Tugas Akhir
ASRIL ZEVRI
05 0404 087
FAKULTAS TEKNIK
2010
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Umum
Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun
dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat yang di kenal
sebagai air buangan atau air limbah adalah bekas air pemakaian, baik pemakaian
Cemaran atau timbulan air limbah domestik (rumah tangga) yang dominan
kegiatan sehari-hari.
Di sisi lain, jika tingkat kontaminasi air limbah domestik ini tidak
memenuhi persyaratan baku mutu badan air, maka diperlukan adanya penanganan
yang berupa pengolahan yang optimal sebelum dialirkan ke badan air. Pada
timbulan air buangan menuju ke BPAB diperlukan suatu saluran air buangan.
Dengan kata lain, sistem perencanaan penyaluran air buangan bertujuan untuk
mengalir air buangan dari suatu pemukiman secara cepat ke suatu tempat atau
BPAB yang tidak akan menimbulkan bahaya atau kerusakan bagi manusia dan
lingkungan.
yang mengalirkan air buangan dari sumber ke Bangunan Pengolah Air Buangan
1
(BPAB) melalui jarak yang sependek-pendeknya agar waktu penyaluran yang
dibutuhkan singkat.
sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan pompa, namun hal itu akan
menyebabkan biaya investasi yang mahal. Oleh karena itu teknologi yang akan
tekanan bagi aliran air buangan tidak dapat dihindarkan. Pada pemilihan pompa
pun di harapkan pompa yang dipilih memiliki kualitas yang baik, biaya
gedung atau perumahan maka kebutuhan akan air semakin besar dan hasil dari
penggunaan air tersebut pun akan semakin besar pula dengan kualitas air limbah
yang sangat buruk dikarenakan adanya penggunaan zat-zat kimiawi yang dapat
yang baik dalam pendistribusian air tersebut. Kebutuhan air yang semakin besar
direncanakan tidak dapat menampung debit puncak air buangan dari pemukiman
tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena adanya salah perhitungan besar debit
puncak per rumah tangga dan data curah hujan serta diabaikannya faktor-faktor
2
koefisien perhitungan kemungkinan akan berkembangnya lokasi pemukiman atau
yang dapat menghasilkan kualitas air limbah yang sangat buruk bagi lingkungan
disekitarnya.
komplek perumahan ini masih belum memiliki suatu instalasi Pengolahan Air
I.3Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama penulisan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
pendimensian tiap unit sesuai dengan kebutuhan di lokasi studi, yaitu di lokasi
pemukiman.
kembali.
3
3. Menganalisis dimensi saluran drainase yang tersedia di lokasi studi apakah
ini sudah menjadi masalah yang sangat serius, karena kualitas air limbah yang
tidak memadai untuk langsung dibuang ke lingkungan, oleh karena itu kita harus
dapat mengurangi kualitas air limbah yang sudah sangat buruk bagi lingkungan di
pada komplek pemukiman yang merupakan komplek pesantren dengan luas area
kurang lebih 10 ha. Sistem penyaluran air limbah di komplek pemukiman ini
1. Tinjauan terhadap kondisi lingkungan air limbah dan air limpasan hujan di
komplek pemukiman.
teknis.
4
Dari uraian di atas, pada penelitian ini akan di bahas analisa penyaluran
membatasi masalah yang akan dibahas. Sesuai dengan tujuan dari penulisan tugas
3. Pembahasan masalah air limbah ini ditinjau dari data curah hujan dan debit air
1. Sumber Data
Data yang digunakan untuk penyusunan tugas akhir ini bersumber dari data
5
c. Sistem penyaluran air limbah dan proses pengolahan air limbah.
2. Pengumpulan Data
Data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir ini meliputi data
pengolahan air limbah serta sistem penyaluran air buangan yang ada. Sedangkan
data –data sekunder adalah meliputi data yang diperoleh dari instansi-instansi
air limbah.
3. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari lapangan dan kepustakaan yang berupa gambar
serta data – data kualitas yang bersesuaian dengan pokok bahasan, disusun secara
sistematis dan logis sehingga diperoleh suatu gambaran umum yang akan dibahas
4. Analisa Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah agar didapat kualitas air yang
dihasilkan serta desain yang tepat untuk 10 tahun kedepan dan akan menjadi
6
5. Evaluasi
Setelah dilakukan analisa data untuk selanjutnya dilakukan evaluasi atas hasil
studi berkaitan dengan metode pengolahan air, dimensi dan desain bangunan,
kualitas air, proses pengolahan dan perawatan dengan data – data kepustakaan dan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi tinjauan umum, latar belakang, tujuan dan manfaat
Bab ini meliputi teori dan kriteria desain perencanaan penyaluran air
komplek pemukiman.
7
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN
pemilihannya.
alternatif jalur perpipaan dari sistem penyaluran air buangan yang efektif
dan efisien serta yang memiliki tingkat feasibility yang tinggi sehingga
diterapkan bila ditinjau dari segi ekonomi, teknik, pada saat pemeliharaan
dan pengoperasiannya.
pelengkap lainnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha atau
asrama. Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa tinja, air seni, limbah kamar
air limbah yang seksama dan terpadu baik itu dalam penyaluran maupun
pengolahannya.
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan
baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya
Sistem penyaluran air limbah ini pada prinsipnya terdiri dari dua macam
yaitu: sistem penyaluran terpisah dan sistem penyaluran campuran, dimana sistem
penyaluran terpisah adalah sistem yang memisahkan aliran air buangan dengan
9
limpasan air hujan, sedangkan sistem penyaluran tercampur menggabungkan
aliran air buangan dengan limpasan air hujan. Dalam hal ini pembahasan hanya
limbah pun terdiri dari 2 macam yaitu sistem pengolahan on-site position dan
sistem off-site position, yang akan ditinjau nantinya adalah sistem pengolahan off-
site posistion dimana air limbah disalurkan melalui sewer (saluran pengumpul air
air limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu
jaringan saluran yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air buangan
atau badan air penerima, melainkan dibuang di tempat (Ayi Fajarwati, Penyaluran
air buangan domestik 2000) . Sistem ini di pakai jika syarat-syarat teknis lokasi
dapat dipenuhi dan menggunakan biaya relatif rendah. Sistem ini sudah umum
a) Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan cuci.
10
b) Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan pemeliharaan
Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi (DPU
Terdiri atas lubang yang digali secara manual dengan dilengkapi dinding rembes
air yang dibuat dari pasangan batu bata berongga, anyaman bambu dan lain lain
(Sugiharto 1987). Cubluk biasanya berbentuk bulat atau kotak, dengan potongan
melintang sekitar 0.5-1.0 m2, dengan kedalaman 1-3 m. Hanya sedikit air yang
desain untuk waktu 5-10 tahun Beberapa jenis cubluk antara lain:
Cubluk tunggal
muka air tanah > 1 m dari dasar cubluk. Cocok untuk daerah dengan
terisi 75%.
Cubluk Kembar
Cubluk kembar dapat digunakan untuk daerah dengan kepadatan
penduduk < 50 jiwa/ha dan memiliki tinggi muka air tanah > 2 m dari
11
dasar cubluk . Pemakaian lubang cubluk pertama dihentikan setelah terisi
75% dan selanjutnya lubang cubluk kedua dapat disatukan. Jika lubang
cubluk kedua terisi 75%, maka lumpur tinja yang ada di lubang pertama
(Gambar 2.1).
2.Tangki Septik
Tangki septik merupakan suatu ruangan yang terdiri atas beberapa
kotoran padat agar mengalami pengolahan biologis oleh bakteri anaerob dalam
jangka waktu tertentu. Untuk mendapat proses yang baik, sebuah tangki septik
haruslah hampir terisi penuh dengan cairan, oleh karena itu tangki septik
haruslah kedap air (Sugiharto 1987). Prinsip operasional tangki septik adalah
pemisahan partikel dan cairan partikel yang mengendap (lumpur) dan juga
12
dekomposisi anaerobik. Pada umumnya bangunan tangki septik dilengkapi
jiwa/ha.
13
3. Beerput
Sistem ini merupakan gabungan antara bak septik dan peresapan. Oleh
karena itu bentuknya hampir seperti sumur resapan (Sugiharto 1987). Untuk
yaitu tinggi air dalam saluran beerput pada musim kemarau tidak kurang dari 1,3
m dari dasar, jarak dengan sumur minimal 8 m, volume diameternya tidak boleh
< 1m dan apabila dibuat segi empat maka sisi-sisinya harus lebih besar dari 0.9 m
(Gambar 2.3).
pembuangan air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran)
14
Gambar 2.4 Sistem Sanitasi Terpusat
sewerage adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan
riol tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran
drainase khusus untuk air yang tidak tercemar (Ayi Fajarwati, Penyaluran air
buangan domestik 2000). Sistem ini digunakan dengan pertimbangan antara lain:
2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik.
4. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim
15
5. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat
dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi
suatu jaringan perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa
bangunan pengolahan atau tempat pembuangan akhir seperti badan air penerima.
Sistem ini terdiri dari jaringan pipa persil, pipa lateral, dan pipa induk yang
melayani penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup luas (Maryam
tertentu. Apabila kedalaman pipa tersebut mencapai 7 meter, maka air buangan
16
harus dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke lokasi
(Gambar 2.6).
Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi (0.6 m/det). Aliran
dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat mengalirkan padatan.
small bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan dengan
17
cukup tinggi, dan mampu membayar biaya operasional dan perawatan.
pengolahan sendiri.
Di pusat kota, dengan kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha dan umumnya
mengangkut air buangan dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan slope lebih
saluran ini biasanya diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewer sangat
18
tergantung pada pembilasan air buangan untuk mengangkut buangan padat jika
dengan kepadatan tinggi, tidak di lewati oleh kendaraan berat dan memiliki
penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan kamar mandi pribadi tanpa
pembuangan setempat yang memadai. Sistem ini melayani air buangan dari kamar
mandi, cucian, pipa servis, pipa lateral tanpa induk serta dilengkapi dengan
pengolahan mini.
(A) (B)
hanya untuk menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci,
dapur dan limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat
padat. Saluran tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem ini
19
lebih murah dibandingkan dengan sistem konvensional (Maryam Dewiandratika,
Daerah pelayanan relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya pipa
persil dan servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan pipa
kepadatan penduduk sangat tinggi dan timbulan air buangan yang sangat besar.
Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan self
terutama daerah yang telah menggunakan tangki septik tapi tanah sekitarnya
20
Biaya pemeliharaan relatif murah.
buangan yang tercampur dengan air limpasan hujan (sugiharto 1987). Sistem ini
digunakan apabila daerah pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas
untuk membangun saluran air buangan yang terpisah dengan saluran air hujan,
debit masing–masing air buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki
kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda serta memiliki
fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun (Gambar 2.9).
penyaluran air buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan lebih
diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain itu
karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar
serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan.
buangan.
21
Gambar 2.9 Sistem Penyaluran Tercampur
istilah interceptor, dimana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-sama
sampai tempat tertentu baik melalui saluran terbuka atau tertutup, tetapi sebelum
mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan dipisahkan dengan
lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air
penerima. Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke pipa
yang airnya tidak dimanfaatkan lagi oleh penduduk sekitar, dan di darah yang
22
konvensional, karena itu pada tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang
untuk sementara dapat dimanfaatkan sebagai saluran air hujan (Gambar 2.10).
2.3.Sistem Perpipaan
Pada umumnya sistem perpipaan penyaluran air buangan terdiri dari:
1. Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang umunya terletak di dalam rumah dan
diameter 3‖- 4‖, kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya antara debit dari
persil dengan debit dari saluran pengumpul kecil sekali maka penyambungannya
tegak lurus.
2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil
yang kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter
pipa servis sekitar 6‖- 8‖, kemiringan pipa 0.5 - 1%. Lebar galian pemasangan
23
pipa servis minimal 0,45 m dan dengan kedalaman benam awal 0.6 m. Sebaiknya
3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk
Diameter awal pipa lateral minimal 8‖, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5 - 1%.
4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa
lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-
5. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-pipa
Pola ini dapat diterapkan untuk sistem jaringan penyaluran air buangan
pada sistem terpisah maupun tercampur, namun pada pola ini banyak
Pola Interceptor
24
pemasukkan terkendali. Ujung akhir riol hulu didesain melintas di atas
Pola Zona
Pola Zona atau wilayah adalah pola yang diterapkan pada daerah
dimana pipa penyebrangan atau siphon tidak mungkin atau sangat mahal
untuk dibangun.
Pola Kipas
Pola kipas adalah pola yang dapat diterapkan pada daerah pelayanan
yang terletak di suatu lembah. Pada pola ini pengumpulan aliran ke arah
dalam dapat melalui lebih dari dua cabang saluran, yang kemudian
Pola Radial
Pada pola radial, pengumpulan aliran dilakukan ke segala arah ke arah
a. Pola Interceptor
25
b. Pola Zona/wilayah
c. Pola Kipas
d.Pola Radial
26
2.5 Bentuk dan Bahan Saluran
2.5.1 Bentuk Saluran
Dalam pemilihan bentuk saluran terdapat beberapa pertimbangan diantaranya:
Segi konstruksi.
Bentuk saluran yang banyak digunakan dalam jaringan pengumpul air buangan
1. Bentuk Lingkaran
Saluran bentuk lingkaran lebih banyak digunakan pada kondisi debit aliran
konstan dan aliran tertutup. Biasanya pipa persil dan servis berbentuk bulat
lingkaran.
d d D
27
2. Bentuk Bulat Telur
Saluran bentuk bulat telur, digunakan pada kondisi debit aliran tidak konstan
d D
Sukar diperoleh.
Satuan panjang pipa bulat telur lebih pendek daripada pipa bulat
28
2.5.2 Bahan Saluran
Pemilihan bahan pipa perlu diperhitungkan dengan cermat, mengingat di
Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan pemilihan bahan pipa adalah:
Tersedianya pekerja terampil dan tenaga ahli dalam riolering sehingga dapat
Dalam penyaluran air buangan ada beberapa bahan pipa yang biasa digunakan,
yaitu:
Pipa tanah liat (clay pipe).
29
Berikut adalah tabel perbandingan bahan saluran yang dapat dijadikan
Perletakan saluran dilakukan di tengah jalan, bila bagian kiri dan kanan
Perletakan saluran dilakukan pada jalan yang satu bagian sisi mempunyai
30
Saluran dapat diletakkan pada kiri dan kanan jalan jika kedua sisi jalan
Untuk jalan dengan letak rumah atau bangunan di satu sisi lebih tinggi dari
sisi lainnya, perletakan saluran dilakukan pada sisi jalan yang mempunyai
sisinya dan mempunyai elevasi lebih inggi dari jalan, maka penempatan
a.
b.
c.
d.
31
e.
sendiri. Jenis pipa menurut fungsinya adalah pipa persil, servis, lateral, dan induk.
Kedalaman akhir benam maksimum pipa induk dan cabang disyaratkan tidak
lebih dari 7 meter jika lebih dari 7 meter maka harus dinaikkan dengan pompa.
a. Aliran Terbuka
Terjadi pada seluruh perpipaan air buangan. Karakteristik dari aliran terbuka
ini adalah:
32
Unsteady (debit berubah terhadap waktu) dan kadang – kadang non-
adalah:
(untuk sistem small bore sewer tidak diharuskan) harus memenuhi persyaratan:
Self cleansing.
Tidak menggerus.
untuk sistem konvensional, untuk sistem small bore sewer tidak diharuskan) yaitu:
33
Aliran yang self cleansing harus memenuhi kriteria aliran dengan tegangan
dan endapan.
Inch mm
1 4 100 0.45 – 7.4 1.2
2 6 150 0.40 – 4.93 0.6
3 8 200 0.39 – 3.70 0.4
4 10 250 0.29 – 2.96 0.38
5 12 300 0.22 – 2.47 0.37
6 14 350 0.17 – 2.11 0.37
7 15 400 0.15 – 1.85 0.36
8 16 410 0.14 – 1.64 0.36
9 18 460 0.12 – 1.64 0.36
10 21 530 0.10 – 1.34 0.36
11 24 610 0.08 – 1.23 0.36
12 27 690 0.07 – 1.06 0.35
13 30 760 0.06 – 2.99 0.35
14 36 910 0.05 – 0.82 0.35
15 42 1050 0.04 – 0.74 0.35
16 48 1200 0.03 – 0.74 0.35
17 54 1370 0.03 – 0.74 0.35
Sumber: Metcalf &Eddy, 1991.
34
2. Aliran yang tidak menggerus
Terjadi aliran krirtis apabila aliran memiliki nilai bilangan Froude, Fr=1.
Bila Fr > 1 maka aliran bersifat super kritis, kondisi seperti ini dapat
olakan yang cukup efektif untuk mempermudah lepasnya H2S dari air.
kritis.
Dc/D = 0.9/(q/A(gd)0.54)...........................................................(2.1)
Keterangan:
Dc :Kedalaman kritis
D :Diameter
Q :Debit (m3/detik)
b. Loncatan Hidrolis
Loncatan hidrolis perlu diperhatikan karena pada kondisi ini terjadi
turbulensi sehingga gas yang terlarut dalam air buangan akan terlepas
35
karena memiliki bilangan froude > 2.5 yang mencerminkan aliran yang
turbulen.
c. Terjunan
(Fr kecil). Dalam SPAB terjunan biasanya terjadi pada drop manhole.
d. Belokan
Yang perlu diperhatikan pada pertemuan dua saluran ini adalah kondisi
Q = A x v = konstan..........................................................(2.2)
36
2. Dimensi Saluran
kemudian dikalikan suatu faktor sehingga didapatkan debit pada saat penuh, baru
persamaan.
St = (E1-E2)/L..............................................(2.3)
L : jarak (m)
sebagai satu pipa yang panjang. Kedalaman penanaman pipa di awal dan di akhir
menggunakan nilai kemiringan yang telah didapat. Jika kecepatan aliran tidak
kecepatan yang memenuhi syarat pengaliran terlebih dahulu. Di dalam metode ini
37
V = 1/n x R2/3 x S1/2 ...........................................(2.4)
Keterangan:
V : Kecepatan aliran (m/det)
Q : Debit aliran (m3/det)
n : Koefisien kekasaran
A : Luas penampang basah aliran
R : Jari-jari hidrolis aliran (m2)
S : Kemiringan saluran
D : Diameter pipa (m)
kecepatan swa bersih, maka persamaan lain yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
D = 1.23 (Qpb)0.4.......................................(2.5)
Keterangan:
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kuantitas air buangan dan menjadi
38
Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka dalam perencanaan saluran air
buangan ada beberapa jenis debit air buangan yang menjadi dasar penentuan
yaitu:
umum, fasilitas komersil dalam sebuah kota. Dari semua fasilitas tersebut, tidak
semua terbuang menjadi air buangan dan terkumpul di saluran. Hal ini disebabkan
timbulan air buangan berkisar antara 50%-80%. Untuk menghitung debit rata-rata
Qr = Fab x Qam...................................................(2.6)
Keterangan:
39
2.Debit Rata-Rata Non Domestik
Debit rata-rata non domestik adalah debit air buangan yang berasal dari
buangan non domestik tergantung dari pemakaian air dan jumlah penghuni
fasilitas-fasilitas tersebut.
Keterangan:
3. Debit Infiltrasi
Dalam suatu sistem penyaluran air buangan, terdapat kemungkinan
terjadinya pertambahan jumlah air yang masuk ke saluran yang berasal dari
infiltrasi air tanah dan resapan air hujan. Dalam kondisi ideal, air yang masuk
maupun keluar dari sistem penyaluran tidak dibenarkan, tetapi infiltrasi tidak
Keterangan:
40
qinf : Debit inflow (L/detik)
P : Populasi
debit rata-rata. Untuk menghitung faktor puncak dari beberapa literatur diketahui
sebagai berikut:
Fp = (2.25+(15x106)/P1.414)1/6....................................................(2.12)
Keterangan:
Fp : Faktor puncak.
P : Jumlah Penduduk.
Keterangan:
41
5. Debit Minimum Air Buangan (Qmin)
Debit minimum adalah debit air buangan pada saat pemakaian air
2. Lebar Galian.
persamaan Marston.
W = c x w x B2 ...........................................(2.14)
Keterangan:
42
b. Pembebanan saluran akibat beban bergerak (Roda Kendaraan)
dari beban diam. Sedangkan total pembebanan yang diterima saluran adalah
penjumlahan dari pembebanan akibat beban diam dan akibat beban bergerak.
2.10.1 Manhole
Setiap perubahan arah: vertikal, yaitu pada ketinggian terjunan lebih besar dari
dua kali diameter digunakan jenis drop manhole. Horizontal, pada belokan
Sepanjang jalan lurus, dengan jarak tertentu dan sangat tergantung pada
diameter saluran.
43
a. Penempatan dan jarak antar Manhole
Berikut adalah tabel jarak perletakan manhole menurut diameter saluran.
Tabel 2.3 Jarak Manhole Menurut Diameter
Diameter (mm) Jarak Antar Manhole (m)
< 200 50 – 100
200 – 500 100 – 125
500 – 1000 125 – 150
>1000 150 – 200
Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah
manhole.
44
- Kedalaman kecil (75-90 cm).
- Kedalaman besar.
c. Kriteria Manhole
Manhole harus ditutup dengan tutup yang dilengkapi kunci, agar tidak
Terbuat dari beton atau pasangan batu kali. Jika diameternya > 2.50 m,
45
d. Konstruksi Manhole
Kedalaman.
Kondisi Tanah.
T = 2 + d/2 (inchi)
Bahan yang digunakan adalah konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan batu
e. Lantai Kerja
Persyaratan lantai kerja adalah luasnya cukup untuk orang berdiri dan
ketebalan lantai dasar sama dengan ketebalan dinding manhole. Untuk saluran
lingkaran. Kedalaman saluran sama dengan diameter pipa air buangan agar tidak
terjadi luapan pada lantai dasar. Kemiringan salurannya 2.5%. Permukaan saluran
46
dilapisi dengan semen sehingga halus. Untuk kondisi tanah yang buruk,
pada riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan ketinggian lebih besar
dari 0.6 meter (2 ft) terhadap dasar riol pemasukkannya dalam satu manhole
dibelokkan terlebih dahulu miring atau vertikal ke bawah di luar manhole dengan
sambungan Y atau T.
buangan yang dapat merusak dasar manhole serta mengganggu operator. Selain
itu drop manhole pun berfungsi untuk mengurangi pelepasan H2S yang terbentuk
dalam saluran.
pada ujung awal saluran, pada jarak 150-200 ft dari manhole. Jarak antar
servis/lateral.
47
Tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan.
Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan
2.10.4 Siphon
Siphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal /
miring. Misalnya, bila saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan raya
rendah, saluran irigasi, lembah, dan sebagainya, dimana elevasi dasarnya lebih
a. Kriteria perencanaan
m/detik.
maksimum.
Pada awal dan akhir siphon harus dibuat sumur pemeriksaan untuk
memudahkan pembersihan.
48
b. Pendimensian
Dimensi pipa siphon dapat dihitung dengan persamaan kontinuitas
Q = A.V=1/4 π D2 ............................................(2.15)
Keterangan:
c. Kehilangan Tekanan
Kehilangan tekanan dalam siphon berperan dalam perencanaan siphon, dengan
h = v2/2g (1+a+b.L/D).....................................................(2.16)
a = 1/v-1
b = 1,5 (0.019819+0.0005078)
Keterangan:
h : Kehilangan tekanan sepanjang siphon
L : Panjang pipa
D : Diameter pipa
Agar pengaliran berjalan lancar, elevasi awal siphon harus lebih tinggi dari
elevasi akhir siphon. Tinggi yang dibutuhkan adalah headloss selama pengaliran
yang berasal dari entrance loss, headloss sepanjang pipa dan headloss dibelokan.
49
d. Inlet Chamber
Inlet chamber berfungsi sebagai bangunan peralihan dari pipa air buangan yang
sifat alirannya terbuka menuju pipa siphon yang sifat alirannya bertekanan, selain
itu inlet chamber pun berfungsi untuk mendistribusikan air buangan ke dalam
berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang yang dilengkapi dengan unit
pembagi aliran.
Dimensi:
Lebar = diameter pipa air buangan + diameter pipa siphon aliran rata-rata
e. Outlet chamber
Fungsi outlet chamber adalah kebalikan dari inlet chamber. Bentuk dimensinya
sama dengan inlet chamber hanya dilengkapi dengan sekat dan terjunan agar
alirannya tidak kembali masuk ke pipa siphon lainnya. Dimensi sekat memiliki
50
f. Drain
Untuk pembersihan pipa bagian dasar, diperlukan pipa drain yang menyalurkan
penggelontoran, karena pipa saluran hanya mengalirkan effluent cair dari air
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada bangunan penggelontor ini adalah, air
penggelontor harus bersih tidak mengandung lumpur, pasir, dan tidak asam. Basa
atau asin, selain itu air penggelontor tidak boleh mengotori saluran.
a. Jenis Penggelontoran
1. Sistem Kontinu
51
dimensi saluran tambahan debit air buangan dari penggelontoran harus
diperhitungkan.
kecepatan aliran dapat diatur, syarat pengaliran dapat terpenuhi, tidak memerlukan
pada awal saluran atau dapat berupa terminal cleanout yang dihubungkan dengan
pipa transmisi air penggelontor. Selain itu, kelebihan dari penggunaan sistem
memerlukan dimensi saluran lebih besar, terjadi penambahan beban hidrolis pada
BPAB.
2. Sistem Periodik
Dalam sistem periodik, penggelontoran dilakukan secara berkala pada kondisi
Dimensi saluran relatif tidak besar karena debit gelontor tidak diperhitungkan.
52
Panjang pipa yang digelontor
V gelontor = tg x Qg...............................................(2.17)
Keterangan:
berasal dari air buangan dalam pipa riol itu sendiri atau air dari luar seperti air
tanah, air hujan, air PDAM, air sungai, danau dan sebagainya. Air penggelontor
yang dari luar harus tawar (bukan air asin), untuk menghindari terjadinya
lebih besar.
menyambungkan satu atau lebih saluran pada satu titik temu dengan saluran
53
Transition adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambung
berikut:
Perubahan sudut aliran pada junction tiadak boleh terlalu tajam. Sudut
pertemuan antara saluran yang masuk (saluran cabang) dan saluran yang
2.10.7 Belokan
Dalam pembuatan belokan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:
manhole.
radius lengkungan dari pusat adalah lebih besar dari 3 kali diameter
saluran.
54
2.10.8 Stasiun pompa
Stasiun pompa terdiri sumuran pengumpul (wet well / sump well) yang
air buangan yang masuk dan volume air buangan yang dapat dikeluarkan pompa,
juga sebagai bak ekualisasi untuk memperkecil beban fluktuasi pompa. Jumlah
dan lokasi stasiun pompa biasanya ditentukan dari perbandingan biaya konstruksi
dan operasi serta perawatan, dengan biaya konstruksi dan perawatan saluran
berdiameter besar dan dangkal. Jenis pompa untuk air buangan diantaranya:
1) Pompa sentrifugal
2) Pneumatic ejector
3) Screw pump
bertipe non clogging, yang dapat membawa air buangan yang mengandung
Penggolongan klasifikasi pompa ini biasanya ditentukan oleh spesifik speed (Ns)
Ns = N.Q1/2 (H3/4)...................................................(2.18)
Keterangan:
Operasi pompa sentrifugal pada Ns yang rendah mempunyai efisiensi yang tinggi.
55
2.10.9 Ventilasi
berfungsi:
yang korosif.
dalam saluran.
yang dapat menyebabkan aliran balik pada water seal alat-alat palmbing.
1. Pengolahan Pertama
2. Pengolahan Kedua
3. Pengolahan Ketiga
4. Pengolahan Kuman
5. Pengolahan Lanjutan
baik itu untuk mensortir kerikil, lumpur, dan memisahkan lemak yang dilakukan
56
2.11.2 Pengolahan Kedua
Dalam pengolahan ini terdapat dua hal yang penting dalam proses biologis antara
lain:
Kemudian pada proses ini juga akan dibahas tentang kurva pertumbuhan bakteri
yang nantinya terjadi beberapa tahap dan juga akan terjadi penggunaan aktivated
sludge konventional dan juga akan terjadi proses aerasi yaitu memasukkan udara
kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah, pada pengolahan ini akan terjadi
pengolahan secara kimiawi yang akan terjadi reaksi reaksi secara kimia akibat
adanya penambahan zat kimia baik itu seperti karbon aktif maupun aluminium
aktif. Pengolahan ini dilakukan dengan cara penyaringan baik itu penyaringan
secara lambat, cepat dan juga akan terjadi penyerapan dan pengurangan besi dan
mangan.
57
2.11.4 Pembunuhan Kuman (Desinfection)
di dalam air. Pada pengolahan ini akan terjadi reaksi kimiawi dengan adanya
pengolahan daur ulang maksudnya di sini adalah hasil dari pengolahan limbah
tersebut di proses untuk nantinya dapat digunakan untuk kehidupan baik itu
sebagai pupuk maupun air baku yang di salurkan ke sungai. Pada pengolahan ini
hasil terakhir dari pengolahan limbah tersebut yaitu lumpur akan diproses lagi
1. Proses pemekatan
2. Proses Stabilisasi
3. Proses Pengeringan
4. Proses pembuangan
58
Dengan melihat proses tersebut di atas maka pengolahan air limbah tersebut dapat
dikelompokkan dalam:
a. Proses pengolahan secara fisik yang terjadi pada Saringan kasar, penangkap
b. Proses pengolahan secara biologi yang terjadi pada Aerasi dan pengaktifan
aerobic.
c. Proses pengolahan secara kimia yang terjadi pada aerasi karena pada bangunan
ini terjadi pengikatan oleh oksigen terhadap unsur maupun senyawa yang
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Kecamatan Medan Tuntungan dengan luas wilayahnya 20.68 Km2 adalah
daerah pintu gerbang Kota Medan di sebelah Selatan yang merupakan pintu
masuk dari Kabupaten Karo dan daerah lainnya di Sumatera Utara maupun
batas, luas wilayah, sensus penduduk, tata guna lahan, iklim, keadaan jenis tanah,
60
Gambar 3.1 Lokasi Komplek Pesantren
Tabel 3.1 Luas Wilayah dirinci per kelurahan di kecamatan Medan Tuntungan
tahun 2009
61
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk di kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009
62
Letak Topografi
Daerah Kecamatan Medan Tuntungan terletak di ketinggian + 16.00 m di
pasar, pertokoan, rumah toko (ruko), sarana pendidikan, sarana kesehatan , jalan
raya, industri sedang, dan rumah tangga, perkantoran pemerintah dan swasta,
tempat ibadah, sarana hiburan dan lain sebagainya serta terdapat sebagian kecil
Iklim
Wilayah kota Medan hanya memiliki perbedaan kecil antara musim hujan dan
dapat dikatakan musim hujan tidak menentu sepanjang tahun. Dan temperatur
udara berkisar 21º sampai 32º C sehingga wilayah ini dapat dikatakan daerah yang
berhawa panas.
63
Keadaan Saluran
Pada umumnya kondisi saluran yang ada disisi jalan dipenuhi oleh sampah-
sampah dan ada juga yang ditutup untuk dijadikan lokasi jualan sehingga dapat
mengganggu aliran air. Tetapi ada juga kondisi saluran yang yang masih baik dan
penampang trapesium dan empat persegi serta saluran tertutup seperti riol dan
gorong-gorong.
medan tuntungan di sisi kiri dan kanan telah memiliki saluran drainase. Saluran
drainase ini dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah rumah tangga
dan saluran pembuangan utama. Saluran utama itu berupa sungai seperti Sei
Babura atau Sei Deli. Di sebagian daerah telah memiliki saluran primer yaitu
ini merupakan yayasan yang didirikan oleh keluarga Tarigan yang sekarang
dipimpin oleh DR. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.Sc, komplek ini
memiliki luas + 10.000 m2, yang terdiri dari beberapa ruangan seperti Masjid,
64
kantor, gudang, kantor wakaf, Kantin, Gor, Perpustakaan, Studio photo dan
ruangan lainnya.
Komplek Pesantren ini terdiri dari jumlah santri pria dan wanita dimana
ruangan atau kamar untuk pria dan wanita di pisahkan, kemudian ruangan kamar
mandi atau tempat pembuangan air di kumpulkan atau di buat menjadi satu
ruangan yang terdiri dari wc dan tempat pengambilan wudu‘. Kemudian lokasi
kamar mandi terdiri dari beberapa septic tank yang langsung berada di sebelah
kamar mandi tersebut. Septic tank tersebut berbentuk persegi yang terdiri dari 4
buah septic tank, sumber air diperoleh langsung dari bawah tanah dengan
menggunakan pompa.
komplek pesantren yang akan ditinjau dan data sistem penyaluran limbah dan
65
Tabel 3.4 jumlah santri pria dan wanita komplek pesantren Raudhatul Hasanah
tahun 2005-2010
Data-data yang dibutuhkan pada dasarnya dibagi dua kelompok yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan
1. Data Primer
peninjauan, dan pengukuran saluran buangan. Tidak semua saluran yang terdapat
dilapangan diukur dimensinya. Dalam penelitian ini, hanya beberapa saluran saja
66
2. Hasil pengukuran saluran buangan baik itu dimensi pipa maupun dimensi
bak pengumpul.
2.Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam
1. Dari data badan pusat statistik seperti jumlah penghuni dan luas wilayah.
2. Dari data badan meteorologi klimatologi dan geofisika (BMKG) seperti data
tujuan penelitian. Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan metode
perhitungan.
Untuk perhitungan debit air buangan yang berasal dari rumah tangga
manusia. Menurut Ray K. Linsey dalam teknik sumber daya air, jumlah air
limbah rumah tangga dari suatu perkotaan biasanya 60%-75% dari jumlah air
Jumlah kebutuhan air normal dihitung untuk kategori kota sedang seperti
yang disarankan Mc. Gehee, dengan pemakaian normal 80-250 liter/orang /hari.
Dengan data jumlah penghuni untuk komplek pesantren maka didapat jumlah
67
kebutuhan air normal 60%-75% dari kebutuhan air normal tersebut akan berubah
Q = 0.278 CS C Itc A
Dimana :
68
3.6 Analisis Data
penelitian yaitu data yang telah dikumpulkan kemudian data tersebut diolah dalam
diambil kesimpulan dari tujuan penulisan ini. Adapun cara analisis penelitian ini
adalah :
2. Menentukan Elevasi tinggi muka tanah di awal saluran sampai akhir saluran.
Pn = Po(1+r)n...............................................................(3.1)
Qinf = Qr fr + qinf..............................................................(3.4)
Qd = Q pk + Qinf.................................................................(3.5)
69
9. Menghitung dimensi pipa
Dteo = 1.23(Qd)0.4.........................................................(3.6)
A = ¼ π d2.....................................................................(3.7)
Qfull = A x Vfull...............................................................(3.9)
13. Mencari nilai d/D dari data Qd/Qf dengan menggunakan nomogram manning
14. Mencari nilai Vp/Vf dari data d/D dengan menggunakan nomogram manning
Vp = Vp X Vfull....................................................................(3.10)
Vfull
70
16. Menghitung debit saat saluran pipa terisi minimum
Qmin = 0.5*Qr............................................................(3.11)
17. Perbandingan antara debit desain dan debit saat aliran minimum.
Qmin/Qf.........................................................................(3.12)
18. Mencari nilai dmin/D dari data Qmin/Qf dengan menggunakan nomogram
Manning.
Qmin → dmin...............................................................(3.13)
Qf D
19. Mencari nilai Vmin/Vf dari data dmin/D dengan menggunakan nomogram
manning.
dmin → Vmin...............................................................(3.14)
D Vfull
Vfull
Ketentuan yang harus terpenuhi adalah 0.3 m/detik < Vmin< 3 m/detik
h.w
L*w
71
Dimana : td = Waktu detensi (detik)
(m3/det)
P = 0.163.p.Q.H....................................................................(3.18)
Q = debit (m3/det)
As = 3 l2
P = As/l
Xt = Overall removal
72
23. Penentuan dimensi saluran pembawa
Q = A.V....................................................................................(3.20)
Dimana R = Dpipa/4
Pada bak pengendapan II akan terjadi pengolahan secara biologi dimana akan
terjadi proses aerob dengan memasukkan udara ke dalam bak yang bertujuan
Pada bak pengendapan terakhir ini akan terjadi pengolahan lumpur yang
lebih lanjut, pada Bak pengendapan terakhir ini terdiri 1 unit bak.
73
Debit air limbah Debit air hujan
Perhitungan Perhitungan
Debit air limbah Debit Banjir
Perhitungan
Dimesi Pipa Perhitungan
Dimensi saluran
drainase
Perhitungan
Sumur
Pengumpul
Perhitungan Bak
Pengendapan I
Perhitungan Bak
Pengendapan II
Saluran
Drainase
74
Air Limbah
Pengendapan I
Penyaringan
Aerasi
(proses aerob dan
anaerob)
Desinfection
Pengendapan II
Pembentukan Lumpur
Pengeringan
Air Baku
75
BAB IV
ANALISA PEMBAHASAN
untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak
Untuk itu maka diperlukan evaluasi kualitas air buangan yang dilakukan
berlaku. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk menentukan karakteristik air buangan
untuk karakteristik tersebut. Hal ini perlu diketahui untuk menentuan unit – unit
KONSENTRASI ( mg / l )
KONTAMINAN Weak Medium Strong
Total Solid 250 720 1200
Total Disolved Solid 250 500 850
Total Suspended Solid 100 220 350
Settleable Solid 5 10 20
BOD 110 220 400
COD 250 500 1000
Ammonium 12 25 50
Nitrat 0 0 10
Nitrit 0 0 10
Phosfat 4 8 15
Sulfat 20 30 15
Khlorida 30 50 100
Alkalinitas 50 100 200
76
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Karakteristik Air Buangan
PARAMETER KONSENTRASI ( mg / l )
Total Solid 210.2
Settleable Solid 5.1
Total Disolved Solid 220.5
Biochemichal Oxygen Demand 230.1
Chemical Oxygen Demand 158
Amonium 0.75
Nitrat 0.23
Nitrit 3.5
Phosfat 17
Sulfat 60
Khlorida 40
STANDAR
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU*)
1. Total Solid (mg/l) -
2. Total Disolved Solid (mg/l) 1500
3. Total Suspended Solid (mg/l) 100
4. Settleable Solid (mg/l) 5
5. BOD (mg/l) 20
6. COD (mg/l) 40
7. Ammonium (mg/l) 0.02
8. Nitrat (mg/l) 10
9. Nitrit (mg/l) 0.06
10. Phosfat (mg/l) -
11. Sulfat (mg/l) -
12. Khlorida (mg/l) 0.5
13. Alkalinitas (mg/l) -
Sumber: MENKLH No. 03/MENKLH/II/1991
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa kualitas air limbah jauh dari standard yang
kategorikan lemah. Apabila tingkat konsentrasi ini tidak diproses maka air yang
mengalir ke saluran drainase atau saluran induk sangat berbahaya baik itu bagi
lingkungan maupun bagi manusia. Oleh sebab itu maka air limbah domestik perlu
77
4.2 PRINSIP PENGOLAHAN
Partikel- partikel padat yang terkandung di dalamnya yang secara alami sulit
mengendap akan diubah menjadi partikel- partikel yang lebih besar yang di sebut
floc atau lumpur yang memiliki berat jenis lebih berat dan ukuran partikel yang
lebih besar sehingga lebih mudah dipisahkan dari air dan mengendap.
4.3.1 Pengendapan
tahap ini dan pengendapan yang dihasilkan terjadi karena adanya kondisi yang
sangat tenang. Bahan kimia dapat juga di tambahkan untuk menetralkan keadaan
menghasilkan hasil buangan ke sungai dengan sedikit partikel zat tercampur maka
melewati reaktor.
endapan yang optimal melalui pengaturan besar kecilnya bak yang akan dibangun.
78
Dengan demikian, air limbah yang ada akan meninggalkan bak tersebut setelah
besar ataupun terlalu kecil. Untuk membangun bak yang dimaksudkan secara
Q out
Tempat Lumpur
1. Daerah pemasukan
Pada daerah ini diharapkan air limbah dapat disebarkan secara merata sejenis
sehingga pada setiap titik konsentrasi campuran dan besarnya partikel adalah
sama.
2. Daerah Pengendapan
Pada daerah ini diharapkan partikel mengendap dengan kecepatan yang sama.
Aliran yang ada di daerah ini dibuat secara horizontal bergerak dengan kecepatan
aliran yang sama dan konstan pada setiap titik, sehingga memungkinkan partikel
bergerak secara horizontal dengan arah ke bawah sebagai akibat adanya grafitasi.
3. Daerah Pengeluaran
Air yang telah dijernihkan dikumpulkan secara serempak melalui saluran yang
79
pengendapan dan diharapkan seluruh partikel mencapai daerah lumpur secara
terus menerus. Agar semua endapan dapat mengendap pada areal pengendapan,
maka kecepatan aliran air limbah harus diselaraskan dengan kecepatan endapan
kecepatan endapan dan kecepatan aliran partikel minimal harus sama dalam
guna meningkatkan daya apung campuran. Dengan adanya gas ini membuat
gelembung udara dapat dicapai melalui beberapa cara antara lain dengan cara
air limbah ke dalam tabung tertutup. Kemudian udara dalam tabung tersebut
dikeluarkan. Akibat adanya pengeluaran udara ini, maka tekanan di atas air
limbah akan lebih kecil dari 1 atmosfer sehingga udara yang terlarut akan keluar
lumpur aktif. Udara yang dimasukkan ke dalam air limbah di atur dalam bentuk
gelembung kecil melalui pipa yang diletakkan di bawah bak, sedangkan air
80
buangan dimasukkan pada ujung bak yang berlawanan dengan arah pengumpulan
lumpur yang telah mengapung. Jadi air limbah mengalir dari kanan ke kiri
terlebih dahulu dengan bahan kimia tambahan yang berfungsi untuk membuat
proses penggumpalan menjadi lebih cepat dari biasanya (sebagai bahan koagulan)
Penggaruk lumpur
Air yang mengapung Lumpur
Jernih
Penggaruk
Lumpur
Masuk
Lumpur
ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat
kekotoran jenis kotoran yang ada dan sebagainya. Reaktor pengolahan lumpur
aktif dan saringan penjernihan biasanya dipergunakan dalam tahap ini. Pada
proses penggunaan lumpur aktif (activated sludge), maka air limbah yang telah
81
lama ditambahkan pada tangki aerasi dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah
bakteri secara cepat agar proses biologis dalam menguraikan bahan organik
berjalan lebih cepat. Lumpur aktif tersebut dikenal sebagai MLSS (Mixed Liquor
Suspended Solid). Terdapat dua hal yang penting dalam proses biologis ini antara
lain:
merupakan tujuan pengolahan air limbah. Penambahan oksigen adalah salah satu
usaha dari pengambilan zat pencemar tersebut, sehingga konsentrasi zat pencemar
akan berkurang atau bahkan dapat dihilangkan sama sekali. Zat yang diambil
Pada prakteknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air limbah
yaitu:
1. Memasukkan udara ke dalam air limbah adalah proses memasukkan udara atau
Oksigen murni ke dalam air limbah melalui benda porous atau nozzle.
82
Gelembung udara
Tekanan udara
proses pemberian oksigen akan berjalan lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya
nozzle ini diletakkan pada dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan adalah
berasal dari udara luar yang dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan.
2. Memaksa Air ke atas untuk terkontak dengan oksigen adalah cara mengontakan
air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling-baling yang diletakkan pada
permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke
atas dan dengan terangkatnya maka air limbah akan mengadakan kontak langsung
83
Gambar 4.4 Aerasi dengan menggunakan baling-baling
limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri yang cukup untuk
bakteri berbiak secara konstan dan agak lambat pertumbuhannya karena adanya
suasana baru pada air limbah tersebut, keadaan ini dikenal sebagai lag phase.
Setelah beberapa jam berjalan maka bakteri mulai tumbuh berlipat ganda dan fase
ini dikenal sebagai fase akselerasi. Setelah tahap ini berakhir maka terdapat
bakteri yang tetap dan bakteri yang terus meningkat jumlahnya. Perumbuhan yang
dengan cepat setelah fase kedua ini disebut fase log phase. Selama log phase
makanan yang terkandung di dalamnya. Apabila tahap ini berjalan terus, maka
84
akan terjadi keadaan dimana jumlah bakteri dan makanan tidak seimbang dan
keadaan ini kita sebut declining growth phase. Pada akhirnya makanan akan habis
dan kematian bakteri akan terus meningkat sehingga tercapai suatu keadaan di
mana jumlah bakteri yang mati dan tumbuh mulai berimbang yang dikenal
statinary phase.
lebih besar dari jumlah pertumbuhannya maka keadaan ini disebut lebih besar dari
jumlah pertumbuhannya maka keadaan ini disebut endogeneus phase dan pada
saat ini bakteri menggunakan energi simpanan ATP untuk pernafasannya sampai
Mikroorganisme
Jumlah
Makanan
1 2 3 4 5 6
85
Dengan melihat fase pertumbuhan, maka dalam pertumbuhannya perlu
pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan dan pengolahan air limbah dapat terus
berlangsung. Untuk lebih jelasnya, maka pertumbuhan bakteri pada bak reaktor
mengambil lumpur dari bak pengendapan kedua atau dari bak pengendapan
Bak pengendapan
Bak
aerasi Air limbah keluar
86
4.5 PENGOLAHAN TAHAP KETIGA
Oleh karena itu, pengolahan jenis baru akan dipergunakan apabila pada
pengolahan pertama dan kedua masih banyak terdapat zat tertentu yang masih
secara khusus sesuai dengan kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah,
1. Saringan pasir
2. Penyerapan/adsorbtion
dari air limbah dengan melewatkan pada media yang pourous. Kedalaman
air untuk minum. Akan tetapi, penyaringan ini pun banyak dijumpai sebagai
pengolahan ketiga dari air limbah setelah mengalami proses biologis atau proses
fisika kimia. Penyaringan akan memisahkan zat padat dan zat kimia yang
87
1. Saringan pasir cepat
milimeter dan gravel setebal 0,3-0,6 meter. Adapun kecepatan aliran penyaringan
yang dihasilkan sebesar 1,3-2,7 liter/m3/detik. Pada saringan pasir cepat ini
penyaringan berlangsung selama 6-24 jam dengan lama pencucian selama 5-10
menit.
Terdiri dari lapisan gravel dengan tebal 0,3 meter dan pasir setebal 0,6-
1,2 meter dengan diameter pasir sekitar 0,2-0,35 milimeter. Dari penyaringan ini
Apabila air limbah sudah mulai menggenang sedalam 1,5-3 meter maka air
terlarut yang terdapat dalam larutan antara dua permukaan. Antara permukaan itu
biasa antara cairan dan gas, zat padat atau aliran cairan, bahkan penyerapan
dipergunakan pada permukaan zat padat dan zat padat kental. Pada masa yang
akan datang proses ini jarang dipergunakan secara luas pada penjernihan air
limbah meskipun dengan penyerapan ini hasil pengolahan akan lebih baik
maka yang sering terjadi adalah bahan padat yang menyerap partikel yang berada
88
di dalam air limbah. Bahan yang akan diserap disebut sebagai adsorbate atau
pada kejadian ini dipergunakan untuk mengurangi kadar air benda-benda organik
terlarut yang ada. Disamping inti dari pengontakan karbon dengan air maka
benda-benda partikel juga bisa ikut dihilangkan. Proses ini biasanya dipergunakan
untuk melengkapi proses pengolahan secara biologi dari limbah industri yang
mana proses biologisnya tidak lengkap. Sehingga masih terdapat masalah pada air
limbah.
Ion Fe dan Mn selalu dijumpai pada air alami dengan kadar oksigen yang
rendah, seperti pada air tanah dan pada daerah danau tanpa udara. Keberadaan
ferric dan manganic larutan dapat terbentuk dengan adanya pabrik tenun, kertas,
dan proses industri. Fe dan Mn dapat dihilangkan dari dalam air dengan
melakukan oksidasi menjadi Fe (OH)3 dan MnO2 yang tidak larut di dalam air,
pengendapan dipengaruhi oleh jenis dan kadar oksidator, PH, kesadahan, dan
89
kemungkinan ditambahkannya katalisator. Oksigen terlarut mengubah Fe dan Mn
2 Fe 2+ + ½ O2 + 5 H2O 2 Fe (OH)3 + 4 H+
Mn2+ + ½ O2 + H2O Mn O2 + 2 H+
Rata-rata oksidasi Fe akan meningkat mencapai 90% dalam waktu 10-20 menit
(aerasi) yang berupa menara talam di mana air menetes di atas talam tersebut atau
adalah:
Pada PH yang sama reaksi dengan klorin biasanya lebih cepat bila dibandingkan
dengan reaksi udara. Pembubuhan klorin ini biasanya diberikan sebelum air
90
Dalam keadaan PH 6-9 pembentukan endapan oleh MnO4 lebih cepat bila
valensi 1.
Osmosis bolak balik adalah satu diantara sekian banyak teknik pengurangan
bahan mineral yang diterapkan untuk memproduksi air yang siapa dipergunakan
kembali. Pada proses ini mendapatkan tambahan manfaat dalam pengurangan zat
organik terlarut di mana tidak terambil untuk dibuang melalui teknik yang lain.
Kelemahan yang ada pada proses ini adalah karena biaya yang tinggi dan
Osmosis bolak balik adalah proses di mana air dipisahkan dari garam yang
larut di dalam cairan melalui penyaringan lapisan tipis/ selaput yang lentur, pada
tekanan yang lebih bila dibandingkan dengan tekanan osmosis yang disebabkan
oleh larutan garam di dalam air limbah. Dengan membran yang tetap dan
Komponen utama dari osmosis bolak balik adalah selaput, penahan selaput,
bejana, pompa bertekanan tinggi. Selulosa asetat dan nilon adalah bahan yang
berbentuk lembek. Bangunan pipa adalah sangat dianjurkan untuk mengolah air
91
limbah yang berasal dari rumah tangga. Unit osmosis bolak balik dapat diatur
jarang pada posisi paralel untuk meningkatkan kecukupan kapasitas hidrolik satu
antara 4-7,5.
sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan mikroorganisme itu
sehingga terjadi kerusakan dinding sel. Mekanisme lain dari desinfeksi adalah
Penggunaan panas dan bahan radiasi meskipun sangat baik hasil yang
dicapai, akan tetapi kurang cocok untuk diterapkan secara masal mengingat biaya
karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan
92
1. Daya racun zat kimia tersebut
3. Efektivitasnya
4. Rendahnya dosis
dipergunakan bahan antara lain klorin oksida dan komponennya bromine, rodine,
H O CL H+ + O CL-
Selain gas dapat juga berupa anti garam-garam dari hipoklorida seperti Na O CL
Na O CL Na+ + O CL-
Ca (OCL)2 Ca++ + 2 O CL –
O CL- + H+ H O CL
–
Di sisni H O CL dan O CL- disebut sebagai free available chlorin (klor bebas)
dengan daya bunuh H O CL 40-80 kali lebih besar dari daya bunuh O CL-.
93
NH2CL + H O CL NH CL2 + H2O
Di chloramin
bercampur dengan klorin maka daya bunuhnya akan menurun. Adapun gambaran
rekasi dari klorin di dalam air adalah pada awalnya akan bereaksi dengan bahan
yang mudah teroksidasi seperti ion ferro, nitrit (reducing compound). Untuk
selanjutnya akan bereaksi dengan amonia dan bahan organik akan membentuk
kloramin dan kloro organik kompound, pada saat ini daya bunuhnya juga sangat
organik kompound akan habis dan terbentuklah klor bebas. Titik di mana mulai
Dari setiap tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya adalah berupa lumpur
yang perlu diadakan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut dapat
Jumlah dan sifat lumpur air limbah sangat dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain:
3. Metode Pelaksanaan
94
Adapun mengenai jumlah yang dihasilkan pada setiap pengolahan air limbah
Proses Volume (m3 lumpur tiap 1000m3 air Berat (kg zat padat tiap
Pengolahan limbah) m3 air limbah )
Pendahuluan 3,0 0,144
Dari tabel diatas terlihat bahwa proses pengolahan dengan menggunakan lumpur
aktif menghasilkan lumpur yang paling banyak. Dari hasil lumpur aktif
menghasilkan lumpur yang paling banyak. Dari hasil lumpur tersebut ternyata
bahwa kadar pupuk dari lumpur sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari rendahnya
kadar nitrogen, fosfor dan potasium yang sangat kecil apabila dibandingkan
Untuk itu pengolahan lumpur sangat diperlukan agar dapat mengubah bahan
antara lain:
1. Proses pemekatan
2. Proses penstabilan
3. Proses pengaturan
4. Proses pengeringan
5. Proses pembuangan
95
4.7.1 Proses pemekatan
Lumpur yang dihasilkan dari setiap bangunan pengolahan air limbah pada
tahap awalnya harus melalui proses pemekatan, supaya kadar air di dalam lumpur
yang akan ditangani. Proses pemekatan secara terperinci dapat dilihat pada bagian
Dengan stabilisasi baik yang berupa aerobik maupun yang berjalan secara
gas metan yang bisa dipergunakan sebagai sumber energi, sedangkan pada proses
untuk menstabilkan lumpur. Pada proses ini pembusukan dari zat organik dan
anorganik adalah bebas dari molekul oksigen. Adapun sisa hasil proses ini adalah
berupa lumpur yang telah padat dan pekat. Pada proses ini, bahan organik
campuran dari lumpur pada kondisi tanpa udara diubah menjadi metan (CH4) dan
dalam tangki secara beruntun atau berselang-selang dan disimpan di dalam tangki
untuk beberapa waktu. Adapun lumpur yang telah stabil juga dikeluarkan secara
berurutan atau berselang-selang dari tangki pencerna, lumpur ini bersifat sukar
96
Pengeluaran gas
Penampung gas
Lapisan supernatan
Pencernaan lumpur
aktif
Gambar 4.7 Pengolahan lumpur secara konvensional dengan cara rata-rata satu
fase
Terdapat 2 tipe pencernaan yaitu standar rata-rata dan standar tinggi. Pada standar
time) selama 60 hari. Dengan demikian, maka proses pencernaan berjalan sangat
Pada proses dengan standard tinggi, maka lumpur yang ada dilakukan
tambahan proses berupa pemanasan dan pengadukan secara lengkap. Pada proses
ini waktu tinggal yang diperlukan hanya mencapai 15 hari atau kurang. Sebagai
kombinasi dari tipe di atas adalah berupa 2 tahap proses di mana pada tahap
pertama adalah memisahkan lumpur yang dicerna dari cairan supernatan yang
mana pada kedua fase tersebut dapat timbul gas yang diharapkan.
97
Adapun proses biologisnya dari zat organik pada bangunan pengolah
lumpur dapat terjadi melalui 2 atau 3 tahap. Tahap pertama meliputi pemindahan
enzim pada molekul yang seberat molekul tinggi menjadi molekul seberat atom
yang sesuai untuk dipergunakan sebagai sumber energi dan sel karbon.
Tahap kedua meliputi perubahan oleh bakteri dari hasil tahap pertama ke
dalam komponen molekul yang seberat atom sedang. Tahap ketiga meliputi
perubahan oleh bakteri terhadap molekul seberat atom sedang menjadi bahan yang
4.7.3.Proses Pengaturan
proses pengeringan dilaksanakan maka lumpur perlu diatur situasinya agar proses
pengurangan air berjalan lancar. Untuk maksud ini perlu dilakukan penambahan
bahan kimia agar partikel yang ada di dalam lumpur menjadi lebih besar. Adapun
ukuran penambahan bahan kimia adalah sama dengan ukuran yang telah diuraikan
pada proses pengentalan. Pada bak tempat pengaturan lumpur ini dibubuhkan zat
polimer yang telah dilarutkan dicampur dengan lumpur dan diaduk oleh pengaduk
supaya merata. Dari bak ini barulah lumpur di angkut ke tempat pengeringan.
Pada proses ini dipergunakan bak pengering yang menampung lumpur dari
tangki pencernaan. Lumpur diletakkan pada bak pengering dengan ketebalan 200-
300 mm dan dibiarkan sampai kering terkena sinar matahar. Setelah kering
kemudian lumpur dikerok untuk dibuang ke temnpat pembuangan akhir. Bak ini
98
sangat cocok untuk mengeringkan lumpur yang berasal dari bangunan pengolah
air limbah yang kecil, atau sedang dari sebuah kota dengan penduduk 20.000 dan
pada daerah tersebut masih tersedia areal yang cukup luas dengan lebar 6 meter
dan panjang antar 6- 30 meter pada daerah terbuka dan jauh dari tempat
Hilangnya air dari lumpur adalah melalui gaya berat lumpur karena tertahan oleh
lapisan pasir dan melalui penguapan dari permukaan lumpur oleh udara. Sebagian
besar air meninggalkan lumpur melalui saluran pengering, oleh karena itu
yang ditanam di tanah dasar bak pengering. Selain itu pembuatan lapisan dasar
juga harus mematuhi beberapa ketentuan dalam meletakkan susunan lapisan koral,
99
4.7.5 Proses Pembuangan
Pembuangan akhir dari lumpur dan zat padat biasanya tergolong dalam
adalah terletak pada nilai ekonomis dari produk yang dihasilkannya. Metode yang
atas tanah, membuat kolam, penimbunan dan pengisian tanah yang cekung (land
filling).
bahwa penebaran dengan rata-rata setebal 5,1 cm/ tahun adalah penebaran yang
baik. Selain itu juga sedang dipelajarai efek sampingan jangka panjang dari
2. Pembuatan kolam
yang juga populer karena cara seperti ini sangat sederhanan dan ekonomis apalagi
jika pabrik penghasil lumpur tersebut berada di sekitar kolamnya. Lumpur cair
yang belum kering ini di diamkan di dasar kolam apabila jumlah cukup banyak
100
dikembalikan ke bangunan pengolah dan apabila sedikit dapat langsung dibuang
menghasilkan bau yang tidak sedap. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya
Pembuangan lumpur yang sudah dipadatkan dan dalam keadaan stabil adalah
pada masyarakat di sekitarnya. Termasuk dalam cara ini adalah cocok juga
incenerator.
4. Pengisian Tanah
Apabila daerah itu merupakan daerah yang nyaman, maka pembuangan lumpur
dengan cara pengisian tanah adalah cara yang paling tepat untuk membuang
lumpur, lemak, pasir serta zat padat lainnya. Dengan demikian pembuangan
dengan cara ini adalah cukup baik untuk membuang semua kotoran yang
oleh bangunan pengolah air limbah. Adapun cara pembuangan dengan sistem ini
adalah membuang kotoran padat dan bahan buangan lainnya pada tempat yang
telah ditentukan kemudian dipadatkan dengan traktor atau alat pemadat lainnya
selanjutnya ditutup dengan tanah setebal 30 cm. Pekerjaan seperti ini di lakukan
101
setiap hari sehingga semua sampah tidak akan tercecer dan tidak tampak dari luar.
Dengan demikian gangguan yang berupa bau dan pemandangan yang tidak sedap
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu jumlah proyeksi penduduk
(santri), periode perencanaan, proyeksi debit air buangan dan kapasitas desain
sistem penyaluran air buangan. Kondisi eksisting juga perlu di perhatikan agar
dalam menganalisa sistem penyalurannya kita sudah mengetahui sistem apa yang
dengan tepat.
penyaluran air buangan. Jumlah penduduk akan menetukan besar kuantitas air
buangan yang akan dialirkan di dalam pipa penyaluran dan bangunan pengolahan
limbah tersebut. Penentuan jumlah penduduk yang akan dilayani pada akhir
dihitung berdasarkan dari data penduduk dalam hal ini data santri maupun
santriwati dari tahun 2000 sampai 2010. Metode yang digunakan dalam
102
perkembangan komplek pesantren terhadap penduduk (santri) terus meningkat
Pt = Po ( 1+ r)n
tahun 2005-2010
103
Tabel 4.7 Jumlah proyeksi penduduk (santri dan santriwati) komplek pesantren
dahulu jumlah penduduk yang akan dilayani. Dan kita harus mengetahui jumlah
air limbah yang dihasilkan per/orang/hari. Menurut Metcalf and Eddy, 1991,
jumlah air limbah yang dihasilkan berkisar antara 50-80% dari pemakaian air
L/orang/hari adalah standar kebutuhan air bersih untuk hidran umum perkotaan.
Faktor air buangan terhadap air minum 0.5-0.8 (Metcalf & Eddy 1991).
104
Qr = fab x [ (80%*Qam x jumlah penduduk) + (20%*30 L/orang/hari)]
86400 detik/hari
= 52.738 L/detik
= 0.052 m3/detik
Dalam perhitungan dimensi pipa kita harus mengetahui terlebih dahulu debit
rata-rata air buangan, kemudian kita juga harus mengetahui debit infiltrasi, debit
puncak yang nantinya diperlukan untuk menentukan kecepatan aliran pada pipa
1. Debit Puncak
Debit puncak adalah debit pada saat dimana jumlah aliran debit air
buangan mengalir dengan kecepatan yang sangat cepat dan volume air buangan
= 0.08 m3/detik
2. Debit Infiltrasi
Debit infiltrasi adalah debit yang dihitung akibat adanya peresapan air
oleh tanah yang nantinya air tersebut akan masuk kedalam pipa akibat adanya
105
Qinf = fr Qr + L pipa qinf
(hardjosuprapto, 2000)
= 10.947 Liter/detik
= 0.0109 m3/detik
3. Debit Desain
Debit desain adalah debit yang timbul akibat adanya penjumlahan dari
debit puncak dengan debit infiltrasi, dengan adanya debit ini maka kita akan
Qd = Qpk + Qinf
= 0.090 m3/detik
4. Dimensi pipa
= 1.23 (0.090)0.4
= 0.47 x 1000
= 470 mm
diameter 500 mm
106
4.8.4 Perhitungan Kecepatan Aliran
berapa kecepatan aliran di pipa pada saat debit minimum maupun pada saat debit
puncak yang nantinya diperlukan untuk menentukan slope atau kemiringan yang
ditanam pada pipa. Pipa yang digunakan pipa PVC dengan n Manning = 0.009
1. Perhitungan Slope
= 3.25 m – 3.10 m
= 0.15 m
= 0.15/200
= 0.0007
= 0.19 m2
= 1/n (D/4)2/3 I ½
= 1.24 m /detik
107
Q full = A x Vmax
= 0.198 m3/detik
Perbandingan antara debit desain dan debit saat aliran penuh (Qd/Qf)
Qd = 0.45 d = 0.45
Qfull D
d = 0.45 Vp = 0.95
D V full
Qmin = 0.5 Qr
= 0.026 m3/detik
Perbandingan antara debit minimum dan debit saat aliran penuh (Qmin/Qfull)
108
Dari diagram nomogram di dapat d/D dari data Qd/Qf
Kriteria desain:
Perhitungan:
= 9.4 m3
109
Volume Bak pengumpul ( Q maximum)
Vmax = Qmax.td
= 71.28 m3
= 18.72 m3
Vmin 9.4m 3
P 5.8m
hmin .L 0.32m * 5m
Vmax 71.28m 3
hmax 2.45m
P * L 5.8m * 5m
Vrata 18.72m 3
hrata rata 0.6m
P * L 5.8m * 5m
110
Jadi dimensi sumur pengumpul pada saat :
Pompa berfungsi untuk menaikkan air limbah yang berasal dari sumur
1. Pompa ini dapat memempakan cairan dengan kapasitas yang berfluktuasi sesuai
2. Pompa ini dapat mengangkat benda-benda kasar yang ada dalam air buangan
111
Perhitungan Pompa:
Sudut
Kemiringan = 300 = 350 = 380
Spesifikasi Debit Putaran H Debit Putaran H Debit Putaran H
Diameter (mm) (m3/mnt) (rpm) Loss (m3/mnt) (rpm) Loss (m3/mnt) (rpm) Loss
(m) (m) (m)
400 1.62 92 1.41 92 1.32 92
450 2.1 85 1.8 85 1.56 85
500 2.82 82 2.4 80 2.1 80
550 3.54 75 3.06 75 2.7 75
600 4.26 70 4.5 3.6 70 5.2 3.38 70 5.5
700 6.3 64 5.4 64 4.74 64
800 8.52 58 7.32 58 6.42 58
900 11.34 54 9.72 54 8.52 54
1000 14.34 50 12.3 50 10.8 50
1100 17.52 47 14.94 47 13.08 47
1200 21.84 44 18.72 44 16.44 44
1250 23.34 43 5.6 19.86 43 6.4 17.3 43 6.9
1300 25.92 42 22.08 42 19.32 42
1400 31.56 40 27.00 40 23.7 40
1500 36.18 38 30.90 38 27 38
1600 42.96 36.5 36.78 36.5 32.28 36.5
1700 49.44 35 42.30 35 37.14 35
1800 57.00 34 6.8 48.78 34 7.8 42.84 34 8.4
1900 65.04 33 55.68 33 48.9 33
2000 73.56 32 63.00 32 55.26 32
2100 82.5 31 70.62 31 61.98 31
2200 91.8 30 78.60 30 69.00 30
2300 101.4 29 7.4 86.82 29 8.4 76.20 29 9.1
2400 111.94 28 95.22 28 83.58 28
2500 121.26 27 103.8 27 91.08 27
Sumber: Torishima Pump MFC. Co Ltd; ―Screw Pump‖ ; Japan.
112
Kriteria Desain
Putaran : 85 rpm
Efisiensi pompa : 75 %
h1 = 3/4 . D. Cosα
= ¾. 500 mm . Cos 30
= 0.32 m
h2 = D/4
= 500 mm/4
= 0.125 m
Total Head, H:
= 4.305 m
113
4.8.7 Perhitungan Debit Banjir
drainase yang ada, dimensi saluran drainase tersebut di rencanakan untuk 10 tahun
kedepan.
5. Perhitungan Debit rencana yang berasal dari curah hujan adalah dengan
Pada analisa hujan rancangan ini akan digunakan 2 metode yaitu metode
114
Tabel 4.10 Curah Hujan Maksimum
B. Metode Gumbel
Periode
Curah Hujan Ulang T =
No Tahun Maksimum X Rank M ( N+1 ) / m X2
1 2007 219,00 1 11,000 47961,00
2 2005 190,00 2 5,500 36100,00
3 2001 145,00 3 3,667 21025,00
4 2003 118,00 4 2,750 13924,00
5 2006 117,50 5 2,200 13806,25
6 2000 106,50 6 1,833 11342,25
7 2002 99,00 7 1,571 9801,00
8 2009 87,00 8 1,375 7569,00
9 2008 83,00 9 1,222 6889,00
10 2004 76,00 10 1,100 5776,00
Total 1241,00 174193,50
Sumber: hasil perhitungan
T K Sx X Rn
2 0,967 47,358 124,1 169,895
5 1,703 47,358 124,1 204,751
10 2,632 47,358 124,1 248,746
115
2. Waktu Konsentrasi
Waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk mengalir dari
Merupakan waktu aliran air diatas permukaan tanah sampai kesaluran yang di
Td = 0.0195 ( L 0.77 )
S0.382
116
Dimana:
Waktu konsentrasi merupakan waktu total air untuk mengalir dari tempat
Tc = To +Td
Panjang
CP Saluran (L) m Sloop (S) To (menit) Td (menit) Tc (menit)
1 84.909 0.002 13 6.40 19.4
2 201.504 0.002 13 12.45 25.45
3 76.716 0.002 13 5.92 18.92
4 36.591 0.002 13 3.34 16.34
5 11.891 0.002 13 1.40 14.4
6 61.191 0.002 13 4.97 17.97
7 53.250 0.002 13 4.46 17.46
8 23.040 0.002 13 2.34 15.34
9 4.883 0.002 13 0.71 13.71
10 81.668 0.002 13 6.21 19.21
11 31.880 0.002 13 3.01 16.01
12 59.483 0.002 13 4.86 17.86
13 22.711 0.002 13 2.32 15.32
14 49.143 0.002 13 4.20 17.20
15 48.642 0.002 13 4.16 17.16
16 24.211 0.002 13 2.44 15.44
17 19.799 0.002 13 2.08 15.08
18 48.897 0.002 13 4.18 17.18
19 40.508 0.002 13 3.62 16.62
20 31.628 0.002 13 2.99 15.99
21 38.895 0.002 13 3.50 16.50
22 38.301 0.002 13 3.46 16.46
23 37.873 0.002 13 3.43 16.43
24 19.650 0.002 13 2.07 15.07
25 15.250 0.002 13 1.70 14.70
117
26 30.256 0.002 13 2.89 15.89
27 12.650 0.002 13 1.47 14.47
28 91.715 0.002 13 6.79 19.79
29 21.025 0.002 13 2.18 15.18
30 18.048 0.002 13 1.94 14.94
31 12.845 0.002 13 1.49 14.49
32 20.771 0.002 13 2.16 15.16
33 95.344 0.002 13 6.99 19.99
34 166.897 0.002 13 10.77 23.77
35 36.129 0.002 13 3.31 16.31
36 33.578 0.002 13 3.13 16.13
37 56.748 0.002 13 4.67 17.67
38 44.785 0.002 13 3.91 16.91
39 34.902 0.002 13 3.22 16.22
40 65.275 0.002 13 5.22 18.22
41 134.416 0.002 13 9.11 22.11
42 35.564 0.002 13 3.27 16.27
43 25.647 0.002 13 2.54 15.54
44 65.531 0.002 13 5.24 18.24
45 6.902 0.002 13 0.92 13.92
46 46.416 0.002 13 4.02 17.02
47 47.619 0.002 13 4.10 17.10
48 69.588 0.002 13 5.49 18.49
49 77.760 0.002 13 5.98 18.98
50 56.748 0.002 13 4.69 17.69
51 69.104 0.002 13 5.46 18.46
52 50.816 0.002 13 4.31 17.31
Sumber: Hasil Perhitungan
Limpasan air hujan diatas permukaan tanah yang akan mengalir kesaluran
tanah, dan lain-lain. Dalam praktek koefisien pengaliran biasa dihitung dengan
rumus:
Cs = 2 Tc
2 Tc+ Td
118
Dimana : Cs : Koefisien Pengaliran
Koef.Runoff To Td Tc Koef.Penampungan
CP (C) (Menit) (menit) (menit) (Cs)
1 0.5 13 6.40 19.4 0.85
2 0.5 13 12.45 25.45 0.80
3 0.5 13 5.92 18.92 0.86
4 0.5 13 3.34 16.34 0.90
5 0.5 13 1.40 14.4 0.95
6 0.5 13 4.97 17.97 0.87
7 0.5 13 4.46 17.46 0.88
8 0.5 13 2.34 15.34 0.92
9 0.5 13 0.71 13.71 0.97
10 0.5 13 6.21 19.21 0.86
11 0.5 13 3.01 16.01 0.91
12 0.5 13 4.86 17.86 0.88
13 0.5 13 2.32 15.32 0.92
14 0.5 13 4.20 17.20 0.89
15 0.5 13 4.16 17.16 0.89
16 0.5 13 2.44 15.44 0.93
17 0.5 13 2.08 15.08 0.93
18 0.5 13 4.18 17.18 0.89
19 0.5 13 3.62 16.62 0.90
20 0.5 13 2.99 15.99 0.91
21 0.5 13 3.50 16.50 0.90
22 0.5 13 3.46 16.46 0.90
23 0.5 13 3.43 16.43 0.90
24 0.5 13 2.07 15.07 0.93
25 0.5 13 1.70 14.70 0.94
26 0.5 13 2.89 15.89 0.92
27 0.5 13 1.47 14.47 0.95
28 0.5 13 6.79 19.79 0.85
29 0.5 13 2.18 15.18 0.93
119
30 0.5 13 1.94 14.94 0.93
31 0.5 13 1.49 14.49 0.95
32 0.5 13 2.16 15.16 0.93
33 0.5 13 6.99 19.99 0.85
34 0.5 13 10.77 23.77 0.81
35 0.5 13 3.31 16.31 0.90
36 0.5 13 3.13 16.13 0.91
37 0.5 13 4.67 17.67 0.88
38 0.5 13 3.91 16.91 0.89
39 0.5 13 3.22 16.22 0.90
40 0.5 13 5.22 18.22 0.87
41 0.5 13 9.11 22.11 0.83
42 0.5 13 3.27 16.27 0.90
43 0.5 13 2.54 15.54 0.92
44 0.5 13 5.24 18.24 0.87
45 0.5 13 0.92 13.92 0.99
46 0.5 13 4.02 17.02 0.89
47 0.5 13 4.10 17.10 0.89
48 0.5 13 5.49 18.49 0.87
49 0.5 13 5.98 18.98 0.86
50 0.5 13 4.69 17.69 0.88
51 0.5 13 5.46 18.46 0.87
52 0.5 13 4.31 17.31 0.88
Sumber: Hasil Perhitungan
Dimana pendekatan tersebut akan dipilih yang sesuai dengan karakteristik banjir
di daerah yang bersangkutan. Apabila data hujan jangka pendek tak tersedia, yang
ada hanya data hujan harian maka metode mononobe cocok digunakan dalam
menghitung intensitas curah hujan rancangan. Besar intensitas curah hujan dapat
120
I = R24 (24)2/3
24 (tc )
121
30 0.324 0.002 14.94 148.81 196.49 268.19
31 0.040 0.002 14.49 151.87 200.54 273.72
32 0.024 0.002 15.16 147.37 194.58 265.59
33 0.323 0.002 19.99 122.55 161.82 220.87
34 0.318 0.002 23.77 109.19 144.17 196.79
35 0.318 0.002 16.31 140.35 185.32 252.96
36 0.352 0.002 16.13 141.40 186.70 254.84
37 0.827 0.002 17.67 133.06 175.69 239.80
38 0.102 0.002 16.91 137.02 180.91 246.94
39 0.018 0.002 16.22 140.87 186.01 253.89
40 0.094 0.002 18.22 130.37 172.14 234.95
41 0.069 0.002 22.11 114.59 151.30 206.52
42 0.102 0.002 16.27 140.58 185.63 253.37
43 0.203 0.002 15.54 144.95 191.40 261.25
44 0.040 0.002 18.24 130.27 172.01 234.78
45 0.289 0.002 13.92 155.99 205.97 281.14
46 0.033 0.002 17.02 136.42 180.13 245.87
47 0.003 0.002 17.10 136.00 179.57 245.10
48 0.193 0.002 18.49 129.00 170.46 232.66
49 0.245 0.002 18.98 126.86 167.51 228.64
50 0.176 0.002 17.69 132.96 175.56 239.62
51 0.245 0.002 18.46 129.23 170.64 232.91
52 0.217 0.002 17.31 134.90 178.12 243.12
Sumber: Hasil Perhitungan
Perhitungan Debit rencana yang berasal dari curah hujan adalah dengan
Q = 0.00278 CS C Itc A
di mana:
122
I tc : Intensitas curah hujan (mm/jam) untuk periode ulang R tahun
dan durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi
Koef. Koef
luas Runoff penampungan I 2tahun I5 tahun I 10 tahun
CP (ha) C (Cs) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) Q 2 tahun Q 5 tahun Q 10 tahun
1 0.176 0.5 0.85 125.11 165.08 225.33 0.025 0.034 0.046
2 0.643 0.5 0.80 104.33 137.75 188.03 0.074 0.097 0.13
3 0.133 0.5 0.86 127.13 167.86 229.12 0.020 0.026 0.036
4 0.026 0.5 0.90 140.18 185.10 252.65 0.0045 0.006 0.0082
5 0.003 0.5 0.95 152.51 201.37 274.86 0.0006 0.0008 0.001
6 0.841 0.5 0.87 131.57 173.73 237.13 0.13 0.17 0.24
7 0.294 0.5 0.88 134.12 177.09 241.72 0.05 0.063 0.086
8 0.023 0.5 0.92 146.21 193.06 263.51 0.0042 0.0057 0.007
9 0.103 0.5 0.97 157.58 208.07 284.00 0.020 0.028 0.040
10 0.038 0.5 0.86 125.85 166.17 226.81 0.0057 0.0075 0.01
11 0.148 0.5 0.91 142.10 187.63 256.11 0.026 0.035 0.048
12 0.179 0.5 0.88 132.11 174.44 238.10 0.029 0.038 0.052
13 0.124 0.5 0.92 146.34 193.23 263.74 0.023 0.030 0.042
14 0.064 0.5 0.89 135.47 178.87 244.15 0.01 0.011 0.019
15 0.052 0.5 0.89 135.68 179.15 244.53 0.0087 0.011 0.015
16 0.127 0.5 0.93 145.58 192.22 262.37 0.024 0.031 0.043
17 0.564 0.5 0.93 147.89 195.27 266.53 0.10 0.14 0.19
18 0.019 0.5 0.89 135.57 179.01 244.34 0.0031 0.0042 0.0057
19 0.020 0.5 0.90 138.60 183.01 249.80 0.0034 0.0045 0.0062
20 0.036 0.5 0.91 142.22 187.79 256.32 0.0064 0.0085 0.012
21 0.015 0.5 0.90 139.72 183.90 251.01 0.0026 0.0034 0.00047
22 0.066 0.5 0.90 139.50 184.20 251.42 0.11 0.015 0.0020
23 0.255 0.5 0.90 139.67 184.42 251.72 0.0044 0.058 0.0080
24 0.014 0.5 0.93 147.95 195.36 266.65 0.0026 0.0035 0.00048
25 0.033 0.5 0.94 150.42 198.62 271.11 0.0064 0.0085 0.0012
26 0.019 0.5 0.92 142.82 188.58 257.40 0.0035 0.0045 0.0062
27 0.012 0.5 0.95 152.00 200.72 273.97 0.0024 0.0031 0.0043
28 0.117 0.5 0.85 123.38 162.91 222.36 0.017 0.022 0.030
29 0.076 0.5 0.93 147.24 194.41 265.36 0.014 0.020 0.11
30 0.324 0.5 0.93 148.81 196.49 268.19 0.062 0.082 0.11
31 0.040 0.5 0.95 151.87 200.54 273.72 0.008 0.010 0.14
32 0.024 0.5 0.93 147.37 194.58 265.59 0.0045 0.006 0.0082
123
33 0.323 0.5 0.85 122.55 161.82 220.87 0.046 0.062 0.084
34 0.318 0.5 0.81 109.19 144.17 196.79 0.040 0.051 0.070
35 0.318 0.5 0.90 140.35 185.32 252.96 0.055 0.073 0.10
36 0.352 0.5 0.91 141.40 186.70 254.84 0.063 0.083 0.11
37 0.827 0.5 0.88 133.06 175.69 239.80 0.13 0.17 0.24
38 0.102 0.5 0.89 137.02 180.91 246.94 0.017 0.022 0.031
39 0.018 0.5 0.90 140.87 186.01 253.89 0.0032 0.0041 0.0057
40 0.094 0.5 0.87 130.37 172.14 234.95 0.014 0.019 0.026
41 0.069 0.5 0.83 114.59 151.30 206.52 0.0091 0.012 0.016
42 0.102 0.5 0.90 140.58 185.63 253.37 0.018 0.024 0.032
43 0.203 0.5 0.92 144.95 191.40 261.25 0.037 0.050 0.067
44 0.040 0.5 0.87 130.27 172.01 234.78 0.0063 0.0083 0.011
45 0.289 0.5 0.99 155.99 205.97 281.14 0.062 0.068 0.11
46 0.033 0.5 0.89 136.42 180.13 245.87 0.0055 0.0073 0.01
47 0.003 0.5 0.89 136.00 179.57 245.10 0.0005 0.00006 0.0009
48 0.193 0.5 0.87 129.00 170.46 232.66 0.03 0.040 0.054
49 0.245 0.5 0.86 126.86 167.51 228.64 0.037 0.050 0.067
50 0.176 0.5 0.88 132.96 175.56 239.62 0.029 0.037 0.051
51 0.245 0.5 0.87 129.23 170.64 232.91 0.038 0.05 0.068
52 0.217 0.5 0.88 134.90 178.12 243.12 0.035 0.047 0.064
Sumber: Hasil Perhitungan
kedepan dan debit yang digunakan yaitu debit rencana total 10 tahun kedepan
Perhitungan:
Diasumsikan: S = 0.0015
n = 0.015
z = 0.25
124
3. Penyelesaian:
b z
A = (b+zh)h
P= b+2h√z2+1
R= A/P
Q = A/n R2/3S1/2
V = 1/n R2/3S1/2
Maka:
0.24 = (bh+zh2)5/3
[b+2h(1+z2)]2/3
0.24 = (bh+0.099h)5/3
(b+2.125h)2/3
Dari persamaan diatas untuk mencari nilai b dan h dengan menggunakan metode
125
4.8.9 Perhitungan Bak pengendapan I
dikandung oleh air limbah tersebut. Bak pengendapan ini berbentuk empat persegi
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 1 2 3 4
Vs (m/jam)
126
Tabel 4.19 Partisi Fraksi Tersisa - Vs
Vt (m/jam) dx Vt . dx
3 0.04 0.12
2.9 0.06 0.174
2.8 0.04 0.112
2.7 0.04 0.108
2.6 0.02 0.052
2.5 0.04 0.1
2.3 0.04 0.092
2.1 0.04 0.084
1.9 0.02 0.038
1.7 0.04 0.068
1.4 0.04 0.056
0.8 0.04 0.032
0.3 0.06 0.018
0.1 0.08 0.008
3.00 1.062
maka :
1.062m / jam
Xt (1 0.6) 0.754 75.4%
3.0m / jam
Dimensi Bak Pengendap I
Luas permukaan
1
n
y 1 n Vs
1
yo Q
A
1 8.3 10 4 m
Q n Vs
8 1
dt 5.42 10 4 m3 / m 2 / dt
A (1 y
) 1 (1 0.754) 8 1
n
y0
Qr 0.052m 3 /det
As 96m 2
Or 5.42.10 4 m/det
Dimensi:
P:L=3:1
As = 3. l2 = 96 m2
l = 5.6 m diambil 6 m
127
P = 96 / 6
= 16 m
H = Across = 6.2 m2 = 1 m
L 6m
= 41.278 kg/jam
Konsentrasi Solid = 4 %.
= 31.124 kg/jam.
= 746.96 kg/hari.
= 18674 kg/hari.
128
Volume lumpur / hari.
Z = V = 18.183m3 = 0.18 m = 18 cm
As 16 m.6m
P x L x h ( 16 m x 6 m x 1 m)
Pipa Pipa
p1 p2 h=1m p3
L=6m
P = 16 m
P1 = 5 m (Daerah pemasukan)
P2 = 6 m (Daerah pengendapan)
P3 = 5 m (Daerah Pengeluaran)
129
4.8.10 Dimensi Saluran Pembawa
Fungsi dari saluran pembawa menyalurkan air buangan dari satu unit
Kriteria Disain :
Perhitungan dimensi saluran pembawa diperoleh melalui persamaan
Q=A.V
2 1
1
V R3S 2
n
Dimana R = Dpipa/4
Data perencanaan
130
Perhitungan:
Q = AV
Kontrol kecepatan
Q 0.198m 3 / det
V 2.8m / det
A 1 / 4d 2
Q = AV
131
Kontrol kecepatan
Q 0..052m 3 / det
V 0.70m / det
A 1 / 4d 2
Q = AV
Kontrol kecepatan
Q 0..026m 3 / det
V 0.52m / det
A 1 / 4d 2
132
4.8.11 Dimensi Bak Pengendapan II
Pada Bak pengendapan II terdiri dari bak pengolahan secara biologis dan
bak pengendapan terakhir dimana bak ini berfungsi untuk mengontrol kandungan
Data Perencanaan:
133
Perhitungan:
Konsentrasi BOD5 terlarut pada effluent.
= 16.25 mg/l
BOD5 pada effluent SS = 0.68 BODL = 0.68 x 23.1 mg/l = 15.7 mg/l
Efisiensi Pengolahan
So S 230.1 4.3
Es 100% 100% 98%
S 230.1
So S 230.1 20
Es 100% 100% 91.3%
S 230.1
Dimensi reaktor
c Qr Y ( So S )
Volume
X (1 Kd c)
= 905.78 m3
134
Detail dimensi Bak Pengendapan II
Kedalaman bak = 3 m
Volume 301.92m 3
Luas permukaan = As 100.64m 2
kedalaman 3m
p x L x h (16m x 6m x 3m)
p1 = 5 m (Proses biologis)
p2 = 6 m (Pengendapan)
p3 = 5 m (Pengeringan)
Pipa pipa
p1 p2 h = 3m p3
Tekanan udara
L=6m
ptotal = 16 m
Y 0.5
Yobs 0.3125
1 ( Kd c) 1 (0.06 / hari 10hari)
135
Pertambahan VSS dalam reaktor:
= 3.66 kg/hari
= 4.45 kg/hari
Kebutuhan O2
Qo ( So Se)
Massa BOD5 =
BOD5 BODL
= 17.26 kg/hari
136
Kebutuhan Oksigen untuk menguraikan zat organik, DO2.
Qo ( So Se)
DO2 = K PX
BOD5 BODL
= 10.95 kg/hari
Faktor keselamatan = 2
Rasio resirkulasi.
So 3500mg / l
R 0.78
Sr So 8000mg / l 3500mg / l
Vreaktor 905.78 m 3
td 17418 dt 4. jam50menit
Qrata rata 08.052 m 3 / dt
137
Rasio Food/Mikroorganisme
F Qo ( So Se)
u
M VX
Qo So 0.052 m 3 / dt 230.1mg / l
VL 3
0.01kgBOD / m 3 .Hari
V 905.78 m 3
VL = 10 mg/l/hari
1
W beratlumpur (12 jam).
kadarSS
8.68kg / hari
TSS 0.5 1.085kg / pengerukan
4
100
Wlumpur 1.085kg / pengerukan 27.125kg / pengerukan
4
Volume Lumpur.
= 26411.8 l /hari
= 26.411 m3/hari
138
4.8.12 Bak Pengeringan
dari bak pengendapan II. Dengar menggunakan bantuan media saringan pasir, dan
Kriteria Desain:
Koefisien keseragaman = 4
Data Perencanaan:
139
Perhitungan:
100
W 0.85 27.125 230.562kg / hari
10
Volume lumpur/hari, V.
W 230.562kg / hari
V 0.22m 3 / hari
BJ 1.027kg / lt
140
Pipa D=300 mm, p = 3m, h=1m, z=3m Pipa D=300 mm, p= 3m, h= 1m, z= 3m
Qr = 0.052 m3/det Q= 0.6m3/hari
Bak Bak Drainase
Pengendapan I Pengendapan II 1
z
Qr = 0.052 m3/det
Pipa D= 500 mm
p= 200 m
h=3m
z = 3.5 m
Pompa
Pipa D= 500 mm
P= 200 m
h = 2m
Dimensi Pipa D=100mm Pipa D=100 mm z = 3m
p= 3m p= 2m p= 3m
L= 3m h =1m h=2m Q=200 L/Orang Hari
h= 3m z=3m z=3m
Septik Kamar
Tank Mandi Pria
141
BAB V
5.1 Kesimpulan
1395 jiwa yang terhitung mulai 2010( 2587 jiwa) – 2020(3982 jiwa).
menghasilkan air buangan 50% - 80% dari hasil pemakaian air bersih yaitu
142
2. Dimensi dari sumur pengumpul dan bak pengendapan
Lebar: 5 meter
Panjang: 16 meter
Lebar: 6 meter
Tinggi: 1 meter
Panjang: 16 meter
Lebar: 6 meter
Tinggi: 3 meter
Dmax = 500 mm
Drata-rata = 300 mm
Dmin = 250 mm
143
5.2 Saran
2. Perlu dilaksanakannya pemeliharaan rutin pada saluran air limbah baik itu bak
pesantren ini.
menjaga saluran yang telah ada untuk tidak membuang sampah dan merusak
saluran tersebut, baik itu saluran air limbah maupun saluran drainase.
144
DAFTAR PUSTAKA
Metcalf & Eddy, 1991, Wastewater Enggineering, New York: McGraw Hill.
145
ABSTRAK
146