Anda di halaman 1dari 17

Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016

Perlakuan Panas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya teknologi, permintaan terhadap bahan-bahan yang
berkualitas sangat meningkat. Permintaan terhadap material yang keras pun juga
meningkat, banyak barang-barang yang dibuat dengan material yang keras,
contohnya pada peralatan perang. Untuk mendapatkan material yang keras tentu
membutuhkan proses tertentu seperti proses perlakuan panas.

1.2 Tujuan
1. Memahami prosedur perlakukan panas.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan panas dan media celup terhadap
kekerasan logam.
1.3 Manfaat
1. Menetahui sifat mekanik material.
2. Mengetahui prosedur perlakuan panas.
3. Mengetahui pengaruh media pendingin terhadap kekerasan.

Kelompok 1 93
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perlakuan Panas


Heat treatment merupakan serangkaian proses perlakuan termal terhadap
logam untuk memperoleh sifat mekanik tertentu dan sesuai dengan yang di
inginkan. Pemanasan dilakukan sampai mencapai temperatur austenit (912 oC)
karena pada temperatur tersebut karbon larut padat dalam Fe. Pada temperatur ini
ditahan (holding) beberapa saat untuk meratakan pemanasan diseluruh permukaan
dan diseluruh bagian spesimen. Temperatur pemanasan yang umum dilakukan
adalah:
To = A3 + 100 oC
To = Temperatur yang dicapai pada tungku
A3= Batas temperatur pada fasa austenite dengan penambahan 100 oC untuk panas
merata dan berada dalam grafik fasa austenit. Ada pun skematik proses Heat
Treatment dapat dilihat pada Gambar F.2.1.

Skematik Proses Heat Treatment

o
C

910

723

514

Gambar F.2.1 Skema Proses Heat Treatment

Kelompok 1 94
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

2.2 Skematik Proses Perlakuan Panas


a. Heating
Yaitu pemanasan material hingga temperatur austenit (910°C),
temperature ini dipilih karena pada temperatur itulah material berada
keadaan tidak seimbang. Untuk merubah fasa dari suatu material maka
material tersebut harus dipanaskan sampai keadaan tidak seimbang.
b. Holding
Pada keadaan ini spesimen dibiarkan pada suhu austenit tujuannya agar
semua bagian spesimen mendapat panas yang merata.
c. Cooling
Cooling adalah pendinginan spesimen, ada tiga metoda untuk melakukan
pendinginan yaitu :
 Quenching yaitu pendinginan cepat dengan mencelupkan spesimen
kedalam media pendingin seperti air garam, air, oli.
 Normalizing yaitu pendinginan lambat diudara yang bertujuan untuk
penormalan material kembali.
 Annealing yaitu pendinginan lambat di dalam tungku yang bertujuan
untuk mengurangi kekerasan material.
d. Tempering
Tempering yaitu pemanasan spesimen kembali hingga temperatur
eutectoid lalu diholding kemudian dilakukan pendinginan di dalam tungku
atau di udara. Tempering ada dua yaitu austempering dan martempering.
1. Austempering
Pendinginan material sampai temperatur dibawah temperatur austenit
dan setelah diatas martensit dihitung hingga temperatur bainit.
2. Martempering Pendinginan material sampai temperatur dibawah
temperatur austenit diholding sampai membentuk martensit temper.

Kelompok 1 95
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

Jenis – Jenis Heat treatment


1. Spherodizing
Proses ini bertujuan untuk membuat baja karbon tinggi menjadi lunak
secara merata dan lebih mudah dikerjakan dengan mesin. Adapun proses pada
spherodizing adalah:
 Pemanasan dilakukan sedikit di bawah titik kritis.
 Pendinginan secara perlahan-lahan.
2. Casc Hardening
Proses ini bertujuan untuk membuat permukaan material menjadi
lebih keras daripada bagian intinya. Casc Hardening terdiri dari beberapa proses:
a. Carburizing
Proses heat treatment pada permukaan baja karbon yang memiliki
hardenability rendah dengan menambahkan kadar karbon secara difusi.
Proses carborizing:
 Baja dimasukkan kedalam tungku.
 Dipanaskan sampai temperatur austenit.
 Ditambahkan karbon pada material.
 Dilanjutkan dengan quenching.
Setelah proses ini dilakukan pada material, sifat material akan berubah
menjadi lebih keras dan tahan uji.
b. Nitriding
Proses pemanasan material dalam ruangan yang mengandung nitrat.
Setelah proses ini dilakukan pada material, sifat material akan berubah
menjadi lebih keras pada permukaan, tahan aus, memiliki kakuatan fatiq
yang tinggi dan tahan korosi.

Kelompok 1 96
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

c. Induction Hardening
Proses ini dilakukan pada baja karbon tinggi, kawat dililitkan seperti
kumparan lalu dipanaskan dengan energi listrik kemudian dilakukan
quenching.

d. Carbonitriding
Proses ini dilakukan pada baja karbon rendah, pemanasan dilakukan
dengan penambahan karbon dan nitrit. Adapun tujuan dan temperatur
pemanasan proses perlakuan panas dapat dilihat pada Tabel F.2.1.

Tabel F.2.1 Tujuan dan Temperatur Pemanasan Proses Perlakuan Panas

Tujuan Temperatur Pemanasan (oC)


Baja Hipo Baja Hiper

(Full) Annealing A3+(10-50) A1.3+(10-50)


Pelunakan

Normalizing
Penormalan A3+(10-50) Acm+

Quenching

Pengerasan A3+(10-50)
A1.3+(10-50)
Tempering

Mengurangi kegetasan 100-650


Martensit
Stress-Relieving

Spheroidizing
2.3 Jenis-jenis Pendinginan

Kelompok 1 97
Homogenizing A1.3
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

Dari temperatur austenit, logam didinginkan melalui proses sebagai


berikut:
1. Quenching
Proses perlakuan panas pada suatu material dengan memanaskannya
sampai temperatur austenit kemudian diholding,setelah itu dilakukan pendinginan
cepat pada media celup. Media celupnya seperti air, air garam, oli dan lain-lain.
Tujuan dari quenching adalah untuk menambah kekerasan material
.
2. Annealing
Proses perlakuan panas pada suatu material dengan memanaskannya
sampai temperatur austenit kemudian diholding, setelah itu dilakukan pendinginan
lambat di dalam tungku.
Tujuan dari annealing adalah untuk mengurangi kekerasan material.
3. Normalizing
Proses perlakuan panas pada suatu material dengan memanaskannya
sampai temperatur austenit kemudian diholding,setelah itu dilakukan pendinginan
lambat di udara.
Tujuan dari normalizing adalah untuk menormalkan kembali material.
4. Tempering
Material yang sudah diquenching dipanaskan lagi hingga temperatur
eutectoid lalu diholding kemudian dilakukan pendinginan di dalam tungku atau di
udara.
Tempering terdiri dari:
a. Martempering
Setelah quenching selesai, dilakukan pemanasan lagi sampai temperatur
eutectoid lalu diholding kemudian dilakukan pendinginan di udara sampai
mencapai suhu ruang dan berbentuk martensit. Adapun kurva
martempering dapat dilihat pada gambar F.2.2.

Kelompok 1 98
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

Gambar F.2.2 Kurva Martempering


b. Austempering
Sebelum proses quenching selesai, dilakukan pemanasan lagi sampai
temperatur eutectoid lalu diholding kemudian dilakukan pendinginan di
udara sampai mencapai suhu ruang dan berbentuk bainit. Adapun kurva
austampering dapat dilihat pada gambar F.2.3.

Gambar F.2.3 Kurva Austempering

2.4 Kurva CCT dan Kurva TTT

Kelompok 1 99
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

Perbedaan antara CCT dan TTT adalah pada CCT tidak ada holding dan
tidak terbentuk bainit. Sedangkan pada TTT dilakukan holding dan terbentuk
bainit.
a. Baja Hypoeutektoid
Dapat diketahui kurva CCT dan TTT baja Hypoeutectoid pada gambar
F.2.4.

Gambar F.2.4 Kurva CCT dan TTT Baja Hypoeutectoid

Pada baja Hypoeutectoid ini perbedaan antara kurva CCT dan TTT adalah
pada diagram CCT proses pendinginan dilakukan secara kontinu terhadap waktu.
Sedangkan diagram TTT ditandai dengan adanya holding terlebih dahulu untuk
mendapatkan fasa yang lunak dan ulet.
b. Baja Eutektoid
Dapat diketahui kurva CCT dan TTT baja Eutectoid pada gambar F.2.5.

Kelompok 1 100
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

Gambar F.2.5 Kurva CTT dan TTT Baja Eutektoid

Pada baja eutektoid ini perbedaan antara kurva CCT dan TTT adalah pada
diagram CCT proses pendinginan dilakukan secara kontinu terhadap waktu.
Sedangkan diagram TTT ditandai dengan adanya holding terlebih dahulu untuk
mendapatkan fasa yang lunak dan ulet.
c. Baja Hypereutektoid
Dapat diketahui kurva CCT dan TTT baja Hypereutektoid pada gambar
F.2.6.

Gambar F.2.6 Kurva CTT dan TTT Baja Hypereutektoid

Pada baja Hypereutektoid ini perbedaan antara kurva CCT dan TTT adalah
pada diagram CCT proses pendinginan dilakukan secara kontinu terhadap waktu.

Kelompok 1 101
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

Sedangkan diagram TTT ditandai dengan adanya holding terlebih dahulu untuk
mendapatkan fasa yang lunak dan ulet.

Aplikasi Proses Heat Treatment di Industri


Salah satu contoh dari aplikasi proses Heat Treatment di bidang industri
adalah poros bertingkat seperti yang terlihat pada gambar F.2.7.

Gambar F.2.7 Poros Bertingkat

BAB III
METODOLOGI

Kelompok 1 102
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

3.1 Peralatan dan Bahan


1. Tungku
2. Spesimen
3. Tang Penjepit
4. Media quenching, oli
5. Rockwell Hardness Tester
6. Amplas Belt
3.2 Skema Alat

Gambar F.3.1 Skema Uji Heat Treatment

3.3 Prosedur Percobaan


1. Tungku dihidupkan dan diatur sekitar 900oC.
2. Setelah mencapai suhu yang ditetapkan, spesimen dimasukkan, panaskan
selama tiga puluh menit.
3. Media quenching disiapkan yaitu oli.
Kelompok 1 103
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

4. Setelah spesimen dipanaskan selama 30 menit, spesimen dicelupkan.


5. Spesimen dibersihkan dan permukaan dihaluskan.
6. Kekerasan spesimen diukur 3 titik.

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

Kelompok 1 104
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

4.1 Data Hasil Percobaan

Tabel F.4.1 Data Percobaan

Media Pendingin (HRA)


Titik
Oli (Q) Udara (N) Tungku (A)
1 66,4 47,4 51,4
2 54,4 46,9 60,9
3 52,4 50,9 59,9

a) Quenching (Oli)
Tabel F.4.2 Data Perhitungan
NILAI
Titik
HRA BHN
1 66,4 292
2 54,4 175,2
3 52,4 163,2

b) Normalizing (Udara)
Tabel F.4.3 Data Perhitungan
NILAI
Titik
HRA BHN
1 47,4 138,6
2 46,9 136,5
3 50,9 155,4

c. Annealing (Tungku)
Tabel F.4.4 Data Perhitungan

NILAI
Titik
HRA BHN
1 51,4 158,4
2 60,9 221,6
3 59,9 217,2

Kelompok 1 105
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

4.2 Grafik

Kelompok 1 106
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

Gambar F.4.1 Grafik Kekerasan BHN

4.3 Analisa
a. Pengaruh laju pendinginan terhadap kekerasan

Kelompok 1 107
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

Pada hasil perhitungan, spesimen pada media quenching tungku


didapat hasil kekerasan yang beragam dengan selisih kekerasan yang jauh
berbeda. Proses annealing ini mempunyai nilai kekerasan diantara
normalizing dan quenching. Pada normalizing nilai kekerasan yang di
dapatkan mempunyai nilai yang paling rendah, sedangkan quenching nilai
yang paling tinggi.

b. Kekerasan Praktikum vs Teori


Secara teori nilai kekerasan pada proses quenching mempunyai
nilai yang paling tinggi. Secara praktikum, nilai yang di dapatkan pada
proses quenching juga mempunyai nilai kekerasan yang paling tinggi,
sedangkan pada annealing dan normalizing nilai kekerasan yang
didapatkan berbanding terbalik dengan teori, dimana secara praktikum
nilai kekerasan pada annealing lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
kekerasan pada normalizing.

c. Analisa Grafik
Setelah data disajikan dalam grafik dapat diketahui bahwa nilai
kekerasan yang didapatkan diketahui bahwa nilai kekerasan yang
didapatkan jauh berbeda. Pada proses quenching, sedangkan pada
normalizing nilai kekerasan yang didapatkan tidak jauh berbeda, begitu
juga dengan proses annealing.

d. Analisa Kesalahan
Data yang didapatkan jauh berbeda dengan teori. Hal itu
disebabkan karena meja mesin uji Rockwell yang bergetar pada saat
pengujian, tidak teliti dalam memposisikan skala kecil mesin uji Rockwell,
dan yang paling fatal yaitu spesimen pada proses annealing yang masih
dibalut oleh terak oksida

Kelompok 1 108
Laporan Akhir Pratikum Metalurgi Fisik 2015/2016
Perlakuan Panas

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dalam perlakuan panas tediri dari tiga proses yaitu pemanasan, holding
dan pendinginan, dimana pada pendinginan ini juga terbagi menjadi tiga
jenis pendinginan yaitu :
a. Quenching
b. Normalizing
c. Annealing
2. Proses pendinginan quenching menghasilkan material yang lebih keras,
Normalizing menormalkan sifat mekanik material kembali, dan annealing
untuk menghasilkan material yang lebih ulet.

5.2 Saran
Kepada praktikan selanjutnya diharapkan agar hati-hati dan teliti dalam
menghaluskan dan meratakan permukaan spesimen. Ikuti prosedur pengujian
keras dengan baik. Pelajari lagi metode pengujian agar didapat hasil yang
maksimal.

Kelompok 1 109

Anda mungkin juga menyukai