ESTUARIES”
(Perlindungan Daerah Laguna dan Estuaria (Muara)
oleh :
RINI ROSDIYANA
163112620120111
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah
tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir)
seperti laut dan sungai maupunstatis (tergenang) seperti danau. Perairan
ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun asin (laut). Ekologi
adalah ilmu mengenai hubungan organisme dengan lingkungannya –
mempelajari hubungan antara tempat hidup organisme dan interaksi
mereka dengan lingkungan secara alami atau linkungan yang sedang
berkembang. Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan
organime dengan lingkungan perairan.
Terdapat berbagai jenis lingkungan perairan dari sungai, danau,
waduk, muara sampai dengan laut. Pada lingkungan perairan berbagai
jenis komunitas kita temukan sampai dengan tingkatan ekosistem,
sehingga dari semua lingkungan ini akan dipelajari dalam ekologi
perairan.
Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi
ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang
terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara komponen fisik,
kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat kompleks. Hal
ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam
skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam
skala waktu yang panjang karena adanya pergantian musim.
Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki
ciri khas tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang
spesifik seperti Habitat Rawa Asin. Oleh karena itu ekosistem estuary
sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin. Hal ini disebabkan
karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri
khas tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap
lingkungan membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme
yang mampu bertahan pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap
hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak
mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi organisme
pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya
organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka
organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.
Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini
juga dibentuk oleh komponen biotic dan abiotik yang saling berinteraksi
satu sama lain. Keanekaragaman komponen biotic dan abiotik yang
terdapat didalamnya menyebabkan terjadinya interaksi yang cukup
kompleks dan menarik untuk diteliti.
Pada makalah ini akan membahas lingkungan perairan laguna dan
estuaria (Muara), yaitu tentang pengertian, ekosistem dan bagaimana cara
melindungi perairan tersebut. Semua kajian tersebut akan dijelaskan pada
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah bagaimana perlindungan untuk daerah laguna dan
muara yang sesuai untuk ekosistem yang ada di dalamnya.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian laguna dan muara
2. Mengetahui ekosistem muara
3. Mengetahui jenis-jenis muara
4. Mengetahui perlindungan daerah laguna dan muara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laguna
Dalam Wikipedia, Laguna (atau lagoon dalam bahasa Inggris)
adalah sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang
berupa pasir, batu karang atau semacamnya. Jadi, air yang tertutup di
belakang gugusan karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam
atol disebut laguna. Istilah lagoon dalam bahasa Inggris dimulai tahun
1769. Diadaptasi dari laguna Venesia (cf Latin lacuna, 'ruang kosong'),
yang secara khusus menunjuk ke pembatas Venesia, tanah pembendung
air laut, yang melindungi dari Laut Adriatik dengan pantai penghalang Lido
(lihat Laguna Venesia). Laguna menunjuk ke laguna pantai yang terbentuk
oleh pasir atau karang di pantai yang dangkal dan laguna atol yang
terbentuk dari pertumbuhan terumbu karang. Dari bahasa Inggris inilah
kata laguna dalam bahasa Indonesia berasal. Hampir separuh daerah
Kiritimati diliputi laguna, sebagian air tawar dan sebagian air asin.
Laguna pantai biasa ditemukan di pantai dengan pasang surut
relatif kecil. Ia mencakup kira-kira 13 persen dari keseluruhan garis pantai.
Umumnya memanjang sejajar dengan pantai dan dipisahkan dari laut oleh
pulau penghalang, pasir dan bebatuan atau terumbu karang. Penghalang
laguna bukan karang dibentuk oleh aksi gelombang atas arus pelabuhan
yang terus menerus membuat sedimen kasar lepas pantai. Sekali
penghalang laguna terbentuk, sedimen yang lebih runcing bisa menetap di
air yang relatif tenang di belakang penghalang, termasuk sedimen yang
dibawa ke laguna oleh sungai. Khasnya laguna pesisir memiliki bukaan
sempit ke laut. Sebagai akibatnya, keadaan air dalam laguna bisa agak
berbeda dari air terbuka di laut dalam hal suhu, salinitas, oksigen yang
dibebaskan dan muatan sedimen.
B. Muara
1. Definisi Muara
Kata "muara" berasal dari bahasa Latin yang berarti aestuarium,
berasal dari istilah aestus, berarti pasang. Ada banyak definisi diusulkan
untuk menggambarkan sebuah muara. Definisi ini diterima secara luas
yang dimaksud dengan muara adalah: "suatu tertutup pesisir tubuh-semi
air, dengan laut terbuka, dan di mana air laut terukur diencerkan dengan
air tawar yang berasal dari drainase tanah." Namun, definisi ini tidak
termasuk sejumlah badan air pesisir seperti laguna pesisir dan laut payau.
Definisi tentang muara diantarannya:
a. Muara merupakan tempat pertemuan antara air laut dengan air
sungai dan merupakan bagian hilir dari sungai. Pada dasar
perairan muara ini terjadi pengendapan karena hal ini terjadi
pertemuan partikel pasir/lumpur yang dibawa oleh arus sungai
bertemu dengan pasir yang berada di daerah sekitar pantai.
Dengan demikian percampuran pasir tersebut menghasilkan
pengendapan lumpur yang sangat berpengaruh pada perilaku
kehidupan organisme muara. Selain itu salinitas yang terbentuk
di muara merupakan campuran antara salinitas air sungai
dengan salinitas laut (Hutabarat, 1985).
b. Muara merupakan suatu tempat yang cukup sulit untuk di
tempati, bersifat cukup produktif yang dapat mendukung
sejumlah besar biomassa. Secara umum muara hanya dapat
dihuni oleh beberapa spesies saja. Menurut Soeyasa, (2001).
Muara adalah wilayah badan air yang menjadi pertemuan antara
satu atau lebih sungai pada wilayah pesisir dengan wilayah laut. Muara
sangat terpengaruh oleh kondisi air daratan seperti aliran air tawar dan
sedimen, serta air lautan seperti pasang-surut, gelombang, dan masuknya
air asin. Sebagai hasilnya, muara mengandung banyak ceruk biologis
dalam area kecil, dan begitu juga terkait dengan tingginya
keanekaragaman hayati. Muara-muara sungai biasanya terjadi pasang
surut sungai (dalam bahasa ilmiah aestus), dan sering dicirikan oleh
sedimentasi atau endapan lumpur dari darat yang terbawa air hujan.
Kondisi air di muara terdiri dari air payau. Sebagai ekosistem, banyak
muara-muara sungai di bawah ancaman dari aktivitas manusia seperti
polusi dan penangkapan ikan secara berlebihan. Karena kecocokan
pemukiman manusia, muara biasanya menjadi titik berat tempat tinggal
manusia, dari 32 kota terbesar di dunia, 22 diantaranya terletak di muara.
Muara merupakan tempat pertemuan antara air laut dengan air
sungai dan merupakan bagian hilir dari sungai. Pada dasar perairan
muara ini terjadi pengendapan karena hal ini terjadi pertemuan partikel
pasir/lumpur yang dibawa oleh arus sungai bertemu dengan pasir yang
berada di daerah sekitar pantai. Dengan demikian percampuran pasir
tersebut menghasilkan pengendapan lumpur yang sangat berpengaruh
pada perilaku kehidupan organisme muara. Selain itu salinitas yang
terbentuk di muara merupakan campuran antara salinitas air sungai
dengan salinitas laut (Hutabarat, 1985).
2. Ekosistem Muara
Ekosistem Muara biasa juga disebut dengan ekosistem estuari atau
perairan estuari dimana, Estuari berasal dari kata aetus yang artinya
pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai
yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh
karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut
bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah
daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan
badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari. Muara merupakan
percampuran air tawar dengan air laut.
Proses-proses alam yang terjadi di perairan muara, mengakibatkan
muara sebagai habitat disejajarkan dengan ekosistem hutan hujan tropik
dan ekosistem terumbu karang yaitu sebagai ekosistem produktif alami.
Ekosistem estuari ini cenderung lebih produktif dibanding dengan
ekosistem pembentuknya, yaitu perairan tawar dan perairan laut. Salinitas
pada air muara sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada
keadaan pasang air laut yang masuk ke muara sangat besar sekali
sehingga salinitas air menjadi naik. Sedangkan pada waktu surut air laut
yang masuk ke muara sangat sedikit sehingga indeks salinitas air muara
sangat rendah. Selain itu musim juga berpengaruh terhadap indeks
salinitas air muara (Soeyasa ,2001).
Salinitas pada air muara sangat dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Pada keadaan pasang air laut yang masuk ke muara sangat besar
sekali sehingga salinitas air menjadi naik. Sedangkan pada waktu surut air
laut yang masuk ke muara sangat sedikit sehingga indeks salinitas air
muara sangat rendah. Selain itu musim juga berpengaruh terhadap indeks
salinitas air muara (Karyadi, 1994).
Organisme konsumen di muara beraneka ragam dan jumlahnya
besar. Zooplankton merupakan predator terbesar. Remis, udang-udangan
dan ikan sering besar ukurannya. Jumlah organisme di muara dipengaruhi
besar oleh indeks salinitas, hanya organisme tertentu yang dapat hidup di
muara ini yaitu organisme yang mampu menyesuaikan organ tubuhnya
dengan salinitas air muara (Karyadi, 1994).
Muara merupakan suatu tempat yang cukup sulit untuk di tempati,
bersifat cukup produktif yang dapat mendukung sejumlah besar biomassa.
Secara umum muara hanya dapat dihuni oleh beberapa spesies saja.
Menurut Soeyasa, (2001), faktor-faktor yang dapat menyebabkan daerah
ini mempunyai nilai produktivitas yang tinggi adalah: Terdapat
penambahan bahan-bahan organik secara terus-menerus yang berasal
dari daerah aliran sungai, Perairan muara umumnya dangkal, sehingga
cukup menerima sinar matahari untuk menyokong kehidupan tumbuh-
tumbuhan, Tempat yang relatif kecil menerima aksi gelombang, akibatnya
detritus dapat menumpuk di dalamnya, Aksi pasang selalu mengaduk
bahan-bahan organik yang berada di sekitar tumbuh-tumbuhan. Daerah
muara merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi ikan jika
dibandingkan jenis hewan lain. Daerah ini merupakan tempat untuk
berpijah dan membesarkan anak-anaknya bagi beberapa spesies ikan
(Hutabarat, 1985).
Muara menyediakan habitat bagi sejumlah besar organisme dan
mendukung produktivitas sangat tinggi. Biota yang hidup di ekosistem
estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya
yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan
beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai
kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota
akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan
asuhan. Ikan, crustacean, burung, mammalia, reptil, Kepiting (Scylia
serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial
merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas
membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya
sebagai sumber makanan. Daerah muara sungai yang terlindung dan
kaya akan sumberdaya hayati menjadi tumpuan hidup para nelayan,
sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara
sungai. Selain itu, migrasi populasi burung, seperti berekor godwit hitam,
Limosa limosa islandica menggunakan penting dari muara. Dua
tantangan utama kehidupan perairan adalah variabilitas dalam salinitas
dan sedimentasi.