Anda di halaman 1dari 40

MATERI II

TAHAPAN PEMBANGUNAN

CAKUPAN ISI
Dalam minggu ini akan dibahas pokok materi sbb :
1. Tahapan Pembangunan
2. Peran Perencana

TUJUAN PEMBELAJARAN
Dari modul ini diharapkan dapat diketahui dan dipahami beberapa hal yakni,
tahapan pembangunan serta peran perencana pada setiap tahapan pembangunan

KRITERIA PENILAIAN
Mengerti dan memahami tahapan pembangunan serta peran perencana pada
setiap tahapan pembangunan tersebut

METODA PENYAMPAIAN DAN PENILAIAN


Metoda penyampaian materi untuk mencapai tujuan dilakukan dengan :
1. Perkuliahan/ceramah
2. Diskusi

Manajemen Konstruksi 1
TAHAPAN PEMBANGUNAN

Pengertian

Tahapan pembagunan merupakan suatu proses dari gagasan hingga produk


akhir, lazim dikenal sebagai life cycle project. Pembangunan pada umumnya
selalu terkait dengan mekanisme dan karakteristik pasar. Pembangunan dapat
dikaitkan dengan proses permintaan dan penawaran (demand & supply).

Tahapan Pembangunan

a. Konsep dan FS
- Analisa konseptual
- FS, Teknis dan Ekonomis
- Dampak Lingkungan
b. Perencanaan
- Preliminary
- Detail Engineering Design (DED)
c. Procurement
- Kepabean
- Import/Eksport
- Pengiriman
d. Konstruksi
- Persiapan
- Konstruksi sesuai logic process
e. Start-Up & Implementation
- Proses uni coba
- Deteksi kinerja alat/sistem
f. Operasional
- Operasional
- Perawatan

Manajemen Konstruksi 2
Pendekatan

a. Proyek adalah proses mengolah input menjadi output dengan nilai tambah
b. Proyek mengolah sumberdaya menjadi produk
c. Proyek pembangunan tidak hanya didasarkan atas kelayakan teknis dan
ekonomis juga lingkungan. Kelayakan lingkungan pada prinsipnya menjaga
sumberdaya lingkungan bagi kesinambungan pembangunan serta bermanfaat
terus bagi generasi mendatang

Tahapan Pembangunan (Makro)

Penyelenggaraan pembangunan mempunyai tahapan yang sesuai dengan prinsip-


prinsip pembangunan, yang pada dasarnya merupakan siklus pembangunan yang
berkesinambungan (sustainable development).

Tahapan Manajemen Pembangunan tersebut adalah :


1) Perencanaan & Pemrograman (Planning & Programming).
2) Pelaksanaan Pembangunan (Construction).
3) Pengawasan Pembangunan (Controlling/Supervising).
4) Operasi & Pemeliharaan (Operation & Maintenance), dan
5) Monitoring & Evaluasi (Monitoring & Evaluating).

Siklus pembangunan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Perencanaan
dan

Monitoring Pelaksanaan
dan Evaluasi Pembangunan
(Konstruksi)

Operasi dan Pengawasan


Pemeliharaan Pembangunan

Manajemen Konstruksi 3
Siklus Proyek (Project Life Cycle)

• is a collection of project phases that can be


determined by the unique aspects of the
organisation, industry or technology employed.
• provides the basic framework for managing the
project (ASCE 1990)

Recycling &
Planning Design Construction Operation
disposal

Sumber :
B. Trigunarsyah, QUT, MICCE 2010

Recycling &
Planning Design Construction Operation disposal

• It involves establishing:
- project needs and objectives,
- identifying and selecting the project site,
- applying planning approval, and assessing technical and
financial feasibility.
• When poorly defined and planned, it can create
difficulties not only in delivering infrastructure projects,
but also in operating and maintaining them.

Manajemen Konstruksi 4
Recycling &
Planning Design Construction Operation disposal

• involves developing solutions to reflect the client’s brief and the


planning parameters and constraints outlined in the planning sta ge.
• follows a certain sequence and iterative process from the evolution
of the design concept into a design scheme from which a detailed
design solution can be developed, showing proposed physical
features, functional characteristics, and incorporating specialist
design options.
• Expert design input is provided not only by architects, engineer s,
surveyors and planners, but should also be provided by other
stakeholders who are responsible for constructing, operating and
maintaining the infrastructure

Recycling &
Planning Design Construction Operation
disposal

• involves managing various resource inputs such


as labour, materials, components and plant to
produce the end-product.
• The level and type of inputs, together with their
implications for co-ordination and management
structure, depends on the nature of the project
or the end product

Manajemen Konstruksi 5
Recycling &
Planning Design Construction Operation
disposal

• operationalise the project according to the


relevant performance benchmarks, operational
targets and the expectation of users of the
facility
• Services derived at this stage need to be
sustainable over the whole life cycle of the
project

Recycling &
Planning Design Construction Operation
disposal

• is when the project has reached its intended design life.


• consideration should be given to how facilities could be
reused, recycled and the associated cost of this process.
• recycling may involve some alterations to update the
facility, which may require further planning approval.
• will involve the identification and recycling of recovered
products and materials for use in other facilities, which
may be for both high and low-grade applications

Manajemen Konstruksi 6
Critical success factors of
project delivery
• the project must be delivered in an effective
and efficient manner to achieve its goal &
objectives - constructability.
• the completed infrastructure has to be fit for its
intended use - operability.
• it should facilitate effective and efficient
maintenance - maintainability

The impact of stakeholders on project delivery

Planning

Design

Construction

Operation

Recycling &
disposal

Sumber :
B. Trigunarsyah, QUT, MICCE 2010

Manajemen Konstruksi 7
Manajemen Pembangunan

Bertitik tolak dari konsep dasar/Inti Manajemen tersebut maka manajemen


pembangunan dapat dirumuskan sebagai, Suatu upaya mobilisasi sumber daya
melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan dan
pengendalian secara efisien dan efektif guna mewujudkan Visi - Misi dan Tujuan
dari suatu kondisi tertentu, dengan tetap memperhatikan lingkungan strategis.

1) Visi (Perlu kesepakatan seluruh komponen bangsa horisontal - vertikal)


adalah gambaran mental tentang situasi masa depan yang diimpikan pada
akhir kurun waktu tertentu berdasarkan tingkat kemampuan penalaran saat itu.
 Vision merupakan motivasi utama pemimpin puncak suatu organisasi
(dalam membawa organisasi ke arah tujuan).
 Vision merupakan konsensus yang merefleksikan tujuan bersama
(common interest)
 Vision harus dapat dijabarkan ke dalam misi (mission)
Contoh :
Kota diyakini sebagai wahana yang memungkinkan bangsa Indonesia
dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
landasan konstitutional Indonesia.

2) Misi, adalah :
 Rumusan jabaran operasionalisasi dari vision
 Merupakan keputusan strategis pertama dan utama
 Merefleksikan tujuan (tujuan)
 Indikasi untuk rumusan Rencana Strategis (Renstra).

Misi tersebut merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
proses pembangunan nasional dan global yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.

Manajemen Konstruksi 8
3) Tujuan
 Mission, jabaran dari vision (visi)
Vision, gambaran mental berdasar kemampuan penalaran mengenai
kondisi masa depan yang "diimpikan”.
 Mission, kondisi/situasi yang ingin diwujudkan pada akhir kurun waktu
tertentu yang menyiratkan tujuan-tujuan yang harus dicapai sebagai
prasarat menuju terwujudnya misi.

 Mission, rumusan dari serangkaian hasil upaya ke arah perwujudan


kondi Statement gin dicapai suatu misi.
 Suatu misi tertentu umumnya terwujud sebagai hasil sinerji serangkaian
pencapaian tujuan.
 Suatu organisasi dapat mengemban beberapa mission (paket misi)
 Suatu tujuan tertentu dicapai melalui tahapan pencapaian sasaran-sasaran
antara.

4) Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis adalah kondisi serta perubahan-perubahan aspek
ekonomi, sosial, budaya, politik dan lingkungan alam yang terjadi di sekitar
suatu kesatuan organisasi yang langsung mempengaruhi kebijakan dan
perubahan dalam unit tersebut.

Manajemen Konstruksi 9
Contoh penjabaran visi dan misi hingga pelaksanaan

PROPENAS
VISSION MISSION RENSTRA / ACTION
PLAN
PROPEDA

Motivasi Menyiratkan Program Program 5 thn-an/Pelita


Misi
Dinamis/
Tujuan
Strategis
Terpadu
Pencapain Sasaran Fungsional Akhir 5 tahun
Sasaran Sasaran (Fisik/Teknis) Tahunan
Paradigmati Terikat Jangka
s Kurun Menengah Konstribusi Besaran/Sumber Dana &
Tak Terikat Waktu (PJM) Kelembagaan
Waktu Tolak Ukur : Pelibatan Rincian Paket Kegiatan Tahunan
Tak Terukur Tujuan
Mission
Sumber Daya
Terpadu
(Kualitatif
Abstraktif) Tolak Ukur
Sasaran

Manajemen Konstruksi 10
Ruang Lingkup Visi, Misi, Renstra, Action Plan

IDEAL

VISI “OBSESI” PEMIMPIN PUNCAK MENGENAI


FUNGSI, PERAN, WUJUD NEGARA/KOTA
MENDATANG

MISI INTERVENSI STRATEGI TERHADAP


FUNGSI-FUNGSI POKOK YANG HARUS
DITANGANI (DALAM MEWUJUDKAN VISI)

RENSTRA UPAYA-UPAYA TAKTIS SEBAGAI


JABARAN OPERASIONALISASI DARI
MISI

REPETA/ACTION PAKET-PAKET KEGIATAN


PLAN TEKNIS PELAKSANAAN
MEWUJUDKAN TUJUAN
RENSTRA

RASIONAL IMPLEMENTASI
PELAKSANAAN “LAPANGAN” UNTUK MENCAPAI
SASARAN-SASARAN ANTARA TUJUAN

Manajemen Konstruksi 11
Model Manajemen Pembangunan

Seperti dimaklumi, tidak ada suatu penerapan manajemen yang baku. Untuk
memperluas wawasan Anda, berikut ini adalah model-model manajemen, yaitu :
a. Model Manajemen Strategis (Strategic Management)
b. Model Manajemen dengan Sasaran (Management Objectives)
c. Model PPBS (Planning Programming and Budgeting System)
d. Model Manajemen Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage
Management)

Rincian penjelasan masing-masing model manajemen adalah sebagai berikut :


a. Model manajemen strategis (strategic management). Model ini memiliki ciri-ciri:
1) Perumusan suatu misi dan nilai organisasi yang jelas dan tegas
2) Pengenalan terhadap kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)
lingkungan internal, terutama yang menyangkut sumber daya, strategis
saat ini serta kinerja internal
3) Pengenalan terhadap peluang (opportunity), tantangan (challenge), dan
ancaman (threats) dari lingkungan strategis eksternal, yang dilanjutkan
dengan menyusun alternatif skenario perkembangan lingkungan strategis
tersebut dan implikasinya terhadap lingkungan internal
4) Perumusan suatu isu strategis antara lain meliputi : alternatif praktis,
tindakan serta program kerja
5) Merumuskan suatu gambaran kinerja organisasi di masa mendatang
(pandangan keberhasilan vision of success).

b. Model manajemen dengan sasaran (management by objectives) :


Definisi tujuan dan sasaran dengan jelas, tegas dan sederhana. Inventarisasi
dan mobilisasi sumber daya yang tersedia serta batas waktu pelaksanaan.
Mobilisasi kegiatan untuk perwujudan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan
c. Model ppbs (planning, programming and budgeting systems), yang merupakan
model manajemen bertahap dan sistematis yang melibatkan kegiatan-kegiatan
:

Manajemen Konstruksi 12
d. Model manajemen keunggulan kompetitif (competitive advantage
management)

Manajemen Konstruksi 13
MATERI III
PELAKU PROYEK

CAKUPAN ISI
Dalam minggu ini akan dibahas pokok materi sbb :
1. Proyek Konstruksi
2. Pelaku Proyek

TUJUAN PEMBELAJARAN
Dari modul ini diharapkan dapat diketahui dan dipahami tentang proyek konstruksi
serta pelaku proyek

KRITERIA PENILAIAN
Mengerti dan memahami tentang tentang proyek konstruksi serta pelaku proyek

METODA PENYAMPAIAN DAN PENILAIAN


Metoda penyampaian materi untuk mencapai tujuan dilakukan dengan :
1. Perkuliahan/ceramah
2. Diskusi/Tanya Jawab

Manajemen Konstruksi 1
PELAKU PROYEK

1. Pengertian
Pelaku proyek adalah pihak-pihak yang memiliki peran dan tanggung-jawab
tertentu pada suatu kegiatan proyek (konstruksi). Pelaku proyek dapat
diklasifikasikan sebagai pelaku utama (dalam inner-circle project) maupun
pelaku pendukung dan penunjang.

2. Pokok-Pokok Pemahaman
Pemahaman yang diperlukan diseputar pelaku proyek, yakni :
- Pasar industri konstruksi (The needs : the balance between demand &
supply)
- Tahapan proyek, pada setiap tahapan proyek pihak yang terlibat dapat
berbeda-beda atau berbeda intensitasnya.
- Keterlibatan, peran dan tanggung jawab setiap pelaku proyek tergantung
pada kebutuhan proyek serta tipe kontrak.
- Pelaku proyek pada umumnya adalah Pemilik, Perencana, dan Pelaksana /
pembangun. Pengembangan dari ketiga pelaku tersebut sangat beragam
dapat terjadi akibat kesepakatan/kontrak, tipe pendanaan proyek,
organisasi proyek, dsb.

3. Pelaku Industri Konstruksi


Industri konstruksi merupakan salah satu sector yang penting sebagai
pendukung bagi pertumbuhan kesejahteraan bangsa (pertumbuhan sector
property merupakan salah satu barometer kemajuan bangsa). Penyediaan
infrastruktur (listrik, jalan, telekomunikasi, dll), fasilitas (pariwisata-hotel,
kesehatan-rumah sakit, perhubungan-bandara, terminal, dsb), hingga hunian
(rumah, apartemen, dll) tidak mungkin terlaksana tanpa dukungan industri
konstruksi. Pelaku di industri konstruksi sangat tergantung pada karakter
proyeknya. Dilihat dari sumber dana dapat dibedakan sebagai proyek
pemerintah dan swasta.

Manajemen Konstruksi 2
4. Kasus Proyek
Perhatikan contoh organisasi proyek pembangunan Hotel Sheraton-Solo. Dapat
diperhatikan bahwa pelaku proyek yang terlibat pada tahap konstruksi adalah
Pemerintah (pemberi ijin), Kreditor, Hotel chain (Sheraton international),
pemegang franchaise (developer), Konsultan (Arsitektur, Struktur, M&E,
Interior, Lansekap, Perhotelan), Konsultan MK, Kontraktor utama, Supplier.

Buat studi pada karakter proyek tertentu (diupayakan proyek berskala besar)
seperti proyek pembangkit listrik, rumah sakit, kampus, dll. Perhatikan pihak-
pihak yang berperan di dalam proyek tersebut.

RANC.PR

PELAKU KONTRAK

PEMILIK

PERENCANA SHARING : PERAN & ORGNISASI TUJUAN


TANGGUNG JAWAB PROYEK PROYEK

PELAKSANA

VARIASI/EVALUASI-FEEDBACK: UNTUK OPTIMASI

Manajemen Konstruksi 3
Pelaku Proyek

TIPE-1 TIPE-2 TIPE-3 STUDI PROYEK


LAIN

Pemilik Grup pemilik Kreditor


Franchaise
Share grup
Task-force

Perencana Grup perencana Perencana asr.


Perencana sipil
Perencana M&E
Perencana interior
Perenc. Lansekap
Qntty Srvy
Konsultan MK

Pelaksana Kontraktor utama Pelaks. Struktur


Pelaks. Ars.
Pelaks. M/E
Pelaks. Interior
Pelaks. Lansekap
Pelaks. Pk.khusus

Supplier Alat
Supplier bahan
Supplier tng kerja

Catatan :
Perhatikan peran dan tanggung-jawab masing-masing pihak

Manajemen Konstruksi 4
Gambar 1.
DIAGRAM KETERKAITAN PELAKU PROYEK

Lisensi

Kreditor Pengguna

Pemilik

Perencana Pelaksana Supplier

Pernc.Khs Kont.Khs

Keterangan :

Hubungan Kontrak
Koordinasi

Manajemen Konstruksi 5
Pelaku Proyek

Penelusuran Pengendalian Pelaku Proyek - Laporan KP Carkam. Berdasarkan buku pengetahuan industri dan
anggaran Biaya Jilid I, Penerbit Dinas Pekerjaan Umum tahun 1992 dijelaskan sebagai berikut :

1 Pemilik ( Bouwheer atau Owner )

Yang dimaksud dengan pemilik ,bouwheer atau owner ( Pemilik bangunan Atau pemberi
tugas ) adalah yang memiliki bangunan , pemilik biasanya :
- Orang biasa ( Perorangan )
- Wakil dari suatu Instansi ( dinas )
- Wakil dari suatu perusahaan swasta .

2 Konsultan Perencana ( Designer Architect )

Yang dimaksud perencana adalah ahli bangunan yang biasa disebut arsitek, yaitu
perorangan atau badan hukum yang mempergunakan keahliannya dan berdasarkan surat
perintah tugas dari pemilik , mengerjakan perencanaan bangunan. Perencana dapat
berbentuk perorangan , yaitu seorang ahli arsitek ( Insinyur Arsitek ), biro- biro perencana (
Biro Arsitek ) dan kadang -kadang jawatan teknik.

Syarat - syarat Perencana Antara Lain :


1. Perencana dapat berupa perorangan atau berbentuk badan hukum .
2. Perencana harus mampu / mengusahakan semaksimal mungkin memenuhi
keinginan pemilik, oleh karenanya harus seorang ahli.
3. Perencana harus merupakan kepercayaan pemilik
Perencana harus sanggup dan mampu menjadi penasehat dalam pelaksanaan
pekerjaan

3 Konsultan Pengawas

Merupakan badan yang ditunjuk owner untuk mengawsi pelaksanaan proyek oleh
kontraktor dilapangan.Pengawas berarti mewakili pemberi tugas dalam tahap pelaksanaan
pekerjaan konstruksi tetap, bukan sebagai pimpinan harian melainkan hanya mewakili
pemberi tugas dal hal- hal yang menyangkut teknik pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik
yang meliputi :
1. Memberi penjelasan tambahan untuk memperjelas maksud dan pengertian yang
telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.
2. Memeriksa dan memeberikan perestujuan bagi waktu pemberian pembayaran
angsuran biaya pelaksanaan .

Manajemen Konstruksi 6
3. Membuat gambar - gambar atau syarat - syarat tambahan untuk menyesuaikan
dengan keadaan , bila dianggap perlu, untuk memperjelas hal -hal yang dianggap
belum cukup jelas dalam dokumen kontrak.

4 Kontraktor (Pemborong , Contractor,Aannemer)


Yang dimaksud dengan pemborong adalah perusahaan - perusahaan yang besifat
perseorangan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang
pelaksanaan pembangunan.

Hak dan Kewajiban Kontraktor antara lain :


1. Menerima uang pembayaran borongan tepat pada waktunya menurut syarat -
syarat yang tercantum dalam bestek.
2. Melaksanakan tugas pelaksanaan sesuai dengan gambar ( bestek )
3. Mengikuti atau tunduk kepada direksi atas segala perintah / petunjuk yang tidak
bertentangan dengan pelaksanaan ( bestek )
4. Membuat laporan kepada direksi tentang data -data perkembangan pekerjaan ,
bahan - bahan dan tukang / tenaga.

Syarat -syarat Kontraktor antara lain :


1. Memiliki modal yang sesuai
2. Memiki tenaga ahli yang cukup
3. Memiliki kantor dan ruang kerja ( work- shop )
4. Memiliki peralatan kerja
5. Memiki riwayat kerja yang baik

Persyaratan Umum
1. Surat ijin Usaha Jasa Kontruksi ( SIUJK )
2. Mempunyai akte Notaris
3. Modal dasar perusahaan minimal kira-kira 1 ( satu ) milyar rupiah
4. Mempunyai Surat Ijin Usaha Perdagangan ( SIUP )
5. Memiliki tenaga ahli untuk masing - masing tenaga ahli bidangnya
Seperti bidang perencanaan , konstruksi dan tenaga - tenaga ahli lain yang
mendukung.
6. Memiliki referensi Bank, serta system Administrasi yang dilakukan secara
Professional.

Manajemen Konstruksi 7
Hubungan Antara Pemilik, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas
dan Kontraktor

Hubungan Antara perencana dan pemilik boleh dikata seperti hubungan antara Dokter dan
pasien atau juga antara pengacara dank lien, perencana adalah Merupakan orang
kepercayaan pemilik, perencana mempertimbangkan kemauan Pemilik dan memikirkan
cara - cara pelaksanaan yang sebaik- baiknya untuk memenuhi keinginan pemilik dalam
mewujudkan cita- citanya membangun secara tepat Dan ekonomis . Apabila pemilik dan
perencana telah bersepakat atas rencana itu Lalu dicari orang ketiga sebagai pelaksana (
Kontraktor ) yang akan melaksanakan rencana itu. Pelaksanaan Pembangunan tersebut
biasanya diborongkan oleh para Pemborong bangunan.Hubungan antara pemilik, konsultan
Perencana , konsultan pengawas dan kontraktor dapat dilihat lebih jelas pada gambar
berikut ini :

Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam melaksanakan pekerjaan bangunan ada beberapa cara tergantung siapa yang
Membangun, pemerintah, swasta atau perorangan.

1 Dikerjakan Sendiri
Pada umumnya bangunan perorangan banyak yang dikerjakan sendiri artinya tidak
Diborongkan kepada salah asatu kontarktor. Kadang - kadang hanya bagian - bagian
pekerjaan saja yang diborongkan pada sub - pemborong dan hanya borongan upah kerja ,
sedangkan bahan - bahan disediakan oleh pemilik.Lain halnya dari pada bangunan
pemerintah pada umumnya harus diborongkan ( dikontrak ). Hal ini berkaitan dengan
adanya peraturan - peraturan pemerintah Yang harus ditaati. Tentang bangunan swasta
kadang - kadang peraturannya harus Diborongkan dan kadang - kadang dikerjakan
sendiri.

2 Pemborongan Pekerjaan
Pada dasarnya ada 2 hal dalam memborongkan pekerjaan bangunan, yaitu :
a. Pemborong hanya mengerjakan pekerjaan saja, yaitu pemborong hanya bertanggung
jawab atas kwalitas kebaikan pekerjaan saja dan mendapat Uang jasa .
b. Pemborong kecuali mengerjakan pekerjaan juga harus menyediakan bahan,Artinya
pemborong bertanggung jawab baik kwalitas bahan - bahan yng digunakan ataupun
kwalitas pekerjaannya, sehingga pemborong menanggung segala akibat untung - rugi
dan kwalitas pekerjaannya.

Manajemen Konstruksi 8
Struktur Industri Konstruksi Nasional (Aspek Industri)

Efisien tidaknya perusahaan - perusahaan konstruksi nasional sangat ditentukan


oleh struktur industrinya. Struktur industri yang efisien akan menurunkan biaya,
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan perusahaan - perusahaan
dalam industri tersebut dapat cepat merespon perubahan permintaan pasar.
Dengan kata lain struktur industri yang efisien akan meningkat kinerja dan
keunggulan kompetitif perusahaan - perusahaan yang ada di dalam industri
tersebut. Struktur industri jasa konstruksi nasional dapat digambarkar seperti
gambar dibawah ini.

Pendatang Baru yang


Potensial
Supplier
intern

Pembeli intern
Persaingan Peruisahaan
dalam Industri
 Harga
 Kualitas
 Keunikan produk
Inovasi Produk

Supplier, konsultan,
kontraktor lain, Pembeli
konstraktor spesilais pemerintah &
Swasta

Barang substitusi

Gambar 1.
Struktur Industri Jasa Konstruksi

Persaingan Perusahaan Konstruksi dalam Industri Jasa Konstruksi

Masing -masing perusahaan jasa konstruksi nasional agar tetap mampu bertahan
hidup dan berkembang maka perusahaan tersebut harus mampu bersaing dengan
perusahaan lain dalam rangka memperebutkan proyek - proyek konstruksi
nasional. Perusahaan - perusahaan konstruksi yang tidak mempunyai keunggulan
dalam aspek - aspek tertentu akan kalah bersaing dan akhirnya harus mundur

Manajemen Konstruksi 9
dari pasar. Idealnya perusahaan - perusahaan konstruksi nasional harus
mempunyai keunggulan di segala aspek, tetapi masalahnya untuk mencapai
keunggulan total tersebut membutuhkan biaya yang besar, teknologi yang tinggi
dan sumberdaya manusia yang sangat berkualitas. Perusahaan konstruksi untuk
mampu bertahan hidup tidak harus mempunyai keunggulan total dibandingkan
perusahaan konstruksi yang lain, tetapi cukup mempunyai keunggulan -
keunggulan dalam bidang/aspek tertentu. Kalau perusahaan jasa konstruksi
hanya mempunyai keunggulan dalam aspek - aspek tertentu maka perusahaan
jasa konstruksi tersebut harus mempunyai strategi yang tepat dalam memasuki
pasar, strategi tersebut meliputi:
 Memilih segmen pasar yang tidak dimasuki kontraktor besar
 Tidak berkonfrontasi langsung dengan perusahaan jasa konstruksi besar.
 Melakukan penetrasi pasar secara gerilya
 Melakukan kemitraan sesama kontraktor kecil/specialis agar mempunyai
kekuatan besar dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif.
 Melakukan kemitraan dengan kontraktor besar dalam bentuk sub kontrak,
sebagai anak angkat atau kemitraan yang lain.

Dari kondisi diatas perusahaan - perusahaan jasa konstruksi nasional terutama


yang kecil dan spesialis dalam rangka bertahan hodup dan berkembang harus
fokus pada produk/pekerjaan tertentu dan melakukan kemitraan yang bersinergi.
Perusahaan jasa konstruksi nasional agar mampu bersaing harus mempunyai
keunggulan kompetitif yang komponennya terdiri dari:
 Harga yang murah pada kelasnya
 Kualitas produk/jasa yang baik pada kelasnya
 Produknya unik pada kelasnya
 Produk/jasa yang dihasilkan harus inovatif
 Cepat merespon perubahan kebutuhan dan keinginan pasar

Supplier
Semakin besar organisasi perusahaan dan semakin komplek produk yang
dihasilkan maka menjadi tidak efisien kalau semua komponen produk diproduksi
sendiri. Komponen produk yang banyak dan berteknologi tinggi jika diproduksi
sendiri oleh sebuah perusahaan akan membutuhkan waktu penelitian yang lama,
biaya penelitian yang besar, investasi aset produksi yang besar, depertemen

Manajemen Konstruksi 10
produksi yang banyak dan investasi tenaga ahli yang besar, oleh sebab itu pada
era globalisasi model pengembangan perusahaan seperti diatas sudah
ditinggalkan.

Model pengembangan perusahaan modern di era globalisasi, perusahaan akan


fokus pada komponen / produk tertentu yang mampu menghasilkan komponen /
produk yang betul - betul unggul sedangkan komponen - komponen lainnya yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang utuh mengandalkan pada
suppliernya. Secara teoritis maupun empiris industri modern di era globalisasi
dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif membutuhkan kemitraan yang
bersinergi baik pada aspek produksi dan logistik (supplay chain management),
pasar maupun keuangan.

Permintaan Pasar (Pembeli)


Maju dan tidaknya industri jasa konstruksi nasional mutlak ditentukan oleh
permintaan pasar dari pekerjaan konstruksi tersebut. Permintaan pasar industri
jasa konstruksi berasal dari dua sumber yaitu:
 Pasar pemerintah
 Pasar swasta
Pasar pemerintah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pasar swasta.
Pasar pemerintah mempunyai daya tawar (bargainingg power) yang tinggi dan
tendensi tidak mengikuti mekanisme pasar. Kontraktor - kontraktor yang
mengerjakan proyek pemerintah / mengikuti tender pekerjaan pemerintah akan
mengikuti aturan main pemilik proyek dimana pihak kontraktor mempunyai daya
tawar yang lebih rendah. Di negara - negara yang sedang berkembang, proyek -
proyek konstruksi lebih didominasi oleh pemerintah, begitu juga di Indonesia
proyek - proyek pemerintah mempunyai peranan penting. Walaupun begitu dalam
rangka mendorong pengembangan strukur industri jasa konstruksi nasional
melalui kemitraan, proyek - proyek pemerintah dapat digunakan sebagai alat
untuk mendorong kemitraan antar perusahaan jasa konstruksi dengan cara
mensyaratkan kontraktor besar yang mengikuti tender proyek besar dari
pemerintah harus sudah mencantumkan daftar kontraktor kecil sebagai mitranya.
Pasar swasta di negara berkembang masih relatif kecil, tetapi di negara maju
permintaan jasa konstruksi didominasi oleh sektor swasta. Di Indonesia pada saat
sekarang terjadi peralihan, yang dahulu permintaan jasa konstruksi didominasi

Manajemen Konstruksi 11
oleh sektor pemerintah sekarang sudah melai beralih ke sektor swasta.
Permintaan jasa konstruksi sektor swasta akan lebih efisien karena mengikuti
mekanisme pasar.

Pendatang Baru yang Potensial


Kontraktor asing yang masuk ke Indonesia dapat dianggap sebagai pendatang
baru yang potensial. Pada era globalisasi pasar bebas sudah tidak dapat dicegah,
proteksi tidak mungkin dilakukan karena sudah ada perjanjian pasar bebas
diantara negara - negara yang mempunyai kepentingan sama. Jika suatu negara
melakukan proteksi masuknya perusahaan asing / produk asing ke negara
tersebut maka ekspor negara tersebut juga akan dihambat oleh negara lain.
Untuk menghambat laju pendatang baru yang potensial (masuknya kontraktor
asing ke Indonesia) strategi proteksi sudah tidak lagi efektif, oleh sebab itu harus
dicari strategi lain agar supaya proyek konstruksi nasional tidak dikuasai oleh
kontraktor asing.

Menurut teori supplay chain management agar supaya perusahaan mempunyai


keunggulan kompetitif masing - masing perusahaan harus fokus pada produk /
komponen tertentu sehingga lebih efisien dan biaya produksinya rendah dan
dalam rangka menghasilkan produk yang utuh komponen - komponen yang lain
diandalkan dari supplier / perusahaan lain yang unggul, dengan demikian produk
yang dihasilkan akan unik, biayanya rendah dan cepat merespon perubahan
permintaan pasar. Jadi secara teoritis dalam rangka meningkatkan keungglan
kompetitif industri konstruksi nasional dilihat dari aspek produksi dan logistik
(supplay chain management) maka ada dua hal yang harus dipenuhi:
 Masing - masing kontraktor harus mempunyai keunggulan dalam aspek
tertentu / komponen tertentu / produk tertentu / pekerjaan tertentu
 Untuk menghasilkan produk yang utuh / pekerjaan yang utuh diperlukan
kemitraan bersinergi diantara kontraktor - kontraktor yang mempunyai
keungguan tertentu tersebut, oleh sebab itu kemitraan di era globalisasi ini
secara teoritis sudah merupakan kebutuhan dan keharusan.

Barang Substitusi
Barang substitusi merupakan barang pengganti yang sifatnya emergency. Barang
substitusi baru akan dipilih oleh konsumen jika barang utamanya :

Manajemen Konstruksi 12
 harganya naik diluar kemampuan konsumen
 klualitasnya turun diluar batas toleransi konsumen
 barangnya langka sehingga tidak memungkinkan diperoleh konsumen.

Sebagai contoh di lapangan barang substitusi dalam industri jasa konstruksi


nasional misalnya apabila kontraktor formal (berbadan hukum) untuk
mengerjakan proyek kontruksi harganya relatif mahal diluar daya beli
konsumennya maka konsumen (konsumen kelas bawah) akan mencari alternatif
substitusinya dengan memilih kontraktor informal (kelompok tukang informal)
yang mampu mengerjakan proyek tersebut. Contoh lain misalnya apabila kayu
untuk membangun rumah yang berasal dari industri kayu harganya mahal maka
konsumen yang berpenghasilan rendah akan beralih menggunakan bambu dan
kayu kampung.

Begitu juga apabila pemilik proyek besar untuk pekerjaan jasa konstruksi merasa
krantraktor nasional tidak mempunyai teknologi canggih, tidak mempunyai tenaga
pelaksana yang profesional, tidak mempunyai modal besar maka pemilik proyek
besar akan memilih kontraktor substitusinya yaitu kontraktor asing. Untuk
menghadapi produk / kontraktor substitusi tersebut maka kontraktor harus fokus
pada pekerjaan tertentu dan bermitra dengan kontraktor lain sehingga kontraktor
tersebut mempunyai keunggulan kompetitif.

Manajemen Konstruksi 13
MATERI IV
SISTEM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

CAKUPAN ISI
Dalam minggu ini akan dibahas pokok materi sbb :
1. Sistem Pelaksanaan Pembangunan
2. Jenis Proyek

TUJUAN PEMBELAJARAN
Dari modul ini diharapkan dapat diketahui dan dipahami tentang system
pelaksanaan pembangunan serta jenis proyek

KRITERIA PENILAIAN
Mengerti dan memahami tentang tentang system pelaksanaan pembangunan
serta jenis proyek

METODA PENYAMPAIAN DAN PENILAIAN


Metoda penyampaian materi untuk mencapai tujuan dilakukan dengan :
1. Perkuliahan/ceramah
2. Diskusi/Tanya Jawab

Manajemen Konstruksi 1
SISTEM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

 Sistem Pelaksanaan Pembangunan (Proyek Besar) - Pendekatan Ekonomic


dan Teknis
 Tipe Kontrak antara Pemberi tugas dan Team Manajemen Konstruksi,
Perencana serta Pelaksana / Kontraktor
 Build Operate Tranfer (BOT)
 Turn-Key Project
 Manajemen Proyek, Manajemen Konstruksi dan Supervisi.
 Perlu dipahami tentang Kontrak, Organisasi Proyek serta Sistem Pelaksanaan

skema beberapa tipe system pelaksanaan pembangunan terlampir

Manajemen Konstruksi 2
a. MK
Konsultan MK sebagai coordinator proyek

Perencana

Pemberi Konsultan
Tugas MK

Pelaksana

b. B O T
Pelaksana BOT dengan kekuatan sendiri (fully self / with agreement financing)
melaksanakan dan mengoperasikan proyek hingga waktu yang disepakati.

Perencana

Pemberi Pelaksana
Tugas BOT

Pelaksana

Manajemen Konstruksi 3
c. Turn-Key
Pelaksana Turnkey dengan kekuatan sendiri (fully self /with agreement
financing) melaksanakan proyek. Pembayaran dan serah-terima pada saat
proyek telah diselesaikan atau beroperasi.

Perencana

Pemberi Pelaksana
Tugas Turn-Key

Pelaksana

d. Fast-Track
Sesuai tipe kontrak, Pelaksana menyelesaikan pekerjaan pada waktu
yang disepakati. Pengaturan waktu disusun lebih cepat dari waktu
pelaksanaan pada umumnya dengan konsekwensi perhitungan
tertentu. Pelaksanaan dilakukan dengan strategi melakukan berbagai
pekerjaan secara parallel, lembur, pengaturan shift, dll.

Manajemen Konstruksi 4
INDUSTRI KONSTRUKSI DI INDONESIA

Pelaksanaan Konstruksi dengan Kemitraan

Konsep kemitraan usaha mempunyai landasan yang kuat baik dilihat dari sudut
pandang ekonomi, sosial - politik maupun moral. Dari sudut pandang ekonomi,
kemitraan usaha merupakan tuntutan efisiensi, produktivitas, peningkatan kualitas
produk, menekan biaya produksi, mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya
penelitian dan pengembangan serta dalam peningkatan daya saing. Dari sudut
pandang moral kemitraan menunjukkan upaya kebersamaan, kesetaraan,
melestarikan falsafah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, menuju masa depan
yang jaya. Dari sudut pandang sosial politik, kemitraan dapat mencegah terjadinya
kesenjangan sosial, kecemburuan sosial dan gejolak sosial politik.
Untuk memudahkan pengelompokan, kemitraan dapat dibagi menjadi dua
kelompok ialah kemitraan pada level kepemilikan modal dan kemitraan pada level
operasional.

Kemitraan pada Level Kepemilikan Modal (Aspek Keuangan)

Perkembangan kemitraan pada level kepemilikan modal; pada zaman dahulu


pengusaha hanya pengusaha perorangan yang modalnya menggunakan uangnya
sendiri dan skala produksi / operasinya sangat kecil sehingga lingkup pemasaran
& operasinya sangat terbatas dan biaya per unit produk yang dihasilkan mahal.
Sesuai dengan tuntutan zaman untuk efisiensi dan pasar yang lebih luas,
pengusaha semakin menyadari skala usaha yang terlalu kecil biaya per unitnya
mahal, kualitas produk/jasa yang diproduksi rendah karena tidak ada research &
development dan daya saingnya rendah.

Dengan kesadaran tersebut pengusaha perorangan semakin menyadari usaha


yang terlalu kecil sulit berkembang dan tendensi kalah bersaing dengan usaha
besar sehingga pengusaha perorangan membutuhkan modal yang lebih besar.
Untuk memperoleh modal yang lebih besar tidak mungkin dipenuhi oleh modal
satu orang oleh sebab itu dibutuhkan beberapa orang yang mempunyai modal
untuk bermitra menjadi satu menjalankan usaha. Bentuk kemitraan kepemilikan
modal ini dapat berupa CV maupun PT. Dari fakta sejarah menunjukkan kemitraan

Manajemen Konstruksi 5
kepemilikan modal perusahaan terbukti memperkokoh perusahaan dan
meningkatkan kinerja perusahaan. Jadi kemitraan kepemilikan modal terbukti baik.

Dengan perkembangan usaha lintas wilayah semakin disadari oleh pengusaha,


modal yang dimiliki beberapa orang tidak cukup untuk menangani proyek yang
lebih besar sehingga perusahaan perlu bermitra dengan perbankan maupun
lembaga keuangan untuk memperkuat modalnya dengan cara meminjam uang
atau bagi hasil. Dari fakta sejarah menunjukkan kemitraan perushaan dengan
perbankan terbukti baik.
Dengan perkembangan teknologi transportsi dan komunikasi yang semakin
canggih maka perusahaan berkembang lintas negara yang disebut Multinasional
Corporation (MNC). Untuk mengembangkan MNC dibutuhkan dana yang sangat
besar yang pengembangannya jangka panjang sehingga pembiayaan ini tidak
seratus persen cocok dibiayai dengan pinjaman bank. Proyek sangar besar
(mega proyek) yang Break Even Point nya lebih dari 5 tahun tidak cocok dibiaya
dengan bank karena pinjaman bank harus dibayar pokok dan bunganya setiap
bulan begitu pinjaman ditandatangani sedangkan proyek yang dikerjakan belum
menghasilkan keuntungan sampai lebih dari 5 tahun. Dengan kondisi tersebut
dibutuhkan sumberdana yang persyaratannya lebih ringan dan jumlahnya sangat
besar oleh sebab itu pengusaha membutuhkan dana dari pasar modal. Dari fakta
sejarah membuktikan kemitraan dalam bentuk pasar modal sangat
menguntungkan pengusaha maupun investornya sehingga banyak perusahaan
menjadi MNC.

Peran kemitraan pada level keuangan dapat digambarkan seperti pada Gambar
1-2 dibawah ini.

Manajemen Konstruksi 6
Modal Individu Modal Individu Modal Individu

Lembaga Keuangan Kemitraan Modal Lembaga Keuangan


Non Bank Bank
PT
CV

Modal Usaha Kuat

Meningktkan Struktur

Meningktkan Keunggulan
Kompetitif

Gambar 1.
Peran Kemitraan dan Lembaga Keungan dalam Meningkatkan Keunggulan
Kompetitif

Modal Individu Modal Individu Modal Individu

Lembaga Keuangan Kemitraan Modal Lembaga Keuangan


Non Bank Tbk Bank
Pasar Modal

Modal Usaha Sangat Kuat

Meningkatkan Struktur

Meningktkan Keunggulan
Kompetitif

Pasar Lokal dan masuk Pasar


Internasional

Gambar 2.
Peran Kemitraan, Lembaga Keuangan dan Pasar Modal dalam Meningkatkan
Keunggulan Kompetitif

Manajemen Konstruksi 7
Kemitraan pada Level Operasional (Aspek Perusahaan & Industri)

Kemitraan bersinergi dapat diidentikkan dengan supplay chain management


walaupun tidak sama persis. Kemitraan mempunyai arti yang lebih luas
dibandingkan dengan supplay chain management karena kemitraan ada unsur
kerjasma untuk segala bidang. Kemitraan usaha merupakan manifestasi dari
kebersamaan atau keterkaitan sumberdaya dalam bidang produksi, pengolahan,
distribusi, pemasaran, penelitian, rekayasa, alih teknologi, keuangan, pembiayaan,
service dan segala bidang yang ada kaitannya dengan kerjasama. Supplay chain
management merupakan bagian dari kemitraan yang konteksnya lebih sempit
yaitu pada level logistik dan operasional/produksi.

Sebelum tahun 1990 supplay chain management tidak dikenal orang, yang dikenal
orang ialah logistic, production atau operation management. Konsep logistic atau
operation management merupakan konsep yang tradisional mengenai
manajemen operasi yang secara khusus menunjukkan aktivitas yang terjadi dalam
batas lingkungan organisasi tunggal. Fokus manajemen logistic dan operasi
aktivitasnya lebih menekankan pada pembelian, produksi, pergudangan, inventory
dan pengiriman sedangkan Supplay Chain Management (SCM) lebih focus pada
pengelolaan jaringan / kemitraan diantara perusahaan yang bekerja sama dan
mengkoordinir kegiatan - kegiatan perusahaan yang bekerjasama tersebut dalam
menghasilkan produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen akhir.

Supplay chain management lahir karena tuntutan zaman, banyak konsumen yang
tersebar di seluruh dunia membutuhkan produk yang unik, kualitas baik, harganya
murah dan mampu mengakomodir perubahan kebutuhan konsumen yang sangat
cepat sehingga satu perusahaan tidak mungkin melakukan sendiri untuk
memproduksi seluruh komponen dari produk atau jasa yang dibutuhkan
konsumen tersebut diatas oleh sebab itu masing - masing perusahaan harus
fokus pada produk / pekerjaan tertentu (spesialis) dan untuk meningatkan daya
saing perusahaan spesialis tersebut mereka membutuhkan kemitraan dengan
perusahaan lain sehingga dapat menghasilkan produk atau jasa sesuai kebutuhan
dan keinginan konsumen. Dengan kemitraan atau supplay chain management
produk yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen dapat dihasilkan dalam
periode waktu lebih cepat, dengan biaya lebih murah, kualitas lebih baik dan
biaya investasi lebih kecil.

Manajemen Konstruksi 8
Jadi secara teoritis konsep kemitraan ialah masing - masing perusahaan fokus
(spesialis) pada produk / komponen produk / pekerjaan tertentu dan untuk
menghasilkan produk yang utuh mereka membutuhkan mitra yang handal /
tangguh. Jadi secara teoritis untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan
harganya murah dan cepat merespon perubahan kebutuhan pasar dibutuhkan
komponen yang berkualitas (perusahaan specialis), kemitraan dalam logistik dan
produksi (supplay chain management) dan metode produksi dan inventory just in
time & lean production. Agar supaya kemitraan dalam produksi berhasil dengan
baik maka dibutuhkan kemitraan dalam bidang lain yang meliputi kemitraan dalam
keuangan (kemitraan kepemilikan modal, kemitraan dengan lembaga keuangan
dan pasar modal), ketenaga kerjaan, kelembagaan dan kemitraan dengan supplier
(peralatan & tenaga ahli). Agar supaya kemitraan berhasil dengan baik dan efisien
maka perlu didukung dengan aspek hukum (kontrak, perjanjian dan penyelesaian
sengketa) yang dikelola oleh lembaga resmi (kenotariatan, arbitrase dan
pengadilan).

Yang dimaksud dengan metode produksi & inventory just in time ialah
perusahaan induk (yang menghasilkan produk utuh) tidak harus memproduksi
semua komponen yang dibutuhkan sendiri tetapi mengandalkan dari suppliernya
yang tangguh. Tugas utama perusahaan induk ialah membuat design utuh dari
produk yang akan diproduksi, membagi tugas kepada suppliernya untuk
memproduksi komponen - komponen tertentu dan membuat jadwal perakitan &
produksi yang akurat yang jadwal tersebut diberikan kepada para supliernya
sehingga komponen yang dibuat supplier tersebut selesai tepat waktunya, tepat
jumlahnya dan tepat kualitasnya. Dengan metode produksi & inventory just in time
perusahaan induk tidak membutuhkan gudang besar, pegawai banyak dan
investasi besar sehingga perusahaan induk dapat bekerja lebih efisien dengan
kinerja tinggi.

Yang dimaksud dengan metode produksi dan inventory ”lean production” ialah
merupakan metode produksi yang melakukan penelitian terus menerus dan
menghilangkan kegiatan - kegiatan, penggunaan barang - barang yang tidak
penting. Sebagai hasil dari metode lean production ialah banyak perusahaan
besar yang tidak lagi membutuhkan gudang & bahan baku dalam jumlah besar,

Manajemen Konstruksi 9
gudang hasil akhir yang besar selain itu proses produksi yang panjang dapat
diperpendek sehingga perusahaan dapat bekeja lebih efisien. Metode produksi
dan inventory just in time & lean production banyak diaplikasikan oleh perusahaan
Jepang sehingga produk yang dihasilkan berkualitas tinggi dan harganya murah.

Konsep dasar Supplay Chain Management (SCM) ialah planning, sourcing,


making dan delivery . Planning dalam konteks ini merupakan perencanaan dan
pengorganisasian operasi yang meliputi perencanaan demand, perencanaan
supply dan perencanaan inventory. Sourcing merupakan kegiatan yang harus
dilakukan untuk memperoleh input atau faktor produksi dalam rangka
menghasilkan produk atau jasa. Making merupakan proses pengubahan input
menjadi output yang berbentuk produk atau jasa. Making termasuk kegiatan
design produk dan manajemen produksi. Delivering merupakan aktivitas yang
menyampaikan produk atau jasa ke konsumen akhir sesuai dengan order
konsumen tersebut.

Pada awal lahirnya supplay chain management, konteksnya masih pada kemitraan
pada logistik, persediaan (inventory) dan produksi, tetapi pada perkembangannya
supplay chain management sudah mencakup hampir seluruh kemitraan. Definisi
Supplay Chain Management (SCM) yang terakhir dapat didefinisikan sebagai
kegiatan yang melakukan kegiatan planning, making dan delivery pada level
suppliernya, supplier bahan mentah, pabrik, distributor, toko sampai ke
konsumen.

Dari penjelasan/definisi diatas menunjukkan Supplay Chain Management (SCM)


hampir identik dengan kemitraan. Boleh jadi pada perkembangannya definisi
Supplay Chain Management (SCM) akan berubah menjadi sama dengan
kemitraan yang artinya Supplay Chain Management (SCM) adalah kemitraan
disegala aspek.

Dengan adanya supplay chain management, perusahaan - perusahaan yang


terlibat akan memperoleh kemanfaatan sebagai berikut:
 Mengurangi biaya investasi untuk memperoleh output yang sama
 Mengurangi resiko
 Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

Manajemen Konstruksi 10
Meningkatkan teknologi
Mengurangi produk yang cacat
Meningkatkan kualitas produk
Mengurangi biaya tenaga kerja
Meningkatkan efisiensi
Meningkatkan kinerja
Kapasitas produksi tidak perlu berlebihan
Meningkatkan aktivitas pabrik
Perusahaan dapat fokus pada produk unggulannya
Mengurangi biaya research & development untuk menghasilkan produk atau
jasa yang sama.

Pengembangan produk baru dapat dilakukan lebih cepat


Meningkatkan service sekaligus mengurangi biaya
Just in time mudah dijalankan
Inventory bahan baku dapat dikurangi
Inventory barang jadi dapat dikurangi
Gudang besar tidak lagi dibutuhkan
Menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan kompetitif.

Supply Chain Management

Sebagai contoh perusahaan komputer IBM yang menggunakan strategi integrasi

ke hulu dan ke hilir dan semua komponen komputernya dibuat sendiri ternyata

kalah bersaing dengan perusahaan Intel yang hanya fokus pada produksi

prosessor dan juga IBM kalah bersaing dengan Del komputer dalam penjualan PC

di Amerika. (Heizer, J & Render, B. 2005)

Strategi Del komputer dalam mengalahkan IBM ialah sebagai berikut:

a. Del komputer menjual komputernya langsung ke konsumen antara lain

penjualannya lewat internet.

b. Del komputer memotong jalur distribusi yang terlalu panjang

c. Del komputer mengembangkan global supplay chain management .

Manajemen Konstruksi 11
d. Del komputer mengembangkan sistem produksi Lean Production dan Juast in
Time sehingga mampu menghasilkan komputer yang inventorinya hanya 6
hari sehingga dapat menurunkan biaya.

e. Del komputer mengembangkan standard pengiriman komputer yang cepat

f. Del komputer mengembangkan strategi produksi mass customization

g. Del komputer membuat komputer dengan cepat dan biaya rendah.

h. Del komputer dalam memproduksi komputernya hanya didasarkan pada


pesanan / permintaan yang relatif sudah pasti sehingga tidak ada stok produk
jadi. Rendahnya stok produk jadi akan menurunkan biaya

i. Pemasaran globalnya menggunakan strategi Global Focus.

Keberhasilan Del Computer mengalahkan IBM dan menjadi produsen PC terbesar


di Amerika menunjukkan Supplay Chain Management (Kemitraan terstruktur dan
bersinergi) merupakan salah satu kuncinya. Dari sini menunjukkan pada era
sekarang maupun yang akan datang usaha - usaha besar membutuhkan
kemitraan dengan usaha - usaha lain dalam meningkatkan keunggulan
kompetitifnya.

Usaha besar lainnya yang strategi pengembangan usahanya menggunakan


Supplay Chain Management (kemitraan terstruktur dan bersinergi) ialah
perusahaan mobil VW, contoh yang ekstrim ialah perusahaan VW di Brasil yang
berlokasi 100 mil barat laut dari kota Rio de Janiero yang memproduksi truk.
Perusahaan mobil VW bertanggung jawab pada design produk secara utuh,
kualitas produk secara keseluruhan, pemasaran, research dan design, sedangkan
pembangunan pabriknya dibiayai bersama dengan para suppliernya untuk masing
- masing departemen produksinya. Departemen produksi pembuatan Chasis, as
roda dan rem seluruhnya dibuat dan dibiayai oleh perusahaan Rockwell.
Perekrutan, pendidikan dan penggajian pegawai di departemen tersebut
dilakukan oleh perusahaan Rockwell yang telah melakukan konsultasi dengan
perusahaan mobil VW. Departemen pembuatan roda dan pemasangan ban
dilakukan oleh perusahaan Remon. Departemen pembuatan mesin & transmisi
serta pemasangannya dikerjakan oleh perusahaan MWM Cummins. Departemen
pembuatan Cabin dan pemasangannya dilakukan oleh perusahaan Brazilian
Eisenmann. Departemen finishing dikerjakan oleh perusasahaan VDO. Pada

Manajemen Konstruksi 12
akhir produksi pegawai VW melakukan evaluasi produk akhir yang akan dijual.
Dalam kemitraan terstruktur dan bersinergi (supplay chain management) diatas,
perusahaan VW tidak hanya membutuhkan / membeli komponen produk
(materilal) dari usaha supplier tetapi juga tenaga kerja serta pelayanan yang
terkait. Supplier menjadi kesatuan yang terintegrasi dengan jaringan kerja usaha
VW. Kemitraan terstruktur dan bersinergi (supplay chain management) juga akan
diterapkan di pabrik mobil VW di Buenos Aires, Argentina dan di pabrik Skoda,
Republik Czres. Strategy pengembangan usaha kemitraan terstruktur (supplay
chain management) akan menjadi model pengembangan usaha VW dimasa
mendatang. (Heizer, J & Render, B. 2005)

Perusahaan lain yang fanatik menganut supplay chain management dan sangat
berhasil ialah perusahaan mobil General Motor, perusahaan pesawat terbang
Boeing, perusahaan mobil Toyota yang bermitra dengan Daihatsu dalam
memproduksi produk mobil murah berkualitas seperti mobil kembar kembar Xenia
& Avansa, Terrios & Rush dan perusahaan mobil Daimler Benz yang
memproduksi mobil mewah Mercedes dari Jerman dengan mobil Chrisler dari
Amerika. Dari fakta sejarah diatas dapat membuktikan kemitraan adalah baik.

Bentuk atau pola kemitraan dapat bermacam - macam yaitu antara lain (1)
subkontrak dan vendor dalam manufactoring; (2) subkontrak dalam bidang
konstruksi, telekomunikasi dan transportasi; (3) joint venture dalam penelitian,
pendidikan, produksi, pemasaran dan service; (4) persetujuan lesensi dalam
produk, proses dan jasa; saluran distribusi; (6) persetujuan waralaba dalam usaha
restoran dan eceran; (7) bantuan manajemen, alih teknologi dan paket service ;
(8) intiplasma yang biasanya dilakukan dalam usaha agroindustri (9) bapak dan
anak angkat.

Kemitraan dilihat dari sudut pandang sistem, paling tidak ada tiga tipe yaitu: (1)
vertical backward linkage; (2) vertical forward linkage ; (3) horizontal linkage.
Masing - masing tipe diatas akan dijelaskan pada sub bab dibawah ini.

Tipe I Vertical Backward Linkage


Vertical backward linkage adalah sistem yang didalamnya perusahaan center atau
inti atau induk yang biasanya usaha besar (UB) yang bergerak dalam produksi
barang akhir atau sebagai assembler (downstream), sedangkan usaha kecil (UK)

Manajemen Konstruksi 13
sebagai pemasok komponen kepada UB berada baik yang di - upstream maupun
midstream.

Tipe II Vertical Forward Linkage


Vertical Forward Linkage adalah sistem kemitraan yang didalamnya UB yang
biasanya disebut usaha center atau induk berada di upstream atau midstream
yang menghasilkan barang intermediate yang memerlukan proses berikutnya di
usaha kecil downstream. Jadi, usaha centernya menghasilkan bahan baku dan
memasok untuk diproses selanjutnya oleh UK.

Tipe III Horizontal linkage


Horizontal linkage, pada sistem ini UB atau center berlaku sebagai trader atau
exporter dan UK menghasilkan produk yang akan dipasok ke trader.

Manajemen Konstruksi 14

Anda mungkin juga menyukai