Erika Pardede
Erika Pardede
Erika Pardede
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas HKBP Nommensen, Medan
SUMMARY
I. PENDAHULUAN
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan
atau pembuatan makanan dan minuman (Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1996
tentang Pangan). Dengan demikian pangan juga bahan olahan setengah jadi (semi
processed) yang digunakan sebagai bahan baku produk.
Prinsip dan praktek yang berhubungan dengan mutu dan keamanan
pangan diterapkan terhadap hasil-hasil pertanian dan peternakan, produk pangan
olahan dan pangan hasil pabrik, semua bahan baku, bahan tambahan pangan,
bahan pembantu pengolahan, material pengemasan yang kontak dengan bahan
pangan, dan permukaan yang kontak dengan pangan selama penyiapan,
pengolahan dan pembuatan makanan dan minuman.
Di pertengahan tahun 90-an sistem industri pangan membutuhkan suatu
sistem penjaminan mutu pangan yang lebih ketat, dan sejak itulah diperkenalkan
Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Sistem ini dikenal dan
diterima secara internasional sebagai suatu metoda penjaminan mutu, atau yang di
Indonesia dikenal sebagai “Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis”, dimana
konsep manajemen mutu yang diterapkan khususnya ditujukan untuk memberikan
166
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (2) 934-944
167
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (2) 934-944
168
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (2) 934-944
berkaitan dengan pengunjung dan personil yang bukan staf perusahaan. Masih
berhubungan dengan yang kedua, prasyarat ketiga menyangkut kebersihan dan
sanitasi, yang meliputi program sanitasi dan kebersihan dan peralatan dan bahan
kimia yang digunakan, diikuti penjadwalan program pembersihan, pengendalian
efektifitas serta sistem pelaporan dan pendokumentasiannya.
Program pengawasan hama, sebagai prasyarat keempat, meliputi
penetapan personil, bahan kimia yang digunakan, pemantauan keefektifan, serta
sistem pelaporan dan pendokumentasiannya. Sementara itu, prasyarat kelima
menyangkut peralatan yang digunakan untuk proses utama, yakni meliputi
penetapan peralatan yang akan dipakai untuk pengolahan, penanganan,
penyimpanan hingga peralatan untuk pemantauan. Sedangkan prasyarat keenam
menyangkut sistem transportasi meliputi transportasi pada proses penerimaan,
ketika penanganan dan penyimpanan hingga pendistribusian dan pengapalan.
Prasyarat ketujuh adalah program yang berkaitan dengan produk, baik
program identifikasi ketidaksesuaian, ketertelusuran (traceability), dan prosedur
penarikan produk yang tidak sesuai (recall). Program prasyarat yang terakhir
adalah penggunaan bahan kimia dan pengawasannya. Dengan telah tersedianya
semua program prasyarat, barulah sistem HACCP dapat mulai direncanakan dan
diimplementasikan. Ke tujuh prasyarat ini disebut sebagai fundasi bangunan
rencana HACCP (Ropkins and Beck, 2000; Mortimer et al.., 2004)
HACCP merupakan suatu prosedur untuk melakukan identifikasi,
penilaian dan pengontrolan terhadap bahaya yang terdapat pada bahan pangan
maupun terhadap resiko tidak langsung yang berasal dari bahan pangan dimaksud
(Hulebak and Schlosser, 2002; Mortimer et al.., 2004), yang didesain sebagai
usaha pencegahan resiko dan sekaligus sebagai alternatif terhadap penjaminan
keamanan pangan yang berfokus pada pengujian produk akhir pangan (Ropkins
dan Beck, 2000).
Dalam menyusun suatu rencana HACCP dibutuhkan 5 (lima) persyaratan
dasar, yang mengharuskan memberi penekanan terhadap tindakan pencegahan
dalam rangka menghindari terjadinya masalah keamanan pangan melalui 7 (tujuh)
prinsip utama, yakni seperti yang disarikan pada Tabel-1 (USDA, 1999; Mortimer
et al., 2004). Kesemuanya itu dinyatakan dalam 12 tahap pelaksanaan sistem
HACCP, yang dikenal sebagai “Codex Alimentarius Logic Sequence”.
Tabel-1: Lima persyaratan dasar dan tujuh prinsip utama pada
HACCP
Persyaratan dasar
1. Pembentukan tim HACCP
2. Pendiskripsian produk pangan, metoda produksinya serta metoda distribusinya
3. Penjelasan tentang penggunaannya, serta cara-cara penyajian yang berhubungan.
4. Mengembangkan diagram alir yang menggambarkan proses
5. Melakukan verifikasi diagram alir
Prinsip utama
1. Melaksanakan nalisa potensi bahaya (hazard)
169
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (2) 934-944
170
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (2) 934-944
171
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (2) 934-944
173
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (2) 934-944
III. PENUTUP
HACCP sebagai suatu sistem penjaminan keamanan pangan telah dikenal
dan diakui secara internasional. Dalam penerapannya Codex membuat panduan
supaya sebelum penerapan HACCP ke sektor apapun dalam rantai makanan,
sektor tersebut harus beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip umum Codex untuk
higiene pangan, yang disesuaikan dengan Peraturan Keamanan Pangan yang ada.
Penerapan HACCP tidaklah serta merta diterapkan sebagai suatu keharusan pada
semua industri pangan. Dibandingkan dengan pendekatan keamanan pangan yang
terdahulu HACCP memiliki kelebihan yakni tidak berorientasi hanya pada
pemeriksaan produk akhir, bersifat fleksibel karena dapat diterapkan pada berbagai
tahap produksi maupun distribusi pangan, adanya sistem dokumentasi yang
mempermudah pengendalian mutu keamanan sepanjang jalur produksi, dan
melibatkan berbagai ahli dari berbagai ilmu pendukung.
DAFTAR PUSTAKA
_____ 1996. Undang- undang RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.
_____ 2004. Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004. Tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Pangan.
Alli, I. 2004. Food Quality Assurance: Principles and Practices, CRC Press:
Florida
175
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (2) 934-944
177
_____________
ISSN 0853-0203