TAHAPAN PEMBANGUNAN
CAKUPAN ISI
Dalam minggu ini akan dibahas pokok materi sbb :
1. Tahapan Pembangunan
2. Peran Perencana
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dari modul ini diharapkan dapat diketahui dan dipahami beberapa hal yakni,
tahapan pembangunan serta peran perencana pada setiap tahapan pembangunan
KRITERIA PENILAIAN
Mengerti dan memahami tahapan pembangunan serta peran perencana pada
setiap tahapan pembangunan tersebut
Manajemen Konstruksi 1
TAHAPAN PEMBANGUNAN
Pengertian
Tahapan Pembangunan
a. Konsep dan FS
- Analisa konseptual
- FS, Teknis dan Ekonomis
- Dampak Lingkungan
b. Perencanaan
- Preliminary
- Detail Engineering Design (DED)
c. Procurement
- Kepabean
- Import/Eksport
- Pengiriman
d. Konstruksi
- Persiapan
- Konstruksi sesuai logic process
e. Start-Up & Implementation
- Proses uni coba
- Deteksi kinerja alat/sistem
f. Operasional
- Operasional
- Perawatan
Manajemen Konstruksi 2
Pendekatan
a. Proyek adalah proses mengolah input menjadi output dengan nilai tambah
b. Proyek mengolah sumberdaya menjadi produk
c. Proyek pembangunan tidak hanya didasarkan atas kelayakan teknis dan
ekonomis juga lingkungan. Kelayakan lingkungan pada prinsipnya menjaga
sumberdaya lingkungan bagi kesinambungan pembangunan serta bermanfaat
terus bagi generasi mendatang
Perencanaan
dan
Monitoring Pelaksanaan
dan Evaluasi Pembangunan
(Konstruksi)
Manajemen Konstruksi 3
Siklus Proyek (Project Life Cycle)
Recycling &
Planning Design Construction Operation
disposal
Sumber :
B. Trigunarsyah, QUT, MICCE 2010
Recycling &
Planning Design Construction Operation disposal
• It involves establishing:
- project needs and objectives,
- identifying and selecting the project site,
- applying planning approval, and assessing technical and
financial feasibility.
• When poorly defined and planned, it can create
difficulties not only in delivering infrastructure projects,
but also in operating and maintaining them.
Manajemen Konstruksi 4
Recycling &
Planning Design Construction Operation disposal
Recycling &
Planning Design Construction Operation
disposal
Manajemen Konstruksi 5
Recycling &
Planning Design Construction Operation
disposal
Recycling &
Planning Design Construction Operation
disposal
Manajemen Konstruksi 6
Critical success factors of
project delivery
• the project must be delivered in an effective
and efficient manner to achieve its goal &
objectives - constructability.
• the completed infrastructure has to be fit for its
intended use - operability.
• it should facilitate effective and efficient
maintenance - maintainability
Planning
Design
Construction
Operation
Recycling &
disposal
Sumber :
B. Trigunarsyah, QUT, MICCE 2010
Manajemen Konstruksi 7
Manajemen Pembangunan
2) Misi, adalah :
Rumusan jabaran operasionalisasi dari vision
Merupakan keputusan strategis pertama dan utama
Merefleksikan tujuan (tujuan)
Indikasi untuk rumusan Rencana Strategis (Renstra).
Misi tersebut merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
proses pembangunan nasional dan global yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Manajemen Konstruksi 8
3) Tujuan
Mission, jabaran dari vision (visi)
Vision, gambaran mental berdasar kemampuan penalaran mengenai
kondisi masa depan yang "diimpikan”.
Mission, kondisi/situasi yang ingin diwujudkan pada akhir kurun waktu
tertentu yang menyiratkan tujuan-tujuan yang harus dicapai sebagai
prasarat menuju terwujudnya misi.
4) Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis adalah kondisi serta perubahan-perubahan aspek
ekonomi, sosial, budaya, politik dan lingkungan alam yang terjadi di sekitar
suatu kesatuan organisasi yang langsung mempengaruhi kebijakan dan
perubahan dalam unit tersebut.
Manajemen Konstruksi 9
Contoh penjabaran visi dan misi hingga pelaksanaan
PROPENAS
VISSION MISSION RENSTRA / ACTION
PLAN
PROPEDA
Manajemen Konstruksi 10
Ruang Lingkup Visi, Misi, Renstra, Action Plan
IDEAL
RASIONAL IMPLEMENTASI
PELAKSANAAN “LAPANGAN” UNTUK MENCAPAI
SASARAN-SASARAN ANTARA TUJUAN
Manajemen Konstruksi 11
Model Manajemen Pembangunan
Seperti dimaklumi, tidak ada suatu penerapan manajemen yang baku. Untuk
memperluas wawasan Anda, berikut ini adalah model-model manajemen, yaitu :
a. Model Manajemen Strategis (Strategic Management)
b. Model Manajemen dengan Sasaran (Management Objectives)
c. Model PPBS (Planning Programming and Budgeting System)
d. Model Manajemen Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage
Management)
Manajemen Konstruksi 12
d. Model manajemen keunggulan kompetitif (competitive advantage
management)
Manajemen Konstruksi 13
MATERI III
PELAKU PROYEK
CAKUPAN ISI
Dalam minggu ini akan dibahas pokok materi sbb :
1. Proyek Konstruksi
2. Pelaku Proyek
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dari modul ini diharapkan dapat diketahui dan dipahami tentang proyek konstruksi
serta pelaku proyek
KRITERIA PENILAIAN
Mengerti dan memahami tentang tentang proyek konstruksi serta pelaku proyek
Manajemen Konstruksi 1
PELAKU PROYEK
1. Pengertian
Pelaku proyek adalah pihak-pihak yang memiliki peran dan tanggung-jawab
tertentu pada suatu kegiatan proyek (konstruksi). Pelaku proyek dapat
diklasifikasikan sebagai pelaku utama (dalam inner-circle project) maupun
pelaku pendukung dan penunjang.
2. Pokok-Pokok Pemahaman
Pemahaman yang diperlukan diseputar pelaku proyek, yakni :
- Pasar industri konstruksi (The needs : the balance between demand &
supply)
- Tahapan proyek, pada setiap tahapan proyek pihak yang terlibat dapat
berbeda-beda atau berbeda intensitasnya.
- Keterlibatan, peran dan tanggung jawab setiap pelaku proyek tergantung
pada kebutuhan proyek serta tipe kontrak.
- Pelaku proyek pada umumnya adalah Pemilik, Perencana, dan Pelaksana /
pembangun. Pengembangan dari ketiga pelaku tersebut sangat beragam
dapat terjadi akibat kesepakatan/kontrak, tipe pendanaan proyek,
organisasi proyek, dsb.
Manajemen Konstruksi 2
4. Kasus Proyek
Perhatikan contoh organisasi proyek pembangunan Hotel Sheraton-Solo. Dapat
diperhatikan bahwa pelaku proyek yang terlibat pada tahap konstruksi adalah
Pemerintah (pemberi ijin), Kreditor, Hotel chain (Sheraton international),
pemegang franchaise (developer), Konsultan (Arsitektur, Struktur, M&E,
Interior, Lansekap, Perhotelan), Konsultan MK, Kontraktor utama, Supplier.
Buat studi pada karakter proyek tertentu (diupayakan proyek berskala besar)
seperti proyek pembangkit listrik, rumah sakit, kampus, dll. Perhatikan pihak-
pihak yang berperan di dalam proyek tersebut.
RANC.PR
PELAKU KONTRAK
PEMILIK
PELAKSANA
Manajemen Konstruksi 3
Pelaku Proyek
Supplier Alat
Supplier bahan
Supplier tng kerja
Catatan :
Perhatikan peran dan tanggung-jawab masing-masing pihak
Manajemen Konstruksi 4
Gambar 1.
DIAGRAM KETERKAITAN PELAKU PROYEK
Lisensi
Kreditor Pengguna
Pemilik
Pernc.Khs Kont.Khs
Keterangan :
Hubungan Kontrak
Koordinasi
Manajemen Konstruksi 5
Pelaku Proyek
Penelusuran Pengendalian Pelaku Proyek - Laporan KP Carkam. Berdasarkan buku pengetahuan industri dan
anggaran Biaya Jilid I, Penerbit Dinas Pekerjaan Umum tahun 1992 dijelaskan sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan pemilik ,bouwheer atau owner ( Pemilik bangunan Atau pemberi
tugas ) adalah yang memiliki bangunan , pemilik biasanya :
- Orang biasa ( Perorangan )
- Wakil dari suatu Instansi ( dinas )
- Wakil dari suatu perusahaan swasta .
Yang dimaksud perencana adalah ahli bangunan yang biasa disebut arsitek, yaitu
perorangan atau badan hukum yang mempergunakan keahliannya dan berdasarkan surat
perintah tugas dari pemilik , mengerjakan perencanaan bangunan. Perencana dapat
berbentuk perorangan , yaitu seorang ahli arsitek ( Insinyur Arsitek ), biro- biro perencana (
Biro Arsitek ) dan kadang -kadang jawatan teknik.
3 Konsultan Pengawas
Merupakan badan yang ditunjuk owner untuk mengawsi pelaksanaan proyek oleh
kontraktor dilapangan.Pengawas berarti mewakili pemberi tugas dalam tahap pelaksanaan
pekerjaan konstruksi tetap, bukan sebagai pimpinan harian melainkan hanya mewakili
pemberi tugas dal hal- hal yang menyangkut teknik pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik
yang meliputi :
1. Memberi penjelasan tambahan untuk memperjelas maksud dan pengertian yang
telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.
2. Memeriksa dan memeberikan perestujuan bagi waktu pemberian pembayaran
angsuran biaya pelaksanaan .
Manajemen Konstruksi 6
3. Membuat gambar - gambar atau syarat - syarat tambahan untuk menyesuaikan
dengan keadaan , bila dianggap perlu, untuk memperjelas hal -hal yang dianggap
belum cukup jelas dalam dokumen kontrak.
Persyaratan Umum
1. Surat ijin Usaha Jasa Kontruksi ( SIUJK )
2. Mempunyai akte Notaris
3. Modal dasar perusahaan minimal kira-kira 1 ( satu ) milyar rupiah
4. Mempunyai Surat Ijin Usaha Perdagangan ( SIUP )
5. Memiliki tenaga ahli untuk masing - masing tenaga ahli bidangnya
Seperti bidang perencanaan , konstruksi dan tenaga - tenaga ahli lain yang
mendukung.
6. Memiliki referensi Bank, serta system Administrasi yang dilakukan secara
Professional.
Manajemen Konstruksi 7
Hubungan Antara Pemilik, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas
dan Kontraktor
Hubungan Antara perencana dan pemilik boleh dikata seperti hubungan antara Dokter dan
pasien atau juga antara pengacara dank lien, perencana adalah Merupakan orang
kepercayaan pemilik, perencana mempertimbangkan kemauan Pemilik dan memikirkan
cara - cara pelaksanaan yang sebaik- baiknya untuk memenuhi keinginan pemilik dalam
mewujudkan cita- citanya membangun secara tepat Dan ekonomis . Apabila pemilik dan
perencana telah bersepakat atas rencana itu Lalu dicari orang ketiga sebagai pelaksana (
Kontraktor ) yang akan melaksanakan rencana itu. Pelaksanaan Pembangunan tersebut
biasanya diborongkan oleh para Pemborong bangunan.Hubungan antara pemilik, konsultan
Perencana , konsultan pengawas dan kontraktor dapat dilihat lebih jelas pada gambar
berikut ini :
1 Dikerjakan Sendiri
Pada umumnya bangunan perorangan banyak yang dikerjakan sendiri artinya tidak
Diborongkan kepada salah asatu kontarktor. Kadang - kadang hanya bagian - bagian
pekerjaan saja yang diborongkan pada sub - pemborong dan hanya borongan upah kerja ,
sedangkan bahan - bahan disediakan oleh pemilik.Lain halnya dari pada bangunan
pemerintah pada umumnya harus diborongkan ( dikontrak ). Hal ini berkaitan dengan
adanya peraturan - peraturan pemerintah Yang harus ditaati. Tentang bangunan swasta
kadang - kadang peraturannya harus Diborongkan dan kadang - kadang dikerjakan
sendiri.
2 Pemborongan Pekerjaan
Pada dasarnya ada 2 hal dalam memborongkan pekerjaan bangunan, yaitu :
a. Pemborong hanya mengerjakan pekerjaan saja, yaitu pemborong hanya bertanggung
jawab atas kwalitas kebaikan pekerjaan saja dan mendapat Uang jasa .
b. Pemborong kecuali mengerjakan pekerjaan juga harus menyediakan bahan,Artinya
pemborong bertanggung jawab baik kwalitas bahan - bahan yng digunakan ataupun
kwalitas pekerjaannya, sehingga pemborong menanggung segala akibat untung - rugi
dan kwalitas pekerjaannya.
Manajemen Konstruksi 8
Struktur Industri Konstruksi Nasional (Aspek Industri)
Pembeli intern
Persaingan Peruisahaan
dalam Industri
Harga
Kualitas
Keunikan produk
Inovasi Produk
Supplier, konsultan,
kontraktor lain, Pembeli
konstraktor spesilais pemerintah &
Swasta
Barang substitusi
Gambar 1.
Struktur Industri Jasa Konstruksi
Masing -masing perusahaan jasa konstruksi nasional agar tetap mampu bertahan
hidup dan berkembang maka perusahaan tersebut harus mampu bersaing dengan
perusahaan lain dalam rangka memperebutkan proyek - proyek konstruksi
nasional. Perusahaan - perusahaan konstruksi yang tidak mempunyai keunggulan
dalam aspek - aspek tertentu akan kalah bersaing dan akhirnya harus mundur
Manajemen Konstruksi 9
dari pasar. Idealnya perusahaan - perusahaan konstruksi nasional harus
mempunyai keunggulan di segala aspek, tetapi masalahnya untuk mencapai
keunggulan total tersebut membutuhkan biaya yang besar, teknologi yang tinggi
dan sumberdaya manusia yang sangat berkualitas. Perusahaan konstruksi untuk
mampu bertahan hidup tidak harus mempunyai keunggulan total dibandingkan
perusahaan konstruksi yang lain, tetapi cukup mempunyai keunggulan -
keunggulan dalam bidang/aspek tertentu. Kalau perusahaan jasa konstruksi
hanya mempunyai keunggulan dalam aspek - aspek tertentu maka perusahaan
jasa konstruksi tersebut harus mempunyai strategi yang tepat dalam memasuki
pasar, strategi tersebut meliputi:
Memilih segmen pasar yang tidak dimasuki kontraktor besar
Tidak berkonfrontasi langsung dengan perusahaan jasa konstruksi besar.
Melakukan penetrasi pasar secara gerilya
Melakukan kemitraan sesama kontraktor kecil/specialis agar mempunyai
kekuatan besar dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif.
Melakukan kemitraan dengan kontraktor besar dalam bentuk sub kontrak,
sebagai anak angkat atau kemitraan yang lain.
Supplier
Semakin besar organisasi perusahaan dan semakin komplek produk yang
dihasilkan maka menjadi tidak efisien kalau semua komponen produk diproduksi
sendiri. Komponen produk yang banyak dan berteknologi tinggi jika diproduksi
sendiri oleh sebuah perusahaan akan membutuhkan waktu penelitian yang lama,
biaya penelitian yang besar, investasi aset produksi yang besar, depertemen
Manajemen Konstruksi 10
produksi yang banyak dan investasi tenaga ahli yang besar, oleh sebab itu pada
era globalisasi model pengembangan perusahaan seperti diatas sudah
ditinggalkan.
Manajemen Konstruksi 11
oleh sektor pemerintah sekarang sudah melai beralih ke sektor swasta.
Permintaan jasa konstruksi sektor swasta akan lebih efisien karena mengikuti
mekanisme pasar.
Barang Substitusi
Barang substitusi merupakan barang pengganti yang sifatnya emergency. Barang
substitusi baru akan dipilih oleh konsumen jika barang utamanya :
Manajemen Konstruksi 12
harganya naik diluar kemampuan konsumen
klualitasnya turun diluar batas toleransi konsumen
barangnya langka sehingga tidak memungkinkan diperoleh konsumen.
Begitu juga apabila pemilik proyek besar untuk pekerjaan jasa konstruksi merasa
krantraktor nasional tidak mempunyai teknologi canggih, tidak mempunyai tenaga
pelaksana yang profesional, tidak mempunyai modal besar maka pemilik proyek
besar akan memilih kontraktor substitusinya yaitu kontraktor asing. Untuk
menghadapi produk / kontraktor substitusi tersebut maka kontraktor harus fokus
pada pekerjaan tertentu dan bermitra dengan kontraktor lain sehingga kontraktor
tersebut mempunyai keunggulan kompetitif.
Manajemen Konstruksi 13
MATERI IV
SISTEM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
CAKUPAN ISI
Dalam minggu ini akan dibahas pokok materi sbb :
1. Sistem Pelaksanaan Pembangunan
2. Jenis Proyek
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dari modul ini diharapkan dapat diketahui dan dipahami tentang system
pelaksanaan pembangunan serta jenis proyek
KRITERIA PENILAIAN
Mengerti dan memahami tentang tentang system pelaksanaan pembangunan
serta jenis proyek
Manajemen Konstruksi 1
SISTEM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
Manajemen Konstruksi 2
a. MK
Konsultan MK sebagai coordinator proyek
Perencana
Pemberi Konsultan
Tugas MK
Pelaksana
b. B O T
Pelaksana BOT dengan kekuatan sendiri (fully self / with agreement financing)
melaksanakan dan mengoperasikan proyek hingga waktu yang disepakati.
Perencana
Pemberi Pelaksana
Tugas BOT
Pelaksana
Manajemen Konstruksi 3
c. Turn-Key
Pelaksana Turnkey dengan kekuatan sendiri (fully self /with agreement
financing) melaksanakan proyek. Pembayaran dan serah-terima pada saat
proyek telah diselesaikan atau beroperasi.
Perencana
Pemberi Pelaksana
Tugas Turn-Key
Pelaksana
d. Fast-Track
Sesuai tipe kontrak, Pelaksana menyelesaikan pekerjaan pada waktu
yang disepakati. Pengaturan waktu disusun lebih cepat dari waktu
pelaksanaan pada umumnya dengan konsekwensi perhitungan
tertentu. Pelaksanaan dilakukan dengan strategi melakukan berbagai
pekerjaan secara parallel, lembur, pengaturan shift, dll.
Manajemen Konstruksi 4
INDUSTRI KONSTRUKSI DI INDONESIA
Konsep kemitraan usaha mempunyai landasan yang kuat baik dilihat dari sudut
pandang ekonomi, sosial - politik maupun moral. Dari sudut pandang ekonomi,
kemitraan usaha merupakan tuntutan efisiensi, produktivitas, peningkatan kualitas
produk, menekan biaya produksi, mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya
penelitian dan pengembangan serta dalam peningkatan daya saing. Dari sudut
pandang moral kemitraan menunjukkan upaya kebersamaan, kesetaraan,
melestarikan falsafah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, menuju masa depan
yang jaya. Dari sudut pandang sosial politik, kemitraan dapat mencegah terjadinya
kesenjangan sosial, kecemburuan sosial dan gejolak sosial politik.
Untuk memudahkan pengelompokan, kemitraan dapat dibagi menjadi dua
kelompok ialah kemitraan pada level kepemilikan modal dan kemitraan pada level
operasional.
Manajemen Konstruksi 5
kepemilikan modal perusahaan terbukti memperkokoh perusahaan dan
meningkatkan kinerja perusahaan. Jadi kemitraan kepemilikan modal terbukti baik.
Peran kemitraan pada level keuangan dapat digambarkan seperti pada Gambar
1-2 dibawah ini.
Manajemen Konstruksi 6
Modal Individu Modal Individu Modal Individu
Meningktkan Struktur
Meningktkan Keunggulan
Kompetitif
Gambar 1.
Peran Kemitraan dan Lembaga Keungan dalam Meningkatkan Keunggulan
Kompetitif
Meningkatkan Struktur
Meningktkan Keunggulan
Kompetitif
Gambar 2.
Peran Kemitraan, Lembaga Keuangan dan Pasar Modal dalam Meningkatkan
Keunggulan Kompetitif
Manajemen Konstruksi 7
Kemitraan pada Level Operasional (Aspek Perusahaan & Industri)
Sebelum tahun 1990 supplay chain management tidak dikenal orang, yang dikenal
orang ialah logistic, production atau operation management. Konsep logistic atau
operation management merupakan konsep yang tradisional mengenai
manajemen operasi yang secara khusus menunjukkan aktivitas yang terjadi dalam
batas lingkungan organisasi tunggal. Fokus manajemen logistic dan operasi
aktivitasnya lebih menekankan pada pembelian, produksi, pergudangan, inventory
dan pengiriman sedangkan Supplay Chain Management (SCM) lebih focus pada
pengelolaan jaringan / kemitraan diantara perusahaan yang bekerja sama dan
mengkoordinir kegiatan - kegiatan perusahaan yang bekerjasama tersebut dalam
menghasilkan produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen akhir.
Supplay chain management lahir karena tuntutan zaman, banyak konsumen yang
tersebar di seluruh dunia membutuhkan produk yang unik, kualitas baik, harganya
murah dan mampu mengakomodir perubahan kebutuhan konsumen yang sangat
cepat sehingga satu perusahaan tidak mungkin melakukan sendiri untuk
memproduksi seluruh komponen dari produk atau jasa yang dibutuhkan
konsumen tersebut diatas oleh sebab itu masing - masing perusahaan harus
fokus pada produk / pekerjaan tertentu (spesialis) dan untuk meningatkan daya
saing perusahaan spesialis tersebut mereka membutuhkan kemitraan dengan
perusahaan lain sehingga dapat menghasilkan produk atau jasa sesuai kebutuhan
dan keinginan konsumen. Dengan kemitraan atau supplay chain management
produk yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen dapat dihasilkan dalam
periode waktu lebih cepat, dengan biaya lebih murah, kualitas lebih baik dan
biaya investasi lebih kecil.
Manajemen Konstruksi 8
Jadi secara teoritis konsep kemitraan ialah masing - masing perusahaan fokus
(spesialis) pada produk / komponen produk / pekerjaan tertentu dan untuk
menghasilkan produk yang utuh mereka membutuhkan mitra yang handal /
tangguh. Jadi secara teoritis untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan
harganya murah dan cepat merespon perubahan kebutuhan pasar dibutuhkan
komponen yang berkualitas (perusahaan specialis), kemitraan dalam logistik dan
produksi (supplay chain management) dan metode produksi dan inventory just in
time & lean production. Agar supaya kemitraan dalam produksi berhasil dengan
baik maka dibutuhkan kemitraan dalam bidang lain yang meliputi kemitraan dalam
keuangan (kemitraan kepemilikan modal, kemitraan dengan lembaga keuangan
dan pasar modal), ketenaga kerjaan, kelembagaan dan kemitraan dengan supplier
(peralatan & tenaga ahli). Agar supaya kemitraan berhasil dengan baik dan efisien
maka perlu didukung dengan aspek hukum (kontrak, perjanjian dan penyelesaian
sengketa) yang dikelola oleh lembaga resmi (kenotariatan, arbitrase dan
pengadilan).
Yang dimaksud dengan metode produksi & inventory just in time ialah
perusahaan induk (yang menghasilkan produk utuh) tidak harus memproduksi
semua komponen yang dibutuhkan sendiri tetapi mengandalkan dari suppliernya
yang tangguh. Tugas utama perusahaan induk ialah membuat design utuh dari
produk yang akan diproduksi, membagi tugas kepada suppliernya untuk
memproduksi komponen - komponen tertentu dan membuat jadwal perakitan &
produksi yang akurat yang jadwal tersebut diberikan kepada para supliernya
sehingga komponen yang dibuat supplier tersebut selesai tepat waktunya, tepat
jumlahnya dan tepat kualitasnya. Dengan metode produksi & inventory just in time
perusahaan induk tidak membutuhkan gudang besar, pegawai banyak dan
investasi besar sehingga perusahaan induk dapat bekerja lebih efisien dengan
kinerja tinggi.
Yang dimaksud dengan metode produksi dan inventory ”lean production” ialah
merupakan metode produksi yang melakukan penelitian terus menerus dan
menghilangkan kegiatan - kegiatan, penggunaan barang - barang yang tidak
penting. Sebagai hasil dari metode lean production ialah banyak perusahaan
besar yang tidak lagi membutuhkan gudang & bahan baku dalam jumlah besar,
Manajemen Konstruksi 9
gudang hasil akhir yang besar selain itu proses produksi yang panjang dapat
diperpendek sehingga perusahaan dapat bekeja lebih efisien. Metode produksi
dan inventory just in time & lean production banyak diaplikasikan oleh perusahaan
Jepang sehingga produk yang dihasilkan berkualitas tinggi dan harganya murah.
Pada awal lahirnya supplay chain management, konteksnya masih pada kemitraan
pada logistik, persediaan (inventory) dan produksi, tetapi pada perkembangannya
supplay chain management sudah mencakup hampir seluruh kemitraan. Definisi
Supplay Chain Management (SCM) yang terakhir dapat didefinisikan sebagai
kegiatan yang melakukan kegiatan planning, making dan delivery pada level
suppliernya, supplier bahan mentah, pabrik, distributor, toko sampai ke
konsumen.
Manajemen Konstruksi 10
Meningkatkan teknologi
Mengurangi produk yang cacat
Meningkatkan kualitas produk
Mengurangi biaya tenaga kerja
Meningkatkan efisiensi
Meningkatkan kinerja
Kapasitas produksi tidak perlu berlebihan
Meningkatkan aktivitas pabrik
Perusahaan dapat fokus pada produk unggulannya
Mengurangi biaya research & development untuk menghasilkan produk atau
jasa yang sama.
ke hulu dan ke hilir dan semua komponen komputernya dibuat sendiri ternyata
kalah bersaing dengan perusahaan Intel yang hanya fokus pada produksi
prosessor dan juga IBM kalah bersaing dengan Del komputer dalam penjualan PC
Manajemen Konstruksi 11
d. Del komputer mengembangkan sistem produksi Lean Production dan Juast in
Time sehingga mampu menghasilkan komputer yang inventorinya hanya 6
hari sehingga dapat menurunkan biaya.
Manajemen Konstruksi 12
akhir produksi pegawai VW melakukan evaluasi produk akhir yang akan dijual.
Dalam kemitraan terstruktur dan bersinergi (supplay chain management) diatas,
perusahaan VW tidak hanya membutuhkan / membeli komponen produk
(materilal) dari usaha supplier tetapi juga tenaga kerja serta pelayanan yang
terkait. Supplier menjadi kesatuan yang terintegrasi dengan jaringan kerja usaha
VW. Kemitraan terstruktur dan bersinergi (supplay chain management) juga akan
diterapkan di pabrik mobil VW di Buenos Aires, Argentina dan di pabrik Skoda,
Republik Czres. Strategy pengembangan usaha kemitraan terstruktur (supplay
chain management) akan menjadi model pengembangan usaha VW dimasa
mendatang. (Heizer, J & Render, B. 2005)
Perusahaan lain yang fanatik menganut supplay chain management dan sangat
berhasil ialah perusahaan mobil General Motor, perusahaan pesawat terbang
Boeing, perusahaan mobil Toyota yang bermitra dengan Daihatsu dalam
memproduksi produk mobil murah berkualitas seperti mobil kembar kembar Xenia
& Avansa, Terrios & Rush dan perusahaan mobil Daimler Benz yang
memproduksi mobil mewah Mercedes dari Jerman dengan mobil Chrisler dari
Amerika. Dari fakta sejarah diatas dapat membuktikan kemitraan adalah baik.
Bentuk atau pola kemitraan dapat bermacam - macam yaitu antara lain (1)
subkontrak dan vendor dalam manufactoring; (2) subkontrak dalam bidang
konstruksi, telekomunikasi dan transportasi; (3) joint venture dalam penelitian,
pendidikan, produksi, pemasaran dan service; (4) persetujuan lesensi dalam
produk, proses dan jasa; saluran distribusi; (6) persetujuan waralaba dalam usaha
restoran dan eceran; (7) bantuan manajemen, alih teknologi dan paket service ;
(8) intiplasma yang biasanya dilakukan dalam usaha agroindustri (9) bapak dan
anak angkat.
Kemitraan dilihat dari sudut pandang sistem, paling tidak ada tiga tipe yaitu: (1)
vertical backward linkage; (2) vertical forward linkage ; (3) horizontal linkage.
Masing - masing tipe diatas akan dijelaskan pada sub bab dibawah ini.
Manajemen Konstruksi 13
sebagai pemasok komponen kepada UB berada baik yang di - upstream maupun
midstream.
Manajemen Konstruksi 14