Anda di halaman 1dari 22

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Robert Boyle menyelidiki perubahan volume suatu gas pada temparatur tetap dengan
tekanan yang berubah-ubah. Dari hasil penyelidikan didapatkan bahwa pada temperature tetap,
volume gas akan berubah kalau tekanannya diubah. Berlainan dengan Boyle maka Charles
menyelidiki sifat-sifat gas pada tekanan tetap. Dari hasil-hasil penyelidikannya didapatkan
bahwa perbandingan volume gas sesuai dengan perbandingan temperature absolutnya.
Penentuan volume molar gas oksigen dan karbondioksida berfungsi untuk memudahkan
pengukuran ruang yang ditempati oleh 1 mol gas dengan menentukan volum sejumlah mol
gas agar lebih mudah diukur dengan berat yang dapat ditimbang dan tekanan yang dapat
diukur.

1.2 Tujuan Praktikum


Menentukan volume satu mol gas O2 dan satu mol gas CO2

1.3 Tinjauan Pustaka


1.3.1 MSDS
a. Aquadest
Air (dihidrogen monoksida/ oksidan/ asam hidroksilik/ hidrogen hidroksida) merupakan
jenis senyawa liquid yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada keadaan
standard. Air memiliki rumus molekul H2O dan bentuk molekulnya heksagonal. Massa molar
senyawa ini adalah 18 g/mol. Densitas air adalah 1 g/mL. Titik leleh air adalah 0o C (273 K)
dan titik didihnya yaitu 100o C (373 K) (Anonim, 2014).
b. KClO3
Kalium klorat (potasium klorat) memiliki rumus molekul KClO3. Berbahaya bagi
kesahatn, pernafasan. Bersifat mudah meledak apabila bereaksi dengan bahan-bahan yang
mudah terbakar. Beracun bagi makhluk hidup air dan menyebabkan dampak jangka panjang
bagi lingkungan perairan. Apabila terkena mata dapat mengakibatkan kebutaan. Segera cuci
mata dengan air mengalir selama 15 menit. Apabila terkena kulit dapat menyebabkan iritasi
dan luka bakar terutama apabila kulit dalam keadaan basah. Segera dapatkan pertolongan
medis dan basuh kulit dengan air mengalir selama 15 menit. Kalium klorat berupa serbuk
berwarna putih dan tidak berbau. Kalium klorat memiliki berat molekul sebesar 122,5 g/mol.
Titik leleh kalium klorat adalah 672,8o C. Stabil pada suhu dan tekanan normal. Kalium klorat
merupakan peredukdi kuat. Dapat terurai menjadi Cl2 yang dapat berbahaya bagi kesehatan
karena merupakan gas beracun (Anonim, 2014).
c. Na2CO3
Natrium karbonat (dinatrium karbonat / soda ash / soda cuci) memiliki rumus molekul
Na2CO3. Berbahaya bila terhirup. Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit dengan luka
bakar. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan pencernaan. Dapat menyebabkan
cedera kornea. Kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi parah, mata dan luka bakar.
Kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan luka bakar, terutama jika kulit basah atau
lembab. Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Berbahaya jika terhirup. Dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dengan nyeri terbakar di hidung dan
tenggorokan, batuk, mengi, sesak napas dan edema paru. Inhalasi berkepanjangan atau
berulang-ulang dapat menyebabkan mimisan, hidung tersumbat, erosi pada gigi, perforasi
septum hidung, nyeri dada dan bronkitis (Anonim, 2014).
Segera siram mata dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit, sesekali mengangkat
kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis dengan segera. Dapatkan bantuan
medis. Siram kulit dengan banyak air dan sabun setidaknya selama 15 menit saat
mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Cuci pakaian sebelum digunakan
kembali. Jika korban sadar dan waspada, beri 2-4 cupfuls susu atau air. Jangan pernah
memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Dapatkan bantuan medis
dengan segera. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen. Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala muncul. Bahan tidak akan terbakar.
Pakailah pakaian pelindung untuk mencegah kontak dengan kulit dan mata. Pakailah alat
pernafasan mandiri untuk mencegah kontak dengan produk dekomposisi termal. Limpasan
dari kontrol api atau air pengenceran dapat menyebabkan polusi (Anonim, 2014).
Natrium karbonat berupa serbuk berwarna putih dan tidak berbau dengan pH 11,6. Titik
didih natrium karbonat adalah 400o C dan titik leburnya 851o C. Natrium karbonat larut dalam
air dan memiliki densitas 1,55 dengan berat molekul sebesar 106 g/mol (Anonim, 2014).
d. H2SO4
Asam Sulfat (asam belerang / dihidrogen sulfida) memiliki rumus struktur H2SO4. Asam
sulfat banyak digunakan dalam industri. Bereaksi dengan jaringan tubuh. Berbahaya bila
kontak dengan kulit dan mata. Bereaksi hebat dengan air dan mengeluarkan panas
(eksotermis). Bereaksi pula dengan logam, kayu, pakaian dan zat organik. Uapnya amat iritatif
terhadap saluran pernapasan (Anonim, 2014).
Asam sulfat merupakan asam kuat berupa cairan kental yang amat korosif dan sedikit
berminyak berwarna sedikit kuning pada keadaan pekat. Memiliki berat molekul 98 g/mol.
Titik didih asam sulfat adalah 270o C (518o F) dan titik leleh -35o C (-31o F). Asam sulfat dapat
menyebabkan iritasi parah dan luka bakar. Berbahaya jika tertelan. Hindari menghirup uap
asam sulfat. Gunakan pada lemari asam. Hindari kontak dengan mata, kulit, dan pakaian. Cuci
sampai bersih apabila terkena asam sulfat. Simpan pada wadah tertutup (Anonim, 2014).
Apabila terkena kulit segera cuci daerah yang terkena asam sulfat dengan sabur dan air
sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu.
Tutupi kulit yang teriritasi dengan sesuatu yang melunakkan. Dapatkan perawatan medis
dengan segera. Apabila terkena mata segera cuci dengan air mengalir sebenyak mungkin
selama 15 menit. Apabila terhisap segera cari udara segar. Apabila terjadi sesak nafas segera
beri pernafasan buatan. Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan
pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Jika sulit bernapas,
beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut. Apabila
tertelan segera beri segelas susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut
pada korban. Hindarkan asam sulfat dari temperatur tinggi, air, logam, senyawa organik, dan
basa (Anonim, 2014).
Asam sulfat larut dalam air dengan pembebasan panas dan larut dalam etil alkohol.
Penghirupan uap asam menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu
paru-paru. Cairan asam dapat merusak kulit dan menimbulkan luka yang amat sakit. Dapat
menimbulkan kebutaan bila terkena mata. Penghirupan uap asam kadar kecil dalam jangka
panjang berakibat iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru-paru. Tidak terbakar, tetapi asam
pekat bersifat oksidator yang dapat menimbulkan kebakaran bila kontak dengan zat organik
seperti gula, selulosa dan lain-lain. Amat reaktif dengan bubuk zat organic (Anonim, 2014).
Asam sulfat mengalami penguraian bila kena panas, mengeluarkan gas SO2. Asam encer
bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen yang eksplosif bila terkena nyala atau
panas. Asam sulfat bereaksi hebat dengan air. Hindari kontak langsung dengan asam. Cegah
penghisapan uap atau kabut, dengan bekerja dalam almari asam atau dengan ventilasi yang
baik. Pengenceran asam dilakukan dengan menambahkan asam sedikit demi sedikit ke dalam
air dan bukan sebaliknya. Ingat eksotermik! Simpan asam dalam wadah yang kuat di tempat
berventilasi dan dingin. Jauhkan dari air, zat organik mudah terbakar dan logam (Anonim,
2014).
Perhatikan kebocoran wadah. kebocoran dapat merusak lantai. Jangan sentuh tumpahan
asam. Merusak kulit atau pakaian dan lantai. Netralkan tumpahan dengan larutan soda atau
kapur, sebelum disiram dengan air. Beri ventilasi. Hati-hati terhadap tempat rendah (uap lebih
berat dari udara). Pakai alat pelindung diri dalam menangani tumpahan asam. Penyebab asam
dalam air limbah dan mengganggu kehidupan tanaman dan binatang dalam air. Penetralan
dapat dilakukan dengan soda atau air kapur sampai pH 6-9 sebelum dibuang ke lingkungan.
Residu netralisasi dapat dicampur dengan tanah atau pasir (Anonim, 2014).

1.3.2 Dasar Teori


Gas dapat dimampatkan dalam tempat tertutup, tetapi kalau dia dimasukkan kedalam
tempat yang lebih besar dari volume semula, dia dapat mengisi tempat itu secara merata.
Dimana gas mempunyai sifat-sifat khusus antara lain:
a. Peka terhadap perubahan temperatur
b. Peka terhadap perubahan tekanan
Zat cair dan zat padat mempunyai sifat yang berlainan dengan gas dimana zat cair dan zat
padat tidak peka terhadap perubahan tekanan dan sedikit sekali mempunyai kemampuan untuk
mengisi tempat secara merata (Brady, 1999).
Sifat fisis zat mempengaruhi wujudnya, yaitu padat, cair atau gas. Diantara ketiga wujud
ini, sifat gas lebih sederhana dibandingkan wujud lainnya. Terdapat empat variabel penting
yang mempengaruhi sifat-sifat fisis gas yakni suhu, tekanan, volume dan jumlah gas. Gas
memiliki karakteristik sebagai berikut : bentuk dan volumenya mengikuti wadahnya , dapat
dimanfaatkan , kecepatan paling rendah , dan dapat bercampur secara sempurna dalam satu
wadah (Purwoko, 2006).
Gas terdiri atas molekul yang bergerak menurut jalan-jalan yang lurus ke segala arah,
dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul gas ini selalu bertumbukan dengan molekul
yang lain atau dengan dinding bejana. Tumbuhan terhadap dinding. Beja ini yang
menyebabkan adanya tekanan. Volume dari molekul gas sangat kecil bila dibandingkan
dengan volume yang ditempat oleh gas tersebut, sehingga sebenarnya banyak ruang kosong
antara molekulnya. Hal ini menyebabkan gas mempunyai rapat yang lebih kecil daripada
cairan atau zat padat, sehingga menyebabkan gas bersifat kompresibel atau mudah ditekan
(Purwoko, 2006).
Campuran gas misalnya suatu campuran menempati sebuah wadah pada suhu tertentu.
Tekanan parsial sebuah gas seolah-olah tekanan gas ditimbulkan sendiri jika ia berada dalam
wadah itu. Hukum Dalton kemungkinan menyatakan bahwa tekanan total adalah jumlah
tekanan parsial setiap gas. Hukum ini berlaku pada kondisi yang sama seperti hukum gas ideal
itu sendiri dengan pendekatan tekanan sedang,tetapi cermat jika tekananya diturunkan
(Oxtoby, 2001).
Volume molar (simbol Vm) adalah volume dari 1 mol dari suatu unsur atau senyawa kimia
pada temperatur dan tekanan tertentu. Berbeda dengan massa molar, volume molar setiap
unsur atau senyawa tidak dipengaruhi oleh rumus molekulnya, namun oleh tekanan dan
temperatur dimana zat tersebut diukur. Definisi formal volume molar adalah

(1)
Dimana V adalah volume dan n adalah jumlah mol partikel. Rumus di atas dapat diubah lagi
dengan mensubstitusikan nilai dan dari persamaan berikut

(2)
(3)

(4)

(5)
Dengan adalah massa molar. Satuan volume molar dalam SI adalah meter kubik/mol
(m3/mol), meskipun lebih sering digunakan satuan liter/mol atau dm kubik/mol (dm3/mol)
untuk gas dan sentimeter kubik/mol (cm3/mol) untuk liquid dan solid (Wahyuni, 2003).
Koefisian reaksi menyatakan perbandingan mol-mol dari zat-zat yang ada dalam reaksi.
Dalam hal reaksi gas,koefisien reaksi juga menyatakan perbandingan volume gas yang terlibat
reaksi awal pada P,T yang sama (menurut Hukum Gay-Lussac). Hubungan antara volume gas
standar dengan jumlah mol. Hubungan volume molar gas menunjukkan volume 1 mol gas
pada keadaan standar ( Wahyuni, 2003).
Hukum – hukum yang berkaitan dengan gas meliputi :
1. Hukum Boyle
Boyle mengatakanbahwa jika suhu dijaga konstan maka volume (v) sampel gas berkurang
seiring dengan bertambahnya tekanan luar,yakni tekanan atmosfer plus tekanan akibat
penambahan air raksa. Pernyataan Hukum Boyle volume gas pada suhu tetap berbanding
terbalik secara proporsional dengan tekanannya. Hasil tekanan dan volume suatu gas pada
suhu tetap adalah konstan.
2. Hukum Charles dan Gay Lussac
Jeagues Charless dan Gay Lussac mengamati bahwa tekanan tetap suatugas akan
mengembang bila dipanaskan dan sebaliknya menyusut bila didinginkan. Hukum Charless dan
Gay Lussac berbunyi “volume suatu gas pada tekanan tetap proporsional dengan suhu
absolutnya”.
3. Hukum Avogadro
Berdasarkan hasil penyelidikan Boyle,Charless dan Gay Lussac Amedeo Avogadro
mennagjukan hipotesis bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama,semua gas mengandung
jumlah molekul (atom) yang sama.”oersamaan umum gas : empat kuantitas (variabel) yang
secara lengkap sejumlah tertentu gas:M,V,T dan P. Banyaknya yang ada juga dapat
dinyatakan dalam banyaknya mol (n) sebagai ganti massanya. Volume suatu gas sebanding
langsung dengan banyaknya mol yang ada. Jumlah mol n pada temperatur yang mutlak
berbanding terbalik dengan P. Gabungannya dalam satu pernyataan dari hukum
Boyle,Charless,Gay Lussac dan Avogadro ini disebut hukum gas ideal,secara matematis
(Pudjaatmaka, 1998).
Gas melakukan tekanan pada permukaan apapun ketika saling bersentuhan, karena
molekul – molekul gas senantiasa dalam keadaan bergerak. Atmosfer yang mengelilingi bumi
adalah campuran dari berbagai gas. Tekanan atmosfer adalah tekanan yang diberikan oleh
atmosfer bumi. Nilai sesungguhnya dari tekanan atmosfer tergantung pada letak, suhu, dan
reaksi cuaca. Barometer merupakan alat yang paling lazim digunakan untuk mengukur
tekanan atmosfer. Definisi mula – mula dari standar atmosfer sama dengan tekanan yang
dilakukan kolom air raksa setinggi 760 mmHg pada permukaan air laut dan pada temperatur
0oC.
1 atm = 760 mmHg
Satuan Internasional (SI) tekanan adalah Pascal (Pa) didefinisikan 1 newton (satuan
Internasional untuk gaya) per meter persegi.
1 Pa = 1 N/m2
(Pudjaatmaka, 1998).
Pada kondisi temperatur dan tekanan standar (T = 273 K dan P = 1atm), volume molar gas
ideal adalah 22,4 liter/mol. Pada kondisi ruangan (Room Temperature and Pressure, dimana T
= 298 K dan P = 1 atm), volume molar gas ideal adalah 24 liter/mol. Hal ini dapat dibuktikan
dengan memasukkan nilai T dan P ke dalam persamaan gas ideal.
(6)

(7)

(8)
Pada kondisi standar, dengan dan ,

(9)
Pada kondisi ruang, dengan dan ,

(10)
(Pudjaatmaka, 1998).
Hipotesis Avogadro menyebutkan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas
dengan volume yang sama akan mengandung jumlah partikel yang sama pula. Oleh karena 1
mol setiap gas mempunyai jumlah molekul yang sama, maka pada suhu dan tekanan yang
sama pula, 1 mol setiap gas mempunyai volume yang sama. Volume per mol gas disebut
volume molar dan dilambangkan Vm.
V = n × Vm
dengan:
V = volume gas (liter)
n = jumlah mol (mol)
Vm = volume molar (liter/mol)
(Oxtoby, 2001).
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
- Buret
- Statif
- Erlenmeyer
- Kuvet
- Selang
- Penangas air
2.1.2 Bahan
- Na2CO3
- H2SO4
- KClO3
- Aquadest

2.2 Skema Kerja


2.2.1 Untuk KClO3 yang dipanaskan

1 g KClO3

- dimasukkan dalam erlenmeyer yang telah diset seperti gambar pada literatur
- dipanaskan pelan-pelan dan diamati kondisi setimbang air didalam buret
- dicatat volume O2 yang tertampung
- dicatat juga temperatur dan tekanan barometer saat percobaan dilakukan
- diulangi 3 kali untuk mendapatkan volume rata-rata O2 yang dilepaskan
Hasil

2.2.2 Untuk reaksi Na2CO3 dengan H2SO4


0,25 g Na2CO3

- dimasukkan dalam erlenmeyer yang telah diset seperti gambar pada literatur
- ditimbang kuvet dan diisi dengan H2SO4 pekat 3,5 mL dan dimasukkan dalam
erlenmeyer tadi
- digoyangkan pelan-pelan hingga keduanya bereaksi sempurna dan dicatat
volume gas CO2 yang dihasilkan
- dicatat pula temperatur dan tekanan barometer pada saat percobaan dilakukan
- diulangi 3 kali untuk mendapatkan volume rata-rata CO2 yang dilepaskan

Hasil
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Penentuan volume molar gas O2
Massa setelah
Percobaan Massa T Volume O2 h Perbedaan Tinggi
o dipanaskan +
ke- KClO3 (g) ( C) (mL) (cm) (cm)
erlenmeyer (g)
1 1 80 28 29,8 47 68,395
2 1 80 26 27,7 45,5 68,447
3 1 80 28 29,8 47 68,395

Percobaan Pbar Ptotal Vm


Pgas (atm)
ke- (mmHg) (mmHg) (L/mol)
1 22,12 21,7 0,014 0,064
2 22,12 21,7 0,014 0,061
3 22,12 21,7 0,014 0,064
Vmrata-rata (L/mol) 0,063

3.1.2 Penentuan volume molar gas CO2


Massa setelah
Percobaan Massa T Volume h Perbedaan Tinggi
o dipanaskan +
ke- Na2CO3 (g) ( C) CO2 (mL) (cm) (cm)
kuvet (g)
1 0,5 36 46 49 90 76,171
2 0,25 30 39 41,3 93 76,125
3 0,25 30 37 39,2 91 76,123

Percobaan Pbar Ptotal Vm


Pgas (atm)
ke- (mmHg) (mmHg) (L/mol)
1 36,8 36,36 0,036 0,31
2 29,5 29,09 0,03 0,44
3 29,5 29,09 0,03 0,44
Vmrata-rata (L/mol) 0,4

Massa erlenmeyer = 67,532 g


Massa kuvet = 2,431 g
3.2 Pembahasan
Percobaan kali ini membahas tentang volume molar gas. Pada percobaan kali ini yang
diukur adalah volume molar gas oksigen (O2) dan gas karbondioksida (CO2). Volume molar
gas dapat diketahui berdasarkan hasil perhitungan volume gas pada kondisi STP dibagi dengan
mol gas tersebut. Percobaan pertama dilakukan dengan pengukuran volume molar O2. Pada
percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan gas dan volume molar oksigen dengan
percobaan yang sederhana yakni dengan pendesakan air oleh gas yang terbetuk pada saat
reaksi berlangsung. Percobaan ini dilakukan pemanasan KClO3.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang 1 gram KClO3 lalu dimasukkan
kedalam erlemeyer dan dirangkaikan pada buret berbentuk U yang berskala 50 mL dengan
selang yang telah dihubungkan dengan tutup karet dan dilengkapi dengan termometer. Buret
yang berbentuk U didalamnya diberi air hingga mencapai garis yang menunjukkan skala 6
mL. Air didalam buret berfungsi untuk mengukur besarnya tekanan udara yang dihasilkan
didalam erlemeyer, sehingga permukaan air akan semakin menurun dan volume gas O2 yang
dihasilkan dapat diketahui. Penutup karet yang dilengkapi dengan termometer berfungsi
sebagai penutup agar gas O2 yang dihasilkan tidak keluar dan suhu ketika tekanan dan volume
maksimum yang dihasilkan pada erlenmeyer dapat diketahui.
Selain itu setelah ditutup dengan penutup karet, penutup tersebut diolesi dengan vaselin
terlebih dahulu, begitu juga dengan daerah disekitar selang dan termometer. Hal ini dilakukan
agar tidak ada kebocoran gas yang dihasilkan didalam erlemeyer. KClO3 dipanaskan dengan
pembakar spirtus hingga mencapai suhu 80⁰C. Saat gelembung gas air dimasukan ke air,
penguapan air menambah tekanan pada gas, akibatnya air akan terdesak. Pada percobaan
pertama ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memperoleh data yang akurat.
Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut:

2KClO3 (s) 3O2 (g) + 2KCl (s)

Skala awal air didalam buret sebelum dilakukan pemanasan adalah 6 mL, sedangkan skala
akhir ketika dilakukan pemanasan sampai suhu 80 ⁰C (yang pertama sampai ketiga secara
berturut-turut) adalah 34 mL, 32 mL dan 34 mL. Pada percobaan kedua dan ketiga angka
selisih penurunannya hanya 2 mL. Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali, tekanan pada percobaan pertama kedua dan ketiga adalah
sebesar 22,12 mmHg. Tekanan gas yang terkoreksi pada barometer dapat dihitung setelah
tekanan gas masing-masing percobaan ditentukan. Faktor koreksi barometer (C) memiliki nilai
yang berbeda pada masing masing suhu dan tekanannya. Setelah diperoleh tekanan total maka
besarnya P gas dapat ditentukan dengan cara mengurangkan P total terhadap P air yang
dikalikan kelembaban reaktif. Faktor kelembaban perlu diperhatikan karena dalam hal ini gas
yang ditampung masih mengandung uap air yang berasal dari alat yang digunakan.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh volume molar gas O2 yaitu sebesar 0,063 L/mol. Hasil
ini jauh berbeda dengan literatur. Berdasarkan literatur diketahui bahwa volume molar gas
oksigen adalah 22,393 L/mol dan seharusnya volume molar gas dari tiga kali pengulangan
tersebut memiliki nilai yang sama karena dilakukan pada suhu sama.
Percobaan kedua yaitu menentukan volume gas CO2 dengan cara mereaksikan 0,25 gram
Na2CO3 dengan 3,5 mL H2SO4. Cara penentuannya sama dengan percobaan sebelumnya yang
menggunakan KClO3 yaitu menekan cairan yang berada dalam barometer sebagai akibat
adanya gas karbondioksida hasil reaksi. Perbedaan antara percobaan satu dan kedua ini adalah
percobaan kedua dilakukan tanpa pemanasan. Na2CO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer
sedangkan H2SO4 terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kuvet yang juga dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Larutan H2SO4 dalam kuvet tersebut tidak boleh sampai tumpah sebelum
erlenmeyer ditutup rapat dan dihubungkan dengan selang agar gas yang dihasilkan dapat
terukur dengan optimal. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
Na2CO3 (s) + H2SO4 (aq)  Na2SO4 (aq) + H2O (l) + CO2 (g)
Skala awal air dalam buret adalah 6 mL. Pada percobaan pertama diperoleh data skala
akhir air mencapai maksimal yaitu 46 mL pada suhu 36⁰ C, pada percobaan kedua diperoleh
data skala akhir air mencapai 39 mL pada suhu 30⁰ C, pada percobaan ketiga diperoleh data
skala akhir air mencapai 37 mL pada suhu 30⁰ C. Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, tekanan pada percobaan pertama diperoleh sebesar
36,8 mmHg, tekanan pada percobaan kedua diperoleh sebesar 29,5 mmHg dan tekanan pada
percobaan ketiga diperoleh sebesar 29,5 mmHg. Tekanan total pada percobaan ini dicari
dengan cara mengurangkan tekanan bar terhadap faktor koreksi barometer sehingga diperoleh
tekanan total. Pada pengulangan pertama kedua dan ketiga dihasilkan tekanan total sebesar
36,36 mmHg, 29,09 mmHg dan 29,09 mmHg. P gas dapat diperoleh dengan mencari selisi
antara P total dan P air dengan memperhatikan faktor kelembaban. Dengan menganggap gas
sebagai gas ideal maka diperoleh volume molar gas CO2 sebesar 0,4 L/mol. Hasil ini tidak
sesuai dengan literatur. Berdasarkan literatur diketahui bahwa volume molar gas CO2 adalah
22,262 L/mol. Berdasarkan literatur tersebut maka didapatkan hasil yang cukup jauh
perbedaannya, namun apabila dilihat dari hasil kedua pengulangan tersebut hasil yang
diperoleh pada percobaan ini sudah sesuai dengan teori yang ada, yaitu pada saat temperatur
naik, maka tekanan juga akan naik.
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini tidak sesuai dengan literatur. Ketidaksesuaian
hasil ini disebabkan oleh beberpa faktor seperti: erlemeyer yang digunakan tidak tertutup
dengan rapat atau lubang untuk selang dan termometer masih ada yang belum tertutupi dengan
vaselin sehingga terjadi kebocoran gas. Kebocoran gas tersebut dapat membuat tekanan yang
mendorong air pada barometer semakin kecil sehingga membuat volume gas yang terukur
semakin sedikit. Hal ini juga dapat mempengaruhi volume gas yang diperoleh sehingga nilai
volume gas yang terhitung menjadi negatif. Sedikitnya gas yang terukur mungkin disebabkan
ada sejumlah sampel yang masih belum bereaksi dengan reaktan untuk membentuk gas.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Volume molar adalah volume 1 mol dari suatu unsur atau senyawa kimia pada temperatur
dan tekanan tertentu. Volume molar setiap unsur atau senyawa tidak dipengaruhi oleh rumus
molekulnya, namun oleh tekanan dan temperatur dimana zat tersebut diukur. Gas mempunyai
sifat khusus yaitu peka terhadap perubahan tekanan dan temperatur. Terdapat empat variabel
penting yang mempengaruhi sifat-sifat fisis gas yakni suhu, tekanan, volume dan jumlah gas.
Berdasarkan percobaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menentukan volume
molar O2 dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan gas ideal pada suhu dan tekanan
standar.

4.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya agar asisten selalu mendampingi para praktikan
sehingga kesalahan di dalam praktikum dapat diminimalisir dan dapat menghemat waktu yang
tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Potassium Chlorate.


http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 [diakses pada tanggal 05 April
2014].

Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Sodium Carbonate.


https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923955 [diakses pada tanggal 05 April
2014].

Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Sulfuric Acid.


http://www.sciencestuff.com/msds/C1498.html [diakses pada tanggal 05 April 2014].

Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Water.


http://www.sciencestuff.com/msds/C1498.html [diakses pada tanggal 05 April 2014].

Brady, James, E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.

Oxtoby, David, W.H.P, dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Ke-4 Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.

Purwoko, Agus, Abh. 2006. Kimia Dasar 1. NTB : Mataram University Press.

Pudjaatmaka, A. H. 1998. Ilmu-Ilmu Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Wahyuni, Sri. 2003. Kimia Master . Jakarta : Erlangga.


LAMPIRAN PERHITUNGAN

A. Penentuan Volume Molar Gas O2


1. Menentukan p bar
pbar 1  gh

 1000 kg  9,8 m 2  0,3 m


m3 s
1  2
 2940 kg m s
 2940 Pa
 22,12 mmHg
pbar 2  gh

 1000 kg  9,8 m 2  0,3 m


m3 s
1  2
 2940 kg m s
 2940 Pa
 22,12 mmHg
pbar 3  gh

 1000 kg  9,8 m 2  0,3 m


m3 s
1  2
 2940 kg m s
 2940 Pa
 22,12 mmHg

2. Menentukan p total
C
ptotal  pbar  ( )
9
p1  22,12  0,44
 21,7 mmHg
p 2  22,21  0,44
 21,7 mmHg
p3  22,21  0,44
 21,7 mmHg
3. Menentukan p gas
p gas  ptotal  p H 2O 1  r 
p1  21,7  55,31  0,8
 10,64 mmHg
 0,014 atm
p 2  21,7  55,31  0,8
 10,64 mmHg
 0,014 atm
p3  21,7  55,31  0,8
 10,64 mmHg
 0,014 atm

4. Menentukan volume molar gas O2


PV P0V0

T T0
PVT0
V0 
P0T
0,014 atm  0,028 L  273,15 K
V1 
1 atm  353,15 K
 3,03  10 4 L
0,014 atm  0,028 L  273,15 K
V2 
1 atm  353,15 K
 3,03  10 4 L
0,014 atm  0,028 L  273,15 K
V3 
1 atm  353,15 K
 3,03  10 4 L
2KClO 3 (s) 2KCl (s) + 3O 2 (g)

1.mol KClO3  massa  0,863 g


Mr 122,5 g
mol
3
 7,04.10 mol
2
mol O2   7,04.10 3 mol  4,7.10 3 mol
3
3,03  10 4 L
maka Vm  3
 0,064 L.mol 1
4,7  10 mol
2.mol KClO3  massa  0,915 g
Mr 122,5 g
mol
 7,47  10 3 mol
2
mol O2   7,47  10 3 mol  4,98.10 3 mol
3
3,03  10  4 L
maka Vm  3
 0,061 L.mol 1
4,98.10 mol

3.mol KClO3  massa  0,863g g


Mr 122,5
mol
3
 7,04.10 mol
2
mol O2   7,04.10 3 mol  4,7.10 3 mol
3
3,03  10 4 L
maka Vm   0,064 L.mol 1
4,7  10 3 mol
Volume molar gas rata-rata
V1  V2  V3
V
3
0,064  0,061  0,064

3
 0,063 L
mol

B. Penetuan Volume Gas CO2


Massa H2SO4 yang digunakan
Volume H2SO4 = 3,5 mL
Massa jenis H2SO4 = 1,84 g/mL
Massa jenis = massa / volume
m

V
m
1,84 g 
mL 3,5 mL
m  6,44 g
6,44 gram
mol   0,066 mol
98 gram.mol 1
1. Menentukan p bar
pbar 1  gh

 1000 kg  9,8 m 2  0,5 m


m3 s
1  2
 4900 kg m s
 4900 Pa
 36,8 mmHg

pbar 2  gh

 1000 kg  9,8 m 2  0,4 m


m3 s
1  2
 3920 kg m s
 3920 Pa
 29,5 mmHg
pbar 3  gh

 1000 kg  9,8 m 2  0,4 m


m3 s
1  2
 3920 kg m s
 3920 Pa
 29,5 mmHg

2. Menentukan p total
C
ptotal  pbar  ( )
9
pada suhu 36 C
p1  36,8  0,44
 36,36 mmHg
pada suhu 30 C
p 2  29,5  0,41
 29,09 mmHg
pada suhu 30 C
p3  29,5  0,41
 29,09 mmHg
3. Menentukan p gas
p gas  ptotal  p H 2O 1  r 
pada suhu 36 C
p1  36,36  44,51  0,8
 27,46 mmHg
 0,036atm
pada suhu 30 C
p 2  29,09  31,81  0,8
 22,73 mmHg
 0,03 atm
pada suhu 30 C
p3  29,09  31,81  0,8
 22,73 mmHg
 0,03 atm

4. Menentukan volume molar gas CO2


PV P0V0

T T0
PVT0
V0 
P0T
0,036atm  0,046 L  273,15 K
V1 
1 atm  309,15 K
 1,46  10 3 L
0,03 atm  0,039 L  273,15 K
V2 
1 atm  303,15 K
 1,05  10 3 L
0,03 atm  0,039 L  273,15 K
V3 
1 atm  303,15 K
 1,05  10 3 L
[1]Massa Na2SO4yang hilang

𝑚 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 = 68,032 𝑔 − 67,532 𝑔

𝑚 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 = 0,5 𝑔

𝑚 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4
𝑛 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 =
𝑀𝑟 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4

0,5 𝑔
𝑛 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 = = 4,72 . 10−3 𝑚𝑜𝑙
105,99 𝑔/𝑚𝑜𝑙

Na2CO3 + H2SO4  Na2SO4 + H2O + CO2


−3 0,066
Mula 4,72 . 10
−3
Bereaksi 4,72 . 10 4,72 . 10−3 4,72 . 10−3 4,72 . 10−3 4,72 . 10−3
Sisa - 4,72 . 10−3 4,72 . 10−3 4,72 . 10−3
VCO2 1,46.10 3 L
Vm    0,31L / mol
n 4,72.10 3 mol

[2]. Massa Na2SO4yang hilang

𝑚 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 = 67,782𝑔 − 67,532 𝑔

𝑚 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 = 0,25 𝑔

𝑚 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4
𝑛 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 =
𝑀𝑟 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4

0,25 𝑔
𝑛 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 = = 2,36 . 10−3 𝑚𝑜𝑙
105,99 𝑔/𝑚𝑜𝑙

Na2CO3 + H2SO4  Na2SO4 + H2O + CO2


−3 0,066
Mula 2,36 . 10
Bereaksi 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3
Sisa - 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3
VCO2 1,05.10 3 L
Vm    0,44L / mol
n 2,36.10 3 mol
[3]. Massa Na2SO4yang hilang

𝑚 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 = 67,782𝑔 − 67,532 𝑔

𝑚 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 = 0,25 𝑔

𝑚 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4
𝑛 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 =
𝑀𝑟 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4

0,25 𝑔
𝑛 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4 = = 2,36 . 10−3 𝑚𝑜𝑙
105,99 𝑔/𝑚𝑜𝑙

Na2CO3 + H2SO4  Na2SO4 + H2O + CO2


−3 0,066
mula 2,36 . 10
bereaksi 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3
sisa - 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3 2,36 . 10−3
VCO2 1,05.10 3 L
Vm    0,44L / mol
n 2,36.10 3 mol

Volume molar gas rata-rata


V1  V2  V3
V
3
0,31  0,44  0,44

3
 0,4 L
mol

Anda mungkin juga menyukai