIAN GURU


ORGANISASI ASOSIASI KEPROFESIAN
A. EKSISTENSI, MOTIF, DAN FUNGSI ORGANISASI ASOSIASI
KEPROFESIAN
Organisasi profesi lahir sebagai akibat perkembangan jenis bidang tertentu
yang semakin meningkat dan diprakarsai oleh para pengemban bidang yang
bersangkutan.
Basuni dalam Soetjipto (2005: 35) menyebutkan bahwa misi utama dari PGRI
adalah: 1) misi politis/ideologi, 2) misi persatuan organisatoris, 3) misi profesi,4) misi
kesejahteraan. Yang kemudian Soetjipto menambahkan bahwa misi yang menonjol
dalam PGRI adalah misi pertama dan kedua. Hal ini ditandai oleh adanya wakil-wakil
PGRI pada badan legislatif.
Motif dasar lahirnya organisasi asosiasi keprofesian sangat bervariasi, antara
lain: sosial, politik, ekonomi, kultural, dan pandangan tentang sistem nilai. Tetapi pada
umumnya mempunyai motif solidaritas antarpengemban bidang pekerjaan yang
bersangkutan atas dasar dorongan dalam diri mereka sendiri/intrinsik dan tuntutan
lingkungannya/ekstrinsik. Motif intrinsik berkaitan dengan permasalahan nasib, yaitu
kesadaran akan penghidupan yang layak. Motif intrinsik juga berkaitan dengan
dorongan jiwa untuk melaksanakan pengabdian secara ikhlas. Sedangkan motif
ekstrinsik berkaitan dengan tuntutan masyarakat pengguna jasa, persaingan, dan
perkembangan jaman/pengetahuan dan teknologi (Udin Syaefudin Saud, 2009: 83)
Organisasi profesional keguruan Indonesia yang dibentuk pada 25 Nopember
1945 selain menjadi wadah untuk menyatukan tujuan juga berfungsi untuk
melindungi anggotanya, meningkatkan dan mengembangkan karir, serta
mensejahterakan anggotanya.
B. BENTUK, CORAK, DAN STRUKTUR ORGANISASI ASOSIASI
KEPROFESIAN
Dalam bidang pendidikan terdapat berbagai bentuk organisasi asosiasi profesi,
1. Persatuan, misalnya PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Australian
Aducation Union, Singapore Teacher’s Union, National Union of the Teaching
Profession Malaysia, Japan Teacher’s Union.
2. Federasi, misalnya All India Federation of Teachers Organisations, Bangladesh
Teachers’Federation, Federation of Elementary Education Teachers’ Association
of Thailand.
3. Aliansi, antara lain Alliance of Concered Teachers’ Philipina.
4. Asosiasi, banyak terdapat di berbagai negara.
Corak organisasi asosiasi keprofesian antara lain menurut
1. Jenjang pendidikan dimana mereka bertugas (dasar, menengah, perguruan tinggi)
2. Status penyelenggara kelembagaan pendidikan (negeri, swasta)
3. Bidang studi (bahasa Inggis, Matematika, dan lainnya)
4. Latar belakang etnis (Cina, Melayu, dan lainnya)
Struktur dipandang dari jangkauan wilayah
1. Lokal
2. Nasional
3. Internasional (WCOTP, WFTU, dan lainnya)
Di indonesia terdapat PGRI yang telah mendapat pengakuan pemerintah,
MGMP (Musyawarah Guru Mata pelajaran) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
guru dalam kelompoknya masing-masing, ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
yang terdiri dari divisi IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia), HISAPIN
(Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia). Tetapi hubungan antara
organisasi tersebut masih belum tampak secara nyata (Soetjipto, 2005: 37).
C. PROGRAM OPERASIONAL DAN AD/ART/KONVENSI

21
AD/ART/Konvensi mengatur segala hal yang berkaitan dengan seluk-beluk
keorganisasian, seperti visi, misi, fungsi dan peranan, serta tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya termasuk penyelenggaraan dan program kerjanya. Bagi profesi
keguruan, telaah dokumen yang relevann, antara lain AD/ART PGRI, IPTBI, dan
lainnya.
Program kerja suatu organisasi asosiasi keprofesian disusun dan
dipertanggungjawabkan kepada anggotanya melalui forum resmi yang juga diatur
dalam AD/ART/konvensi. Program kerja suatu organisasi asosiasi keprofesian
mencakup hal-hal:
1. Upaya yang menunjang terjaminnya pelaksanaan hak dan kewajiban para
anggotanya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Termasuk di dalamnya
mengenai jaminan hukum, hidup, keluarga, sosial, hari tua, dan kesejahteraan
yang layak sehingga dapat menunaikan kewajibannya dengan rasa aman, penuh
kegairahan dan keikhlasan.
2. Upaya-upaya yang memajukan dan mengembangkan kemampuan profesional dan
karir para anggotanya melalui berbagai kegiatan ilmiah dan profesional, seperti
seminar, simposium, penerbitan, clearing house, penataran, dan lokakarya.
3. Upaya-upaya yang menunjang bagi terlaksananya hak dan kewajiban pengguna
jasa pelayanan profesional, baik keamanan maupun kualitasnya, sebagaimana
diatur dalam kode etik.
4. Upaya-upaya yang bertalian dengan pengembangan dan pembangunan yang
relevan dengan bidang keprofesiannya. Bagi organisasi profesi pendidikan, antara
lain:
a. Turut serta dalam pembuatan undang-undang kependidikan seperti pembuatan
undang-undang dengan peraturan pelaksanaannya.
b. Turut serta dalam pengembangan kurikulum dan sistem pendidikan.
c. Turut serta dalam penentuan standar pendidikan dan latihan prajabatan dan
dalam jabatan profesi keguruan.
d. Dan sebagainya.
Sumber: Pengembangan Profesi Guru (Udin Syaefudin Saud, 2009: 87).

PERANGKAT KEPROFESIAN GURU


PENGAKUAN, PERLINDUNGAN, DAN PENGHARGAAN PROFESI GURU
A. PENGAKUAN PROFESI GURU
Keberadaan profesi di masyarakat bukan diakui dan diyakini oleh pengemban
profesi semata, tetapi diakui dan dirasakan pula manfaat dan kepentingannya oleh
masyarakat yang bersangkutan.
Status profesi di bidang kependidikan, khususnya guru/pengajar sampai saat
ini baik secara nasional maupun internasional baru memperoleh
pengakuan/recognation sebagai profesi bayaran yang diangkat oleh pemerintah
maupun organisasi yang memerlukannya. Dengan demikian profesi keguruan masih
belum memperoleh pengakuan sebagai suatu profesi yang bersifat mandiri. Secara
internasional pengakuan tersebut dirumuskan dan dinyatakan secara resmi dalam suatu
deklarasi resmi Konferensi Internasional antar Pemerintah yang diselenggarakan di
Paris oleh UNESCO dan ILO pada 21 September s/d 5 Oktober 1966. Tetapi secara
nyata/defacto profesi keguruan sudah mengarah ke profesimandiri dengan maraknya
permintaan privat-les pada berbagai bidang pelajaran tertentu. Hal ini merupakan awal
pelayanan individual secara profesional (Udin Syaefudin Saud, 2009: 90)
Pengakuan status guru merupakan pengakuan resmi pemerintah bahkan secara
yuridis hal itu telah jauh melangkahi apa yang kini dihadapi oleh profesi keguruan
dalam forum internasional. Menurut Basyuni Suriamirdja di dalam UNESCO dan ILO
status guru masih dalam taraf rekomendasi. Di negara kita status itu bukan lagi
rekomendasi melainkan telah ditegaskan secara yuridis melalui Undang-Undang
(Syafruddin Nurdin, 2005: 8). Undang-Undang yang dimaksud adalah UU

22
SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 (Pasal 39, 40, 41, 43, 44) mengakui eksistensi guru
sebagai profesi serta sekaligus memberikan perlindungan hukum dan pengakuan yang
lebih pasti terhadap jabatan guru.
B. PERLINDUNGAN PROFESI GURU
Perlindungan guru di Indonesia di atur dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Kemudian Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun
1992 tentang Tenaga Kependidikan. Selanjutnya UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dan kemudian dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dan dalam PP No. 74 Tahun 2008.
1. Ranah perlindungan profesi guru
Sesuai dengan Pasal 39 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ranah
perlindungan tersebut meliputi:
a. Perlindungan hukum
Meliputi perlindungan terhadap tindakan yang tidak bertanggung jawab baik
dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi maupun
pihak lain. Perlindungan hukum meliputi:
 tindak kekerasan
 ancaman, baik fisik maupun psikologis
 perlakuan diskriminatif
 intimidasi
 perlakuan tidak adil.
b. Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan
hukubungan kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam
penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah perlindungan profesi dijelaskan
berikut ini.
 Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang
keahlian, minat, dan bakatnya.
 Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugas-
tugas profesional dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat Dewan
Kehormatan Guru Indonesia.
 Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama.
 Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti
prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau
perjanjian kerja atau
 kesepakatan kerja bersama.
 Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi
guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar.
 Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan
pandangan.
 Setiap guru memiliki kebebasan untuk: mengungkapkan ekspresi,
mengembangkan kreatifitas, dan melakukan inovasi baru yang memiliki
nilai tambah tinggi dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
 Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari
peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak
lain.
 Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari pelbagai
ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman.
 Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik, meliputi:
substansi, prosedur, instrumen penilaian, dan keputusan akhir dalam
penilaian.
 Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi: penetapan taraf
penguasaan kompetensi, standar kelulusan mata pelajaran atau mata

23
pelatihan, dan menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan
khusus.
 Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi,
meliputi: mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar
keyakinan akademik, memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau
asosiasi profesi guru, dan bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi
profesi.
 Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan
formal, meliputi: akses terhadap sumber informasi kebijakan, partisipasi
dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
formal, dan memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat
yang lebih tinggi atas
dasar pengalaman terpetik dari lapangan.
c. Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan
terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada
waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain.
Beberapa hal krusial yang terkait dengan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam bertugas, yaitu:
 Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas harus mampu diwujudkan oleh pengelola satuan
pendidikan formal, pemerintah dan pemerintah daerah.
 Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman
psikis dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan
langsung, teman sejawat, dan masyarakat luas.
 Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap:
resiko gangguan keamanan kerja, resiko kecelakaan kerja, resiko
kebakaran pada waktu kerja, resiko bencana alam, kesehatan lingkungan
kerja, dan/atau resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan mengenai ketenagakerjaan.
 Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
 Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang
ditimbulkan akibat: kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain.
 Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja,
akibat: bahaya yang potensial, kecelakaan akibat bahan kerja, keluhan-
keluhan sebagai dampak ancaman bahaya, frekuensi penyakit yang muncul
akibat kerja, resiko atas alat kerja yang dipakai, dan resiko yang muncul
akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.
d. Perlindungan hak atas kekayaan intelektual
Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundang-
undangan, antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan
Undang-Undang Hak Cipta. HaKI terdiri dari dua kategori yaitu: Hak Cipta
dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek,
Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan
Varietas Tanaman. Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup:
 hak cipta atas penulisan buku,
 hak cipta atas makalah,
 hak cipta atas karangan ilmiah,
 hak cipta atas hasil penelitian,
 hak cipta atas hasil penciptaan,
 hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan; hak paten atas hasil
karya teknologi.
Sumber: Kebijakan Pengembangan Profesi Guru: 2012.
2. Upaya perlindungan hukum bagi guru

24
a. Konsultasi
Guru melakukan konsultasi dengan pihak lain seperti konsultan hukum,
penegak hukum, penasehat hukum untuk meminta pendapat atas persoalan
yang dihadapinya.
b. Mediasi
Dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi guru dengan pihak lain dapat
dibantu oleh pihak ketiga yang disebut pihak mediasi agar timbul kesepakatan
tertulis kedua pihak tersebut. Yang kemudian hasil kesepakatan harus diajukan
ke Pengadilan Negeri selambatnya 30 hari sejak tanggal penandatanganan.
c. Negosiasi dan perdamaian
Negosiasi merupakan penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang
dilaksanakan dengan pertemuan langsung pihak yang bersengketa dan dalam
waktu maksimal 14 hari kesepakatan tertulis harus sudah disetujui.
Perdamaian adalah penyelesaian sengketa yang dapat dilkaukan diluar
maupun didalam pengadilan.
d. Konsiliasi
Merupakan upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan.
e. Advokasi ligitasi
Guru dalam menyelesaikan persoalannya dibantu oleh pengacara yang
diharapkan dapat memberikan ligitasi.
f. Advokasi non-ligitasi
Guru dalam menyelesaikan persoalannya berupaya mengesampingkan
pengadilan dengan menggunakan alternatif lain di luar pengadilan, misalnya
melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
Sumber: Kebijakan Pengembangan Profesi guru: 2012.
C. PENGHARGAAN PROFESI GURU
Penghargaan dan imbalan yang diterima guru sesuai dengan pengakuan
terhadap statusnya. Sebagai tenaga yang diangkat mereka memperoleh imbalan gaji
serta tunjangan jabatan fungsionalnya. Pada umumnya imbalan yang dimaksud hanya
diperoleh selama dinas. Di negara-negara maju, meskipun status tenaga profesi
kependidikan sebagai tenaga bayaran, terdapat banyak jenis imbalan lain yang
menunjang kesejahteraan profesionalnya, seperti kesempatan belajar atau bekerja di
negara lain dengan hak imbalan gaji penuh (Udin Syaefudin Saud, 2009: 93).
1. Penghargaan guru berprestasi
Pemilihan guru berprestasi dilakukan secara ketat menggunakan tes
tertulis, tes kepribadian, presentasi karya akademik, wawancara, dan penilaian
portofolio yang dilakukan mulai dari tingkat satuan kecamatan sampai nasional.
2. Penghargaan guru SD berdedikasi di daerah khusus/terpencil
Terdapat kriteria khusus yang dipersyaratkan bagi guru yang dimaksud
untuk dapat memperoleh penghargaan, yaitu antara lain: 1) Dalam
melaksanakan tugasnya senantiasa menunjukkan dedikasi luar biasa,
pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta mempunyai
komitmen yang tinggi dalam melaksanakan fungsi- fungsi profesionalnya dengan
segala keterbatasan yang ada di daerah terpencil. 2) Tidak pernah dijatuhi
hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 3) Melaksanakan tugas sebagai guru di
daerah khusus/terpencil sekurang-kurangnya selama lima tahun secara terus
menerus atau selama delapan tahun secara terputus-putus. 4) Berusia minimal
40 tahun dan belum pernah menerima penghargaan yang sejenis di tingkat
nasional. 5) Responsif terhadap persoalan-persoalan yang aktual dalam
masyarakat. 6) Dengan keahlian yang dimilikinya membantu dalam memecahkan
masalah sosial sehingga usahanya berupa sumbangan langsung bagi
penanggulangan masalahmasala tersebut. 7) Menunjukkan kepemimpinan dalam
kepeloporan serta integritas kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya
dalam masyarakat. 8) Menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian yang
dimilikinya kepada masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa kemajuan
dalam masyarakat.

25
3. Penghargaan PLB/PK berdedikasi
Biasanya dilaksanakan secara tahunan. Untuk seleksi secara nasional
dilakukan di Jakarta dengan peserta dari seluruh propinsi di Indonesia. Seleksi
tersebut melibatkan kriteria pelaksanaan tugas, hasil pelaksanaan tugas, dan sifat
terpuji.
4. Penghargaan tanda kehormatan satya lencana pendidikan
Penghargaan ini diberikan pada guru yang berkriteria khusus, yaitu 1)
pernah bertugas di daerah terpencil selama lima terus-menerus atau delapan tahun
secara terputus-putus. 2) bertugas di daerah perbatasan, konflik, bencana selama
tiga tahun terus-menerus atau enam tahun terputus-putus. 3) bertugas bukan di
daerah khusus selama delapan tahun terus-menerus, jika kepala sekolah dua tahun.
4) mendapatkan penghargaan tingkat nasional. 5) berperan aktif di asosiasi
profesi, masyarakat, pembangunan pada berbagai sektor. 6) tidak melakukan
pelanggaran.
5. Penghargaan bagi guru yang berhasil dalam pembelajaran
Dilakukan agar guru terbiasa mendokumentasikan pengalamannya dalam
merancang, menyajikan, menilai pembelajarn, bimbingan dan konseling.
6. Penghargaan guru pemenang olimpiade
Olimpiade yang dimaksud adalah OSN (Olimpiade Sains Nasional) yang
dilaksanakan secara berjenjang untuk meningkatkan budaya kompetitif,
meningkatkan pengetahuan, mengembangkan kesadaran ilmiah, mengangkat
martabat guru, dan membangun komitmen guru.
7. Pembinaan dan pemberdayaan guru berprestasi dan guru berdedikasi
Merupakan tindak lanjut terhadap pemilihaan guru berprestasi. Ini
dilaksanakan agar pengetahuan dan wawasan guru selalu berkembang sesuai
iptek.
8. Penghargaan lainnya
Penghargaan lain dapat berupa pelaksanaan studi banding ke negara-
negara lain bagi guru yang berprestasi, anugerah konstitusi tingkat nasional yang
khusus diberikan kepada guru pendidikan kewarganegaraan melalui seleksi
berjenjang.
D. TUNJANGAN GURU
Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Pasal 14
bagian kedua disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru berhak.
1) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial. 2) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas
dan prestasi kerja. 3) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak
atas kekayaan intelektual. 4) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
kompetensi. 5) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan. 6) memiliki kebebasan dalam
memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan atau sanksi
kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan
perundang-undangan. 7) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas. 8) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi,
9) memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan. 10)
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi dan/atau 11) memperoleh pelatihan dan pengembangan
profesi dalam bidangnya (Udin Syaefudin Saud, 2009: 93). Penghasilan di atas
kebutuhan minimum yang dimaksud adalah gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
gaji, penghasilan lain yang berupa tunjangan fungsional, tunjangan khusus, maslahat
tambahan.
Jenis tunjangan guru (Kebijakan Pengembangan Profesi Guru: 2012) meliputi:
1. Tunjangan profesi
Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang memiliki sertifikat
pendidik sampai usia 60 tahun dan besarnya adalah satu kali gaji pokok guru.
2. Tunjangan fungsional

26
Besarnya tunjangan fungsional didasarkan pada golongan kepangkatan
atau ruang jabatannya.
3. Tunjangan khusus
Tunjangan ini diberikan kepada guru yang bertugas di daerah khusus,
yaitu 1) daerah terpencil atau terbelakang, 2) daerah dengan kondisi masyarakat
adat yang terpencil, 3) daerah perbatasan dengan negara lain, 4) daerah yang
mengalami bencana alam, 5) daerah yang mengalami bencana dan konflik sosial,
6) daerah yang berada dalam keadaan darurat. Besarnya mencapai Rp
1.350.000,00 per bulan.
4. Maskahat tambahan
Maslahat tambahan berupa tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,
beasiswa, penghargaan bagi guru, kemudahan memperoleh pendidikan bagi putra-
putri guru, pelayanan kesehatan dan lainnya yang tercantum dalam Pasal 19 Ayat
1 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

BAB VII
KEBIJAKAN UMUM PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. PERLUNYA PENGEMBANGAN PROFESI GURU
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang
keguruan menganduang arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru merupakan suatu
keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan
berbagai hal yang ditemui dalam pelaksanaan pendidikan yaitu perkembangan iptek,
persaingan global bagi lulusan pendidikan, otonomi daerah, implementasi kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Perkembangan iptek yang cepat menuntut setiap guru untuk
menguasai hal-hal baru yang berkaitan dengan materi pembelajaran atau pendukung
pelaksanaan pembelajaran seperti penggunaan internet, program multimedia, dan
lainnya (Udin Syaefudin Saud, 2009: 98).
Pengembangan profesi guru perlu mendapatkan perhatian, karena guru
memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu
bertahan dalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar
mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan
yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspekaspek
kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan. Tugas
mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda
memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetapeksis,
baik sebagai individu maupun sebagai profesional (M. Dimyati Huda, ____: 7).
Sanusi et al (1991: 24) dalam Udin Syaefudin Saud (2009: 99) mengajukan
enam asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan.
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi,
dan perasaan yang dapat dikembangkan segala potensinya: sementara itu
pendidikan dilandasi nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia
2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka
pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai yang baik
secara universal, nasional, maupun lokal yang merupakan acuan para pendidik,
peserta didik, dan pengelola pendidikan.
3. Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab
permasalahan pendidikan.
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok manusia, yakni manusia mempunyai
potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha
untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.

27
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara
peserta didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh ke arah
yang dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung
tinggi masyarakat
6. Seiring terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan
manusia sebagai manusia yang baik, dengan misi instumentasi yaitu alat untuk
perubahan atau mencapai sesuatu.
B. TAHAP MEWUJUDKAN GURU PROFESIONAL
1. Penyediaan guru berbasis perguruan tinggi
Keharusan seorang guru untuk berijazah minimal S1/DIV dan bersertifikat
pendidik.
2. Induksi guru pemula berbasis sekolah
Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula terhitung mulai dia
petama kali menginjakkan kaki di sekolah sampai benar-benar layak dilepas untuk
menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri.
3. Profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi
Prakarsa ini menjadi penting karena secara umum guru pemula masih memiliki
keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya sehingga
diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani
Kegiatan profesionalisasi yang dilaksanakan diharapkan mampu membentuk guru
yang berkualitas.
C. KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GURU
Pembinaan dan pengembangan kompetensi guru tidak lepas dari penilaian
kinerja dan uji kompetensi guru. Melalui penilaian kinerja diketahui kekuatan dan
kelemahan guru serta potensi pengembangannya. Kemudian uji kompetensi
menunjukkan apakah guru sudah kompeten atau belum. Dengan demikian pembinaan
dan pengembangan kompetensi guru memiliki pertimbangan empiris yang kuat.
Sebagaimana tercantum dalam Kebijakan Pengembangan Profesi Guru berikut.
Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan
salah satu langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru
secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada
Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Penilaian kinerja dimaksudkan
untuk mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya dalam melaksanakan
pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan diketahui tentang
kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing,
baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling.
Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk
mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya.
Disamping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu
diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam
proses pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi
dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus
menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah
menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari
standar kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan peningkatan
kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat.
Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru (Badan PSDMPK-PMP, 2012: 11).
D. ALUR PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru mengamanatkan bahwa terdapat dua alur
pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan
profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir.

28
Pembinaan dan pengembangan profesi meliputi pembinaan dan pengembangan
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan
pengembangan karir meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

Sumber: Kebijakan Pengembangan Profesi Guru (PSDMPK-PMP, 2012: 9).


E. PRINSIP PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN GURU
Syaefudin dan kurniatun (Udin Syaefudin Saud, 2009: 100) memberikan
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pengembangan
untuk tenaga kependidikan, yaitu:
1. Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan (baik untuktenaga struktural,
fungsional, maupun teknis)
2. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan
profesional dan untuk teknis pelaksanaan tugas harian sesuai posisi masing-masing
3. Dilaksanakan untuk mendorong meningkatnya kontribusi setiap individu terhadap
organisasi pendidikan
4. Dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum dan
sesudah menduduki jabatan
5. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan
profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi
kerja, dan ketahanan organisasi pendidikan
6. Pengembangan yang menyangkut jenjang karir sebaiknya disesuaikan dengan
kategori masing-masing jenis tenaga kependidikan itu sendiri.

BAB VIII
PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. USAHA PENGEMBANGAN PROFESI GURU
Terdapat berbagai macam program yang dapat dilaksanakan guna
meningkatkan profesi guru. Piet A. Sahertian (1994: 67) menyatakan bahwa terdapat
tiga program pengembangan profesi, yaitu:
1. Program pre-service education
Sejak Pelita III, diadakan pembaharuan pendidikan guru, yaitu
pengembangan IKIP atau FKIP/FIP yang disebut sebagai Lembaga Pengadaan
Tenaga Pendidikan (LPTK).

29
LPTK memiliki empat program pendidikan guru:
a. Program Sarjana
b. Program Pasca Sarjana
c. Program Doktor
d. Program Diploma, yaitu:
- Program Diploma 1
- Program Diploma 2
- Program Diploma 3
Selain program di atas, juga terdapat program akta mengajar. Program akta
mengajar adalah program yang diberikan kepada orang-orang yang berasal dari
fakultas non-keguruan untuk mendapatkan kemampuan mengajar pada berbagai
tingkatan sekolah. Program ini dibagi menjadi:
a. Akta I, yaitu sebanyak 20 SKS selama dua semester
b. Akta II, yaitu sebanyak 20 SKS selama dua semester dan dapat ditempuh oleh
orang-orang yang sudah menyelesaikan 60 SKS pada bidang non-keguruan
c. Akta III, yaitu sebanyak 20 SKS selama dua semester dan dapat ditempuh
oleh orang-orang yang sudah menyelesaikan 90 SKS pada bidang non-
keguruan
d. Akta IV, yaitu sebanyak 20 SKS selama dua semester dan dapat ditempuh
oleh orang-orang yang sudah menyelesaikan 120 SKS pada bidang non-
keguruan
e. Akta V, yaitu sebanyak 20 SKS selama dua semester dan dapat ditempuh oleh
orang-orang yang sudah menyelesaikan 160 SKS pada bidang non-keguruan.
2. Program in-service education
Adalah program yang diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah
menjabat sebagai guru kemudian memiliki keinginan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Orang yang berijazah diploma dapat
melanjutkan ke sarjana, orang yang berijazah sarjana dapat melanjutkan ke pasca
sarjana, dan orang yang berijazah pasca sarjana dapat melanjutkan ke doktor.
Ditambahkan bahwa program in-service education merupakan usaha yang
memberi kesempatan kepada guru-guru untuk mendapatkan penyegaran, atau yang
membawa guru-guru ke arah up to date.
3. Program in-service training
Umumnya melalui penataran, terdapat tiga macam penataran:
a. Penataran Penyegaran, adalah usaha meningkatkan kemampuan guru-guru
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memantapkan
kemampuannya agar dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara lebih baik
b. Penataran Peningkatan Kualifikasi, yaitu usaha meningkatkan kemampuan
guru-guru sehingga mereka memperoleh kualifikasi formal tertentu yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan
c. Penataran Penjenjangan, yaitu usaha meningkatkan kemampuan guru-guru
sehingga terpenuhi persyaratan suatu pangkat tertentu sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Sementara Soetjipto dan Kosasi (2009: 54) menyebutkan pengembangan sikap
profesional dapat dilakukan dalam pendidikan pra-jabatan maupun seteah bertugas.
1. Pengembangan sikap selama pendidikan
Dalam pendidikan prajabatan calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya.
2. Pengembangan sikap selama dalam jabatan
Pengembangan sikap tidak berhenti jika calon guru selesai memperoleh
pendidikan prajabatan. Terdapat banyak usaha yang dapat dilakukan setelah masa
prajabatan untuk meningkatkan sikap profesional, antara lain dilakukan secara
formal (penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya) dan secara
informal (televisi, radio, koran, majalah, maupun media massa lainnya).
B. STRATEGI PENGEMBANGAN PROFESI GURU

30
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi
dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti
berikut ini.
1. Pendidikan dan latihan/diklat
a. Inhouse training merupakan pelatiahan yang dilaksanakan secara internal yang
dapat dilakukan oleh guru yang berkompetensi kepada guru lain yang belum
berkompetensi dengan harapan dapat menghemat biaya dan waktu.
b. Program magang dilakukan di industri tertentu yang diperuntukkan bagi guru-
guru sekolah kejuruan yang memerlukan pengalaman nyata.
c. Kemitraan sekolah dilakukan melalui kemitraan sekolah dengan institusi
pemerintah maupun swasta dengan alasan bahwa kelebiahan mitra tersebut
dapat dimanfaatkan.
d. Belajar jarak jauh dapat dilakukan melalui internet dengan pertimbangan
bahwa tidak semua guru dapat mengikuti pelatihan di tempat yang telah
ditetapkan.
e. Pelatihan berjenjang dilaksanakn di P4TK atau LPMP dimana pelatihan
disusun secara berjenjang, dari jenjang dasar sampai jenjang tinggi. Pelatihan
khusus dilakukan karena adanya perkembangan keilmuan tertentu.
f. Kursus singkat di LPTK dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi seperti
penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lainnya.
g. Pembinaan internal oleh sekolah, yaitu oleh kepala sekolah kepada guru-
gurunya melalui rapat, diskusi, rotasi mengajar.
h. Pendidikan lanjut dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar di dalam
atau di luar negeri.
2. Kegiatan selain diklat
a. Diskusi masalah pendidikan, dilakukan secara berkala.
b. Seminar, memungkinkan guru berinteraksi dengan koleganya secara ilmiah
c. Workshop, dapat dilakukan antara lain: menyusun KTSP, analisis kurikulum,
pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
d. Penelitian, misalnya penelitian kelas, penelitian eksperimen.
e. Penulisan buku ajar, misalnya buku pelajaran, buku diklat, dan lainnya.
f. Pembuatan media pembelajaran seperti alat peraga, alat praktikum sederhana,
bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran).
g. Pembuatan karya teknologi/karya seni, seperti karya teknologi yang
bermanfaat untuk masyarakat, pendidikan dan yang memiliki nilai estetika
yang diakui oleh masyarakat.
Terdapat dua strategi pengembangan:
1. Strategi datang
Para peserta datang ke ibukota, propinsi, kabupaten atau kotamadya sehingga
mereka dapat melihat tempat baru yang kemungkinan fasilitasnya lebih lengkap
daripada fasilitas di daerah asal. Tetapi pemerintah membutuhkan bayak biaya
antara lain untuk perjalanan, akomodasi, dan komsumsi.
2. Strategi pergi
Penatar, fasilitator, nara sumber mengunjungi daerah-daerah, jadi peserta tidak
perlu pergi ke tempat lain untuk mengembangkan profesinya. Pengeluaran biaya
lebih hemat karena hanya beberapa orang yang melakukan perjalanan. Namun
kemungkinan fasilitas yang diberikan tidak selengkap strategi datang (Piet A.
Sahertian (1995: 71)
C. TEKNIK PENGEMBANGAN PROFESI
Neagley Dean Evans dalam Piet A. Sahertian (2005: 82) mengemukakan dua
macam teknik pengembangan:
1. Teknik yang bersifat individual
2. Teknik yang bersifat kelompok
Piet A. Sahertian menyamakan teknik dengan alat sehingga kemudian ia
menyajikan sejumlah alat penilai:
1. Check list

31
Merupakan alat observasi untuk mengumpulkan data guna melengkapi informasi
yang lebih objektif terhadap kemampuan mengajar guru.
a. Evaluative check list adalah daftar yang berisi pernyataan yang disusun dengan
menggunakan skala dua, yaitu “ya” dan “tidak”.
b. Activity check list adalah daftar keaktifan yang dijawab dengan cara mencheck
ya atau tidak pertanyaan yang ditulis mengenai keaktifan di kelas.
2. Skala penilaian
D. PENDEKATAN PENGEMBANGAN PROFESI
1. Pendekatan direktif
Pendekatan direktif memiliki pandangan bahwa perkembangan merupakan
pengaruh faktor ekternal sehingga pendekatan dilakukukan dengan memberi
arahan terhadap subjek binaan secara langsung yang sifatnya lebih memberi
intervensi daripada memberi kesempatan.
2. Pendekatan nondirektif
Pendekatan nondirektif memandang bahwa subjek binaan sudah memiliki
pengetahuan sehingga pendekatan dilakukan dengan cara mendengarkan
pengalaman subjek binaan kemudian diikuti upaya menghidupkan suasana.
3. Pendekatan kolaboratif
Pendekatan kolaboratif melihat bahwa perkembangan merupakan pengaruh
ekternal dan internal/pengalaman, maka pendekatan dilakukan dengan cara
mengajak subjek binaan untuk mengembangkan kretivitasnya. Jadi keduanya
sama-sama berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
(Piet A. Sahertian, 2005: 100)

32

Anda mungkin juga menyukai