Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN ASMA

DISUSUN OLEH :

1) KURNIA DEWI A. ( P1337420516051 )


2) ELVI KURNIASIH ( P1337420516058 )
3) RISKA LESTARI ( P1337420516061 )
4) NAURAH NAZHIFAH ( P1337420516063 )
5) DWI SAPTONO ( P1337420516066 )
6) NURMALIA K. ( P1337420516071 )
7) NIKMATUL HIDAYAH ( P1337420516072 )
8) M. LUDFY ARDIYANTO ( P1337420115064 )

GATOTKACA 2

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


D III KEPERAWATAN MAGELANG
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga
apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma
dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun
dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama
malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat
reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008)

B. Klasifikasi asma (Hartantyo, 1997, citPurnomo 2008)


a. Asma Bronkhial Tipe Atopik (Ekstrinsik)
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang
disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak
membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
b. Asma Bronkhial Tipe Non-Atopik (Intrinsik)
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu
yang berasal dari allergen.Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan
kodisi lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara
dan aktivitas olahraga yang berlebihan.
C. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma bronkhial adalah:
1. Alergen
Alergen merupakan zat-zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan
dapat menimbulkan serangan asma misalnya debu, tengau debu rumah
(Dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, bulu kucing, bulu
binatang, beberapa makanan laut, dsb.
2. Infeksi Saluran Pernapasan
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus
influenza merupakan salah satu faktor pencentus yang paling sering
menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan , dua pertiga penderita
asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran
pernapasan(Sundara,1991)
3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena
banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi
penderita asma bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan
asma terutama pada orang yang agak labil kepribadiaannya. Hal ini
lebih menonjol pada wanita dan anak-anak(Yunus, 1994)
4. Olahraga/kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan
asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari
cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani
(exercise induced asma-EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas
fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam
setelah olahraga.

5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkhial sensitif atau alergi terhadap
bat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dsb.
6. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap
pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil
pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
7. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkhial (Sundaru, 1991)

D. Manifestasi Klinis
a. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga,
sifatnya hilang timbul
3. Wheezing belum ada
4. Belum ada kelainan bentuk thorak
5. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6. BGA belum patologis

Faktor spasme bronkiolus dan edema yang lebih dominan

1. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum


2. Wheezing
3. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4. Penurunan tekanan parsial O2

b. Stadium lanjut/kronik
1. Batuk, ronchi
2. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah
tertekan
3. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar
(silent Chest)
5. Thorak seperti barel chest
6. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7. Sianosis
8. BGA PaO2 kurang dari 80%
9. Ro paru terdapat peningkatan gambaran
bronchovaskuler kanan dan kiri
10. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis
respiratorik
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

E. Patofiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita
asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa
jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris
selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan
prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan
bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat
ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan
PaCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos
bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme
asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan
meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakan ruang iterstisium paru.

`
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

F. Pathways.

Faktor Pencetus

Alergi Dan Idiopatik

Edema Dinding Spasme Otot Polos Sekresi Mukus Kental


Bronkiolus Bronkiolus Di Dalam Limen
Bronkiolus
Diameter Bronkiolus Ketidakefektifan
Mengecil
Pola Nafas
Perfusi Paru Tidak
Gangguan
Cukup Mendapat
Pertukaran Gas
Ventilasi.

G. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Umum
Tentang data demografi klien dan penanggung jawab klien
2. Pengkajian Fokus
a. Keluhan utama
Pengkajian pada klien dengan asma didapatkan keluhan sesak napas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian didapatkan dari awal klien masuk RS sampai pasien
dirawat di ruangan dengan keluhan sesak napas, dan keluhan
penyerta lainnya dan pengkajian sebelum klien dirawat di RS apakah
sudah ada tindakan pengobatan yang dilakukan
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian pada klien apakah sebelumnya klien pernah dirawat
dengan keluhan yang sama
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian pada klien apakah dalam keluarganya ada riwayat
penyakit menurun dan menular seperti Asma,DM, Hipertensi dll
e. Riwayat Alergi Obat
Pengkajian pada klien apakah klien memiliki alergi terhadap jenis
obat tertentu
3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan-Manajemen Kesehatan
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui presepsi klien tentang arti
sehat dan bagaimana klien memandang sakitnya serta bagaimana
klien melakukn penanganan
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Pengkajian meliputi makanan yang biasa dimakan, nafsu makan
kesulitan dan keluhan klien terkait dengan makanan
3. Pola Eliminasi
Pengkajian pada klien meliputi frekuensi BAB dan BAK klien serta
keluhan yang dialami di rumah sakit sebelum dan selama perawatan
4. Pola Aktivitas-Olahraga
Pengkajian pada klien tentang adanya perubahan aktivitas sebelum
dan selama masa perawatan apakah ada keluhan sewaktu melakukan
aktivitas terutama keluhan sesak nafas
5. Pola Tidur-Istirahat
Pengkajiaan meliputi berapa lama waktu tidur, kefektifan tidur,
kebiasaan sebelum tidur, dan kesulitan dalam melakukan tidur
sebelum dan selama perawatan
6. Pola Kognitif-Persepsi
Pengkajian meliputi kemampuan panca indra apakah ada
disfungsional dan keluhan tentang pusing maupun adanya nyeri
7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
Pengkajian dilakukan tentang persepsi klien terhadap
penyakitnya.Bagaimana klien mengatasi asma ketika serangan asma
berlangsung dan bagaimana cara klien memandang dirinya sendiri
8. Pola Peran-Hubungan
Pengkajian pada klien dengan asma bagaimana penyakit asma
mempengaruhi kehidupan sosial dan hubungannya dengan
lingkungan, apakah terjadi perubahan atau tidak hasil
9. Pola Seksualitas-Reproduksi
Pengkajian meliputi kehidupan seksual, kesulitan atau perubahan
pemenuhan kebutuhan seksual, pola menstruasi, dan masalah terkait
menstruasi
10. Pola Koping-Toleransi Stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor intrinsik
pencetus serangan asma.Oleh karena itu, perlu dikaji penyebab
terjadinya stress.Frekuensi dan pengaruh stress terhadap klien serta
cara penanggulangan terhadap stressor
11. Pola Nilai Keyakinan
Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya di dunia dipercaya
dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien.Keyakinan klien terhadap
Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas
Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Batasan Karakteristik :
a. Dispnea
b. Penurunan kapasitas vital
c. Takipnea
d. Pola nafas abnormal (mis., kecepatan, irama, kedalaman)
e. Pernafasan cuping hidung
Faktor yang Berhubungan :
a. Hiperventilasi
b. Keletihan otot pernafasan
NOC :
1. Frekuensi pernafasan normal
2. Irama pernafasan normal
3. Tidak ada suara tambahan
NIC :
a. Manajemen jalan napas (3140)
1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi.
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
b. Monitor pernafasan (3350)
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
bernafas.
2. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya,
nebulizer)

2. Gangguan Pertukaran Gas (00030)


Definisi: Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon
dioksidapada membran alveolar-kapiler.
Batasan Karakteristik:
a. Dispnea
b. Penurunan karbon dioksida
c. Pola pernapasan abnormal (mis., kecepatan, irama, kedalaman)
d. Sakit kepala saat bangun
e. Takikardia
f. pH arteri abnormal
Faktor yang Berhubungan:
a. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Perubahan membran alveolar-kapiler
NOC :
a. Status pernapasan : Pertukaran gas (0402)
1. Tekanan parsial oksigen di darah arteri ( PaO2 ) normal
2. Tekanan parsial karbondioksida di darah arteri ( PaCO2 )
normal
3. Saturasi oksigen normal
NIC :
1. Manajemen asam basa (1910)
a. Pertahankan kepatenan jalan napas
b. Posisikan klien untuk mendapatkan ventilasi yang
adekuat (misalnnya membuka jalan napas dan menaikkan
posisi kepala di tempat tidur)
c. Monitor gas darah arteri (ABGs), level serum serta
urin elektrolit jika diperlukan
2. Terapi oksigen (3320)
a. Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
b. Monitor aliran oksigen
3. Monitor pernapasan (3350)
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas
b. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi
(seperti SaO2, SvO2, SpO2) sesuai dengan protokol yang ada
c. Berikan bantuan terapi napas jika diperlukan,
misalnya nebulizer

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M ; etc. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


ke 6. Jakarta : Elsevier.

L.Maas, Maridean ; etc . 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi ke 6.


Jakarta. Elsevier.

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnose Keperawatan NANDA Internasional Edisi


ke 10. Jakarata : EGC.

Muttaqin A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
BAB II

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 16-05-2016

Waktu Pengkajian : 09.00WIB

Tanggal Masuk : 15-05-2016

Jam Masuk : 08.00 WIB

Ruang : Mawar

Nomor Register :08888112

Diagnose Medis : Dyspnea

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Nn. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 21 tahun
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : New England
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 45 tahun
Agama :-
Pendidikan : S1 Keperawatan
Pekerjaan : Perawat
Alamat : New England
Hubungan dengan klien : Ibu
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dibawa ke IGD rumah sakit dengan keluhan sesak nafas
setelah melakukan jogging, klien mengatakan kesulitan untuk
bernapas.Dan klien dipasang nasal canule
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas sebelumnya
dan penyakit lainnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
4. Pengkajian Fokus
a. Pola manajemen dan presepsi kesehatan
Klien mengatakan kesehatan sangat penting dan berkeinginan untuk
sembuh .
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit klien makan 3 x sehari , setelah sakit klien
mengatakan nafsu makan berkurang 3x sehari dengan setengah porsi
rumah sakit.
c. Pola eliminasi
Klien mengatakan BAB dan BAK tidak mengalami masalah.
d. Pola aktivitas olahraga.
Klien mengatakan sering olah raga di pagi hari.
e. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit pasien tidak mengalami ganngguan saat tidur , namun
setelah di awat di RS pasien mengalami gangguan tidur karena sesak
nafas yang di alaminya.
f.Pola kognitif dan presepsi
Klien tidak memiliki gangguan penginderaan
g. Pola presepsi dan kosep diri.
Klien mengatakan mampu menerima penyakit yang di alami tetapi
awalnya masih kaget.
h. Pola peran dan hubungan
Klien merupkan anak pertama.
i. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan dan tidak terpasang kateter, klien
sudah menstruasi.
j. Pola koping dan toleransi stress
Klien mengatakan untuk mengurangi kebosanan saat di rawat , klien
sering membaca buku.
k. Pola nilai dan keyakinan
Klien mengatakan sering melaksanakan ibadah.
5. Pemerikasaan Fisik.
a) Kepala : simetris, tidak ada lesi
b) Mata : konjungtiva tidak anemis , sclera tidak
ikterik
c) Hidung : simetris , bersih tidak ada kotoran,
terpsang nasal canule
d) Telinga : simetris , tidak ada kotoran .
e) Mulut : mukosa bibir lembab .
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
g) Dada :
1) Paru - paru
I : simetris kanan kiri , tidak ada lesi
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
P : hipersonor
A : terdengar suara wheezing
2) Jantung
I : ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi.
P : ictus cordis tidak teraba
P : pekak
A : vesikuler, tidak ada suara tambahan
3) Abdomen
I : tidak ada lesi
A : bising usus 12x/ mnt
P : tympani
P : tidak ada nyeri tekan.
h) Genitalia : tidak terpasang kateter, keadaan
bersih
i) Ekstremitas Atas : terpasang infus RL 20 tpm
j) Integument : turgor kulit baik, akral hangat
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemerisaan AGD(Analisa Gas Darah)
Ph : 7,29
PaCO2 : 63
PaO2 : 55
7. Terapi

B. ANALISA DATA.
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : klien mengatakan Hiperventilasi Ketidakefektifan
sesak napas, klien pola napas
mengatakan kesulitan
sewaktu akan benapas
DO : terdengar suara
wheezing saat ekspirasi,
frekuensi pernafasan (RR)
meningkat

2 DS : klien mengatakan Ketidakseimbangan Gangguan


sesak napas, klien ventilasi-perfusi pertukaran gas
mengatakan kesulitan
sewaktu akan benapas
DO : klien terlihat
kesulitan sewaktu akan
bernapas,, klien terlihat
panik
Ph : 7,29
PaCO2 : 63
PaO2 : 55

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
ditandai dengan dispnea.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi ditandai dengan pH arteri abnormal

D. RENCANA KEPERAWATAN.
Jam / No. Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Paraf
Tanggal Dx
09.00 WIB 1 Setelah di lakukan a. Manajemen jalan
tindakan keperawatan napas (3140)
selama 2 x 24 jam a. Monitor status
diharapkan masalah
pernafasan dan
ketidakefektifan pola
napas dapat teratasi oksigenasi
dengan kriteria hasil: b. Posisikan pasien
untuk
1. Frekuensi
memaksimalkan
pernafasan normal
ventilasi.
2. Irama pernafasan
b. Monitor
normal
pernafasan (3350)
3. Tidak ada suara
1. Monitor
tambahan
kecepatan,
irama,
kedalaman, dan
kesulitan
bernafas.
2. Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan
(misalnya,
nebulizer)

09.00 WIB 2 Setelah di lakukan a. Manajemen asam


tindakan keperawatan basa (1910)
selama 2 x 24 jam 1. Pertahankan
diharapkan gangguan
kepatenan jalan
pertukaran gas dapat
teratasi dengan kriteria napas.
hasil : 2. Posisikan klien
untuk
1. Tekanan parsial
mendapatkan
oksigen di darah
ventilasi yang
arteri (PaO2)
adekuat
normal.
2. Tekanan parsial (misalnnya

karbondioksida di membuka jalan

darah arteri napas dan

(PaCO2) normal menaikkan posisi


3. Saturasi oksigen kepala di tempat
normal) tidur).
3. Monitor gas darah
arteri (ABGs),
level serum serta
urin elektrolit jika
diperlukan
b. Monitor
pernapasan
(3350)
1. Monitor
kecepatan, irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernapas.
2. Monitor saturasi
oksigen pada
pasien yang
tersedasi (seperti
SaO2, SvO2,
SpO2) sesuai
dengan protokol
yang ada.

Anda mungkin juga menyukai