Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Arti kata supervisor dalam kamus karya Prof.Drs.S.Wojowasito dan Drs.Tito Wasito W. adalah
pengawas. Supervisor adalah pengawas utama, pengontrol utama, penyedia. Supervisor juga area
sales manager ataupun district manager yang langsung memimpin para medical representative.
Jabatan ini merupakan manajer di lapis terdepan, diatas para medical representative. Jabatan area
sales manager ataupun supervisor memegang peranann penting karena seluruh tugas lapangan
harus berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Apabila seluruh anggota timnya berhasil mencapai
sasaran, berarti supervisor sukses mencapai sasarannya. Pemegang jabatan ini bertanggung jawab
atas kualitas dan kuantitas hasil kerja suatu kelompok kerja atau pelayanan yang diberikan.
Supervisor diharapkan mampu membina, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas maupun
kuantitas pekerjaan yang dilakukan para medical representative. Supervisor harus mampu
membentuk tim yang efektif dengan cara tukar – menukar pengalaman, meningkatkan keinginan
untuk berkembang, membimbing, menekankan dan memberikan umpan balik secara terus –
menerus.

Menurut Yura dan Helen (1981), supervisi adalah mengawasi, meneliti dan memeriksa, yang
dipandang sebagai proses dinamis dengan memberikan dorongan dan berpartisipasi dalam
pengembangan diri staf dan pelaksanaan keperawatan. Sedangkan menurut Kron T.(1987), supervisi
adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan
memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus-menerus pada setiap tenaga keperawatan
dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap tenaga keperawatan dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan baik, trampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Menurut Swansburg dan Swansburg (1990),
supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan staf keperawatan untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya.

Supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman. Ini tidak hanya
meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantara para tenaga keperawatan dan tenaga
lainnya. Juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan peralatan agar memudahkan pelaksanaan
tugas. Lingkungan yang sehat bila dapat memberikan rasa bebas dan keinginan untuk bekerja lebih
baik. Supervisor juga mengusahakan semangat kebersamaan dengan lebih menekankan “kita”
daripada “saya”.

Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil keputusan melalui
pengamalan dalam tugas untuk menemukan metoda yang lebih baik guna melaksankan
pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu memerlukan dukungan dari anggota kelompok.
Walaupun supervisor memperhatikan kondisi dan hasil kerja, tetapi perhatian utama ialah
manusianya, untuk itu harus mengenal tiap individu dan mampu merangsang agar tiap pelaksana
mau meningkatkan diri. Salah satu tujuan utama dari supervisi adalah orientasi, latihan dan
bimbingan individu, berdasarkan kebutuhan individu dan mengarah pada pemanfaatan kemampuan
dan pengembangan ketrampilan yang baru. Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor membuat
suatu keputusan tentang suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan
melaksanakan. Untuk itu supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada para
pelaksana.

2.2 Tugas dan Wewenang Supervisi

Posisi supervisor adalah posisi yang sangat vital, karena sebagai manajer lini terdepan banyak sekali
tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Semua dimaksudkan agar pekerjaan lapangan berjalan
dengan sebaik-baiknya dengan hasil yang optimal. Beberapa tugas utama dari banyak tugas seorang
supervisor adalah seperti yang diuraikan sebagai berikut :

1. Mengatur kerja para staf

2. Membuat job desk para staf

3. Bertanggung jawab atas hasil kerja staf

4. Memberi motivasi ke staf

5. Membuat jadwal untuk karyawan

6. Memberikan breafing

7. Memecahkan masalah Tim

8. Mengendalikan perubahan

9. Mengevaluasi kinerja

10. Membuat planning pekerjaan untuk kedepannya yaitu kerja harian,mingguan,bulanan,dan


tahunan
11. Membentuk Tim kerja yang solid

Untuk membentuk tim kerja yang solid diperlukan juga kepiawaian dalam bersosialisasi dengan anak
buah sehingga terjalin hubungan baik. Dalam suatu tim yang solid para angotanya mempunyai
karakteristik yaitu kompak saling membentu dalam kebaikan, rukun, saling menjaga kehormatan,
tidak saling menggunjing, jauh dari fitnah dan saling menghargai sesama. Jika ada anggota kelompok
yang kekurangan ilmu, mereka mau saling membantu untuk berbagi, melatih, dan mengajarnya. Tim
yang solid akan menjadi teladan bagi tim lain.

2.3 Ciri-ciri Supervisi Efektif

Menurut R. Keith Mobley dalam artikelnya "The Keys to Effective Supervision," supervisi efektif
memiliki ciri-ciri yang dijadikan panduan dalam mengembangkan keterampilan supervisi dan dalam
pengambilan keputusan sehubungan dengan tugas-tugas seupervisi seorang pemimpin.

Ciri-ciri yang dimaksud adalah:

a). Pendelegasian

Dapat membawa timnya ke arah target yang telah ditetapkan. Dengan keterbatasan waktu dan
tenaga, akan lebih efektif jika seorang supervisor mendelegasikan tugas-tugasnya, terutama yang
bersifat teknis lapangan kepada bawahannya

b). Keseimbangan

Seorang pimpinan diberikan otoritas untuk mengambil keputusan dan memberikan tugas kepada
orang-orang di bawah tanggung jawabnya. Otoritas ini harus digunakan dengan tepat, artinya
manajer atau supervisor harus menyeimbangkan penggunaan otoritas tersebut. Ia perlu tahu kapan
harus menggunakan otoritas ini, dan kapan membiarkan bawahannya bekerja dengan
mengoptimalkan kreativitas mereka. Keseimbangan mengacu pada sikap yang diambil oleh seorang
pemimpin, kapan harus bersikap tegas, dan kapan harus memberi kesempatan pada bawahannya
untuk menyampaikan pendapat.

c). Jembatan

Supervisor atau manajer merupakan jembatan antara staf yang mereka pimpin dan manajemen
puncak. Jadi seorang supervisor harus dapat menyampaikan keinginan atau usulan karyawan kepada
pihak manajemen. Sebaliknya, ia juga harus mampu menyampaikan visi dan misi yang telah
ditetapkan serta keputusan-keputusan lain yang telah dibuat oleh manajemen puncak untuk
diketahui oleh para karyawan yang menjadi anggota timnya.

d). Komunikasi
Ciri sukses lain yang sangat penting dalam melakukan supervisi efektif adalah kemampuan
berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud bukan komunikasi satu arah (memberikan tugas-tugas
saja), tetapi yang lebih utama adalah komunikasi multiarah, yang juga mencangkup kemampuan
mendengarkan keluhan, masukan, dan pertanyaan dari karyawan. Dalam mengkomunikasikan tugas-
tugas, supervisor perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang harus
melaksanakan tugas tersebut, yakni bahasa yang sejajar dengan kemampuan, dan cara berpikir
bawahannya.

2.4 Alur Supervisi Keperawatan

2.5 Langkah-langkah supervisi keperawatan

Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam, 2014)

a. Prasupervisi
1. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.

2. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.

b. Pelaksanaan Supervisi

1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah
disiapkan.

2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan

3. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi


permasalahan.

c. Pascasupervisi-3F

1. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data sekunder.

a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.

b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.

2. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).

a. Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.

b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.

3. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi).

4. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.

a. Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward diberikan pada yang
melakukan perilaku positif atau diinginkan mendapatkan penghargaan sehingga dapat
meningkatkan kekuatan respon atau merangsang pengulangan perilakunya. Ke dua
reinforcement negative atau hukuman adalah situasi yang terjadi ketika perilaku yang
diinginkan terjadi untuk menghindari konsekuensi negative dari hukuman (Roussel et al,
2003)

b. Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follo-up adalah intervensi jangka pendek
melibatkan pasien setelah melalui sebuah episode dari penyakit akut dan long-term follow-
up diberikan pada pasien mendapatkan intervensi jangka panjang atau tindak lanjut,
rencana individual lebih formal dapat dilakukan bersama dengan orang-orang di sekitarnya
untuk memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku positif. (Cohen and Toni, 2005).

2.6 Prinsip-prinsip supervisi keperawatan

Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan (Nursalam, 2007) antara lain:

1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi

2. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar


manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.

3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk,
peraturan, tugas, dan standart.
4. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan perawat
pelaksana.

5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.

6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas, dan


motivasi.

7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdayaguna dalam pelayanan keperawatan
yang memberikan kepuasan klien, perawat dan manajer.

Menurut Keliat (1993) prinsip supervisi keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi rumah sakit

2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar


manusia, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.

3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk,
peraturan kebijakan dan uraian tugas standart

4. Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antar supervisor dan perawat pelaksana

5. Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi, falsafah, tujuan, dan
rencananya yang spesifik untuk mencapai tujuan.

6. Spervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif, merangsang


kreativitas dan motivasi.

2.7 Teknik Supervisi

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan


perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan. Melalui kegiatan supervisi
seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama,
bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).

Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.

1. Teknik Supervisi secara langsung

Supervisi yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Supervisor terlibat dalam kegiatan
secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai suatu
“perintah” Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :1)
pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara
dengan jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada
satu waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang
diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang
melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada
kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam
proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):

a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya akan


disupervisi.

b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan pendokumentasian.


Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang
mendokumentasikan.

c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan pakai
yaitu menggunakan form A. Depkes 2005

d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi


komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi
asuhan keperawatan

e. Mencatat gasi supervise dan menyimpan dalam dokumentasi supervisi

2. Teknik Supervisi secara tidak langsung

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Kepala ruangan tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel 1987 dalam Wiyana 2008).

Langkah-langkah Supervisi tak langsung.

a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku rekam
medik perawat.

b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan keperawatan


yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.

d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda bila
ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.

e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar

Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan (Suarli &
Bachtiar, 2009):

1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu ada beberapa hal lain
yang harus diperhatikan.

a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat
detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu
ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok
dan strategis saja (selective supervision).

b. Objektivitas pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu


objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu
dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut
dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.

c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan


kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran
pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat
dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan
menunjukkan kekuasaan atau otoritas.

2. Kerja sama

Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana supervisi dan yang
disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama
kelompok dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian
masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut
dilaksanakan secara bersama-sama pula.

2.7 Peran dan Fungsi Supervisor

Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan keseimbangan pelayanan
keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia.

1. Manajemen pelayanan keperawatan

Tanggung jawab supervisor adalah:

a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan

b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan

c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan,


kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.

2. Manajemen anggaran

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan pengembangan.


Supervisor berperan dalam:

1. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dan tahunan yang tersedia,
mengembangkan tujuan yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.

2. Membantu mendapatkan informasi statistic unutk perencanaan anggaran keperawatan.

3. Member justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.

4. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi
memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalani dengan tepat. Kegagalan
supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.
2.8 Tugas dan Fungsi Supervisor

Tugas supervisor adalah mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman dan aman,
efektif dan efisien. Tugas dan fungsi supervisor menurut Suyatno (2008) adalah sebagai berikut:

1. Mengorientasi staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru

2. Melatuh staf dan pelaksana keperawatan

3. Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap


peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan

4. Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksana keperawatan dalam memberikan


asuhan keperawatan

Dalam keperawatan, fungsi supervisi adalah untuk mngatur dan mengorganisasi proses pemberian
pelayanan keperawatan menyangkut pelaksanaan standart asuhan keperawatan. Seorang supervisor
harus menyadari fungsinya dalam supervisi antara lain adalah:

1. Menilai dalam memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan


asuhan keperawatan

2. Mengkoordinasikan, menstimulasi, dan mendorong kea rah peningkatan kualitas asuhan


keperawatan.

3. Membanttu (asistensing), member support (supporting), dan mengajak untuk ikut sertakan
(sharing)

2.9 Contoh Format Penilaian pada Supervisi Keperawatan

INSTRUMEN SUPERVISI INJEKSI INTRAVENA


Hari/Tanggal : Supervisor :
Yang disupervisi : Ruangan :

Aspek Dilakukan Total


Ket
Penilaian Parameter Skor Ya Tidak Skor

A. Menyiapkan alat steril


2 v
1. Bak injeksi 2 v
2 v
2. Spuit sesuai kebutuhan

Persiapan 3. Alcohol swab


3 v 35
3 v
B. Menyiapkan alat nonsteril 3 v
3 v
1. Sarung tangan 3 v
2. Pengalas
4 v
3. Bengkok
4 v
4. Alat tulis

5. Buku injeksi 3 v

C. Menyiapkan bahan-bahan 3 v
1. Obat

2. NaCl 0,9%

D. Menyiapkan Pasien

1. Memberi penjelasan kepada


pasien tentang prosedur yang
akan dilakukan

2. Mengatur posisi pasien yang


nyaman

Pelaksanaan injeksi intravena:


3 v
1. Cuci tangan kemudian
menggunakan sarung tangan 3 v
2. Oplos obat dengan NaCl 0,9%
dengan memasukan obat
3 v
dalam spuit

3. Pastikan infus dalam keadaan


menetes lancar tidak ada
tanda-tanda febitis, kemudian
klem atau pengtaur tetesan 3 v
Pelaksanaan dimatikan
30
4. Melakukan desinfeksi dengan
3 v
alkohol 70% pada daerah yang
akan diinjeksi.
3 v
5. Sampaikan pada pasien bahwa 2 v
obat akan di injeksikan
2 v
6. Obat dimasukan

7. Perhatikan ekspresi wajah


pasien

8. Pengtaur tetsan dibuka 2 v


kembali, kemudian tetsan
diatur sesuai dengan 2 v
kebutuhan yang sudah
ditentukan 2 v

9. Pasien dirapikan, alat-alat


2 v
dibereskan

10. Ucapkan terimakasih kepada


pasien

11. Melepas sarung tangan dan


cuci tangan

12. Mencatat dan memberi tanda


pada format pemberian injeksi
dan buku injeksi

Sikap perawat pada waktu injeksi:

1. Komunikasi
5 v
Sikap 2. Kerjas sama 5 v 20
5 v
3. Tanggung jawab
5 v
4. Kewaspadaan

Evaluasi:

1. mengevaluasi lokasi
penyuntikan dan kelancaran
tetesan 5 v
Evaluasi 15
2. mengevaluasi kenyamanan
posisi 5 v
5 v
3. mengobservasi kemungkinan
flebitis

Total Nilai 100 100 Baik


Criteria:
Baik : 85-100
Cukup : 70-85
Kurang : <70
Keterangan:

1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.

2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.

3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan baik

2.9 Lembar Evaluasi Supervisi Keperawatan

Masalah Penyabab Solusi


Kota, Tanggal Bulan Tahun
Supervisor Perawat yang di supervisi

TTD TTD
( ) ( )

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional (Edisi2).
Jakarta: Salemba Medika

Gillies.19VIII9. Manajemen Keperawatan suatu pendekatan sistem. Edisi Terjemahan. Alih Bahasa
Dika Sukmana dkk. Jakarta

Suarli dan Bahtiar. 2009. Manajemen keperawatan. Jakarta: Erlangga

Arwani & Heru Supriyatno. 2006. Manajemen Bangsal keperawatan. Jakarta: EGC

Wiyana, Muncul. 2008. Supervisi dalam Keperawatan. Diunduh


http://www.akpermadiun.ac.id/index.php?link=artikeldtl.php&id=3 pada tanggal 7 Oktober 2015

Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan professional (edisi
4). Jakarta: salemba medika

Cohen L. Elaine, Toni G. Cesta. 2005. Nursing Case Management From Essentials to Advanced
Practice Applications 4th edition. Missouri: Elsevier Mosby
Roussel, Linda A, Russel C. swansburg, Richard J. Swanburg. 2003. Management and Leadership for
Nurse Administrator 4th edition. Toronto: Jones and Barlett Publishers.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/pengawasan_dan_pengendalian_dlm_pela
yanan_keperawatan.pdf

SudaryantoA.https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/510/4h.pdf?sequence=1.
Iakespada 01September2015

Anda mungkin juga menyukai