Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PENYULUHAN
PHBS

OLEH

Reni Okto Verawati Saragih, Am.Keb,. SH

AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI

2015

1
DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN
BAB l PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 1
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 1
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 1
1.3 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
2.1 Pengertian PHBS ................................................................................................. 3
2.2 Bidang PHBS ....................................................................................................... 3
2.3 Pengembangan PHBS .......................................................................................... 3
2.4 Penerapan PHBS .................................................................................................. 4
2.5 Sasaran PHBS ...................................................................................................... 4
2.6 Manfaat PHBS ..................................................................................................... 6
2.7 Indikator PHBS .................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 11
Lampiran 1 : Surat Permohonan Bantuan Dana Dari Dosen
Lampiran 2 : Surat Balasan Persetujuan Bantuan Dana Dari Yayasan
Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penyuluhan ditujukan Kepada Kepala Sekolah
Negeri 3 Binjai
Lampiran 4 : Surat Balasan Penyuluhan dari Sekolah SMA Negeri 3 Binjai
Lampiran 5 : Daftar Nama Petugas Penyuluhan (Dosen dan Mahasiswa)
Lampiran 6 : SAP Penyuluhan
Lampiran 7 : Print-out Power Point Penyuluhan
Lampiran 8 : Leaflet/ Alat Bantu Penyuluhan
Lampiran 9 : Daftar Hadir Peserta Penyuluhan
Lampiran 10 : Dokumentasi

2
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Bantuan Dana Dari Dosen

Lampiran 2 : Surat Balasan Persetujuan Bantuan Dana Dari Yayasan

Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penyuluhan ditujukan Kepada Kepala Sekolah

Negeri 3 Binjai

Lampiran 4 : Surat Balasan Penyuluhan dari Sekolah SMA Negeri 3 Binjai

Lampiran 5 : Daftar Nama Petugas Penyuluhan (Dosen dan Mahasiswa)

Lampiran 6 : SAP Penyuluhan

Lampiran 7 : Print-out Power Point Penyuluhan

Lampiran 8 : Leaflet/ Alat Bantu Penyuluhan

Lampiran 9 : Daftar Hadir Peserta Penyuluhan

Lampiran 10 : Dokumentasi

3
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat
dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, Bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual,
maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga,
dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social
support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing
(Depkes RI, 2002).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan
kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan
kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Harapan tersebut dapat terwujud
apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat
menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di tempat
kerja. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang harus dilakukan oleh setiap
individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur
kembali.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/keluarga/kelompok
dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah
satu pilar kesehatan yang menjadi salah satu program dari puskesmas.

4
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada
(keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis
agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh
karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana.
Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan
kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar
sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau(aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok
masyarakat. Bila sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan
terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan
bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam
proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan
masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun
dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang
kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau
dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan
program kesehatan yang didukungnya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan siswa/i agar
hidup bersih dan sehat, serta diharapkan kepada siswa/i SMAN 3 Binjai mampu
berperan aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Untuk meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa/i dan guru
di lingkungan sekolah.
1.2.2.2 Untuk meningkatkan peran aktif siswa/i dalam bidang PHBS
1.2.2.3 Untuk mengetahui manfaat PHBS di sekolah bagi siswa/i SMAN 3Binjai
1.3 Manfaat
1.3.1 Sebagai bahan informasi kepada siswa/i tentang PHBS.
1.3.2 Untuk memenuhi tugas dosen dalam Tridarma Perguruan Tinggi terutama tugas
terhadap pengabdian masyarakat.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PHBS


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan seseorang
dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009).
Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah adalah upaya untuk
memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan
sekolah sehat. Sekolah sehat adalah sekolah yang mampu menjaga dan meningkatkan
kesehatan masyarakat sekolah dan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan
anak sekolah melalui berbagai upaya kesehatan (Sya’roni, RS 2007).
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992)
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber
daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organism) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
serta lingkungan (Simons-Morton, 1995).
Perubahan-perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui
persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Dalam aspek
biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau mahluk hidup yang
bersangkutan. (Notoatmodjo, 2005).

6
2.2 Bidang PHBS
Bidang PHBS (Depkes RI, 2001) yaitu:
1. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan
sabun, mandi minimal 2 kali sehari.
2. Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium,
menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap 6 bulan.
3. Bidang Kesehatan lingkungan, seperti membuang sampah pada tempatnya,
menggunakan jamban, memberantas jentik.

2.3 Pengembangan PHBS


Menyadari bahwa prilaku adalah sesuatu yang rumit, prilaku tidak hanya menyangkut
dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu
hal-hal yang mendukung prilaku. Maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat
melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (Komprehensif). Ksususnya dalam
menciptakan prilaku baru. Kebijakan nasional promosi kesehatan telah menetapkan tiga
strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009).
1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar
sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat. Bila sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi
akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat
diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya
ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan
masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun
dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang
kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau
dari dermawan).
Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program
kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program
kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya.
Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada

7
(keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan atau idolanya, kelompok arisan,
majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya
dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu
dilakukan bina suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana, yaitu:
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stake holders). Pihak-pihak yang
terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu
kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh
masyarakat informal, seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, yang umumnya dapat berperan
sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana
non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui
advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya
berlangsung tahapan-tahapan, yaitu:
a. Mengetahui atau menyadari adanya masalah
b. Tertarik untuk ikut mengatasi masalah
c. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif
pemecahan masalah
d. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan
masalah
e. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:
a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
c. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
e. Dikemas secara menarik dan jelas
f. Sesuai dengan waktu yang tersedia.

8
2.4 Penerapan PHBS di Sekolah
Penerapan PHBS di sekolah menurut Sya’roni. RS (2007), antara lain:
1. Menanamkan nilai-nilai untuk berprilaku hidup bersih dan sehat kepada siswa sesuai
dengan kurikulum yang berlaku (kurikuler)
2. Menanamkan nilai-nilai untuk berprilaku hidup bersih dan sehat kepada siswa yang
dilakukan diluar jam pelajaran biasa (ekstrakurikuler)
a. Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
b. Aktivitas kader kesehatan sekolah/dokter kecil.
c. Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
d. Pemeliharaan jamban sekolah
e. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
f. Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
g. Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
h. Pemeriksaan rutin kebersihan: kuku, rambut, telinga, gigi
3. Membimbing hidup bersih dan sehat melalui konseling.
4. Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif siswa,
guru, dan orang tua, antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset
radio atau film, penempatan media poster, penyebaran leaflet dan membuat majalah
dinding.
5. Pemantauan dan evaluasi
a. Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodik tentang kebijakan yang telah
dilaksanakan
b. Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian terhadap masalah yang
ditemukan.
c. Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

2.5 Sasaran
Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga institusi
pendidikan. Menurut Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2009) terbagi dalam:
1. Sasaran Primer
Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan diubah perilakunya atau
murid dan guru yang bermasalah (individu atau kelompok dalam institusi pendidikan
yang bermasalah).
2. Sasaran Sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang
bermasalah, misalnya kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah,
tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK.
3. Sasaran Tersier

9
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang
atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan
PHBS di institusi pendidikan, misalnya kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas,
dinas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.

2.6 Manfaat PHBS di Sekolah


Manfaat PHBS di sekolah diantaranya:
1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman
penyakit.
2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi
belajar peserta didik
3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu
menarik minat orang tua (masyarakat)
4. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain
(Suryatiningsih, 2010).

2.7 Indikator PHBS


1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempat yang kurang
bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh” yang dapat menghindarkan
anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan kebiasaan mencuci tangan.
Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik. Terlihat dari
kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau kobokan untuk
membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat mencuci tangan dengan air
bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan nyawa dengan mencegah penyakit
(Hasyim, 2009).
Alasan seseorang harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah:
a. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila
digunakan, kuman berpindah ke tangan.
b. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan
penyakit (Depkes RI, 2001).
c. Mencuci tangan dengan air yang mengalir hanya dapat menghilangkan kuman 25%
dari tangan, sedangkan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
akan dapatmembersihkan kotoran dan membunuh kuman hingga 80% dari tangan
(Hasyim, 2009)

10
Saat harus mencuci tangan yaitu:
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun)
b. Setelah buang air besar
c. Sebelum makan dan sebelum memegang makanan
Manfaat mencuci tangan diantaranya:
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus, kecacingan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu burung atau SARS.
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Cara mencuci tangan yang baik dan benar, yaitu:
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
b. Bersihkan telapak, punggung tangan dan pergelangan tangan lengan, gosok bila perlu
c. Bersihkan juga sela-sela jari dan lipatan kuku jari
d. Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
(Depkes RI, 2001)
2. Jajan di kantin sekolah yang sehat
Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini dapat
membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di
25%-50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es
batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi
yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan
tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengawet yang mengandung logam berat
Boron),formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B(pewarna merah
pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008).
Menurut Depkes RI (2001) alasan tidak boleh jajan di sembarang tempat, harus di
kantin sekolah karena:
a. Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin kebersihannya,
terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindung dari serangga dan tikus.
b. Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan siswa,
sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah.
c. Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan dan
peralatan makan.
d. Tersedianya tempat sampah yang tertutup dan saluran pembuangan air kotor.
e. Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite sekolah.

11
3. Membuang sampah pada tempatnya
Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar manfaatnya
untuk menjaga kebersihan lingkungan, namun sangat susah untuk diterapkan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang Binawan yang menyebutkan bahwa
kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan hampir di semua kalangan
masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi pun
melakukannya (Kartiadi, 2009).
Alasan harus membuang sampah ditempatnya adalah karena sampah adalah suatu bahan
yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam. Selain
kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah juga mengundang kuman penyakit. Oleh
karena itu sampah harus dibuang di tempat sampah.
Secara garis besar, Depkes RI (2001) membedakan sampah menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Sampah non organik atau kering, yang tidak dapat mengalami pembusukan secara
alamiah, contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, atau botol.
b. Sampah organik atau basah, yang dapat mengalami pembusukan secara alami,
contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah, atau sisa
buah.
c. Sampah berbahaya, contoh: baterai, botol racun nyamuk, atau jarum suntik bekas.
Akibat dari membuang sampah sembarangan adalah:
a. Sampah menjadi tempat berkembang biak dan sarang serangga dan tikus
b. Sampah menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara
c. Sampah menjadi sumber dan tempat hidup kumankuman yang membahayakan
kesehatan
d. Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara memusnahkan atau memanfaatkann
ya. Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai
berikut:
a. Penumpukan
Dengan metode ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun
dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah,
sederhana, tetapi menimbulkan risiko karena berjangkitnya penyakit menular,
menyebabkan pencemaran udara, terutama bau, sumber penyakit dan mencemari sumber-
sumber air.
b. Pengkomposan
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk
yang mempunyai nilai ekonomi.

12
c. Pembakaran
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus
diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran asap, bau, dan
kebakaran.
d. Sanitari landfill
Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah penuh
terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas.
Dalam pemanfaatan sampah, sampah basah dapat dijadikan kompos dan makanan ternak,
sampah kering dapat dipakai kembali dan didaur ulang seperti sampah kertas dapat didaur
ulang. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan
produk atau material bekas pakai. Material yang dapat didaur ulang misalnya:
a) Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, cremer, baik yang putih bening maupun
yang berwarna, terutama gelas atau kaca yang tebal.
b) Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus, kecuali kertas
yang berlapis minyak
c) Alumunium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue
d) Besi bekas rangka meja, besi rangka beton
e) Plastik bekas tempat shampoo, air mineral, jerigen, ember
f) Sampah basah dapat diolah menjadi kompos
Pengelolaan sampah sangat besar sekali manfaatnya bagi diri kita sendiri,
orang lain, maupun bagi lingkungan sekitar kita (Kartiadi, 2009), diantaranya:
a. Menghemat sumber daya alam
b. Menghemat energi
c. Mengurangi uang belanja
d. Menghemat lahan tempat pembuangan akhir (TPA)
e. Meminimalkan lingkungan jentik di sekolah.
4. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah (Gunarsa, S 2001):
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak
(meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang
terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-
hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai dengan
tugas atau profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen
yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health

13
Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan ketrampilan (Skill
Related Physical Fitness).
Alasan mengikuti kegiatan olahraga di sekolah adalah untuk memelihara kesehatan
fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah sakit. Selain itu juga untuk
pertumbuhan dan perkembangan fisik. Manfaat olahraga antara lain:
a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi,
kencing manis
b. Berat badan terkendali
c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
d. Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional
e. Lebih percaya diri
f. Lebih bertenaga dan bugar
g. Keadaan kesehatan menjadi lebih baik
5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi
makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui
pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui melalui cara
membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia
pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak
yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila
ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal
apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain seusianya.
Alasan siswa perlu ditimbang setiap 6 bulan adalah untuk memantau pertumbuhan
berat badan dan tinggi badan normal siswa agar segera diketahui jika ada siswa yang
mengalami gizi kurang maupun gizi lebih.
Cara untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa yaitu dengan
mencatat hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan tiap siswa di Kartu Menuju
Sehat (KMS) anak sekolah maka akan terlihat berat badan atau tinggi badan naik atau
tidak naik (terlihat perkembangannya).
Manfaat penimbangan siswa setiap 6 bulan di sekolah (Depkes, 2001) antara lain:
a. Untuk mengetahui apakah siswa tumbuh sehat.
b. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan siswa.
c. Untuk mengetahui siswa yang dicurigai gizi kurang dan gizi lebih, sehingga jika ada
kelainan yang berpengaruh langsung dalam proses belajar di sekolah, dapat segera
dirujuk ke Puskesmas.

14
2.8 Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan Kesehatan di Sekolah

Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan kepada anak di tatanan


pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun
masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan. Perawatan kesehatan sekolah
mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok,
dan masyarakat sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian
siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan, dan suasana sekolah yang sehat. Fokus
utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang
adalah guru dan kader (Roni, 2010).
Perawat sekolah merupakan salah satu dari beberapa orang yang ditempatkan untuk
memberikan arahan terhadap program kesehatan sekolah terkoordinasi. Perawat dapat
berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana maupun peneliti di bidang
keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat dapat melaksanakan skrining kesehatan,
memberikan pelayanan dasar untuk luka dan keluhan minor dengan memberikan pengobatan
sederhana, memantau status imunisasi siswa dan keluarganya dan aktif juga dalam
mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai masalah kesehatan. Perawat perlu
memahami peraturan yang ada menyangkut anak usia sekolah seperti memberikan libur
kepada siswa karena adanya penyakit menular, kutu, kudis, dan parasit lain. Dalam
melaksanakan perannya sebagai konsultan terutama untuk para guru, perawat dapat
memberikan informasi tentang pentingnya memberikan pengajaran kesehatan di kelas,
pengembangan kurikulum yang terkait dengan kesehatan, serta cara-cara penanganan
kesehatan yang bersifat khusus dan kecacatan (Sumijatun, 2005).

15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Upaya PHBS di sekolah untuk memperdayakan siswa/i, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat

3.2 Saran
Diharapkan PHBS di lingkungan sekolah agar dapat terlaksana dengan semaksimal
mungkin sehingga para peserta didik, guru, dan lingkungan sekitarnya dapat berperilaku
hidup yang selayaknya / hidup bersih sehat.

16
17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai