Anda di halaman 1dari 68

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar, air pada umumnya
berasal dari air hujan, mata air, air tanah, dan air permukaan sungai. Air tersebut dapat
dimanfaatkan untuk irigasi pertanian, bahan baku air bersih, dan lain-lain.
Kebutuhan air saat ini dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi bertambah dan
meningkat, sedangkan cadangan air yang ada saat ini sangat terbatas. Adanya
peningkatan kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi memerlukan banyak
pengembangan sumber air untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan
ketersediaan air.
Pengembangan sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi cara struktural dan
non-struktural untuk mengendalikan, mengolah sumber daya air agar memberikan
manfaat bagi mahluk hidup dan manfaat untuk tujuan-tujuan lingkungan. Cara
nonstuktural adalah program-program pengendalian dan pengolahan sumber daya air
yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas yang harus dibangun, sedangkan cara
structural adalah program-program pengendalian dan pengolahan sumber daya air dengan
membangun fasilitas yang dibutuhkan.
Untuk menaikan permukaan air sungai agar air sungai dapat dialirkan ke daerah
dialirkan ke daerah irigasi, perlu dibuat bendung. Bendung terbagi 2 macam. Ada
bendung tetap dan bendung
Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar, air pada umumnya berasal dari
air hujan, mata air, air tanah, dan air permukaan sungai. Air tersebut dapat dimanfaatkan
untuk irigasi pertanian, bahan baku air bersih, dan lain-lain.
Kebutuhan air saat ini dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi bertambah dan
meningkat, sedangkan cadangan air yang ada saat ini sangat terbatas. Adanya
peningkatan kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi memerlukan banyak
pengembangan sumber air untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan
ketersediaan air.
Untuk itu dalam laporan ini akan dibahas tentang perencanaan pembuatan
bendung tetap dengan judul “Perencanaan Hidrolis Bendung”.

1
1.2 Tujuan
Tujuan secara umum dari laporan tugas besar ini adalah untuk mengetahui secara
jelas tentang Perencanaan Hidrolis Bendung untuk meningkatkan pemahaman teknik
irigasi pada mahasiswa teknik sipil.
Adapun tujuan khusus dari laporan tugas ini adalah.untuk mengetahui tahapan
perencanaan hidrolis bendung tetap dengan baik dan benar termasuk syarat-syarat apa
saja yang harus dipenuhi.

1.3 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang,
maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan.
BAB II STUDI PUSTAKA: Dalam bab ini dibahas mengenai teori-teori yang
akan digunakan dalam perencanaan.
BAB III METODE PERENCANAAN: Dalam bab ini akan dibahas deskripsi
lokasi perencanaan dan tahapan desain perencanaan hidraulis,
BAB IV DESAIN PERENCANAAN HIDRAULIS BENDUNG : Dalam bab
ini akan dilakukan prosedur perencanaan
BAB V KESIMPULAN : Pada bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Pemilihan Lokasi dan Jenis Embung


2.1.1 Pemilihan Lokasi

Dalam pemilihan bendung hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan


dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamatan bendung,
pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan sebagainya. Selain itu
dipertimbangkan pula atas beberapa pengalaman dalam memilih lokasi bendung
ditetapkan berdasarkan persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung agar
dipertimbangkan pula terhadap pengaruh timbal balik antara morfologi sungai dan
bangunan lain yang ada dan akan dibangun.

Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu :

a. Keadaan topografi dari rencana daerah irigasi yang akan diairi.


b. Kondisi topografi dari lokasi bendung, harus mempertimbangkan beberapa
aspek yaitu :
 Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi, bila bendung dibangun di
palung sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai
tidak lebih dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan
pelaksanaannya.
 Trace saluran induk terletak ditempat yang baik, misalnya
penggaliannya tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi,
untuk tidak menyulitkan pelaksaan, penggalian saluran induk dibatasi
sampai dengan kedalaman 8 meter, bila masalah ini dijumpai maka
sebaliknya lokasi bendung dipindah ktempat lain, catatan untuk
kedalaman saluran induk yang diijinkan sampai tanah dasar cukup
baik dan saluran tidak terlalu panjang.
 Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen, sehingga aliran ke intake tidak mengalami
gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga
dapat dihindari, untuk menjamin aliran lancer masuk ke intake, salah
satu syratnya, intake harus terletak di tikungan luar aliran atau bagian

3
sungai yang lurus dan harus dihindari penemapatan intake di tikungan
dalam aliran.
c. Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung, termasuk
angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan pula dalam
pemilihan lokasi bendung yang meliputi :
 Pola aliran sungai, kecepatan, dan arahnya pada waktu debit banjir,
sedang dan kecil.
 Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan
kecil.
 Tinggi muka air pada debit rencana.
 Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan


pembangunan bendung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau dengan
jalan membangun pengendalian sungai.

d. Kondisi tanah pondasi, bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah


pondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan, potensi gerusan karena arus
dan sebagainya, secara teknik bendung dapat ditempatkan di lokasi sungai
dengan tanah pondasi yang kurang baik, tetapi bangunan akan membutuhkan
biaya yang tinggi, peralatan yang lengkap dan pelaksanaanya yang tidak
mudah.
e. Biaya pelaksanaan beberapa alternative lokasi harus dipertimbangkan, yang
selanjutnya biaya pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaannya,
peralatan dan tenaga. Biasanya biaya pelaksanaan ditentukan berdasarkan
pertimbangan terakhir. Dari beberapa alternative lokasi ditinjau pula dari segi
biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
f. Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi
bendung yaitu penggunaaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan
pengembangan daerah di sekitar bendung, perubahan morfologi sungai, derah
genangan yang tidak tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.

2.1.2 Penentuan Jenis Bendung


a. Bendung Tetap

4
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannnya tidak
dapat diubah sehingga muka air dihulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang
dikehendaki.

Berdasarkan ambangnya, bendung tetap dibedakan menjadi 2, yaitu :

 Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai: as ambang tersebut
berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi sungai
 Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji: diperlukan bila
panjanh ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk sungai dengan lebar
yang kecil tetapi debit airnya besar dna disarankan dipakai pada saluran,
dengan syarat :
 Debit relative stabil
 Tidakmembawa material terapung berupa atang –batang pohon
 Efektivitas panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air
pelimpasan tertentu.

b. Bendung Gerak

Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat


diubah sesuai dengan yang dikehendaki

Tipe bendung gerak berdasarkan pintu-pintunya :

 Pintu geser atau sorong: banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan
yang kecil dan sedang
 Pintu radial: daun pintu berbentuk lengkung (busur)dengan lengan pintu
yang sendinya tertanam ditembok sayap atau pilar, alat penggerak pintu
dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan peralatan pendorong dan
penarik mekanik yang tertanam pada tembok sayap atau pilar.

c. Pemilihan Tipe Bendung


Pemilihan tipe bendung didasarkan pada pengaruh air balik akibat
pembendungan (back water)

 Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada


daerah yang tidak terlalu luas (missal didaerah hulu) maka bendung tetap
merupakan pilihan yang tepat

5
 Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada
daerah yang luas maka dipilih bendung gerak.
 Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka
peredam energy yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka
pelimpah direncanakan mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar
batu-batu bongkahan dapat terangkut lewat atas pelimpah, jika sungai tidak
mengankut batu-batuan pada saat banjir, maka peredam energy sesuai tipe
kolam olakan.

2.2 Perencanaan Bangunan Utama


2.2.1 Penggunaan Bahan Khusus
a. Lindungan Permukaan
Tipe dan ukuran sedimen yang diangkut oleh sungai akan mempengaruhi
pemilihan bahan yang akan dipakai untuk membuat permukaan bangunan yang
langsung bersentuhan dengan aliran air. Ada tiga tipe bahan yang bisa dipakai
untuk melindungi bangunan terhadap gerusan (abrasi), yakni:
 Beton, jika direncana dengan baik dan dipakai di tempat yang benar,
merupakan bahan lindungan yang baik pula, beton yang dipakai untuk
lindungan permukaan sebaiknya mengandung agregat berukuran kecil,
bergradasi baik dan berkekuatan tinggi.
 - Baja, kadang-kadang dipakai di tempat yang terkena hempasan berat oleh
air yang mengandung banyak sedimen. Khususnya blok halang di kolam
olak dan lantai tepat di bawah pintu dapat dilindungi dengan pelat-pelat baja.
b. Lindungan dari Pasangan Batu Kosong

Pasangan batu kosong (rip-rap) dipakai sebagai selimut lindung bagi tanah asli
(dasar sungai) tepat di hilir bangunan. Batu yang dipakai untuk pasangan batu
kosong harus keras, padat dan awet, serta berberat jenis 2,4. Panjang lindungan dari
pasangan batu kosong sebaiknya diambil 4 kali kedalaman lubang gerusan lokal,
dihitung dengan rumus empiris. Rumus ini adalah rumus empiris Lacey untuk
menghitung kedalaman lubang gerusan:
1⁄
𝑄 3
R = 0,47 ( 𝑓 )

di mana: R = kedalaman gerusan dibawah permukaan air banjir, m


Q = debit, m3/dt

6
f = faktor lumpur Lacey
f = 1,76 Dm0,5
D m = Diameter nilai tengah (mean) untuk bahan jelek, mm

Untuk menghitung turbulensi dan aliran yang tidak stabil, R ditambah 1,5 nya
lagi (data empiris).
Tebal lapisan pasangan batu kosong sebaiknya diambil 2 sampai 3 kali d40,
dicari dari kecepatan rata-rata aliran dengan bantuan Gambar 1.
Gambar 1 dapat dipakai untuk menentukan d40 dari campuran pasangan batu
kosong dari kecepatan rata-rata selama terjadi debit rencana di atas ambang
bangunan. d40 dari campuran berarti bahwa 60% dari campuran ini sama
diameternya atau lebih besar. Ukuran batu hendaknya hampir serupa ke semua
arah.

Gambar 2.1. Grafik perencanaan ukuran pasangan batu kosong


c. Filter

Filter (saringan) berfungsi mencegah hilangnya bahan dasar halus melalui


bangunan lindung. Filter harus ditempatkan antara pasangan batu kosong dan tanah
bawah atau antara pembuang dan tanah bawah. Ada tiga tipe filter yang bisa
dipakai:

7
 filter kerikil-pasir yang digradasi
 kain filter sintetis
 ijuk.
Di sini akan dijelaskan pembagian butir filter. Kain filter sintetis makin mudah
didapat dan kalau direncanakan dengan baik bisa memberi keuntungan-keuntungan
ekonomis.
Mereka yang akan memakai kriteria ini dianjurkan untuk mempelajari brosur
perencanaan dari pabrik.
Penggunaan ijuk biasanya terbatas pada lubang pembuang di dinding penahan.
Pemakaiannya di bawah pasangan batu kosong dan pada pembuang-pembuang
besar, belum didukung oleh kepustakaan yang ada; jadi sebaiknya tidak
dipraktekan.

Gambar 2.2. Contoh filter antara pasangan batu kosong dan bahan asli (tanah dasar)

Filter yang digradasi hendaknya direncana menurut aturan-aturan berikut :


1.) Kelulusan tanah (USBR, 1973) :

Perbandingan 5 – 40 seperti yang disebutkan di atas dirinci lagi sebagai berikut:


 butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10
 butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu) 6 – 20
 butir bergradasi baik 12 – 40
2.) Stabilitas, Perbandingan d15/d 85 (Bertram, 1940) :
 butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10
 butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu) 10 – 30
 butir bergradasi baik 12 – 60

8
Agar filter tidak tersumbat, maka d5 harus sama atau lebih besar dari 0,75 mm
untuk semua lapisan filter.
 Tebal minimum untuk filter yang dibuat di bawah kondisi kering adalah:
 pasir, krikil halus 0,05 sampai 0,10 m
 kerikil 0,10 sampai 0,20 m
 batu 1,5 sampai 2 kali diameter batu yang lebih besar.
Bila filter harus ditempatkan di bawah air, maka harga-harga ini sebaiknya
ditambah 1,5 sampai 2 kali.

d. Bronjong
Bronjong dibuat di lapangan, berbentuk bak dari jala-jala kawat yang diisi
dengan batu yang cocok ukurannya. Matras jala-jala kawat ini diperkuat dengan
kawat-kawat besar atau baja tulangan pada ujung-ujungnya. Ukuran yang biasa
adalah 2 m x 1 m x 0,5 m. Bak-bak yang terpisah-pisah ini kemudian diikat
bersama-sama untuk membentuk satu konstruksi yang homogen.
Bronjong tidak boleh digunakan untuk bagian-bagian permanen dari bangunan
utama; bronjong hanya boleh dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan pengatur sungai di
hulu atau hilir bangunan bendung dari batu atau beton.
Keuntungan menggunakan bronjong adalah:
- kemungkinan membuat lindungan berat dengan batu-batu yang berukuran
lebih kecil dan lebih murah.
- fleksibilitas konstruksi tersebut untuk dapat mengikuti tinggi permukaan yang
terkena erosi.
Untuk mencegah agar tidak ada bahan pondasi yang hilang, di antara tanah dasar
dan lindungan dari bronjong harus selalu diberi filter yang memadai. Ijuk adalah
saringan yang baik dan dapat ditempatkan di bawah semua bronjong.

9
Gambar 2.3 Detail Bronjong

b. Bahan Pondasi
Metode untuk menghitung besarnya daya dukung (bearing pressure) serta harga-
harga perkiraan diberikan dalam KP - 06 Parameter Bangunan.
Parameter bahan seperti sudut gesekan dalam dan kohesi untuk bahan-bahan
pondasi yang sering dijumpai, diberikan pada Tabel 6.1 dan 6.2 bersama-sama dengan
perkiraan daya dukung sebagai harga-harga teoritis untuk perhitungan-perhitungan
pendahuluan.
Tabel 2.1. Harga-harga perkiraan daya dukung yang diizinkan (British Standar Code of
Practice CP 2004)

10
Tabel 2.2 Sudut Gesekan dalam dan kohesi c

Bangunan bendung biasanya dibangun pada permukaan dasar yang keras seperti
batuan keras atau kerikil dan pasir yang dipadatkan dengan baik.
Dalam hal ini penurunan bangunan tidak menjadi masalah.
Jika bahan pondasi ini tidak dapat diperoleh, maka pondasi bangunan harus
direncana dengan memperhitungkan gaya-gaya sekunder yang ditimbulkan oleh
penurunan yang tidak merata maupun risiko terjadinya erosi bawah tanah (piping)
akibat penurunan tersebut.

c. Perencanaan Mercu
 Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jatuh
lebih tinggi dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Bendung
akan memberikan banyak keuntungan bagi sungai, karena bangunan ini akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi
lebih tinggi, karena lengkung streamline dan tekanan negative pada mercu.
Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara HI dan r (HI/r).
untuk bendung dengan dua jari-jari (R2), jari-jari hilir akan digunakan untuk
menemkan harga koefisien debit.
Untuk menghindari bahaya kavitasi local, tekanan minimum pada mercu
bendung harus dibatasi sampai dengan -4m tekanan air, jika bnagunan tersebut
dari beton. Untuk konstruksi pasangan batu, tekanan sub atmosfer sebaiknya
dibatasi sampai dengan -1 m tekanan air.
Persamaan energy dan debit untuk bendung ambang pendek dengan
pengontrol segi empat adalah sebagai berikut :
1.5
𝑄 = 𝐶𝑑 2⁄3 √2⁄3 . 𝑔. 𝑏. 𝐻𝐼

Dimana :

11
Q = Debit (m3/dt)
Cd = Koefisien debit ( Cd = C0 C1 C2 )
g = Percepatan gravitasi ( 9,8 m/ dt2 )
b = Bentang efektif bendung ( m )
H1 = Tinggi energi di atas ambang ( m )
C0 = Fungsi H1/ r
C1 = Fungsi p/ H1
C2 = Fungsi p/ H1 dan kemiringan muka hulu bendung

Gambar 2.4. Tipe Mercu bulat


 Nilai koefisien debit (Cd) bendung tetap dengan mercu bulat adalah hasil dari
C0, C1 dan C2. Dimana:
 Nilai C0 merupakan fungsi H1/r
 Nilai C1 merupakan fungsi p/H1
 Nilai C2 merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung
 Nilai C0, C1 dan C2 diberikan dalam masing-masing grafik berikut.

12
Gambar 2.5. grafik koefisien debit

Pendekatan nilai-nilai hubungan H1/r dan C0 berdasarkan grafik diberikan dalam


tabel berikut
Tabel 2.3. nilai-nilai hubungan H1/r dan C0

H1/r C0

0.50 1.05

1.00 1.17

2.00 1.33

3.00 1.41

4.00 1.46

≥ 5.00 1.49

Gambar 2.6 Grafik Hubungan P/H1dan C1

13
 Pendekatan nilai-nilai hubungan p/H1 dan C1 berdasarkan grafik diberikan dalam
tabel berikut
Tabel 2.4. nilai –nilai hubungan p/H1 dan C1

p/H1 C1

0.00 0.65
0.25 0.86
0.50 0.93
0.75 0.95
1.00 0.97
1.50 0.99

Gambar 2.7 Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe Ogee dengan muka
hulu melengkung
 Pendekatan nilai-nilai hubungan p/H1 , dan kemiringan muka hulu
bendung dan C2 berdasarkan grafik diberikan dalam tabel berikut
Tabel 2.5 nilai-nilai hubungan p/H1 , dan kemiringan muka hulu bendung

C2
p/H1
1 0.667 0.333

0.00

14
0.25 1.030 1.025 1.008

0.50 1.012 1.017 1.005


0.75 1.004 1.010 1.004

1.00 0.998 1.006 1.002


1.50 0.993 1.000 1.000

 Mercu Ogee
Mercu ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam
(aerasi). Oleh karena itu, mercu tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer
pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana.
Untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada
mercu.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S. Army Corps
of Engineers telah mengembangkan persamaan berikut:

n
Y 1 X
  
hd K  hd 
 di mana X dan Y adalah koordinat-koordinat permukaan hilir dan hd
adalah tinggi energi rencana di atas mecu.

Harga-harga K dan n adalah parameter yang diberikan dalam tabel berikut.


Tabel 2.6 Harga K dan n

Dengan memasukkan nilai K dan n diperoleh persamaan untuk masing-


masing bentuk mercu.

15
Gambar 2.8 Mercu tipe Ogee

Bangunan hulu mercu bervariasi disesuaikan dengan kemiringan permukaan


hilir. Persamaan antara tinggi energy dan debit untuk bendung ogee adalah :

1.5
𝑄 = 𝐶𝑑 2⁄3 √2⁄3 . 𝑔. 𝑏. 𝐻𝐼

Q = Debit (m3/dt)
Cd = Koefisien debit ( Cd = C0 C1 C2 )
g = Percepatan gravitasi ( 9,8 m/ dt2 )
b = Bentang efektif bendung ( m )
H1 = Tinggi energi di atas ambang ( m )
C0 = Fungsi H1/ r
C1 = Fungsi p/ H1
C2 = Fungsi p/ H1 dan kemiringan muka hulu bendung

16
d. Perencanaan Bangunan Pengambil dan Pembilas
1. Bangunan Pengambilan
Pembilas pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya terbuka
untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir, besarnya bukaan pintu
bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini bergantung
kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut.
Kapasitas pengambilan harus sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan
pengambilan (dimension requirement) guna menambah fleksibilitas dan agar dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.
Rumus dibawah ini memberikan perkiraan kecepatan yang dimaksud:
1⁄
2
ℎ 3
𝑉 ≥ 32 ( ) 𝑑
𝑑
di mana:
v : kecepatan rata-rata, m/dt
h : kedalaman air, m
d : diameter butir, m
Dalam kondisi biasa, rumus ini dapat disederhanakan menjadi:
v ≈ 10 d0,5
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dt yang merupakan besaran
perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04
m dapat masuk.
Q = μ b a √2𝑔𝑧
di mana:
Q = debit, m3/dt
μ = koefisiensi debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan
kehilangan tinggi energi, μ = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m
Bila pintu pengambilan dipasangi pintu radial, maka μ = 0,80 jika ujung pintu
bawah tenggelam 20 cm di bawah muka air hulu dan kehilangan energi sekitar 10 cm.
Untuk yang tidak tenggelam, dapat dipakai rumus-rumus dan grafik-grafik yang
diberikan pada pasal 4.4.

17
Elevasi mercu bendung direncana 0,10 di atas elevasi pengambilan yang
dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang.
Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai.
Ambang direncana di atas dasar dengan ketentuan berikut:
- 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau
- 1,00 m bila sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
- 1,50 m kalau sungai mengangkut batu-batu bongkah.
Harga-harga itu hanya dipakai untuk pengambilan yang digabung dengan
pembilas terbuka; jika direncana pembilas bawah, maka kriteria ini tergantung pada
ukuran saluran pembilas bawah. Dalam hal ini umumnya ambang pengambilan
direncanakan 0 < p < 20 cm di atas ujung penutup saluran pembilas bawah.
Bila pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka pilar sebaiknya
dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran masuk yang lebih mulus.
Pengambilan hendaknya selalu dilengkapi dengan sponeng skot balok di kedua
sisi pintu, agar pintu itu dapat dikeringkan untuk keperluan-keperluan pemeliharaan
dan perbaikan.
Guna mencegah masuknya benda-benda hanyut, puncak bukaan direncanakan di
bawah muka air hulu. Jika bukaan berada di atas muka air, maka harus dipakai kisi-
kisi penyaring. Kisi-kisi penyaring direncana dengan rumus berikut:
Kehilangan tinggi energi melalui saringan adalah:
𝑣2
Hf = 𝑐
2𝑔
4
𝑠 ⁄3
Dimana : c = 𝛽 (𝑏) sin 𝛿

Hf = kehilangan tinggi energy


v = kecepatan dating
g = percepatan gravitasi
c = koefisien yang bergantung kepada:
β = faktor bentuk
s = tebal jeruji, m
L = panjang jeruji, m
b = jarak bersih antar jeruji b ( b > 50 mm), m
δ= sudut kemiringan dari horisontal, dalam derajat

18
Gambar 2.9 bentuk-bentuk Jeruji kisi-kisi penyaring dan harga-harga β
2. Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung,
tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kri, dan bisa juga
hanya sebuah tergantung dari letak daerah yang akan diari. Bila tempat pengambilan
dua buah menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila
salah satu pengambilan debitnya kecil, pengambilannya lewat gorong-gorong yang
dibuat pada tubuh bendung. Dengan demikian kita tidak perlu membuat 2 bangunan
penguras, dan cukup satu saja.
Biasanya pintu pengambilan adalah pintu sorong kayu sederhana (lihat Gambar
2.10). Bila di daerah yang bersangkutan harga kayu mahal, maka dapat dipakai baja.
Jika air di depan pintu sangat dalam, maka eksploitasi pintu sorong mungkin
sulit. Kalau demikian halnya, pintu radial atau segmen akan lebih baik.

Gambar 2.10. tipe-tipe pintu pengambilan pintu sorong kayu dan baja

19
Gambar 2.11. pintu pengambilan tipe radial
3. Pembilas
Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan kasar di
depan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan jalan
membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat
di depan pengambilan.
Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang sudah
dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas:
- lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 – 1/10
dari lebar bersih bendung (jarak antara pangkal-pangkalnya), untuk sungai-sungai
yang lebarnya kurang dari 100 m.
- lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk
pilar-pilarnya.
Juga untuk panjang dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris. Dalam hal
ini sudut a pada Gambar dibawah sebaiknya diambil sekitar 600 sampai 700.

20
Gambar 2.12. Geometri Pembilas

Pintu pada pembilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup.
Pintu dengan bagian depan terbuka memiliki keuntungan-keuntungan berikut:
- ikut mengatur kapasitas debit bendung, karena air dapat mengalir melalui pintu-
pintu yang tertutup selama banjir.
- pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila pintu dibuat
dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan
Kelemahan-kelemahannya:
- sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir; hal ini bisa menimbulkan
masalah, apalagi kalau sungai mengangkut banyak bongkah. Bongkah-bongkah ini
dapat menumpuk di depan pembilas dan sulit disingkirkan.
- benda-benda hanyut bisa merusakkan pintu.
- karena debit di sungai lebih besar daripada debit di pengambilan, maka air akan
mengalir melalui pintu pembilas; dengan demikian kecepatan menjadi lebih tinggi dan
membawa lebih banyak sedimen.
Sekarang kebanyakan pembilas direncana dengan bagian depan tebuka. Jika
bongkah yang terangkut banyak, kadang-kadang lebih menguntungkan untuk
merencanakan pembilas samping (shunt sluice), lihat Gambar 2.13 Pembilas tipe ini
terletak di luar bentang bersih bendung dan tidak menjadi penghalang jika terjadi
banjir.

21
Gambar2.13 Pembilas samping
Bagian atas pemisah berada di atas muka air selama pembilasan berlangsung.
Untuk menemukan elevasi ini, eksploitasi pembilas tersebut harus dipelajari. Selama
eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan terbuka, pintu pembilas secara berganti-
ganti akan dibuka dan ditutup untuk mencegah penyumbatan.
Pada waktu mulai banjir pintu pengambilan akan ditutup (tinggi muka air sekitar
0,50 m sampai 1,0 m di atas mercu dan terus bertambah), pintu pembilas akan
dibiarkan tetap tertutup. Pada saat muka air surut kembali menjadi 0,50 sampai 1,0 m
di atas mercu dan terus menurun, pintu pengambilan tetap tertutup dan pintu pembilas
dibuka untuk menggelontor sedimen.
Karena tidak ada air yang boleh mengalir di atas dinding pemisah selama
pembilasan (sebab aliran ini akan mengganggu), maka elevasi dinding tersebut
sebaiknya diambil 0,50 atau 1,0 m di atas tinggi mercu.
Jika pembilasan harus didasarkan pada debit tertentu di sungai yang masih cukup
untuk itu muka dinding pemisah, dapat ditentukan dari Gambar 2.14 .
Biasanya lantai pembilas pada pada kedalaman rata-rata sungai. Namun
demikian, jika hal ini berarti terlalu dekat dengan ambang pengambilan, maka lantai
itu dapat ditempatkan lebih rendah asal pembilasan dicek sehubungan dengan muka
air hilir (tinggi energi yang tersedia untuk menciptakan kecepatan yang diperlukan).

22
Gambar 2.14 metode menemukan tinggi dinding pemisah

a. Pembilas Bawah
Pembilas bawah direncana untuk mencegah masuknya angkutan sedimen
dasar fraksi pasir yang lebih kasar ke dalam pengambilan.
“Mulut” pembilas bawah ditempatkan di hulu pengambilan di mana ujung
penutup pembilas membagi air menjadi dua lapisan: lapisan atas mengalir ke
pengambilan dan lapisan bawah mengalir melalui saluran pembilas bawah lewat
bendung
Pintu di ujung pembilas bawah akan tetap terbuka selama aliran air rendah
pada musim kemarau pintu pembilas tetap ditutup agar air tidak mengalir. Untuk
membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan
dibuka setiap hari selama kurang lebih 60 menit.
Apabila benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu pembilas
sebaiknya di pertimbangkan untuk membuat pembilas dengan dua buah pintu, di
mana pintu atas dapat diturunkan agar benda-benda hanyut dapat lewat.
Jika kehilangan tinggi energi bangunan pembilas kecil, maka hanya
diperlukan satu pintu, dan jika dibuka pintu tersebut akan memberikan kehilangan
tinggi energi yang lebih besar di bangunan pembilas.
Bagian depan pembilas bawah biasanya direncana di bawah sudut dengan
bagian depan pengambilan.
Dimensi-dimensi dasar pembilas bawah adalah:
- tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali diameter
terbesar sedimen dasar di sungai
- tinggi saluran pembilas bawah sekurang-kurangnya 1,0 m,

23
- tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air di depan
pengambilan selama debit normal.
Dimensi rata-rata dari pembilas bawah yang direncanakan dan dibangun
berkisar dari:
- 5 sampai 20 m untuk panjang saluran pembilas bawah
- 1 sampai 2 m untuk panjang tinggi saluran pembilas bawah
- 0,20 sampai 0,35 m untuk tebal beton bertulang.
Luas saluran pembilas bawah (lebar kali tinggi) harus sedemikian rupa
sehingga kecepatan minimum dapat dijaga (v = 1,0 – 1,5 m/dt). Tata letak saluran
pembilas bawah harus direncana dengan hati-hati untuk menghindari sudut mati
(dead corner) dengan kemungkinan terjadinya sedimentasi atau terganggunya
aliran.
Sifat tahan gerusan dari bahan dipakai untuk lining saluran pembilas bawah
membatasi kecepatan maximum yang diizinkan dalam saluran bawah, tetapi
kecepatan minimum bergantung kepada ukuran butir sedimen yang akan
dibiarkan tetap bergerak.
Karena adanya kemungkinan terjadinya pusaran udara, di bawah penutup
atas saluran pembilas bawah dapat terbentuk kavitasi, lihat Gambar 5.8. Oleh
karena itu, pelat baja bertulang harus dihitung sehubungan dengan beton yang
ditahannya

b. Pintu Bilas
Ada bermacam-macam pintu bilas yang bisa digunakan, yakni:
- satu pintu tanpa pelimpah (bagian depan tertutup, lihat Gambar 2.15 a)
- satu pintu dengan pelimpah (bagian depan terbuka, lihat Gambar 2.15 b)
- dua pintu, biasanya hanya dengan pelimpah (lihat Gambar 2.15 c)
- pintu radial dengan katup agar dapat membilas benda-benda terapung (lihat
Gambar 2.15 d)
Apabila selama banjir aliran air akan lewat di atas pintu, maka bagian atas
pintu harus direncana sedemikian rupa, sehingga tidak ada getaran dan tirai
luapannya harus diaerasi secukupnya. (lihat Gambar 5.14).
Dimensi kebutuhan aerasi dapat diperkirakan dengan pertolongan rumus
berikut:

24
𝑞𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =𝑜,1 𝑞𝑎𝑖𝑟
𝑦𝑝
⁄ℎ1.5
1

Dimana :
𝑞𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = udara yang diperlukan untuk aerasi per m’ lebar pintu, m3/dt
qair = debit di atas pintu, m3/dt.m
yp = kedalaman air di atas tirai luapan, m
h1 = kedalaman air di atas pintu, m

Gambar 2.15. macam-macam pintu pembilas

2.3 Stabilitas
1. Gaya-Gaya yang Bekerja pada Bangunan
Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan bendung dan mempunyai arti penting dalam
perencanaan adalah :
a. Tekanan air dalam dan luar

Gaya tekan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya hidrodinamik.
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air. Tekanan air
akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan. Oleh sebab itu agar

25
perhitungannya lebih mudah, gaya horisontal dan vertikal dikerjakan secara
terpisah.
Tekanan air dinamik jarang diperhitungkan untuk stabilitas bangunan bendung
dengan tinggi energi rendah.
Gaya tekan ke atas. Bangunan bendung mendapat tekanan air bukan hanya
pada permukaan luarnya, tetapi juga pada dasarnya dan dalam tubuh bangunan itu.
Gaya tekan ke atas, yakni istilah umum untuk tekanan air dalam, menyebabkan
berkurangnya berat efektif bangunan diatasnya.
Rumus gaya tekan ke atas untuk bangunan yang didirikan pada pondasi batuan
adalah :

𝑊𝑢 = 𝑐𝜏𝑤 [ℎ2 + 1⁄2 𝜀(ℎ1 − ℎ2 )]𝐴

di mana:
c = proposi luas di mana tekanan hidrostatik bekerja (c = 1, untuk semua tipe
pondasi)
τw = berat jenis air, kN/m3
h2 = kedalaman air hilir, m
ξ = proposi tekanan (proportion of net head) diberikan pada Tabel 6.3
h1 = kedalaman air hulu, m
A = luas dasar, m2
Wu = gaya tekan ke atas resultante, kN

Gambar 2.16 gaya angkat untuk bangunan yang dibangun pada pondasi buatan

Tabel 2.7 harga-harga ξ

26
Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar (subgrade)
lebih rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan dengan membuat
jaringan aliran (flownet), atau dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane
untuk teori angka rembesan (weighted creep theory).
Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar (subgrade)
lebih rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan dengan membuat
jaringan aliran (flownet). Dalam hal ditemui kesulitan berupa keterbatasan waktu
pengerjaan dan tidak tersedianya perangkat lunak untuk menganalisa jaringan
aliran, maka perhitungan dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane untuk
teori angka rembesan (weighted creep theory) bisa diterapkan.
Jaringan aliran dapat dibuat dengan:
(1) plot dengan tangan
(2) analog listrik atau
(3) menggunakan metode numeris (numerical method) pada komputer.
Dalam metode analog listrik, aliran air melalui pondasi dibandingkan dengan
aliran listrik melalui medan listrik daya-antar konstan. Besarnya voltase sesuai
dengan tinggi piezometrik, daya-antar dengan kelulusan tanah dan aliran listrik
dengan kecepatan air .
Untuk pembuatan jaringan aliran bagi bangunan utama yang dijelaskan disini,
biasanya cukup diplot dengan tangan saja.
Contoh jaringan aliran di bawah bendung pelimpah diberikan pada Gambar.

27
Gambar 2.17 contoh jaringan aliran bawah dam pasangan batu dan pasir

Gambar 2.18 gaya angkat pada pondasi bendung

Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di sepanjang dasar
𝐿𝑥
bendung dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑃𝑥 = 𝐻𝑥 − ∆𝐻
𝐿

di mana:
Px = gaya angkat pada x, kg/m2
L = pnjang total bidang kontak bendung dan tanah bawah, m
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x, m

28
ΔH = beda tinggi energi, m
Hx = tinggi energi di hulu bendung, m

Dan di mana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara Lane,
bergantung kepada arah bidang tersebut. Bidang yang membentuk sudut 450 atau
lebih terhadap bidang horisontal, dianggap vertikal.

b. Tekanan Lumpur

Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau terhadap pintu
dapat dihitung sebagai berikut:
𝜏𝑠 ℎ 2 1−𝑠𝑖𝑛𝜗
Ps = ( )
2 1+𝑠𝑖𝑛𝜗

di mana:
Ps : gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman adri atas lumpur yang bekerja secara
horisontal
τs : berat lumpur, kN
h : dalamnya lumpur, m
Φ : sudut gesekan dalam, derajat.
Beberapa andaian/asumsi dapat dibuat seperti berikut:
𝐺−1
𝜏𝑠 = 𝜏𝑠′
𝐺
di mana: τs’ = berat volume kering tanah ≈ 16 kN/m3 (≈ 1.600 kgf/m3)
λ = berat volume butir = 2,65
menghasilkan τs = 10 kN/m3 (≈ 1.000 kgf/m3)
Sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 300 untuk kebanyakan hal,
menghasilkan:
Ps = 1,67 h2

c. Gaya Gempa
Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian Parameter Bangunan. Harga-
harga tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menujukkan berbagai daerah dan
risiko. Faktor minimum yang akan dipertimbangkanadalah 0,1 g perapatan gravitasi
sebagai harga percepatan. Faktor ini hendaknya dipertimbangkan dengan cara
mengalikannya dengan massa bangunan sebagai gaya horisontal menuju ke arah yang
paling tidak aman, yakni arah hilir.

29
d. Berat Bangunan

Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat bangunan
itu.
Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai harga-harga berat
volume di bawah ini.
pasangan batu 22 kN/m3 (≈ 2.200 kgf/m3)
beton tumbuk 23 kN/m3 (≈ 2.300 kgf/m3)
beton bertulang 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3)

Berat volume beton tumbuk bergantung kepada berat volume agregat serta
ukuran maksimum kerikil yang digunakan.
Untuk ukuran maksimum agregat 150 mm dengan berat volume 2,65, berat
volumenya lebih dari 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3).

e. Reaksi Pondasi

Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan tersebar secara linier.

Gambar 2.19 Unsur-Unsur Persamaan Distribusi tekanan


Tekanan vertikal pondasi adalah:

30
∑(𝑊) ∑(𝑊)𝑒
𝑝= + 𝑚
𝐴 𝐼
dimana:
p = tekanan vertikal pondasi
Σ (W) = keseluruhan gaya vertikal, termasuk tekanan ke atas, tetapi tidak termasuk
reaksi pondasi.
A = luas dasar, m2
e = eksentrisitas pembebanan, atau jarak dari pusat gravitasi dasar (base) sampai
titik potong resultante dengan dasar
I = momen kelembaban (moment of inertia) dasar di sekitar pusat gravitasi
m = jarak dari titik pusat luas dasar sampai ke titik dimana tekanan dikehendaki

Untuk dasar segi empat dengan panjang ℓ dan lebar 1,0 m, I = ℓ3/12 dan A = 1,
rumus tadi menjadi:

∑(𝑊) 12𝑒
𝑝= {1 + 2 𝑚}
𝐴 𝐸

31
BAB III

PERENCANAAN

3.1 Data Perencanaan

Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan adalah :


 Peta Topografi : SC0 – SC41
 Lokasi As bending : SC21
 Debit Q1 : 13,7 m3/det
 Debit Q100 : 61,5 m3/det
 Jenis tanah dasar : Lempung sedang
 Material hanyutan : Lempung pasir
 Tinggi mercu (p) : 2,8 m

Standar perencanaan yang digunakan berupa peraturan dan standar


yang telah ditetapkan secara nasional, seperti Kriteria Perencanaan Bagian
Perencanaan Bangunan Utama (KP-02)

32
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kemiringan Rata-Rata


Dalam mencari kemiringan rata-rata dilihat dari potongan memanjang
dalam pelaksanaan jaringan sumber air Citarum. Data yang dibutuhkan adalah
data elevasi tanah eksisting dan panjang (L).

Tabel 4.1 Kemiringan rata-rata

Point Elevasi (H) ΔH L (m) i


SC.41 658.35 -0.08 50.1 -0.00160
SC.40 658.43 0.02 55.59 0.00036
SC.39 658.33 0.09 53.32 0.00169
SC.38 658.34 0.03 50.43 0.00059
SC.37 658.3 -0.06 49.93 -0.00120
SC.36 658.4 -0.19 48.15 -0.00395
SC.35 658.49 0.31 47.58 0.00652
SC.34 658.09 0.12 48.99 0.00245
SC.33 658.37 0.27 60.34 0.00447
SC.32 657.82 0.44 63.32 0.00695
SC.31 657.93 -0.3 51.64 -0.00581
SC.30 658.12 -0.09 47.03 -0.00191
SC.29 658.02 0.03 45.35 0.00066
SC.28A 658.09 -0.17 50.05 -0.00340
SC.28 658.19 -0.21 49.92 -0.00421
SC.27 658.3 0.46 57.46 0.00801
SC.26 657.73 0.23 52.12 0.00441
SC.25 658.07 -0.16 44.68 -0.00358
SC.24 657.89 0.21 43.75 0.00480
SC.23 657.86 -0.28 49.98 -0.00560

33
SC.22 658.17 -0.42 54.91 -0.00765
SC.21 658.28 -0.06 47.75 -0.00126
SC.20 658.23 0.14 51.77 0.00270
SC.19 658.14 0.21 49.24 0.00426
SC.18 658.02 0.11 36.5 0.00301
SC.17 658.03 0.19 46.9 0.00405
SC.16 657.83 0.02 42.8 0.00047
SC.15 658.01 -0.38 50.01 -0.00760
SC.14 658.21 -0.37 50.18 -0.00737
SC.13 658.38 -0.23 46.89 -0.00491
SC.12 658.44 0.26 46 0.00565
SC.11 658.12 0.42 45.27 0.00928
SC.10 658.02 0.08 48.38 0.00165
SC.9 658.04 0.02 50.18 0.00040
SC.8 658 -0.24 49.25 -0.00487
SC.7 658.28 -0.38 50.78 -0.00748
SC.6 658.38 0.24 39.11 0.00614
SC.5 658.04 0.33 73.61 0.00448
SC.4 658.05 0.56 54.96 0.01019
SC.3 657.48 0.54 56.29 0.00959
SC.2 657.51 -0.3 51.8 -0.00579
SC.1 657.78 -0.15 37.51 -0.00400
SC.0 657.66 0.12

Rata-rata kemiringan yang didapat adalah 0,00049

4.2 Kurva Debit


Data yang diperlukan dalam tugas ini adalah ketinggian, luas, dan keliling
basah dari profil. Profil yang dipakai yaitu Point SC.21

34
Tabel 4.2 Perhitungan Kurva debit

Pot. V Q
h (m) A (m²) P (m) R (m) K n
Melintang (m/det) (m³/det)
0,25 2,256 26,603 0,0848 35 0,0286 0,1497 0,3376
0,5 5,72 29,59 0,1933 35 0,0286 0,2592 1,4828
0,75 9,501 32,19 0,2952 35 0,0286 0,3437 3,2657
1 13,595 34,789 0,3908 35 0,0286 0,4144 5,6344
Point SC.21

1,25 18,207 39,114 0,4655 35 0,0286 0,4657 8,4792


1,5 22,998 40,906 0,5622 35 0,0286 0,5282 12,1470
1,75 27,896 41,732 0,6685 35 0,0286 0,5928 16,5361
2 32,834 42,857 0,7661 35 0,0286 0,6492 21,3158
2,25 37,884 43,658 0,8677 36 0,0278 0,7256 27,4871
2,5 42,984 45,105 0,9530 37 0,0270 0,7938 34,1197
2,75 48,175 45,458 1,0598 38 0,0263 0,8751 42,1556

Didapat kurva sebagai berikut :

KURVA Q Vs H POINT SC.21


3
y = 0.4217x0.5043
2.5 R² = 0.9995

1.5

0.5

0
0 10 20 30 40 50

Gambar 4.1 Kurva Debit


4.3 Lebar Rata-Rata (B)
Q1 = 13,7 m3/det

35
Nilai ketinggian (h) didapat dari interpolasi h dan Q dalam tabel kurva debit
dengan sesuaikan Q1. Didapat :
Tabel 4.3 Nilai B rata-rata

Point h (m) B (m) Point h (m) B (m)


SC. 0 1,607661 20,5555 SC. 21 1,588457 19,4784
SC. 1 1,59872 20,2987 SC. 22 1,606512 19,7665
SC. 2 2,210251 20,5255 SC. 23 2,070472 17,4662
SC. 3 2,095627 19,7974 SC. 24 1,874672 19,0783
SC. 4 1,789551 17,3455 SC. 25 1,629196 18,1012
SC. 5 2,06409 17,077 SC. 26 2,101738 18,181
SC. 6 1,494465 21,2366 SC. 27 1,545869 18,9025
SC. 7 1,408305 22,9941 SC. 28 1,618535 19,435
SC. 8 1,568636 21,4716 SC. 28A 1,449991 20,8105
SC. 9 1,694815 20,5895 SC. 29 1,802655 20,1093
SC. 10 1,713955 18,6681 SC. 30 1,754193 21,7486
SC. 11 1,252193 21,2946 SC. 31 2,0575 18,8051
SC. 12 1,521353 21,4639 SC. 32 2,281822 19,3277
SC. 13 1,356479 19,7013 SC. 33 1,75573 19,2134
SC. 14 1,522621 20,2927 SC. 34 1,917637 17,3904
SC. 15 1,506683 19,6174 SC. 35 1,639868 18,6619
SC. 16 2,007248 17,4726 SC. 36 1,477999 18,9126
SC. 17 1,851502 17,9215 SC. 37 1,786754 17,5747
SC. 18 1,802423 17,3386 SC. 38 1,788622 18,6896
SC. 19 1,734281 18,757 SC. 39 1,845678 24,9211
SC. 20 1,527756 19,7911 SC. 40 1,79796 20,8817
SC. 41 1,684182 18,4678

Didapat B rata-rata = 19,538 m


4.4 Lebar Efektif Bendung
Lebar efektif bendung : Be = B -2 (n.Kp+Ka). H1

36
Dimana : Be = Lebar efektif bendung
B = Lebar bendung (Lebar total – lebar pilar)
n = Jumlah pilar
Kp = Koef. Konstraksi pilar
Ka = Koef. Konstraksi pengkal bendung
H1 = Tinggi energi

Tabel 4.4 Harga koefisien konstraksi

Maka ditentukan :

B total = 1 s/d 1,2 x B rata-rata = 1 x 19,538 = 19,538 m

n (Jumlah Pilar) = 2 buah (minimal 1 buah)

T (Panjang Pilar) =1m

Kp = 0,01

Ka =0

Lebar Pilar =1m (Lebar 1 s/d 1,5 m)

P = 2,8 m

Q100 = 61,5 m3/det

Didapat : Be = B -2 (n.Kp+Ka). H1

Be = 19,538 – 2 (2. 0,01 + 0). H1

Be = 17,538 – 0,04 H1 .......... Mencari H1

Dilakukan Trial and Error, sebagai berikut :

37
B = 17,538 m

He = H1 = 1,344 m ....Trial (3,5-4,5 Max , dibawah 3,5 boleh)

Be = 17,538 – 0,04 .1,344 = 17,4846 m

Q100 = 61,5 m3/det

q = Q100 / Be = 61,5 / 17,4846 = 3,51737

g = 9,81 m2/det

q 3,51737
v= = = 0,85084
(P+He) (2,8+1,334)

v2 0,850842
Ha = = = 0,0368
2xg 2 x 9,81

1/3 1/3
q2 3,5173742
Hc = [ g ] = [ ] = 1,080412
9,81

Hd = He – Ha = 1,334 – 0,036898 = 1,2971

P / Hd = 2,8 / 1,2971 = 2,16

H1 / Hd = 1,334 / 1,2971 = 1,03

P / H1 = 2,8 / 1,334 = 2,1

Dipakai bendung mercu Tipe Ogee :

38
Gambar 4.2 Faktor Koreksi untuk selain tinggi energi rencana pada bendung
mercu ogee

Gambar 43 Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe Ogee dengan


muka hulu melengkung.

Maka didapat : C0 = 1,3 .....Konstanta

C1 = 1,03 .....Dari Gambar 4.

C2 =1 .....Dari Gambar 4.

Cd = C0 x C1 x C2 = 1,3 x 1,03 x 1 = 1,339

C = Cd x 1,7048949 = 1,339 x 1,7048949 = 2,282854

2/3
Q100 2/3 61,5
He = [ ] = [ ] = 1,334
C x Be 2,282854 x 17,48463

He (Trial) = He ....... OK!!!!

Jadi , Lebar Efektif (Be) = 17,4846 m

4.5 Desain Mercu


Diketahui :
Upstream =3:2
Downstream =1:1

39
Hd = 1,2971 m

k = 1,939 n = 1,81
Rumus : Xn = k.Hdn-1.Y
Jadi persamaannya :
X1,810 = 1,939 . 1,29711,81-1 . Y
Y = X1,810 / 2,3953
Untuk downstream 1:1, maka dy/dx = 1/1 = 1
Y = X1,810 / 2,3953
dy/dx = 1,81 . X0,81 / 2,3953 = 1
1,81 . X0,81 = 2,3953
X0,81 = 1,3234
Didapat : X = 1,4133
Y = 0,7808
Tabel 4.5 Koordinat Mercu

Y X

0 0
0.05 0.3095
0.1 0.4539
0.15 0.5679
0.2 0.6657
0.25 0.7530
0.45 1.0419
0.5 1.1044
0.55 1.1641
0.6 1.2214
0.65 1.2767

40
0.7 1.3300
0.75 1.3817
0.7808 1.4133
1 1.6325
1.15 1.7825
1.3 1.9325
1.45 2.0825
2 2.6325
2.15 2.7825
2.3 2.9325
2.45 3.0825
2.6 3.2325
3 3.6325
3.15 3.7825
3.3 3.9325
3.45 4.0825
3.6 4.2325
4 4.6325

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3


0

0.5

1.5

2.5

Gambar 4.4 Kurva Mercu Rencana

41
Gambar 4.5 Tipe Mercu Ogee 1 : 0,67
Untuk upstream tegak :
R = 0,48 Hd = 0,48 . 1,2971 = 0,6226 m
Panjang tegak busur = 0,115 Hd = 0,115 . 1,2971 = 0,149 m
R = 0,22 Hd = 0,22 . 1,2971 = 0,2853 m
Panjang tegak busur = 0,214 Hd = 0,214 . 1,2971 = 0,2775 m
Tinggi jagaan pangkal bendung (elevasi dinding bendung) biasanya 0,75 - 1,5
dari elevasi air yang terbendung Tinggi Jagaan = Hd+1,5 = 2,7971 m
P = 2,8 m
Elevasi Dasar Sungai = 658,28 m
Elevasi dinding bending = 2,7971+2,8+658,28 = 663,877 m
diambil 663,80
Elevasi Mercu = 658,28 + 2,8 = 661,08 m

4.6 Desain Kolam Olakan

Diketahui :
Elevasi Mercu = 661.08 M
Hd = 1.297102 M
He = 1.334 M
Elevasi Dasar sungai di hilir = 658.23 m
Elevasi MAB di hilir = 661.596 m

42
Tinggi Muka Air Banjir = 3.3661 m
Ha = K = 0.0369
Q100 = 61.5 m³/det
B eff = 17.4846 m
Elevasi ruang olak diambil = 657 Coba !!!!

Z = (Elev.Mercu +Hd) – Elev.Ruang Olak


= (661,08+1,2971) – 657 = 5,37712 m
1
𝑉 = √2 𝑥 9,81 (5,37712 − 2 𝑥 1,2971)

V = 9,627 m
Tinggi muka air dikaki bending
Y1 = Q100 / (B.eff x V) = 61,5 / (17,4846 x 9,627) = 0,3653 m
Kecepatan air sebenarnya
𝑉 = √2 𝑥 9,81 (5,37712 − 0,0369) − 0,3653 = 10,283 𝑚/𝑑𝑒𝑡
Bilangan Froud
𝐹1 = 10,283/√9,81𝑥 0,3653 = 5,4345 𝑚/𝑑𝑒𝑡
Dipakai USBR III karena F1 > 4,5
Tinggi Rating Jump
𝑌2 1
= 𝑋√1 + (8𝑥(5,43452 )) − 1 = 7,2018 𝑚
𝑌1 2
Y2 = 7,2018 / 0,3653 = 2,6313 m
Tinggi Tail Water
Y2’ = Elev.MAB hilir – Elev.Ruang Olak
= 661,596 – 657 = 4,596 m
Syarat Y2’ > Y2 , maka 4,596 m > 2,6313 ……OK

43
Gambar 4.6 Grafik ruang olak USBR III

Gambar 4.7 ruang olak USBR III

Mencari panjang ruang olak :


D2 = Y2 = 2,6312 m
D1 = Y1 = 0,3653 m
L / D2 = 2,4 L = 6,3151 m diambil = 6 m
Chute Blocks :
H1 = D1 = 0,3653 m

44
Chute blocks : Baffle blocks :
h1 = D1 = 0.365 m h3/d1 = 1.51
0.5 D1 = 0.182682 m h3 = 0.551701 m
0.8 D2 = 2.105036 M s3=0.75 h3 = 0.413775 m
a3=0.75 h3 = 0.413775 m
0.375 h3 = 0.206888 m
0.2 h3 = 0.11034 m
End Sill :
h4/d1 = 1.35
h4 = 0.493242 m
0.2 h4 = 0.098648 m
2 h4 = 0.986485 m

Elevasi End Sill = 657.4932

4.7 Perencanaan Saluran Intake


Pengambilan yang digabung dengan pembilas terbuka, Elv. Ambang
bangunan pengambilan ditentukkan dari tingginya dasar sungai. Ambang
direncanakan diatas dasar sungai dengan ketentuan sebagai berikut : (KP-02
hal. 124)
 X min 0,50 m jika sungai menyangkut lanau.
 X min 1,00m bila sungai juga menyangkut pasir dan kerikil.
 X min 1,50m kalau sungai menyangkut batu – batu bongkah

Jika direncanakan pembilas bawah, maka criteria ini bergantung pada ukuran
saluran pembilas bawah, dalam hal ini umumnya ambang pengambilan
direncanakan 0 < P < 20 cm diatas ujung penutup saluran pembilas bawah.

Diketahui:

Elevasi Mercu = 661,08

Elevasi dasar sungai = 658,28

45
Elevasi dinding bendung = 663,80

Material Hanyutan = Lempung Pasir

Kebutuhan pengambilan = 0,7327

Penyelesaian :

Kapasitas pengambilan (Qd) = 1,2 x kebutuhan pengambilan


= 0.879267
Elevasi muka air hulu intake = elevasi mercu - 0,10 m
= 660.98
Diambil kehilangan tinggi energi pd bukaan (z) = 0.25
Elevasi M.A. hilir intake = elevasi MA hulu - z
= 660.73
Untuk pembilas Undersluice

Gambar 4.8 Saluran Intake

Tinggi saluran penguras adalah 1 - 2 meter

Tebal beton bertulang adalah 0,20 - 0,35 meter

Elevasi ambang intake = elevasi dasar sungai + tinggi + tebal beton + P


= 659.63
Mengambil tipe pengambilan aliran tenggelam

46
Debit koefisien (µ) = 0.8
V = 1.7709 m3/det
n = 0.05 m
Tinggi bukaan pintu (a) = Elevasi MA hilir - elevasi ambang intake – n

= 1,05 m diambil = 0,5 m

Lebar bukaan pintu (b) = Qd / V x a

= 0,993 m diambil =1m

Tinggi pintu (H) = Elevasi MA hulu - elevasi ambang intake

= 1,35 m

H' = elevasi dinding bendung - elevasi ambang intake

= 4,17 m

4.8 Perencanaan Pembilas


Dimensi under sluice ditentukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut (KP-02, 1986) :
 Tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali
diameter terbesar sedimen dasar sungai
 Tinggi saluran pembilas bawah sekurang-kurangnya 1,00 m,
 Tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air didepan
pengambilan selama debit normal.

Ukuran saluran under sluice tersebut adalah sebagai berikut:

Tinggi saluran = 1 m

B total bendung = 19,537 m

47
1/10 Btotal - 1/6 Btotal
1.9537993 - 3.256332
Diambil = 3

Lebar Total saluran = 3 – Lebar pilar = 3-1 = 2 m

Lebar saluran = 2/2 = 1m

 Pintu penguras under sluice 2 buah

tinggi = 1 m

lebar = 1 m

 Pintu penguras bendung 2 buah

Tinggi = 1,8 m

Lebar = 1 m

Kecepatan Aliran dibawah Pintu Penguras Under sluice Kecepatan aliran :

Dimana : Vup = µ x √2 x g x (k x z)

Vup = kecepatan aliran di under sluice dibawah pintu (m/dt)

z = perbedaan elevasi permukaan air di hulu dan di hilir under sluice (m)

k = koefisien pengaliran di under sluice karena sempurna dan tidak


sempurnanya pengaliran pada bendung (keadaan sempurna k = 1)

g = kecepatan gravitasi (m/dt2)

µ = koefisien kontraksi (0,80)

kecepatan aliran didalam under sluice dibawah pintu penguras pada keadaan :

 Elevasi di hulu bendung setinggi mercu


 Pengaliran dalam keadaan sempurna dan air dihilir bendung setinggi
bagian bawah plat under sluice.

48
Diketahui :

elevasi muka air


hulu = 660.98
Hd = 1.2971
elevasi muka air
hilir = 661.5961
Z = 0.6810 m
p = 2.8 m
k= 1
g = 9.81
µ = 0.8

Maka didapat :
Vup = µ x √2 x g x (k x z)

Vup = 0,8 x √2 x 9,81 x (1 x 0,681)


Vup = 2,9241 m/det
Kecepatan Aliran pada Sistem Under Sluice pada keadaan permukaan air di
hulu sungai setinggi elevasi mercu bendung(EL> +409,2081), sedangkan
elevasi permukaan air di hilir setinggi EL +406,4632 (rata dengan plat under
sluice bagian bawah) dan pintu penguras bendung dibuka penuh maka
besarnya debit melalui lubang under sluice:

Qup = A * Vup

Dimana :

Qup = Debit air pada lubang under sluice (m3/det)


A = Luas penampang under sluice di bawah pintu penguras (m 2 )
Vup = Kecepatan aliran di under sluice dibawah pintu (m/dt)

Diketahui :

49
A = 1 m2
Vup = 2,9241 m/det
Maka didapat :
Qup = A x Vup = 2,9241 m3/det
Dari hasil perhitungan tersebut maka kecepatan pada mulut under sluice
adalah:
𝑄𝑢𝑝
𝑉𝑢𝑠 =
𝐴𝑢𝑠
Dimana:
Vus = Kecepatan pada mulut under sluice (m/dt)
Qup = Debit air pada lubang under sluice (m³/det)
Aus = Luas penampang mulut under sluice (m²)
Diketahui :
Qup = 29241 m3/det
Aus = 1 m2
Maka didapat:
Vc = Vus = 2,9241 m/det
Diameter butir yang dapat dikuras adalah :
Vc = 1,5 . C . (d)0,5
Dimana :

Vc = kecepatan kritis yang diperlukan


C = koefisien sedimen antara 3,2 - 5,5
d = Diameter butiran yang dapat dikuras
Atau d = (Vc/1,5.C)²

d = 0,237 m

Keadaan pintu dibuka setinggi undersluice

50
µ = koefisien kontraksi = 0,8
Didapat : Q = 5,374 m3/det

Keadaan pintu dibuka setinggi mercu

Didapat : Q = 3,4234 m3/det


4.9 Perhitungan Kurva Pengempangan

Diketahui :
n= 0.03
Q100 = 61.5 m3/det
So (I rata-rata) = 0.00049
P= 2.8 m
Hd = 1.29710 m

51
Tinggi Muka air
dihulu = 4.09710 m
H100 = 3.36615 m
g= 9.81

52
Tabel 4.6 Kurva Pengempangan

h (m) A (m2) P (m) R (m) R2/3 R4/3 V (m/s) E (m) ∆E (m) Sf Sf/2 So-(Sf/2) ∆x (m) X (m)
(1) (2) (3) (4)=(2)/(3) (5)=(4)^(2/3) (6)=(4)^(4/3) (7)=Q100/(2) (8)=(1)+((7)^2/(2*g)) (9)=(8)n - (8)n+1 (10)=((n^2)*((7)^2))/(6) (11)=(10)/2 (12)=So-(11) (13)=(9)/(12) (14)=(14)n-1+(13)
4.0971 87.847 45.035 1.9506 1.5612 2.4373 0.7001 4.122082758 0 0.000164156 0.0000821 0.0004087 0 0
3.75 74.319 40.174 1.8499 1.5070 2.2709 0.8275 3.784902096 0.337180661 0.000246155 0.0001231 0.0003677 916.998048 916.9980484
3.5 65.796 29.144 2.2576 1.7209 2.9617 0.9347 3.544529954 0.240372143 0.000240814 0.0001204 0.0003704 649.003775 1566.001823
3.36615 62.304 28.186 2.2105 1.6969 2.8795 0.9871 3.415810339 0.128719614 0.000276231 0.0001381 0.0003527 364.993887 1930.99571

KURVA PENGEMPANGAN
5
4
3

h (m)
2
1
0
2250 2000 1750 1500 1250 1000 750 500 250 0
X(m)

53
4.10 Lantai Muka

Rumus yang digunakan menggunakan berdasarkan teori Lane's :

Dimana :
L= panjang total creep
Lv = panjang horizontal creep
Lh = panjang vertikal creep

Dalam desain ini diambil bahan dasar Lempung Pasir = Lempung Sedang

L
= 1.8
DH
dimana:
L = panjang total creep
D H = kehilangan tekanan (beda elevasi mercu dengan elevasi dasar hilir)
Perhitungan :

54
Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran sehingga
Q = 0 m3/det
elevasi mercu = 661,08 m
elevasi end sill = 657,5 m
DH = 3,59 m
Panjang rayapan seharusnya :
Lb > 1,8 x 3,5868 = 6.45616 m
Berdasarkan gambar ->
Lv = 1+0.5+0.5+0.5+1.78+0.5+0.5+1+
= 6.773242258 m
Lh = 0.75+1.2+1.82+3.19+1.8+4.91+1.09
= 14.76 m
Lp = Lv + 1/3 LH
= 6,7732 + (1/3)14,76 m
= 11.69324226 m 5.84662
Jadi : Lb yang dibutuhkan = 6.45616 m
Lp hasil perhitungan = 11.6932 m
Lp >
Lb 11.693 > 6.45616 AMAN

Panjang Lantai cukup memadai

Kondisi Banjir
Q = 61.5 m3/sec
Elevasi MAB
Hulu = 662.4 m
Elevasi MAB
Hilir = 661.5961489 m

55
DH = 0.8 m

Panjang rayapan seharusnya :


Lb > 1.405716448 m
Berdasarkan gambar ->
Lv = 1+0.5+0.5+0.5+1.78+0.5+0.5+1+
= 6.773242258 m
Lh = 0.75+1.2+1.82+3.19+1.8+4.91+1.09
= 14.76 m
Lp = Lv + 1/3 LH
= 6,7732 + (1/3)14,76 m
= 11.69324226 m 5.84662
Jadi : Lb yang dibutuhkan = 1.40572 m
Lp hasil perhitungan = 11.6932 m
Lp >
Lb 11.693 > 1.40572 AMAN

Panjang Lantai cukup memadai

Keamanan Terhadap Rembesan dan Tekanan Air


a. Kondisi Normal
Elevasi Mercu = 661,08 m
Elevasi end sill = 657,49 m
Hw = 3,59 m Cw= 3,26

56
57
Titik Koordinat Jalur Losses Losses Tekanan Tekanan
x y V H H/3 lw Dh=lw/Cw Dh=lw/Cw H H H-Dh H-Dh
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) kN/m2 (m) kN/m2 (m) kN/m2

a 0.00 658.28 0 0.00 0.00 2.80 28.00 2.80 28.00


a-b 1.00 0.00 0.00
b 0.00 657.28 1.00 0.31 3.07 3.80 38.00 3.49 34.93
b-c 0.00 0.75 0.25
c 0.75 657.28 1.25 0.38 3.83 3.80 38.00 3.42 34.17
c-d 0.50 0.00 0.00
d 0.75 657.78 1.75 0.54 5.37 3.30 33.00 2.76 27.63
d-e 0.00 1.20 0.40
e 1.95 657.78 2.15 0.66 6.59 3.30 33.00 2.64 26.41
e-f 0.50 0.00 0.00
f 1.95 657.28 2.65 0.81 8.13 3.80 38.00 2.99 29.87
f-g 0.00 1.82 0.61
g 3.77 657.28 3.26 1.00 9.99 3.80 38.00 2.80 28.01
g-h 0.50 0.00 0.00
h 3.77 657.78 3.76 1.15 11.52 3.30 33.00 2.15 21.48
h-i 0.00 3.19 1.06
i 6.96 657.78 4.82 1.48 14.78 3.30 33.00 1.82 18.22
i-j 1.78 0.00 0.00
j 6.96 656.00 6.60 2.02 20.24 5.08 50.80 3.06 30.56
j-k 0.00 1.80 0.60
k 8.76 656.00 7.20 2.21 22.09 5.08 50.80 2.87 28.71
k-l 0.50 0.00 0.00
L 8.76 656.50 7.70 2.36 23.62 4.58 45.80 2.22 22.18
l-m 0.00 4.91 1.64
m 9.26 656.50 9.34 2.86 28.64 4.58 45.80 1.72 17.16
m-n 0.50 0.00 0.00
n 9.26 656.00 9.84 3.02 30.17 5.08 50.80 2.06 20.63
n-o 0.00 1.09 0.36
o 10.35 656.00 10.20 3.13 31.29 5.08 50.80 1.95 19.51
o-p 1.49 0.00 0.00
p 10.35 657.49 11.693 3.59 35.87 3.59 35.87 0.00 0.00
5.28 14.76 20.04

Angka Rembesan
Lane's : Cw = 10,20 / 3,59 = 2,84 > 2 ….OK

Kondisi Banjir Rencana


Muka air hulu = 662,38 m
Muka air hilir = 661,60 m
Hw = 0,78 m Cw = 14,97

58
TitikKoordinat Jalur Losses Losses Tekanan Tekanan
V H H/3 lw Dh=lw/Cw Dh=lw/Cw H H H-Dh H-Dh
x y (m) (m) (m) (m) (m) kN/m2 (m) kN/m2 (m) kN/m2

a 0.00 658.28 0 0.00 0.00 4.10 40.97 4.10 40.97


a-b 1.00 0.00 0.00
b 0.00 657.28 1.00 0.07 0.67 5.10 50.97 5.03 50.30
b-c 0.00 0.75 0.25
c 0.75 657.28 1.25 0.08 0.83 5.10 50.97 5.01 50.14
c-d 0.50 0.00 0.00
d 0.75 657.78 1.75 0.12 1.17 4.60 45.97 4.48 44.80
d-e 0.00 1.20 0.40
e 1.95 657.78 2.15 0.14 1.44 4.60 45.97 4.45 44.54
e-f 0.50 0.00 0.00
f 1.95 657.28 2.65 0.18 1.77 5.10 50.97 4.92 49.20
f-g 0.00 1.82 0.61
g 3.77 657.28 3.26 0.22 2.18 5.10 50.97 4.88 48.80
g-h 0.50 0.00 0.00
h 3.77 657.78 3.76 0.25 2.51 4.60 45.97 4.35 43.46
h-i 0.00 3.19 1.06
i 6.96 657.78 4.82 0.32 3.22 4.60 45.97 4.28 42.75
i-j 1.78 0.00 0.00
j 6.96 656.00 6.60 0.44 4.41 6.38 63.77 5.94 59.36
j-k 0.00 1.80 0.60
k 8.76 656.00 7.20 0.48 4.81 6.38 63.77 5.90 58.96
k-l 0.50 0.00 0.00
L 8.76 656.50 7.70 0.51 5.14 5.88 58.77 5.36 53.63
l-m 0.00 4.91 1.64
m 9.26 656.50 9.34 0.62 6.24 5.88 58.77 5.25 52.54
m-n 0.50 0.00 0.00
n 9.26 656.00 9.84 0.66 6.57 6.38 63.77 5.72 57.20
n-o 0.00 1.09 0.36
o 10.35 656.00 10.20 0.68 6.81 6.38 63.77 5.70 56.96
o-p 1.49324 0 0
p 10.35 657.49 11.69 0.78 7.81 4.88 48.84 4.10 41.03
5.28 14.76 20.04

Angka Rembesan
Lane's : Cw = 10,20 / 0,78 = 13,06 > 2 ………OK

4.11 Stabilitas Bendung


4.11.1 Stabilitas Bendung Kondisi Normal

ϒbeton = 2,4 t/m3


ϒair = 1 t/m3
Θtanah =0
ϒtanah = 1,7 t/m3
Jenis tanah = sedang
ϒlumpur = 1,6 t/m3
P = 2,8 m
T = 0,0731 x ( Elev.Mercu – Elev.Ruang olak)3/4
= 0,2098

59
Wilayah Jawa Barat termasuk wilayah Gempa 4

C = 0,65

Kp =1

Ka =1

Z = 0,65

Ad = 1.56*(160*Z)0.89 = 97,338 cm /det2

E = ad/980 = 0,0993 ≈ 0,1

60
GAYA TOTAL VERTIKAL
1. Berat Sendiri Bendung
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
G1 2.2473 -5.39352 5.2 -28.0463
G2 1.5195 -3.6468 5.4 -19.6927
G3 1.9373 -4.64952 4.2 -19.528
G4 1.6277 -3.90648 3.45 -13.4774
G5 3.0554 -7.33296 3.2 -23.4655
G6 2.9524 -7.08576 1.62 -11.4789
G7 2.43 -5.832 1.22 -7.11504
G8 0.0667 -0.16008 0.12 -0.01921
W1 2.5473 -2.5473 6.2 -15.7933
TOTAL -40.5544 -138.616
2. Gaya Uplift
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
U1 4.2674 -10.2418 4.9 -50.1846
U2 4.0817 -9.79608 2.71 -26.5474
U3 7.2049 -17.2918 0.42 -7.26254
TOTAL -37.3296 -83.9945

61
GAYA TOTAL HORIZONTAL
1. Berat Sendiri Bendung
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
K1 2.2473 0.5394 3.21 1.73132
K2 1.5195 0.3647 1.78 0.64913
K3 1.9373 0.4650 3.43 1.594785
K4 1.6277 0.3906 3.98 1.554779
K5 3.0554 0.7333 2.61 1.913903
K6 2.9524 0.7086 1.81 1.282523
K7 2.43 0.5832 0.5 0.2916
K8 0.0667 0.0160 1.24 0.01985
TOTAL 3.800712 9.03789
2. Gaya Hidrostatis
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
W2 - 3.92 3.21 12.5832
3. Tekanan Tanah Aktif dan Pasif
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
Pa - 2.676 0.76 2.03376
Pp - 2.9 0.33 0.957
TOTAL 5.576 2.991
4. Tekanan Tanah Lumpur
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
S1 - 0.98 2.75 2.695
TOTAL 14.2767 27.3068

Kontrol Terhadap Guling


Mv = -222,611 tm
MH = 27,306 tm
Mtotal = -195,304 tm

Didapat Sf = 222,611/27,306 = 8,152 > 1,5 …..OK

Kontrol Terhadap Geser

62
Sf = 5,455 > 1,5 …….aman

Kontrol Terhadap Daya Dukung Tanah


E = 0,2673 < 0,925 …….aman

Range tegangan tanah

σmax = 15 kN
σ1 = 0,941 kN ………aman

σ2 = 0,5194 kN ………aman

4.11.2 Stabilitas Bendung Kondisi Banjir

ϒbeton = 2,4 t/m3


ϒair = 1 t/m3
Θtanah =0
ϒtanah = 1,7 t/m3
Jenis tanah = sedang
ϒlumpur = 1,6 t/m3
P = 2,8 m
T = 0,0731 x ( Elev.Mercu – Elev.Ruang olak)3/4
= 0,2098

Wilayah Jawa Barat termasuk wilayah Gempa 4

63
C = 0,65

Kp =1

Ka =1

Z = 0,65

Ad = 1.56*(160*Z)0.89 = 97,338 cm /det2

E = ad/980 = 0,0993 ≈ 0,1

64
GAYA TOTAL VERTIKAL
1. Berat Sendiri Bendung
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
G1 2.2473 -5.39352 5.2 -28.0463
G2 1.5195 -3.6468 5.4 -19.6927
G3 1.9373 -4.64952 4.2 -19.528
G4 1.6277 -3.90648 3.45 -13.4774
G5 3.0554 -7.33296 3.2 -23.4655
G6 2.9524 -7.08576 1.62 -11.4789
G7 2.43 -5.832 1.22 -7.11504
G8 0.0667 -0.16008 0.12 -0.01921
W1 2.5473 -2.5473 6.2 -15.7933
W3 3.9746 -3.9746 5.28 -20.9859
W4 1.0966 -1.0966 3.18 -3.48719
W5 2.3785 -2.3785 2.84 -6.75494
W6 2.0795 -2.0795 1.37 -2.84892
W7 2.1117 -2.1117 0.68 -1.43596
TOTAL -52.19532 -174.129
2. Berat Sendiri Bendung
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
U1 4.2674 -10.24176 4.9 -50.1846
U2 4.0817 -9.79608 2.71 -26.5474
U3 7.2049 -17.29176 0.42 -7.26254
TOTAL -37.3296 -83.9945

GAYA TOTAL HORIZONTAL


1. Berat Sendiri Bendung

65
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
K1 2.2473 0.539352 3.21 1.73132
K2 1.5195 0.36468 1.78 0.64913
K3 1.9373 0.464952 3.43 1.594785
K4 1.6277 0.390648 3.98 1.554779
K5 3.0554 0.733296 2.61 1.913903
K6 2.9524 0.708576 1.81 1.282523
K7 2.43 0.5832 0.5 0.2916
K8 0.0667 0.016008 1.24 0.01985
TOTAL 3.800712 9.03789
2. Gaya Hidrostatis
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
W2 - 8.393124 3.65 30.6349
W8 - 2.1218 1.69 3.585842
3. Tekanan Tanah Aktif dan Pasif
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
Pa - 2.676 0.76 2.03376
Pp - 2.9 0.33 0.957
TOTAL 5.576 2.991
4. Tekanan Tanah Lumpur
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
S1 - 5.035875 2.96 14.90619
TOTAL 16.5344 30.5207

Kontrol Terhadap Guling


Mv = -258,124 tm
MH = 30,5206 tm
Mtotal = -227,603 tm

Didapat Sf = 258,124 / 30,5206 = 8,457 > 1,5 …..OK

Kontrol Terhadap Geser

66
Sf = 5,414 > 1,5 …….aman

Kontrol Terhadap Daya Dukung Tanah


E = 0,1744 < 0,925 …….aman

Range tegangan tanah

σmax = 15 kN
σ1 = 1,117 kN ………aman

σ2 = 0,763 kN ………aman

67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa :

1. Tinggi Energi yang didapat pada bendung adalah sebesar 2,8 m, lebar
total sebesar 19,538 m dan lebar efektif sebesar 17,484 m
2. Mercu yang digunakan adalah tipe ogee dengan upstream 3:2.
3. Dikarenakan sedimen pembawa pada bendung adalah Lempung Pasir dan
bilangan froud > 5,434 maka kolam olak digunakan adalah tipe USBR
III.
4. Dimensi intake yang dipakai adalah lebar 1 m dan tinggi 1 m dengan
jumlah pintu sebanyak 2 buah
5. Pintu pembilas menggunakan 2 buah pintu.
6. Air balik pada pengembangan sepanjang 1930,995 m

5.2 Saran

Dalam Perencanaan, sebaiknya peta situasi sungai dan peta situasi daerah
irigasi memiliki data yang berkaitan.

68

Anda mungkin juga menyukai