IDENTITAS PASIEN
2
Asma : (-) Hepatitis : (-)
Riwayat Kelahiran
Riwayat Makanan
Riwayat Perkembangan
Riwayat Imunisasi
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
3.3. Pengukuran
Umur : 1 tahun 10 bulan
Berat badan : 6,9 kg
Tinggi badan : 72 cm
BB/TB : < -3
Status gizi : Buruk
4
2. Leher : Kaku kuduk (-)
Pembesaran Kelenjar (+) unilateral regio colli posterior,
mobile, tidak nyeri.
3. Thoraks
3.1. Pulmo
Inspeksi :bentuk dan pergerakan simetris kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : pergerakan simetris kiri=kanan, fokal fremitus ki=ka
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SD ; vesikuler, ST; ronchi (+), wheezing (-)
3.2. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batasan normal
kanan : ICS IV linea sternalis kanan
atas : ICS III linea parasternalis kiri
kiri : ICS V linea midclavicularis kiri
Auskultasi : bunyi jantung I dan II (+) reguler, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen
Inspeksi : tampak cembung
Auskultasi : bising usus (+) Normal
Perkusi : timpani, tidak ada asites (shifting dullness (-)
Palpasi : teraba pembesaran hepar 3cm dibawah arcus costa,
teraba lunak dan rata. Limpa teraba hingga scuffner 4
5. Ekstremitas : clubing finger (-), akral hangat (+), edema (-), CRT<2”
5
IV. Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSA KERJA
HIV/AIDS
DIAGNOSIS BANDING
Tuberculosis Paru
Gizi Buruk
6
Candidiasis Oral
PENATALAKSANAAN AWAL
IVFD D5 ¼ NS 30 tts/i
Injeksi Cefotaxim 2x200 mg
Ambroxol syr 3x1/2 cth
Lacto B 2x1 sashet
Diet makan lunak tinggi karbohidrat tinggi protein
USULAN PEMERIKSAAN
Darah Lengkap
Foto Rontgen Thorax
7
2. Hari ke 2 perawatan (06-07-2017)
Keadaan umum os tampak sakit sedang. Kesadaran compos mentis. Os
masih tampak rewel dan cengeng. Os tampak sedikit sesak. Orang tua os
mengatakan anaknya diare 5x sehari, berlendir sedikit ampas, tanpa
ditemukan darah.. Tidak didapatkan demam dan batuk. Bercak-bercak
putih di lidah dan sariawan tidak berkurang. Tanda-tanda vital; HR 92x/i,
RR 46x/i, T 36,2OC. Toleransi os terhadap pemberian makanan dan susu
cukup baik, os tidak muntah. Berat badan os masih 6,9 kg.
Terapi tambahan : - Candistatin 4x1cc
- ML 6x20cc
Terapi lain dilanjutkan
8
4. Hari ke 6 perawatan (10-07-2017)
Keadaan umum os tampak sakit sedang. Kesadaran compos mentis. Os
masih tampak rewel dan cengeng. Orang tua os mengatakan anaknya
masih diare, sedikit ampas, tanpa ditemukan darah. Batuk (+), Pilek (+),
Demam (-), Bercak-bercak putih di lidah dan sariawan tidak berkurang.
Tanda-tanda vital; HR 130x/i, RR 32x/i, T 37,2OC. Toleransi os terhadap
pemberian makanan dan susu cukup baik, os tidak muntah. Berat badan os
masih 6,9 kg. Asupan nutrisi yang diberikan dinaikkan menjadi 840
kkal/hari. 1xsnack, MC susu 8x40cc/NGT.
Visite dr. Erman, Sp.A
Diagnosis tambahan : Dehidrasi ringan
Terapi tambahan : - Infus ganti RL 30cc/ jam
- Zinkid syr 1x3 ml
- Ondansentron 2x1,2 mg
Terapi lain dilanjutan
Program : - Rontgen thorax AP, form (+)
- Orang tua dan os konsul VCT, hubungi VCT (+)
9
Kesan :
Bronchopneumonia dd/TB paru
Tidak tampak kardiomegali
Os dikonsulkan ke VCT
Jawaban :
Anjuran : cek CD4 – scrining TB – PHBS – Kesediaan ARV + OAT
ayah os bersedia
Tn. Januar tidak bersedia status HIV anaknya diberitahu kepada
anggota keluarga yang lain
10
Eritrosit 3,6 juta/ul 4,0-5,5
Trombosit 277 ribu/ul 150-450
MCV 73 Fl 80,0-97,0
MCH 24 Pg 26,5-33,5
MCHC 33 g/dl 31,5-35,9
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 0-4
Netrofil Segment 64 % 46-73
Limfosit 29 % 17-48
Monosit 6 % 4-10
11
badan os masih 6,9 kg. Asupan nutrisi yang diberikan dinaikkan menjadi
840 kkal/hari. 1xsnack, MC susu 8x40cc/NGT.
Terapi tambahan : Aminofusin ped 1x100cc dalam 4 jam setiap hari
Terapi lain dilanjutkan
Program : cek CD4 (-) karena reagen kosong dan belum tau adanya kapan
12
Terapi lain dilanjutkan
13
- Pasang NGT dan kateter
- Puasa 2x24 jam
- Rujuk Sp.BA di Graha Hermine
13. Hari ke 21 perawatan (26-07-2017)
Keadaan umum os tampak sakit sedang. Kesadaran compos mentis. Os
masih tampak rewel. Orang tua os mengatakan anaknya tidak diare. Perut
tampak kembung. Batuk (+), Pilek (+), Demam (-), Bercak-bercak putih di
lidah dan sariawan mulai berkurang. Tanda-tanda vital; HR 135x/i, RR
33x/i, T 36,8OC. Toleransi os terhadap pemberian makanan dan susu
cukup baik, os tidak muntah. Berat badan os naik 8,3 kg.
Terapi tambahan : Albumin 65cc/ 4 jam/ 24 jam
Terapi lain dilanjutkan
Program : Cek albumin post transfusi
Hasil laboratorium post transfusi albumin (26-07-2017)
14
Terapi tambahan : Albumin 50cc/ 4 jam/ 24 jam
Terapi lain dilanjutkan
Program : Besok cek DL dan albumin
Hasil laboratorium post transfusi albumin (27-07-2017)
15
Basofil 1 % 0-1
Eosinofil 1 % 0-4
Netrofil Segment 36 % 46-73
Limfosit 54 % 17-48
Monosit 8 % 4-10
Golongan Darah A/RH +
Albumin 2,7 g/dl 3,4-4,8
16
Eosinofil 0 % 0-4
Netrofil Segment 56 % 46-73
Limfosit 27 % 17-48
Monosit 14 % 4-10
17
19. Hari ke 30 perawatan (04-08-2017)
Keadaan umum os tampak sakit sedang. Kesadaran compos mentis. Os
tidak rewel. Orang tua os mengatakan anaknya tidak diare. Perut kembung
mulai berkurang. Batuk (-), Pilek (-), Demam (+), Sariawan mulai
berkurang. Tanda-tanda vital; HR 150x/i, RR 54x/i, T 38,0OC. Toleransi
os terhadap pemberian makanan dan susu cukup baik, os tidak muntah.
Berat badan os naik 7,3 kg.
Terapi tambahan : Cotrimoxsazole syr 2x1/2 cth
Terapi lain dilanjutkan
DIAGNOSA AKHIR
Diagnosa utama : HIV
Diagnosa Tambahan : Tuberculosis Paru
Candidiasis Oral
Gizi Buruk
Dehidrasi Ringan
Anemia
TERAPI PULANG
- Cotrimoxsazole syr 2x1/2 cth
- Ambroxol syr 2x1/2 cth
- Lacto B 2x1 sashet
- OAT : INH 1x600 mg
Rifampisin 1x75 mg
PZA 2x75 mg
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
18
RESUME
19
berat badan bertambah, penderita tidak rewel lagi. Os dikonsulkan ke gizi
mendapatkan 3xMV/ 1xsnack, MC susu 8x40cc/NGT. Os dikonsulkan ke VCT
anjuran cek CD4 – scrining TB – PHBS – Kesediaan ARV + OAT dan ayah os
bersedia. Dan os dikonsulkan kebedah dapat advice metronidazole 3x150 mg,
pasang NGT dan kateter, puasa 2x24 jam, rujuk Sp.BA di Graha Hermine, koreksi
albumin oleh dokter Sp,A. Ayah os menolak rujuk Sp,BA. Sehingga diagnosis
akhir menjadi: HIV/AIDS + TB Paru + Candidiasis Oral + Gizi Buruk +
Dehidrasi Ringan + Anemia
20
DISKUSI
21
penularan HIV dapat terjadi dari konsumsi susu ASI dari perempuan yang
terinfeksi HIV dan pada saat persalinan pervaginam.
WHO telah menetapkan kriteria diagnosa AIDS pada anak (<12 tahun)
dianggap menderita AIDS bila :
1. Lebih dari 18 bulan, menunjukkan tes HIV positif, dan sekurang-kurangnya
didapatkan 2 gejala mayor dengan 2 gejala minor. Gejala-gejala ini bukan
disebabkan oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi
HIV.
2. Kurang dari 18 bulan, ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala minor dengan
ibu yang HIV positif. Gejala-gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan-
keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV. 3
22
etiologi dengan ARV, mengendalikan infeksi oportunistik, mengatasi status
defisiensi imun, serta pemberian vaksinasi.4
Sejak seorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistem kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi.
Malnutrisi berat didefinisikan sebagai adanya edema pada kedua tungkai, atau
severe wasting (<70% BB/TB atau BB/TB <-3SD), atau terdapat tanda klinis dari
malnutrisi berat.5 Pada kasus ini ditemukan gejala malnutrisi tipe marasmus
berdasarkan temuan, anak cengeng, apati, hepatomegali, dan anemia, tidak
ditemui adanya edema, dan dari pemeriksaan antropometri didapatkan BB/TB <-
3SD (Gizi Buruk).
Bentuk malnutrisi berat dapat berupa marasmus, marasmus-kwasiorkor, dan
kwashiorkor. Marasmus merupakan suatu bentuk kronik dari malnutrisi protein-
energi dimana terjadi defisiensi secara primer dari energi, dan pada tingkat lanjut
dikarakteristikan oleh muscular wasting dan tidak terdapatnya lemak subkutan;
Marasmus-kwasiorkor merupakan suatu bentuk malnutrisi energy-protein yang
dikarakterisasikan oleh hilangnya lemak subkutan dan edema yang
menggambarkan suatu defisiensi baik energi maupun protein. Kwashiorkor
merupakan bentuk dari malnutrisi protein-energi yang berhubungan dengan
defisiensi protein yang ekstrim dan dikarakteristikan dengan edema,
hipoalbuminemia, anemia, dan pembesaran hari; umumnya masih terdapat lemah
subkutan, dan muscular wasting tertutupi oleh adanya edema. 5-6
Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena
berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi (HIV), sehingga kebutuhan zat
gizi meningkat, selain itu perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan
makanan dan minuman. Anemia sering ditemukan pada penderita malnutrisi berat.
Hal ini dapat diakibatkan karena defisiensi besi dan atau berkurangnya produksi
sel eritrosit dalam adaptasi terhadap kehilangan masa tubuh.6 Pada penderita ini
ditemukan anemia dengan kadar Hb 8,2 gr/dl, yang kemungkinan disebabkan oleh
malnutrisi ataupun karena penyakit infeksi (TB dan HIV/AIDS). Dengan dukugan
nutrisi yang baik dan penanganan penyakit TB yang tepat, diharapkan anemia
akan teratasi dengan baik.
23
Tuberkulosis dapat terjadi kapanpun saat perjalanan infeksi HIV. Risiko
berkembangnya TB meningkat secara tajam seiring dengan semakin
memburuknya system kekebalan tubuh. Pada pasien ini, diagnosis tuberkulosis
didasarkan pada gambaran klinis, dan gambaran radiologis. Adanya riwayat
kontak dengan pasien TB dewasa BTA positif, meskipun uji tuberkulin tidak
dilakukan, akan tetapi rontgen thoraks yang mengarah pada TB (sugestif TB)
merupakan bukti kuat yang menyatakan anak telah sakit TB. Adapun diagnosis
tuberkulosis anak lebih jelas pada kasus ini dengan menggunakan skoring TB.
1. Kontak TB
Pasien memiliki riwayat kontak dengan penderita tuberculosis BTA positif
(Ibu). Kontak erat dengan penderita tuberkulosis BTA positif sangat beresiko
menderita tuberculosis.
2. Uji Tuberkulin
Tuberculin test tidak dilakukan pada pasien ini karena pada pasien
immunodefisiensi dapat menunjukkan hasil negatif.
3. Berat Badan / Keadaan Gizi
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) pada pasien. Adapun hasil dari
pengukuran status gizi atau berat badan berdasarkan tinggi badan dengan
menggunakan Z-Score BB/TB < -3 SD. Yang berarti pasien memiliki status
gizi buruk. Dimana perlu perbaikan status gizi pasien untuk menunjang
diagnosis. Pada anak status gizi sangatlah penting, anak yang memiliki gizi
baik tidak mudah terkena infeksi karena tubuh memiliki kemampuan yang
cukup untuk mempertahankan diri (daya tahan tubuh meningkat) sedangkan
bagi anak yang memiliki gizi buruk akan sangat mudah terkena infeksi karena
reaksi kekebalan tubuh menurun yang berarti kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menurun.
4. Demam Tanpa Penyebab Pasti
Pasien menderita demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas. Demam
hilang timbul sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit.
5. Batuk Kronik
Batuk lebih dari 2 bulan yang lalu dan disertai sesak.
24
6. Pembesaran Kelenjar Limfe
Pada pemeriksaan didapatkan pembesaran pembesaran kelenjar limfe region
colli 1 cm, mobile dan tidak nyeri.
7. Pembengkakan Tulang atau Sendi
Pada pemeriksaan tidak didapatkan pembengkakan.
8. Foto Thoraks
Hasil foto thoraks di dapatkan gambaran kalsifikasi parahilus berupa infiltrate
yang merupakan gambaran sugestif TB. Meskipun gambaran tersebut juga
sering pada bronchopneumonia, tapi gejala klinik mendukung hasilnya untuk
Tuberculosis. Dari hasil skoring TB didapatkan skor 9. Sehingga penanganan
untuk Obat anti Tuberculosis sebaiknya dimulai. Pada pasien ini langsung
diberikan segera setelah terdiagnosis.
Pengobatan TB-HIV pada anak bertujuan mengobati pasien dengan efek
samping yang minimal, mencegah transmisi kuman dan mencegah resistensi
obat. Saat ini, paduan obat TB pada anak yang terinfeksi HIV yang telah
disepakati WHO (2011) adalah INH, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol
selama fase intensif 2 bulan dilanjutkan dengan minimal 4 bulan pemberian
INH dan Rifampisin selama fase lanjutan. 7Namun pada pasien ini tidak
diberikan Etambutol karena adanya kesulitan pemantauan toksisitas
(khususnya neuritis optikus) pada anak yang lebih muda.
25
Indikasi memulai ARV pada anak <5 tahun bila terdiagnosis infeksi HIV
maka terindikasi mendapat pengobatan ARV sesegara mungkin. Namun
tatalaksana terhadap infeksi oportunistik yang terdeteksi harus didahulukan.
Paduan lini pertama terapi ARV yang direkomendasikan adalah 2 Nucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) + 1 Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitors (NNRTI). Paduan lini pertama bila anak mendapat terapi TB dengan
rifampisin adalah Zidofudin (AZT) atau Lamivudin (3TC) + Efavirenz (EFV).
Sementara paduan lini pertama alternatif untuk anak usia lebih dari 2 tahun yaitu
Tenofovir (TDF)+3TC+EFV/ Nevirapine (NVP). Terapi ARV pada pasien ini
diberikan sesuai lini pertama alternative yaitu TDF+3TC+NVP.4 Pada pasien ini
tidak diberikan paduan lini pertama karena pemberian Zidovudin (AZT) dapat
menyebabkan anemia, pada pasien ditemukan anemia dengan kadar Hb 8,2 gr/dl.
Lamivudin (3TC) dapat digunakan bersama dengan obat lainnya karena memiliki
efikasi, keamanana dan tolerabilitas yang baik. Pemilihan NVP karena dapat
digunakan pada semua umur meskipun interaksi Rifampisin dapat menurunkan
kadar NVP, sementara pemberian EFV hanya dapat dimulai pada usia > 3 tahun
atau berat badan >10 kg. Dosis yang diberikan pada pasien ini merupakan dosis
tunggal, terdiri dari TDF 65 mg 1x1 bks, 3TC 30 mg 2x1 bks, NVP 80 mg
1x1bks selama 14 minggu untuk dosis awal, kemudian dinaikkan menjadi
2kali/hari sesuai dosis.
Prinsip dasar penatalaksanaan malnutrisi berat di rumah sakit meliputi
koreksi terhadap komplikasi yang sering terjadi seperti hipoglikemia, hipotermia,
dehidrasi, infeksi, dan gangguan keseimbangan elektrolit. Kemudian dilakukan
pemberian diet yang tinggi energi, protein, vitamin dan mineral. Semuanya
terangkum dalam 10 langkah utama penanganan malnutrisi berat dan terbagi
dalam 3 fase, yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. 5 Perawatan
suportif rutin diberikan cairan dan nutrisi yang adekuat. Pada pasien ini tidak
ditemukan adanya hipotermia, hipoglikemia, dehidrasi, maupun gangguan
keseimbangan elektrolit. Pemberian cairan pada pasien ini adalah D5 ¼ NS yang
merupakan cairan kristaloid mengandung glukosa 50 gram/L, NaCl 22,5 gram/L
dan air 1000 ml. Cairan rumatan ini diindikasikan untuk menambah kalori,
26
mengatasi dehidrasi, dan mengembalikan keseimbangan elektrolit. Jenis cairan ini
bersifat hipertonik yaitu tekanan osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari ekstraseluler dan sel dalam
pembuluh darah.1 Pemberian diet pada penderita dimulai segera secara bertahap
dimulai dengan kalori 80-100 kkal/kg/hari. Pemberian makanan dapat ditoleransi
dengan baik. Pada penderita juga diberikan vitamin A 100.000 unit.
Vitamin A merupakan mikronutrien penting yang diperlukan untuk fungsi
kekebalan tubuh spesifik maupun non spesifik. Berbagai penelitian membuktikan
bahwa vitamin A mempunyai efek terhadap peningkatan fungsi imunitas seluler
dan humoral. Vitamin A juga berperan dalam proses epitelisasi dan mencegah
kerusakan mata, selain itu dengan pemberian dosis tinggi dapat memperbaiki
prognosis pada anak malnutrisi. Pemberian vitamin A diberikan tanpa melihat ada
atau tidaknya gejala defisiensi vitamin A.8
Sebagai terapi simptomatik diberikan Paracetamol untuk mengatasi demam
pasien. Karena pasien mengeluh batu berdahak dan sulit dikeluarkan maka
diberikan Ambroxol dengan dosis 2x ½ cth dan Lasal Expectoran 3x 11/2 cth.
Untuk mengatasi Diare diberikan rehidrasi cairan, dan kandidiasis oral diterapi
dengan kandistatin drop 4 x 1 cc. Pemberian antibiotik pada pasien ini untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder, jenis antibiotik diberikan Ampicilin dan
Cefotaxim dengan dosis 450 mg untuk 3 kali pemberian. Pada perawatan hari ke
10 pasien mengeluh gatal-gatal di daerah inguinal bekas popok sehingga
terapinya diberikan Ketoconazole 3x oles.
Beberapa infeksi oportunistik (pneumonia pneumocystis jirofeci) pada
penderita HIV dapat dicegah dengan pemberian pengobatan profilaksis dengan
Kotrimoksazol. Pada anak yang terinfeksi HIV umur 1-5 tahun profilaksis
diberikan seumur hidup pada stadium 2-4 tanpa melihat persentase CD4 atau
stadium WHO berapapun dengan CD4<25% . Hal tersebut sejalan dengan
pengobatan yang diberikan pada pasien dengan profilaksis Kotrimoksazol 2x1/2
cth.
Selama perawatan orangtua penderita diberikan penyuluhan tentang terapi
OAT yang harus diminum setiap hari hingga 6 bulan, dan terapi ARV yang harus
27
diminum seumur hidup juga pemberian asupan makanan yang adekuat. Sebelum
pulang penderita dianjurkan agar dibawa kontrol secara teratur ke puskesmas atau
rumah sakit terdekat untuk pemantauan Gizi, pengobatan TB dan ARV. Pasien
dapat dipulangkan apabila sudah ada perbaikan klinis, selera makan sudah baik,
makanan yang diberikan dapat dihabiskan, peningkatan berat badan, dan pasien
kembali aktif. Setelah dirawat selama 11 hari kondisi klinis pasien membaik.
Tidak ada keluhan mencret, batuk dan sesak berkurang, panas badan mulai turun,
kandidiasis dan sariwan berkurang.
28