Anda di halaman 1dari 18

PROTECTED AREAS FOR LAGOONS AND

ESTUARIES”
(Perlindungan Daerah Laguna dan Estuaria (Muara)

oleh :
RINI ROSDIYANA
163112620120111

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah
tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir)
seperti laut dan sungai maupunstatis (tergenang) seperti danau. Perairan
ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun asin (laut). Ekologi
adalah ilmu mengenai hubungan organisme dengan lingkungannya –
mempelajari hubungan antara tempat hidup organisme dan interaksi
mereka dengan lingkungan secara alami atau linkungan yang sedang
berkembang. Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan
organime dengan lingkungan perairan.
Terdapat berbagai jenis lingkungan perairan dari sungai, danau,
waduk, muara sampai dengan laut. Pada lingkungan perairan berbagai
jenis komunitas kita temukan sampai dengan tingkatan ekosistem,
sehingga dari semua lingkungan ini akan dipelajari dalam ekologi
perairan.
Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi
ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang
terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara komponen fisik,
kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat kompleks. Hal
ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam
skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam
skala waktu yang panjang karena adanya pergantian musim.
Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki
ciri khas tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang
spesifik seperti Habitat Rawa Asin. Oleh karena itu ekosistem estuary
sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin. Hal ini disebabkan
karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri
khas tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap
lingkungan membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme
yang mampu bertahan pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap
hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak
mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi organisme
pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya
organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka
organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.
Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini
juga dibentuk oleh komponen biotic dan abiotik yang saling berinteraksi
satu sama lain. Keanekaragaman komponen biotic dan abiotik yang
terdapat didalamnya menyebabkan terjadinya interaksi yang cukup
kompleks dan menarik untuk diteliti.
Pada makalah ini akan membahas lingkungan perairan laguna dan
estuaria (Muara), yaitu tentang pengertian, ekosistem dan bagaimana cara
melindungi perairan tersebut. Semua kajian tersebut akan dijelaskan pada
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah bagaimana perlindungan untuk daerah laguna dan
muara yang sesuai untuk ekosistem yang ada di dalamnya.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian laguna dan muara
2. Mengetahui ekosistem muara
3. Mengetahui jenis-jenis muara
4. Mengetahui perlindungan daerah laguna dan muara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laguna
Dalam Wikipedia, Laguna (atau lagoon dalam bahasa Inggris)
adalah sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang
berupa pasir, batu karang atau semacamnya. Jadi, air yang tertutup di
belakang gugusan karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam
atol disebut laguna. Istilah lagoon dalam bahasa Inggris dimulai tahun
1769. Diadaptasi dari laguna Venesia (cf Latin lacuna, 'ruang kosong'),
yang secara khusus menunjuk ke pembatas Venesia, tanah pembendung
air laut, yang melindungi dari Laut Adriatik dengan pantai penghalang Lido
(lihat Laguna Venesia). Laguna menunjuk ke laguna pantai yang terbentuk
oleh pasir atau karang di pantai yang dangkal dan laguna atol yang
terbentuk dari pertumbuhan terumbu karang. Dari bahasa Inggris inilah
kata laguna dalam bahasa Indonesia berasal. Hampir separuh daerah
Kiritimati diliputi laguna, sebagian air tawar dan sebagian air asin.
Laguna pantai biasa ditemukan di pantai dengan pasang surut
relatif kecil. Ia mencakup kira-kira 13 persen dari keseluruhan garis pantai.
Umumnya memanjang sejajar dengan pantai dan dipisahkan dari laut oleh
pulau penghalang, pasir dan bebatuan atau terumbu karang. Penghalang
laguna bukan karang dibentuk oleh aksi gelombang atas arus pelabuhan
yang terus menerus membuat sedimen kasar lepas pantai. Sekali
penghalang laguna terbentuk, sedimen yang lebih runcing bisa menetap di
air yang relatif tenang di belakang penghalang, termasuk sedimen yang
dibawa ke laguna oleh sungai. Khasnya laguna pesisir memiliki bukaan
sempit ke laut. Sebagai akibatnya, keadaan air dalam laguna bisa agak
berbeda dari air terbuka di laut dalam hal suhu, salinitas, oksigen yang
dibebaskan dan muatan sedimen.
B. Muara
1. Definisi Muara
Kata "muara" berasal dari bahasa Latin yang berarti aestuarium,
berasal dari istilah aestus, berarti pasang. Ada banyak definisi diusulkan
untuk menggambarkan sebuah muara. Definisi ini diterima secara luas
yang dimaksud dengan muara adalah: "suatu tertutup pesisir tubuh-semi
air, dengan laut terbuka, dan di mana air laut terukur diencerkan dengan
air tawar yang berasal dari drainase tanah." Namun, definisi ini tidak
termasuk sejumlah badan air pesisir seperti laguna pesisir dan laut payau.
Definisi tentang muara diantarannya:
a. Muara merupakan tempat pertemuan antara air laut dengan air
sungai dan merupakan bagian hilir dari sungai. Pada dasar
perairan muara ini terjadi pengendapan karena hal ini terjadi
pertemuan partikel pasir/lumpur yang dibawa oleh arus sungai
bertemu dengan pasir yang berada di daerah sekitar pantai.
Dengan demikian percampuran pasir tersebut menghasilkan
pengendapan lumpur yang sangat berpengaruh pada perilaku
kehidupan organisme muara. Selain itu salinitas yang terbentuk
di muara merupakan campuran antara salinitas air sungai
dengan salinitas laut (Hutabarat, 1985).
b. Muara merupakan suatu tempat yang cukup sulit untuk di
tempati, bersifat cukup produktif yang dapat mendukung
sejumlah besar biomassa. Secara umum muara hanya dapat
dihuni oleh beberapa spesies saja. Menurut Soeyasa, (2001).
Muara adalah wilayah badan air yang menjadi pertemuan antara
satu atau lebih sungai pada wilayah pesisir dengan wilayah laut. Muara
sangat terpengaruh oleh kondisi air daratan seperti aliran air tawar dan
sedimen, serta air lautan seperti pasang-surut, gelombang, dan masuknya
air asin. Sebagai hasilnya, muara mengandung banyak ceruk biologis
dalam area kecil, dan begitu juga terkait dengan tingginya
keanekaragaman hayati. Muara-muara sungai biasanya terjadi pasang
surut sungai (dalam bahasa ilmiah aestus), dan sering dicirikan oleh
sedimentasi atau endapan lumpur dari darat yang terbawa air hujan.
Kondisi air di muara terdiri dari air payau. Sebagai ekosistem, banyak
muara-muara sungai di bawah ancaman dari aktivitas manusia seperti
polusi dan penangkapan ikan secara berlebihan. Karena kecocokan
pemukiman manusia, muara biasanya menjadi titik berat tempat tinggal
manusia, dari 32 kota terbesar di dunia, 22 diantaranya terletak di muara.
Muara merupakan tempat pertemuan antara air laut dengan air
sungai dan merupakan bagian hilir dari sungai. Pada dasar perairan
muara ini terjadi pengendapan karena hal ini terjadi pertemuan partikel
pasir/lumpur yang dibawa oleh arus sungai bertemu dengan pasir yang
berada di daerah sekitar pantai. Dengan demikian percampuran pasir
tersebut menghasilkan pengendapan lumpur yang sangat berpengaruh
pada perilaku kehidupan organisme muara. Selain itu salinitas yang
terbentuk di muara merupakan campuran antara salinitas air sungai
dengan salinitas laut (Hutabarat, 1985).
2. Ekosistem Muara
Ekosistem Muara biasa juga disebut dengan ekosistem estuari atau
perairan estuari dimana, Estuari berasal dari kata aetus yang artinya
pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai
yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh
karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut
bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah
daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan
badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari. Muara merupakan
percampuran air tawar dengan air laut.
Proses-proses alam yang terjadi di perairan muara, mengakibatkan
muara sebagai habitat disejajarkan dengan ekosistem hutan hujan tropik
dan ekosistem terumbu karang yaitu sebagai ekosistem produktif alami.
Ekosistem estuari ini cenderung lebih produktif dibanding dengan
ekosistem pembentuknya, yaitu perairan tawar dan perairan laut. Salinitas
pada air muara sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada
keadaan pasang air laut yang masuk ke muara sangat besar sekali
sehingga salinitas air menjadi naik. Sedangkan pada waktu surut air laut
yang masuk ke muara sangat sedikit sehingga indeks salinitas air muara
sangat rendah. Selain itu musim juga berpengaruh terhadap indeks
salinitas air muara (Soeyasa ,2001).
Salinitas pada air muara sangat dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Pada keadaan pasang air laut yang masuk ke muara sangat besar
sekali sehingga salinitas air menjadi naik. Sedangkan pada waktu surut air
laut yang masuk ke muara sangat sedikit sehingga indeks salinitas air
muara sangat rendah. Selain itu musim juga berpengaruh terhadap indeks
salinitas air muara (Karyadi, 1994).
Organisme konsumen di muara beraneka ragam dan jumlahnya
besar. Zooplankton merupakan predator terbesar. Remis, udang-udangan
dan ikan sering besar ukurannya. Jumlah organisme di muara dipengaruhi
besar oleh indeks salinitas, hanya organisme tertentu yang dapat hidup di
muara ini yaitu organisme yang mampu menyesuaikan organ tubuhnya
dengan salinitas air muara (Karyadi, 1994).
Muara merupakan suatu tempat yang cukup sulit untuk di tempati,
bersifat cukup produktif yang dapat mendukung sejumlah besar biomassa.
Secara umum muara hanya dapat dihuni oleh beberapa spesies saja.
Menurut Soeyasa, (2001), faktor-faktor yang dapat menyebabkan daerah
ini mempunyai nilai produktivitas yang tinggi adalah: Terdapat
penambahan bahan-bahan organik secara terus-menerus yang berasal
dari daerah aliran sungai, Perairan muara umumnya dangkal, sehingga
cukup menerima sinar matahari untuk menyokong kehidupan tumbuh-
tumbuhan, Tempat yang relatif kecil menerima aksi gelombang, akibatnya
detritus dapat menumpuk di dalamnya, Aksi pasang selalu mengaduk
bahan-bahan organik yang berada di sekitar tumbuh-tumbuhan. Daerah
muara merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi ikan jika
dibandingkan jenis hewan lain. Daerah ini merupakan tempat untuk
berpijah dan membesarkan anak-anaknya bagi beberapa spesies ikan
(Hutabarat, 1985).
Muara menyediakan habitat bagi sejumlah besar organisme dan
mendukung produktivitas sangat tinggi. Biota yang hidup di ekosistem
estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya
yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan
beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai
kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota
akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan
asuhan. Ikan, crustacean, burung, mammalia, reptil, Kepiting (Scylia
serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial
merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas
membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya
sebagai sumber makanan. Daerah muara sungai yang terlindung dan
kaya akan sumberdaya hayati menjadi tumpuan hidup para nelayan,
sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara
sungai. Selain itu, migrasi populasi burung, seperti berekor godwit hitam,
Limosa limosa islandica menggunakan penting dari muara. Dua
tantangan utama kehidupan perairan adalah variabilitas dalam salinitas
dan sedimentasi.

Dari semua jenis organisme yang mendiami daerah muara


terdapat mangrove yang dapat membantu daerah tersebut dari erosi,
banjir dan gelombang besar. Sehingga daerah tersebut akan tetap stabil.
Dimana semua organisme yang hidup akan tetap terjaga kelestariannya.
Di daerah perairan muara terbentuk berbagai macam asosiasi atau
hubuangan antara organisme yang satu dengan yang lain, dan di daerah
tersebut terjadi beberapa rantai makanan yang berkumpul membentuk
jaring makanan yang kompleks (Salm dan Clark, 1984)
Pada gambar di atas nampak dalam perairan tersebut terdapat
kumpulan rantai makanan yang kompleks yang saling tergantung dan
membutuhkan satu dengan yang lainnya. Pada muara, mangrove sangat
berperan penting dalam kelangsungan hidup organisme yang berada
ditempat tersebut. Berawal dari mangrove, daun mangrove yang jatuh
diperairan tersebut akan diuraikan oleh mikroba menjadi partikel yang
lebih sederhana. Partikel tersebutlah yang dimanfaatkan oleh organisme
yang ada di daerah perairan tersebut. Selain mikroba, terdapat kepiting
yang membantu menghancurkan daun mangrove yang jatuh, dan terdapat
juga alga, plankton dan protozoa. Kesemua organisme tersebut bertindak
sebagai produsen di perairan muara. Selanjutnya organisme yang
bertindak sebagai produsen tersebut akan dikonsumsi oleh konsumen.
Yang bertindak sebagai konsumen adalah organisme detritivores yaitu
organisme pemakan partikel organik yaitu ikan, udang, filder crabs,
cacing, amphibi, molusca bivalvia. Selajutnya dari konsumen tersebut
akan berlanjut ke konsumen puncak yaitu manusia (Salm dan Clark,
1984).
Organisme yang berada di daerah muara bergerak dengan badan
air dan dapat memerah masuk dan keluar dengan pasang surut.
Produktivitas mereka sangat tergantung pada kekeruhan air. Kehadiran
plankton utama adalah diatom dan dinoflagellata yang melimpah di
sedimen. Penting untuk diingat bahwa sumber utama makanan bagi
banyak organisme di muara, termasuk bakteri , adalah detritus dari
penyelesaian sedimentasi. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari
antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.
Sebagai ekosistem, estuaria berada di bawah ancaman dari
kegiatan manusia seperti polusi dan penangkapan ikan yang berlebihan.
Mereka juga terancam oleh limbah, permukiman pesisir, pembebasan
tanah dan banyak lagi. Estuaria dipengaruhi oleh kejadian jauh hulu, dan
berkonsentrasi bahan seperti polusi dan sedimen. Tanah run-off dan
limbah industri, pertanian, dan domestik masuk sungai dan dibuang ke
muara. Kontaminan dapat diperkenalkan yang tidak hancur cepat di
lingkungan laut, seperti plastik , pestisida , furan , dioxin , fenol dan logam
berat . Racun tersebut dapat terakumulasi dalam jaringan banyak spesies
kehidupan air dalam proses yang disebut bioakumulasi. Mereka juga
terakumulasi dalam bentik lingkungan, seperti muara dan teluk lumpur:
catatan geologi kegiatan manusia abad terakhir.
3. Jenis-jenis Muara
Muara membentuk zona transisi antara lingkungan sungai dan
lingkungan laut dan tunduk pada pengaruh laut, seperti pasang surut,
gelombang, dan masuknya air garam, dan pengaruh sungai, seperti aliran
air tawar dan sedimen. Masuknya dari kedua air laut dan air tawar
memberikan tingkat nutrisi tinggi baik dalam kolom air dan sedimen,
membuat estuaria antara habitat alam yang paling produktif di dunia.
Muara modern Kebanyakan terbentuk selama Holocene epoch oleh banjir
sungai-terkikis atau digosok-lembah glacially ketika permukaan laut mulai
meningkat sekitar 10,000-12,000 tahun yang lalu. Estuaria biasanya
diklasifikasikan oleh fitur geomorfologi mereka atau dengan air pola
sirkulasi dan dapat disebut dengan nama yang berbeda, seperti teluk,
pelabuhan, laguna, lubang, atau suara, meskipun kadang-kadang badan-
badan air tidak selalu memenuhi kriteria di atas muara dan dapat
seluruhnya garam.
Sirkulasi muara adalah lingkungan laut yang pH, salinitas, dan
kadar air bervariasi, tergantung pada hilir sungai yang bermuara dan
salinitas laut (samudra dan lautan memiliki tingkat salinitas yang berbeda).
Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya siklus pembentukan muara
disebut dengan waktu pembilasan. Sirkulasi muara diantaranya : Muara
sirkulasi adalah muara pada umumnya; hal ini terjadi ketika air tawar atau
air payau mengalir keluar di dekat permukaan, sementara air garam padat
mengalir ke dalam di dekat bagian bawah. Dan anti-aliran muara adalah
kebalikannya, di mana air mengalir keluar padat di dekat bagian bawah
dan kurang padat ke dalam air yang beredar di permukaan.
Muara dapat di klasifikasikan sirkulasi berdasarkan sirkulasi air
antara lain :
a. Sebagian dicampur
Seiring dengan peningkatan memaksa pasang surut, output sungai
menjadi kurang dari input laut. Di sini, turbulensi arus induksi
menyebabkan pencampuran seluruh kolom air sehingga salinitas
bervariasi lebih longitudinal daripada vertikal, yang mengarah ke kondisi
sedang bertingkat. Contoh termasuk Chesapeake Bay dan Teluk
Narragansett .
b. Invers
Invers muara terjadi di iklim sangat kering dimana penguapan
melebihi aliran air tawar. Sebuah zona salinitas maksimum terbentuk, dan
kedua sungai dan menutup aliran air laut ke permukaan menuju zona ini.
Air ini didorong ke bawah dan menyebar sepanjang dasar baik dalam dan
arah darat ke laut. Sebuah contoh muara invers adalah Teluk Spencer ,
Australia Selatan.
c. Baji garam
Dalam jenis ini muara, output sungai sangat melebihi masukan laut
dan efek pasang surut memiliki kurang penting. Fresh air mengapung di
atas air laut pada lapisan yang secara bertahap menipis ketika bergerak
menuju ke laut. Padat air laut bergerak ke darat di sepanjang bagian
bawah muara, membentuk lapisan berbentuk baji yang lebih tipis saat
mendekati tanah. Sebagai perbedaan kecepatan berkembang antara dua
lapisan, gaya geser menghasilkan gelombang internal pada interface,
pencampuran air laut ke atas dengan air tawar. Contoh sebuah muara baji
garam adalah Sungai Mississippi.
d. Intermiten
Muara jenis bervariasi secara dramatis tergantung pada masukan
air tawar, dan mampu mengubah dari laut sepenuhnya embayment ke
salah satu dari jenis muara lainnya.
e. Vertikal homogen
Kekuatan pasang surut pencampuran melebihi output sungai,
sehingga dalam kolom air tercampur dan hilangnya gradien salinitas
vertikal. Batas air tawar-air laut dihilangkan karena efek intens
pencampuran dan eddy bergolak. Mencapai lebih rendah dari Teluk
Delaware dan Sungai Raritan di New Jersey adalah contoh dari homogen
vertikal muara.
Selain pembagian muara berdasarkan sirkulasinya, muara atau
daerah estuaria juga diklasifikasikan berdasarkan stratifikasinya
diantaranya:
1. Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam
Dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut,
didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding
penyusupan air laut.
2. Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical
Pengaruh pasang surut sangat dominant dan kuat sehingga air
bercampur sempurna dan tidak membentuk stratifikasi.
3. Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat)
Aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut bersama arus
pasang.

Berdasarkan salinitas ( kadar garamnya ), estuaria dibedakan


menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% – 3 % )
2. Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% – 17 %)
3. Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %

C. Perlindungan Laguna dan Muara


Laguna dan muara merupakan daerah perairan yang sangat dekat
dengan perairan laut yaitu tepatnya daerah pasang surut air laut sehingga
perlu adanya perlindungan terhadap daerah tersebut. Karena daerah
laguna dan muara memiliki banyak jenis biota yang mendiami daerah
tersebut yang harus dijaga untuk melindungi ekosistem perairan. Ada
beberapa upaya untuk melindungi daerah laguna dan muara yaitu:
1. Mengadakan pemantauan dan penelitian untuk daerah estuari
tersebut
Dengan mengadakan sebuah observasi dan penelitian di daerah
tersebut, kita akan mendapatkan informasi tentang keadaan fisik dari
daerah estuaria (muara). Selain itu akan mendapatkan informasi
tentang keadaan biologi dari daerah tersebut misalnya biota yang
menaungi daerah estuaria, intraksi yang terjadi di dalamnya sampai
dengan aliran energi yang ada di darah estuaria.
2. Merancang sebuah penelitian untuk melindungi daerah estuaria
tersebut.
D. Upaya Pengelolaan Wilayah Estuaria
Fungsi wilayah estuaria sangat strategis untuk dimanfaatkan sebagai
tempat pemukiman, penangkapan ikan dan budidaya, jalur transportasi,
pelabuhan dan kawasan industri. Wilayah estuaria juga merupakan
ekosistem produktif karena dapat berperan sebagai sumber zat hara.
Dengan memperhatikan fungsi dan manfaat tersebut, maka potensi
wilayah estuaria menjadi sangat tinggi, sehingga diperlukan adanya suatu
tindakan pengelolaan di wilayah tersebut. Adapun hal-hal yang perlu
dilakukan di antaranya adalah:
1. Memperbaiki Daerah Lahan Atas (up-land)
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak
kerusakan pada ekosistem perairan wilayah estuaria yaitu dengan
menata kembali sistem pengelolaan daerah atas. Khususnya
penggunaan lahan pada wilayah daratan yang memiliki sungai.
Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan akan
merusak ekosistem yang ada di perairan pantai. Oleh karena itu,
pembangunan lahan atas harus memperhitungkan dan
mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di wilayah pesisir.
Jika penggunaan lahan wilayah pesisir sebagai lahan perikanan
tangkap, budidaya atau konservasi maka penggunaan lahan atas
harus bersifat konservatif. Perairan pesisir yang penggunaan
lahannya sebagai lahan budidaya yang memerlukan kualitas
perairan yang baik maka penggunaan lahan atas tidak
diperkenankan adanya industri yang memproduksi bahan yang dapat
menimbulkan pencemaran atau limbah. Limbah sebelum dibuang ke
sungai harus melalui pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan
baku mutu yang telah ditetapkan.
2. Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara Optimal
Wilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat
sejumlah spesies untuk berlindung dan mencari makan serta tempat
reproduksi dan tumbuh, oleh karenanya di dalam pemanfaatan
sumberdaya perikanan khususnya di wilayah estuaria diperlukan
tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi pemanfaatan
secara optimal dan lestari. Pola pemanfatan sebaiknya
memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity).
3. Konsenvasi Hutan Mangrove
Perlindungan hutan mangrove pada wilayah estuaria sangat
penting, karena selain mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis.
Secara ekologis hutan mangrove adalahsebagai penghasil sejumlah
besar detritus dari serasah, daerah asuhan (nursery ground),
mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan
(spawning ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan
sebagai filter sedimen yang berasal dari daratan melalui sistem
perakarannya dan mampu meredam terpaan angin badai. Secara
ekonomis, dalam konser-vasi hutan mangrove juga akan diperoleh
nilai ekonomis sangat tinggi. Nilai ekonomi total rata-rata sekitar Rp
37,4 juta/ha/tahun yang meliputi manfaat langsung (kayu mangrove),
manfaat tidak langsung (serasah daun, kepiting bakau, nener
bandeng ikan tangkap dan ikan umpan), option value dan existence
value. Upaya konservasi tersebut juga mempunyai nilai dampak
positip terhadap sosial-ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di
sekitar wilayah estuaria, yaitu mampu memberikan beberapa
alternatif jenis mata pencaharian dan pendapatan.
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:


1. Laguna (atau lagoon dalam bahasa Inggris) adalah sekumpulan air
asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu
karang atau semacamnya. Jadi, air yang tertutup di belakang gugusan
karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam atol disebut
laguna.
2. Muara merupakan tempat pertemuan antara air laut dengan air sungai
dan merupakan bagian hilir dari sungai. Pada dasar perairan muara ini
terjadi pengendapan karena hal ini terjadi pertemuan partikel
pasir/lumpur yang dibawa oleh arus sungai bertemu dengan pasir
yang berada di daerah sekitar pantai.
3. Untuk melindungi muara ada dua hal yang dilakukan adalah
Mengadakan pemantauan dan penelitian untuk daerah estuari
tersebut dan mendisain atau merancang sebuah penelitian untuk
melindungi daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Salm, R dan Clark, JR.1984. Marine and coastal protected areas: a guide
for planners and manager. International union for conservation of
nature and natural resources gland. Switzerland
http://ubaidillah-sevenmission.blogspot.com/2010/05/gambaran-umum-
ekosistem-perairan.html diakses pada tanggal 1 desember 2017
pukul 10.15
http://adelaidearsenal.blogspot.com/2011/01/makalah-praktikum-ekologi-
perairan.html diakses pada tanggal 1 desember 2017 pukul 10.20
http://id.wikipedia.org/wiki/Laguna diakses pada tanggal 1 desember 2017
pukul 10.27
http://satwaspontianak.psdkp.kkp.go.id/index.php/artikel/detil/15 diakses
pada tanggal 1 desember 2017 pukul 10.50

Anda mungkin juga menyukai