PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar, air pada umumnya
berasal dari air hujan, mata air, air tanah, dan air permukaan sungai. Air tersebut dapat
dimanfaatkan untuk irigasi pertanian, bahan baku air bersih, dan lain-lain.
Kebutuhan air saat ini dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi bertambah dan
meningkat, sedangkan cadangan air yang ada saat ini sangat terbatas. Adanya
peningkatan kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi memerlukan banyak
pengembangan sumber air untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan
ketersediaan air.
Pengembangan sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi cara struktural dan
non-struktural untuk mengendalikan, mengolah sumber daya air agar memberikan
manfaat bagi mahluk hidup dan manfaat untuk tujuan-tujuan lingkungan. Cara
nonstuktural adalah program-program pengendalian dan pengolahan sumber daya air
yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas yang harus dibangun, sedangkan cara
structural adalah program-program pengendalian dan pengolahan sumber daya air dengan
membangun fasilitas yang dibutuhkan.
Untuk menaikan permukaan air sungai agar air sungai dapat dialirkan ke daerah
dialirkan ke daerah irigasi, perlu dibuat bendung. Bendung terbagi 2 macam. Ada
bendung tetap dan bendung
Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar, air pada umumnya berasal dari
air hujan, mata air, air tanah, dan air permukaan sungai. Air tersebut dapat dimanfaatkan
untuk irigasi pertanian, bahan baku air bersih, dan lain-lain.
Kebutuhan air saat ini dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi bertambah dan
meningkat, sedangkan cadangan air yang ada saat ini sangat terbatas. Adanya
peningkatan kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi memerlukan banyak
pengembangan sumber air untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan
ketersediaan air.
Untuk itu dalam laporan ini akan dibahas tentang perencanaan pembuatan
bendung tetap dengan judul “Perencanaan Hidrolis Bendung”.
1
1.2 Tujuan
Tujuan secara umum dari laporan tugas besar ini adalah untuk mengetahui secara
jelas tentang Perencanaan Hidrolis Bendung untuk meningkatkan pemahaman teknik
irigasi pada mahasiswa teknik sipil.
Adapun tujuan khusus dari laporan tugas ini adalah.untuk mengetahui tahapan
perencanaan hidrolis bendung tetap dengan baik dan benar termasuk syarat-syarat apa
saja yang harus dipenuhi.
2
BAB II
STUDI PUSTAKA
3
sungai yang lurus dan harus dihindari penemapatan intake di tikungan
dalam aliran.
c. Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung, termasuk
angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan pula dalam
pemilihan lokasi bendung yang meliputi :
Pola aliran sungai, kecepatan, dan arahnya pada waktu debit banjir,
sedang dan kecil.
Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan
kecil.
Tinggi muka air pada debit rencana.
Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
4
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannnya tidak
dapat diubah sehingga muka air dihulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang
dikehendaki.
Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai: as ambang tersebut
berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi sungai
Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji: diperlukan bila
panjanh ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk sungai dengan lebar
yang kecil tetapi debit airnya besar dna disarankan dipakai pada saluran,
dengan syarat :
Debit relative stabil
Tidakmembawa material terapung berupa atang –batang pohon
Efektivitas panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air
pelimpasan tertentu.
b. Bendung Gerak
Pintu geser atau sorong: banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan
yang kecil dan sedang
Pintu radial: daun pintu berbentuk lengkung (busur)dengan lengan pintu
yang sendinya tertanam ditembok sayap atau pilar, alat penggerak pintu
dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan peralatan pendorong dan
penarik mekanik yang tertanam pada tembok sayap atau pilar.
5
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada
daerah yang luas maka dipilih bendung gerak.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka
peredam energy yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka
pelimpah direncanakan mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar
batu-batu bongkahan dapat terangkut lewat atas pelimpah, jika sungai tidak
mengankut batu-batuan pada saat banjir, maka peredam energy sesuai tipe
kolam olakan.
Pasangan batu kosong (rip-rap) dipakai sebagai selimut lindung bagi tanah asli
(dasar sungai) tepat di hilir bangunan. Batu yang dipakai untuk pasangan batu
kosong harus keras, padat dan awet, serta berberat jenis 2,4. Panjang lindungan dari
pasangan batu kosong sebaiknya diambil 4 kali kedalaman lubang gerusan lokal,
dihitung dengan rumus empiris. Rumus ini adalah rumus empiris Lacey untuk
menghitung kedalaman lubang gerusan:
1⁄
𝑄 3
R = 0,47 ( 𝑓 )
6
f = faktor lumpur Lacey
f = 1,76 Dm0,5
D m = Diameter nilai tengah (mean) untuk bahan jelek, mm
Untuk menghitung turbulensi dan aliran yang tidak stabil, R ditambah 1,5 nya
lagi (data empiris).
Tebal lapisan pasangan batu kosong sebaiknya diambil 2 sampai 3 kali d40,
dicari dari kecepatan rata-rata aliran dengan bantuan Gambar 1.
Gambar 1 dapat dipakai untuk menentukan d40 dari campuran pasangan batu
kosong dari kecepatan rata-rata selama terjadi debit rencana di atas ambang
bangunan. d40 dari campuran berarti bahwa 60% dari campuran ini sama
diameternya atau lebih besar. Ukuran batu hendaknya hampir serupa ke semua
arah.
7
filter kerikil-pasir yang digradasi
kain filter sintetis
ijuk.
Di sini akan dijelaskan pembagian butir filter. Kain filter sintetis makin mudah
didapat dan kalau direncanakan dengan baik bisa memberi keuntungan-keuntungan
ekonomis.
Mereka yang akan memakai kriteria ini dianjurkan untuk mempelajari brosur
perencanaan dari pabrik.
Penggunaan ijuk biasanya terbatas pada lubang pembuang di dinding penahan.
Pemakaiannya di bawah pasangan batu kosong dan pada pembuang-pembuang
besar, belum didukung oleh kepustakaan yang ada; jadi sebaiknya tidak
dipraktekan.
Gambar 2.2. Contoh filter antara pasangan batu kosong dan bahan asli (tanah dasar)
8
Agar filter tidak tersumbat, maka d5 harus sama atau lebih besar dari 0,75 mm
untuk semua lapisan filter.
Tebal minimum untuk filter yang dibuat di bawah kondisi kering adalah:
pasir, krikil halus 0,05 sampai 0,10 m
kerikil 0,10 sampai 0,20 m
batu 1,5 sampai 2 kali diameter batu yang lebih besar.
Bila filter harus ditempatkan di bawah air, maka harga-harga ini sebaiknya
ditambah 1,5 sampai 2 kali.
d. Bronjong
Bronjong dibuat di lapangan, berbentuk bak dari jala-jala kawat yang diisi
dengan batu yang cocok ukurannya. Matras jala-jala kawat ini diperkuat dengan
kawat-kawat besar atau baja tulangan pada ujung-ujungnya. Ukuran yang biasa
adalah 2 m x 1 m x 0,5 m. Bak-bak yang terpisah-pisah ini kemudian diikat
bersama-sama untuk membentuk satu konstruksi yang homogen.
Bronjong tidak boleh digunakan untuk bagian-bagian permanen dari bangunan
utama; bronjong hanya boleh dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan pengatur sungai di
hulu atau hilir bangunan bendung dari batu atau beton.
Keuntungan menggunakan bronjong adalah:
- kemungkinan membuat lindungan berat dengan batu-batu yang berukuran
lebih kecil dan lebih murah.
- fleksibilitas konstruksi tersebut untuk dapat mengikuti tinggi permukaan yang
terkena erosi.
Untuk mencegah agar tidak ada bahan pondasi yang hilang, di antara tanah dasar
dan lindungan dari bronjong harus selalu diberi filter yang memadai. Ijuk adalah
saringan yang baik dan dapat ditempatkan di bawah semua bronjong.
9
Gambar 2.3 Detail Bronjong
b. Bahan Pondasi
Metode untuk menghitung besarnya daya dukung (bearing pressure) serta harga-
harga perkiraan diberikan dalam KP - 06 Parameter Bangunan.
Parameter bahan seperti sudut gesekan dalam dan kohesi untuk bahan-bahan
pondasi yang sering dijumpai, diberikan pada Tabel 6.1 dan 6.2 bersama-sama dengan
perkiraan daya dukung sebagai harga-harga teoritis untuk perhitungan-perhitungan
pendahuluan.
Tabel 2.1. Harga-harga perkiraan daya dukung yang diizinkan (British Standar Code of
Practice CP 2004)
10
Tabel 2.2 Sudut Gesekan dalam dan kohesi c
Bangunan bendung biasanya dibangun pada permukaan dasar yang keras seperti
batuan keras atau kerikil dan pasir yang dipadatkan dengan baik.
Dalam hal ini penurunan bangunan tidak menjadi masalah.
Jika bahan pondasi ini tidak dapat diperoleh, maka pondasi bangunan harus
direncana dengan memperhitungkan gaya-gaya sekunder yang ditimbulkan oleh
penurunan yang tidak merata maupun risiko terjadinya erosi bawah tanah (piping)
akibat penurunan tersebut.
c. Perencanaan Mercu
Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jatuh
lebih tinggi dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Bendung
akan memberikan banyak keuntungan bagi sungai, karena bangunan ini akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi
lebih tinggi, karena lengkung streamline dan tekanan negative pada mercu.
Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara HI dan r (HI/r).
untuk bendung dengan dua jari-jari (R2), jari-jari hilir akan digunakan untuk
menemkan harga koefisien debit.
Untuk menghindari bahaya kavitasi local, tekanan minimum pada mercu
bendung harus dibatasi sampai dengan -4m tekanan air, jika bnagunan tersebut
dari beton. Untuk konstruksi pasangan batu, tekanan sub atmosfer sebaiknya
dibatasi sampai dengan -1 m tekanan air.
Persamaan energy dan debit untuk bendung ambang pendek dengan
pengontrol segi empat adalah sebagai berikut :
1.5
𝑄 = 𝐶𝑑 2⁄3 √2⁄3 . 𝑔. 𝑏. 𝐻𝐼
Dimana :
11
Q = Debit (m3/dt)
Cd = Koefisien debit ( Cd = C0 C1 C2 )
g = Percepatan gravitasi ( 9,8 m/ dt2 )
b = Bentang efektif bendung ( m )
H1 = Tinggi energi di atas ambang ( m )
C0 = Fungsi H1/ r
C1 = Fungsi p/ H1
C2 = Fungsi p/ H1 dan kemiringan muka hulu bendung
12
Gambar 2.5. grafik koefisien debit
H1/r C0
0.50 1.05
1.00 1.17
2.00 1.33
3.00 1.41
4.00 1.46
≥ 5.00 1.49
13
Pendekatan nilai-nilai hubungan p/H1 dan C1 berdasarkan grafik diberikan dalam
tabel berikut
Tabel 2.4. nilai –nilai hubungan p/H1 dan C1
p/H1 C1
0.00 0.65
0.25 0.86
0.50 0.93
0.75 0.95
1.00 0.97
1.50 0.99
Gambar 2.7 Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe Ogee dengan muka
hulu melengkung
Pendekatan nilai-nilai hubungan p/H1 , dan kemiringan muka hulu
bendung dan C2 berdasarkan grafik diberikan dalam tabel berikut
Tabel 2.5 nilai-nilai hubungan p/H1 , dan kemiringan muka hulu bendung
C2
p/H1
1 0.667 0.333
0.00
14
0.25 1.030 1.025 1.008
Mercu Ogee
Mercu ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam
(aerasi). Oleh karena itu, mercu tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer
pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana.
Untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada
mercu.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S. Army Corps
of Engineers telah mengembangkan persamaan berikut:
n
Y 1 X
hd K hd
di mana X dan Y adalah koordinat-koordinat permukaan hilir dan hd
adalah tinggi energi rencana di atas mecu.
15
Gambar 2.8 Mercu tipe Ogee
1.5
𝑄 = 𝐶𝑑 2⁄3 √2⁄3 . 𝑔. 𝑏. 𝐻𝐼
Q = Debit (m3/dt)
Cd = Koefisien debit ( Cd = C0 C1 C2 )
g = Percepatan gravitasi ( 9,8 m/ dt2 )
b = Bentang efektif bendung ( m )
H1 = Tinggi energi di atas ambang ( m )
C0 = Fungsi H1/ r
C1 = Fungsi p/ H1
C2 = Fungsi p/ H1 dan kemiringan muka hulu bendung
16
d. Perencanaan Bangunan Pengambil dan Pembilas
1. Bangunan Pengambilan
Pembilas pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya terbuka
untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir, besarnya bukaan pintu
bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini bergantung
kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut.
Kapasitas pengambilan harus sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan
pengambilan (dimension requirement) guna menambah fleksibilitas dan agar dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.
Rumus dibawah ini memberikan perkiraan kecepatan yang dimaksud:
1⁄
2
ℎ 3
𝑉 ≥ 32 ( ) 𝑑
𝑑
di mana:
v : kecepatan rata-rata, m/dt
h : kedalaman air, m
d : diameter butir, m
Dalam kondisi biasa, rumus ini dapat disederhanakan menjadi:
v ≈ 10 d0,5
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dt yang merupakan besaran
perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04
m dapat masuk.
Q = μ b a √2𝑔𝑧
di mana:
Q = debit, m3/dt
μ = koefisiensi debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan
kehilangan tinggi energi, μ = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m
Bila pintu pengambilan dipasangi pintu radial, maka μ = 0,80 jika ujung pintu
bawah tenggelam 20 cm di bawah muka air hulu dan kehilangan energi sekitar 10 cm.
Untuk yang tidak tenggelam, dapat dipakai rumus-rumus dan grafik-grafik yang
diberikan pada pasal 4.4.
17
Elevasi mercu bendung direncana 0,10 di atas elevasi pengambilan yang
dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang.
Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai.
Ambang direncana di atas dasar dengan ketentuan berikut:
- 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau
- 1,00 m bila sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
- 1,50 m kalau sungai mengangkut batu-batu bongkah.
Harga-harga itu hanya dipakai untuk pengambilan yang digabung dengan
pembilas terbuka; jika direncana pembilas bawah, maka kriteria ini tergantung pada
ukuran saluran pembilas bawah. Dalam hal ini umumnya ambang pengambilan
direncanakan 0 < p < 20 cm di atas ujung penutup saluran pembilas bawah.
Bila pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka pilar sebaiknya
dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran masuk yang lebih mulus.
Pengambilan hendaknya selalu dilengkapi dengan sponeng skot balok di kedua
sisi pintu, agar pintu itu dapat dikeringkan untuk keperluan-keperluan pemeliharaan
dan perbaikan.
Guna mencegah masuknya benda-benda hanyut, puncak bukaan direncanakan di
bawah muka air hulu. Jika bukaan berada di atas muka air, maka harus dipakai kisi-
kisi penyaring. Kisi-kisi penyaring direncana dengan rumus berikut:
Kehilangan tinggi energi melalui saringan adalah:
𝑣2
Hf = 𝑐
2𝑔
4
𝑠 ⁄3
Dimana : c = 𝛽 (𝑏) sin 𝛿
18
Gambar 2.9 bentuk-bentuk Jeruji kisi-kisi penyaring dan harga-harga β
2. Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung,
tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kri, dan bisa juga
hanya sebuah tergantung dari letak daerah yang akan diari. Bila tempat pengambilan
dua buah menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila
salah satu pengambilan debitnya kecil, pengambilannya lewat gorong-gorong yang
dibuat pada tubuh bendung. Dengan demikian kita tidak perlu membuat 2 bangunan
penguras, dan cukup satu saja.
Biasanya pintu pengambilan adalah pintu sorong kayu sederhana (lihat Gambar
2.10). Bila di daerah yang bersangkutan harga kayu mahal, maka dapat dipakai baja.
Jika air di depan pintu sangat dalam, maka eksploitasi pintu sorong mungkin
sulit. Kalau demikian halnya, pintu radial atau segmen akan lebih baik.
Gambar 2.10. tipe-tipe pintu pengambilan pintu sorong kayu dan baja
19
Gambar 2.11. pintu pengambilan tipe radial
3. Pembilas
Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan kasar di
depan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan jalan
membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat
di depan pengambilan.
Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang sudah
dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas:
- lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 – 1/10
dari lebar bersih bendung (jarak antara pangkal-pangkalnya), untuk sungai-sungai
yang lebarnya kurang dari 100 m.
- lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk
pilar-pilarnya.
Juga untuk panjang dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris. Dalam hal
ini sudut a pada Gambar dibawah sebaiknya diambil sekitar 600 sampai 700.
20
Gambar 2.12. Geometri Pembilas
Pintu pada pembilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup.
Pintu dengan bagian depan terbuka memiliki keuntungan-keuntungan berikut:
- ikut mengatur kapasitas debit bendung, karena air dapat mengalir melalui pintu-
pintu yang tertutup selama banjir.
- pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila pintu dibuat
dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan
Kelemahan-kelemahannya:
- sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir; hal ini bisa menimbulkan
masalah, apalagi kalau sungai mengangkut banyak bongkah. Bongkah-bongkah ini
dapat menumpuk di depan pembilas dan sulit disingkirkan.
- benda-benda hanyut bisa merusakkan pintu.
- karena debit di sungai lebih besar daripada debit di pengambilan, maka air akan
mengalir melalui pintu pembilas; dengan demikian kecepatan menjadi lebih tinggi dan
membawa lebih banyak sedimen.
Sekarang kebanyakan pembilas direncana dengan bagian depan tebuka. Jika
bongkah yang terangkut banyak, kadang-kadang lebih menguntungkan untuk
merencanakan pembilas samping (shunt sluice), lihat Gambar 2.13 Pembilas tipe ini
terletak di luar bentang bersih bendung dan tidak menjadi penghalang jika terjadi
banjir.
21
Gambar2.13 Pembilas samping
Bagian atas pemisah berada di atas muka air selama pembilasan berlangsung.
Untuk menemukan elevasi ini, eksploitasi pembilas tersebut harus dipelajari. Selama
eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan terbuka, pintu pembilas secara berganti-
ganti akan dibuka dan ditutup untuk mencegah penyumbatan.
Pada waktu mulai banjir pintu pengambilan akan ditutup (tinggi muka air sekitar
0,50 m sampai 1,0 m di atas mercu dan terus bertambah), pintu pembilas akan
dibiarkan tetap tertutup. Pada saat muka air surut kembali menjadi 0,50 sampai 1,0 m
di atas mercu dan terus menurun, pintu pengambilan tetap tertutup dan pintu pembilas
dibuka untuk menggelontor sedimen.
Karena tidak ada air yang boleh mengalir di atas dinding pemisah selama
pembilasan (sebab aliran ini akan mengganggu), maka elevasi dinding tersebut
sebaiknya diambil 0,50 atau 1,0 m di atas tinggi mercu.
Jika pembilasan harus didasarkan pada debit tertentu di sungai yang masih cukup
untuk itu muka dinding pemisah, dapat ditentukan dari Gambar 2.14 .
Biasanya lantai pembilas pada pada kedalaman rata-rata sungai. Namun
demikian, jika hal ini berarti terlalu dekat dengan ambang pengambilan, maka lantai
itu dapat ditempatkan lebih rendah asal pembilasan dicek sehubungan dengan muka
air hilir (tinggi energi yang tersedia untuk menciptakan kecepatan yang diperlukan).
22
Gambar 2.14 metode menemukan tinggi dinding pemisah
a. Pembilas Bawah
Pembilas bawah direncana untuk mencegah masuknya angkutan sedimen
dasar fraksi pasir yang lebih kasar ke dalam pengambilan.
“Mulut” pembilas bawah ditempatkan di hulu pengambilan di mana ujung
penutup pembilas membagi air menjadi dua lapisan: lapisan atas mengalir ke
pengambilan dan lapisan bawah mengalir melalui saluran pembilas bawah lewat
bendung
Pintu di ujung pembilas bawah akan tetap terbuka selama aliran air rendah
pada musim kemarau pintu pembilas tetap ditutup agar air tidak mengalir. Untuk
membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan
dibuka setiap hari selama kurang lebih 60 menit.
Apabila benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu pembilas
sebaiknya di pertimbangkan untuk membuat pembilas dengan dua buah pintu, di
mana pintu atas dapat diturunkan agar benda-benda hanyut dapat lewat.
Jika kehilangan tinggi energi bangunan pembilas kecil, maka hanya
diperlukan satu pintu, dan jika dibuka pintu tersebut akan memberikan kehilangan
tinggi energi yang lebih besar di bangunan pembilas.
Bagian depan pembilas bawah biasanya direncana di bawah sudut dengan
bagian depan pengambilan.
Dimensi-dimensi dasar pembilas bawah adalah:
- tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali diameter
terbesar sedimen dasar di sungai
- tinggi saluran pembilas bawah sekurang-kurangnya 1,0 m,
23
- tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air di depan
pengambilan selama debit normal.
Dimensi rata-rata dari pembilas bawah yang direncanakan dan dibangun
berkisar dari:
- 5 sampai 20 m untuk panjang saluran pembilas bawah
- 1 sampai 2 m untuk panjang tinggi saluran pembilas bawah
- 0,20 sampai 0,35 m untuk tebal beton bertulang.
Luas saluran pembilas bawah (lebar kali tinggi) harus sedemikian rupa
sehingga kecepatan minimum dapat dijaga (v = 1,0 – 1,5 m/dt). Tata letak saluran
pembilas bawah harus direncana dengan hati-hati untuk menghindari sudut mati
(dead corner) dengan kemungkinan terjadinya sedimentasi atau terganggunya
aliran.
Sifat tahan gerusan dari bahan dipakai untuk lining saluran pembilas bawah
membatasi kecepatan maximum yang diizinkan dalam saluran bawah, tetapi
kecepatan minimum bergantung kepada ukuran butir sedimen yang akan
dibiarkan tetap bergerak.
Karena adanya kemungkinan terjadinya pusaran udara, di bawah penutup
atas saluran pembilas bawah dapat terbentuk kavitasi, lihat Gambar 5.8. Oleh
karena itu, pelat baja bertulang harus dihitung sehubungan dengan beton yang
ditahannya
b. Pintu Bilas
Ada bermacam-macam pintu bilas yang bisa digunakan, yakni:
- satu pintu tanpa pelimpah (bagian depan tertutup, lihat Gambar 2.15 a)
- satu pintu dengan pelimpah (bagian depan terbuka, lihat Gambar 2.15 b)
- dua pintu, biasanya hanya dengan pelimpah (lihat Gambar 2.15 c)
- pintu radial dengan katup agar dapat membilas benda-benda terapung (lihat
Gambar 2.15 d)
Apabila selama banjir aliran air akan lewat di atas pintu, maka bagian atas
pintu harus direncana sedemikian rupa, sehingga tidak ada getaran dan tirai
luapannya harus diaerasi secukupnya. (lihat Gambar 5.14).
Dimensi kebutuhan aerasi dapat diperkirakan dengan pertolongan rumus
berikut:
24
𝑞𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =𝑜,1 𝑞𝑎𝑖𝑟
𝑦𝑝
⁄ℎ1.5
1
Dimana :
𝑞𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = udara yang diperlukan untuk aerasi per m’ lebar pintu, m3/dt
qair = debit di atas pintu, m3/dt.m
yp = kedalaman air di atas tirai luapan, m
h1 = kedalaman air di atas pintu, m
2.3 Stabilitas
1. Gaya-Gaya yang Bekerja pada Bangunan
Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan bendung dan mempunyai arti penting dalam
perencanaan adalah :
a. Tekanan air dalam dan luar
Gaya tekan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya hidrodinamik.
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air. Tekanan air
akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan. Oleh sebab itu agar
25
perhitungannya lebih mudah, gaya horisontal dan vertikal dikerjakan secara
terpisah.
Tekanan air dinamik jarang diperhitungkan untuk stabilitas bangunan bendung
dengan tinggi energi rendah.
Gaya tekan ke atas. Bangunan bendung mendapat tekanan air bukan hanya
pada permukaan luarnya, tetapi juga pada dasarnya dan dalam tubuh bangunan itu.
Gaya tekan ke atas, yakni istilah umum untuk tekanan air dalam, menyebabkan
berkurangnya berat efektif bangunan diatasnya.
Rumus gaya tekan ke atas untuk bangunan yang didirikan pada pondasi batuan
adalah :
di mana:
c = proposi luas di mana tekanan hidrostatik bekerja (c = 1, untuk semua tipe
pondasi)
τw = berat jenis air, kN/m3
h2 = kedalaman air hilir, m
ξ = proposi tekanan (proportion of net head) diberikan pada Tabel 6.3
h1 = kedalaman air hulu, m
A = luas dasar, m2
Wu = gaya tekan ke atas resultante, kN
Gambar 2.16 gaya angkat untuk bangunan yang dibangun pada pondasi buatan
26
Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar (subgrade)
lebih rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan dengan membuat
jaringan aliran (flownet), atau dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane
untuk teori angka rembesan (weighted creep theory).
Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar (subgrade)
lebih rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan dengan membuat
jaringan aliran (flownet). Dalam hal ditemui kesulitan berupa keterbatasan waktu
pengerjaan dan tidak tersedianya perangkat lunak untuk menganalisa jaringan
aliran, maka perhitungan dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane untuk
teori angka rembesan (weighted creep theory) bisa diterapkan.
Jaringan aliran dapat dibuat dengan:
(1) plot dengan tangan
(2) analog listrik atau
(3) menggunakan metode numeris (numerical method) pada komputer.
Dalam metode analog listrik, aliran air melalui pondasi dibandingkan dengan
aliran listrik melalui medan listrik daya-antar konstan. Besarnya voltase sesuai
dengan tinggi piezometrik, daya-antar dengan kelulusan tanah dan aliran listrik
dengan kecepatan air .
Untuk pembuatan jaringan aliran bagi bangunan utama yang dijelaskan disini,
biasanya cukup diplot dengan tangan saja.
Contoh jaringan aliran di bawah bendung pelimpah diberikan pada Gambar.
27
Gambar 2.17 contoh jaringan aliran bawah dam pasangan batu dan pasir
Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di sepanjang dasar
𝐿𝑥
bendung dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑃𝑥 = 𝐻𝑥 − ∆𝐻
𝐿
di mana:
Px = gaya angkat pada x, kg/m2
L = pnjang total bidang kontak bendung dan tanah bawah, m
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x, m
28
ΔH = beda tinggi energi, m
Hx = tinggi energi di hulu bendung, m
Dan di mana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara Lane,
bergantung kepada arah bidang tersebut. Bidang yang membentuk sudut 450 atau
lebih terhadap bidang horisontal, dianggap vertikal.
b. Tekanan Lumpur
Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau terhadap pintu
dapat dihitung sebagai berikut:
𝜏𝑠 ℎ 2 1−𝑠𝑖𝑛𝜗
Ps = ( )
2 1+𝑠𝑖𝑛𝜗
di mana:
Ps : gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman adri atas lumpur yang bekerja secara
horisontal
τs : berat lumpur, kN
h : dalamnya lumpur, m
Φ : sudut gesekan dalam, derajat.
Beberapa andaian/asumsi dapat dibuat seperti berikut:
𝐺−1
𝜏𝑠 = 𝜏𝑠′
𝐺
di mana: τs’ = berat volume kering tanah ≈ 16 kN/m3 (≈ 1.600 kgf/m3)
λ = berat volume butir = 2,65
menghasilkan τs = 10 kN/m3 (≈ 1.000 kgf/m3)
Sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 300 untuk kebanyakan hal,
menghasilkan:
Ps = 1,67 h2
c. Gaya Gempa
Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian Parameter Bangunan. Harga-
harga tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menujukkan berbagai daerah dan
risiko. Faktor minimum yang akan dipertimbangkanadalah 0,1 g perapatan gravitasi
sebagai harga percepatan. Faktor ini hendaknya dipertimbangkan dengan cara
mengalikannya dengan massa bangunan sebagai gaya horisontal menuju ke arah yang
paling tidak aman, yakni arah hilir.
29
d. Berat Bangunan
Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat bangunan
itu.
Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai harga-harga berat
volume di bawah ini.
pasangan batu 22 kN/m3 (≈ 2.200 kgf/m3)
beton tumbuk 23 kN/m3 (≈ 2.300 kgf/m3)
beton bertulang 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3)
Berat volume beton tumbuk bergantung kepada berat volume agregat serta
ukuran maksimum kerikil yang digunakan.
Untuk ukuran maksimum agregat 150 mm dengan berat volume 2,65, berat
volumenya lebih dari 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3).
e. Reaksi Pondasi
Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan tersebar secara linier.
30
∑(𝑊) ∑(𝑊)𝑒
𝑝= + 𝑚
𝐴 𝐼
dimana:
p = tekanan vertikal pondasi
Σ (W) = keseluruhan gaya vertikal, termasuk tekanan ke atas, tetapi tidak termasuk
reaksi pondasi.
A = luas dasar, m2
e = eksentrisitas pembebanan, atau jarak dari pusat gravitasi dasar (base) sampai
titik potong resultante dengan dasar
I = momen kelembaban (moment of inertia) dasar di sekitar pusat gravitasi
m = jarak dari titik pusat luas dasar sampai ke titik dimana tekanan dikehendaki
Untuk dasar segi empat dengan panjang ℓ dan lebar 1,0 m, I = ℓ3/12 dan A = 1,
rumus tadi menjadi:
∑(𝑊) 12𝑒
𝑝= {1 + 2 𝑚}
𝐴 𝐸
31
BAB III
PERENCANAAN
32
BAB IV
PEMBAHASAN
33
SC.22 658.17 -0.42 54.91 -0.00765
SC.21 658.28 -0.06 47.75 -0.00126
SC.20 658.23 0.14 51.77 0.00270
SC.19 658.14 0.21 49.24 0.00426
SC.18 658.02 0.11 36.5 0.00301
SC.17 658.03 0.19 46.9 0.00405
SC.16 657.83 0.02 42.8 0.00047
SC.15 658.01 -0.38 50.01 -0.00760
SC.14 658.21 -0.37 50.18 -0.00737
SC.13 658.38 -0.23 46.89 -0.00491
SC.12 658.44 0.26 46 0.00565
SC.11 658.12 0.42 45.27 0.00928
SC.10 658.02 0.08 48.38 0.00165
SC.9 658.04 0.02 50.18 0.00040
SC.8 658 -0.24 49.25 -0.00487
SC.7 658.28 -0.38 50.78 -0.00748
SC.6 658.38 0.24 39.11 0.00614
SC.5 658.04 0.33 73.61 0.00448
SC.4 658.05 0.56 54.96 0.01019
SC.3 657.48 0.54 56.29 0.00959
SC.2 657.51 -0.3 51.8 -0.00579
SC.1 657.78 -0.15 37.51 -0.00400
SC.0 657.66 0.12
34
Tabel 4.2 Perhitungan Kurva debit
Pot. V Q
h (m) A (m²) P (m) R (m) K n
Melintang (m/det) (m³/det)
0,25 2,256 26,603 0,0848 35 0,0286 0,1497 0,3376
0,5 5,72 29,59 0,1933 35 0,0286 0,2592 1,4828
0,75 9,501 32,19 0,2952 35 0,0286 0,3437 3,2657
1 13,595 34,789 0,3908 35 0,0286 0,4144 5,6344
Point SC.21
1.5
0.5
0
0 10 20 30 40 50
35
Nilai ketinggian (h) didapat dari interpolasi h dan Q dalam tabel kurva debit
dengan sesuaikan Q1. Didapat :
Tabel 4.3 Nilai B rata-rata
36
Dimana : Be = Lebar efektif bendung
B = Lebar bendung (Lebar total – lebar pilar)
n = Jumlah pilar
Kp = Koef. Konstraksi pilar
Ka = Koef. Konstraksi pengkal bendung
H1 = Tinggi energi
Maka ditentukan :
Kp = 0,01
Ka =0
P = 2,8 m
Didapat : Be = B -2 (n.Kp+Ka). H1
37
B = 17,538 m
g = 9,81 m2/det
q 3,51737
v= = = 0,85084
(P+He) (2,8+1,334)
v2 0,850842
Ha = = = 0,0368
2xg 2 x 9,81
1/3 1/3
q2 3,5173742
Hc = [ g ] = [ ] = 1,080412
9,81
38
Gambar 4.2 Faktor Koreksi untuk selain tinggi energi rencana pada bendung
mercu ogee
C2 =1 .....Dari Gambar 4.
2/3
Q100 2/3 61,5
He = [ ] = [ ] = 1,334
C x Be 2,282854 x 17,48463
39
Hd = 1,2971 m
k = 1,939 n = 1,81
Rumus : Xn = k.Hdn-1.Y
Jadi persamaannya :
X1,810 = 1,939 . 1,29711,81-1 . Y
Y = X1,810 / 2,3953
Untuk downstream 1:1, maka dy/dx = 1/1 = 1
Y = X1,810 / 2,3953
dy/dx = 1,81 . X0,81 / 2,3953 = 1
1,81 . X0,81 = 2,3953
X0,81 = 1,3234
Didapat : X = 1,4133
Y = 0,7808
Tabel 4.5 Koordinat Mercu
Y X
0 0
0.05 0.3095
0.1 0.4539
0.15 0.5679
0.2 0.6657
0.25 0.7530
0.45 1.0419
0.5 1.1044
0.55 1.1641
0.6 1.2214
0.65 1.2767
40
0.7 1.3300
0.75 1.3817
0.7808 1.4133
1 1.6325
1.15 1.7825
1.3 1.9325
1.45 2.0825
2 2.6325
2.15 2.7825
2.3 2.9325
2.45 3.0825
2.6 3.2325
3 3.6325
3.15 3.7825
3.3 3.9325
3.45 4.0825
3.6 4.2325
4 4.6325
0.5
1.5
2.5
41
Gambar 4.5 Tipe Mercu Ogee 1 : 0,67
Untuk upstream tegak :
R = 0,48 Hd = 0,48 . 1,2971 = 0,6226 m
Panjang tegak busur = 0,115 Hd = 0,115 . 1,2971 = 0,149 m
R = 0,22 Hd = 0,22 . 1,2971 = 0,2853 m
Panjang tegak busur = 0,214 Hd = 0,214 . 1,2971 = 0,2775 m
Tinggi jagaan pangkal bendung (elevasi dinding bendung) biasanya 0,75 - 1,5
dari elevasi air yang terbendung Tinggi Jagaan = Hd+1,5 = 2,7971 m
P = 2,8 m
Elevasi Dasar Sungai = 658,28 m
Elevasi dinding bending = 2,7971+2,8+658,28 = 663,877 m
diambil 663,80
Elevasi Mercu = 658,28 + 2,8 = 661,08 m
Diketahui :
Elevasi Mercu = 661.08 M
Hd = 1.297102 M
He = 1.334 M
Elevasi Dasar sungai di hilir = 658.23 m
Elevasi MAB di hilir = 661.596 m
42
Tinggi Muka Air Banjir = 3.3661 m
Ha = K = 0.0369
Q100 = 61.5 m³/det
B eff = 17.4846 m
Elevasi ruang olak diambil = 657 Coba !!!!
V = 9,627 m
Tinggi muka air dikaki bending
Y1 = Q100 / (B.eff x V) = 61,5 / (17,4846 x 9,627) = 0,3653 m
Kecepatan air sebenarnya
𝑉 = √2 𝑥 9,81 (5,37712 − 0,0369) − 0,3653 = 10,283 𝑚/𝑑𝑒𝑡
Bilangan Froud
𝐹1 = 10,283/√9,81𝑥 0,3653 = 5,4345 𝑚/𝑑𝑒𝑡
Dipakai USBR III karena F1 > 4,5
Tinggi Rating Jump
𝑌2 1
= 𝑋√1 + (8𝑥(5,43452 )) − 1 = 7,2018 𝑚
𝑌1 2
Y2 = 7,2018 / 0,3653 = 2,6313 m
Tinggi Tail Water
Y2’ = Elev.MAB hilir – Elev.Ruang Olak
= 661,596 – 657 = 4,596 m
Syarat Y2’ > Y2 , maka 4,596 m > 2,6313 ……OK
43
Gambar 4.6 Grafik ruang olak USBR III
44
Chute blocks : Baffle blocks :
h1 = D1 = 0.365 m h3/d1 = 1.51
0.5 D1 = 0.182682 m h3 = 0.551701 m
0.8 D2 = 2.105036 M s3=0.75 h3 = 0.413775 m
a3=0.75 h3 = 0.413775 m
0.375 h3 = 0.206888 m
0.2 h3 = 0.11034 m
End Sill :
h4/d1 = 1.35
h4 = 0.493242 m
0.2 h4 = 0.098648 m
2 h4 = 0.986485 m
Jika direncanakan pembilas bawah, maka criteria ini bergantung pada ukuran
saluran pembilas bawah, dalam hal ini umumnya ambang pengambilan
direncanakan 0 < P < 20 cm diatas ujung penutup saluran pembilas bawah.
Diketahui:
45
Elevasi dinding bendung = 663,80
Penyelesaian :
46
Debit koefisien (µ) = 0.8
V = 1.7709 m3/det
n = 0.05 m
Tinggi bukaan pintu (a) = Elevasi MA hilir - elevasi ambang intake – n
= 1,35 m
= 4,17 m
Tinggi saluran = 1 m
47
1/10 Btotal - 1/6 Btotal
1.9537993 - 3.256332
Diambil = 3
tinggi = 1 m
lebar = 1 m
Tinggi = 1,8 m
Lebar = 1 m
Dimana : Vup = µ x √2 x g x (k x z)
z = perbedaan elevasi permukaan air di hulu dan di hilir under sluice (m)
kecepatan aliran didalam under sluice dibawah pintu penguras pada keadaan :
48
Diketahui :
Maka didapat :
Vup = µ x √2 x g x (k x z)
Qup = A * Vup
Dimana :
Diketahui :
49
A = 1 m2
Vup = 2,9241 m/det
Maka didapat :
Qup = A x Vup = 2,9241 m3/det
Dari hasil perhitungan tersebut maka kecepatan pada mulut under sluice
adalah:
𝑄𝑢𝑝
𝑉𝑢𝑠 =
𝐴𝑢𝑠
Dimana:
Vus = Kecepatan pada mulut under sluice (m/dt)
Qup = Debit air pada lubang under sluice (m³/det)
Aus = Luas penampang mulut under sluice (m²)
Diketahui :
Qup = 29241 m3/det
Aus = 1 m2
Maka didapat:
Vc = Vus = 2,9241 m/det
Diameter butir yang dapat dikuras adalah :
Vc = 1,5 . C . (d)0,5
Dimana :
d = 0,237 m
50
µ = koefisien kontraksi = 0,8
Didapat : Q = 5,374 m3/det
Diketahui :
n= 0.03
Q100 = 61.5 m3/det
So (I rata-rata) = 0.00049
P= 2.8 m
Hd = 1.29710 m
51
Tinggi Muka air
dihulu = 4.09710 m
H100 = 3.36615 m
g= 9.81
52
Tabel 4.6 Kurva Pengempangan
h (m) A (m2) P (m) R (m) R2/3 R4/3 V (m/s) E (m) ∆E (m) Sf Sf/2 So-(Sf/2) ∆x (m) X (m)
(1) (2) (3) (4)=(2)/(3) (5)=(4)^(2/3) (6)=(4)^(4/3) (7)=Q100/(2) (8)=(1)+((7)^2/(2*g)) (9)=(8)n - (8)n+1 (10)=((n^2)*((7)^2))/(6) (11)=(10)/2 (12)=So-(11) (13)=(9)/(12) (14)=(14)n-1+(13)
4.0971 87.847 45.035 1.9506 1.5612 2.4373 0.7001 4.122082758 0 0.000164156 0.0000821 0.0004087 0 0
3.75 74.319 40.174 1.8499 1.5070 2.2709 0.8275 3.784902096 0.337180661 0.000246155 0.0001231 0.0003677 916.998048 916.9980484
3.5 65.796 29.144 2.2576 1.7209 2.9617 0.9347 3.544529954 0.240372143 0.000240814 0.0001204 0.0003704 649.003775 1566.001823
3.36615 62.304 28.186 2.2105 1.6969 2.8795 0.9871 3.415810339 0.128719614 0.000276231 0.0001381 0.0003527 364.993887 1930.99571
KURVA PENGEMPANGAN
5
4
3
h (m)
2
1
0
2250 2000 1750 1500 1250 1000 750 500 250 0
X(m)
53
4.10 Lantai Muka
Dimana :
L= panjang total creep
Lv = panjang horizontal creep
Lh = panjang vertikal creep
Dalam desain ini diambil bahan dasar Lempung Pasir = Lempung Sedang
L
= 1.8
DH
dimana:
L = panjang total creep
D H = kehilangan tekanan (beda elevasi mercu dengan elevasi dasar hilir)
Perhitungan :
54
Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran sehingga
Q = 0 m3/det
elevasi mercu = 661,08 m
elevasi end sill = 657,5 m
DH = 3,59 m
Panjang rayapan seharusnya :
Lb > 1,8 x 3,5868 = 6.45616 m
Berdasarkan gambar ->
Lv = 1+0.5+0.5+0.5+1.78+0.5+0.5+1+
= 6.773242258 m
Lh = 0.75+1.2+1.82+3.19+1.8+4.91+1.09
= 14.76 m
Lp = Lv + 1/3 LH
= 6,7732 + (1/3)14,76 m
= 11.69324226 m 5.84662
Jadi : Lb yang dibutuhkan = 6.45616 m
Lp hasil perhitungan = 11.6932 m
Lp >
Lb 11.693 > 6.45616 AMAN
Kondisi Banjir
Q = 61.5 m3/sec
Elevasi MAB
Hulu = 662.4 m
Elevasi MAB
Hilir = 661.5961489 m
55
DH = 0.8 m
56
57
Titik Koordinat Jalur Losses Losses Tekanan Tekanan
x y V H H/3 lw Dh=lw/Cw Dh=lw/Cw H H H-Dh H-Dh
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) kN/m2 (m) kN/m2 (m) kN/m2
Angka Rembesan
Lane's : Cw = 10,20 / 3,59 = 2,84 > 2 ….OK
58
TitikKoordinat Jalur Losses Losses Tekanan Tekanan
V H H/3 lw Dh=lw/Cw Dh=lw/Cw H H H-Dh H-Dh
x y (m) (m) (m) (m) (m) kN/m2 (m) kN/m2 (m) kN/m2
Angka Rembesan
Lane's : Cw = 10,20 / 0,78 = 13,06 > 2 ………OK
59
Wilayah Jawa Barat termasuk wilayah Gempa 4
C = 0,65
Kp =1
Ka =1
Z = 0,65
60
GAYA TOTAL VERTIKAL
1. Berat Sendiri Bendung
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
G1 2.2473 -5.39352 5.2 -28.0463
G2 1.5195 -3.6468 5.4 -19.6927
G3 1.9373 -4.64952 4.2 -19.528
G4 1.6277 -3.90648 3.45 -13.4774
G5 3.0554 -7.33296 3.2 -23.4655
G6 2.9524 -7.08576 1.62 -11.4789
G7 2.43 -5.832 1.22 -7.11504
G8 0.0667 -0.16008 0.12 -0.01921
W1 2.5473 -2.5473 6.2 -15.7933
TOTAL -40.5544 -138.616
2. Gaya Uplift
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
U1 4.2674 -10.2418 4.9 -50.1846
U2 4.0817 -9.79608 2.71 -26.5474
U3 7.2049 -17.2918 0.42 -7.26254
TOTAL -37.3296 -83.9945
61
GAYA TOTAL HORIZONTAL
1. Berat Sendiri Bendung
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
K1 2.2473 0.5394 3.21 1.73132
K2 1.5195 0.3647 1.78 0.64913
K3 1.9373 0.4650 3.43 1.594785
K4 1.6277 0.3906 3.98 1.554779
K5 3.0554 0.7333 2.61 1.913903
K6 2.9524 0.7086 1.81 1.282523
K7 2.43 0.5832 0.5 0.2916
K8 0.0667 0.0160 1.24 0.01985
TOTAL 3.800712 9.03789
2. Gaya Hidrostatis
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
W2 - 3.92 3.21 12.5832
3. Tekanan Tanah Aktif dan Pasif
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
Pa - 2.676 0.76 2.03376
Pp - 2.9 0.33 0.957
TOTAL 5.576 2.991
4. Tekanan Tanah Lumpur
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
S1 - 0.98 2.75 2.695
TOTAL 14.2767 27.3068
62
Sf = 5,455 > 1,5 …….aman
σmax = 15 kN
σ1 = 0,941 kN ………aman
σ2 = 0,5194 kN ………aman
63
C = 0,65
Kp =1
Ka =1
Z = 0,65
64
GAYA TOTAL VERTIKAL
1. Berat Sendiri Bendung
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
G1 2.2473 -5.39352 5.2 -28.0463
G2 1.5195 -3.6468 5.4 -19.6927
G3 1.9373 -4.64952 4.2 -19.528
G4 1.6277 -3.90648 3.45 -13.4774
G5 3.0554 -7.33296 3.2 -23.4655
G6 2.9524 -7.08576 1.62 -11.4789
G7 2.43 -5.832 1.22 -7.11504
G8 0.0667 -0.16008 0.12 -0.01921
W1 2.5473 -2.5473 6.2 -15.7933
W3 3.9746 -3.9746 5.28 -20.9859
W4 1.0966 -1.0966 3.18 -3.48719
W5 2.3785 -2.3785 2.84 -6.75494
W6 2.0795 -2.0795 1.37 -2.84892
W7 2.1117 -2.1117 0.68 -1.43596
TOTAL -52.19532 -174.129
2. Berat Sendiri Bendung
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
U1 4.2674 -10.24176 4.9 -50.1846
U2 4.0817 -9.79608 2.71 -26.5474
U3 7.2049 -17.29176 0.42 -7.26254
TOTAL -37.3296 -83.9945
65
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
K1 2.2473 0.539352 3.21 1.73132
K2 1.5195 0.36468 1.78 0.64913
K3 1.9373 0.464952 3.43 1.594785
K4 1.6277 0.390648 3.98 1.554779
K5 3.0554 0.733296 2.61 1.913903
K6 2.9524 0.708576 1.81 1.282523
K7 2.43 0.5832 0.5 0.2916
K8 0.0667 0.016008 1.24 0.01985
TOTAL 3.800712 9.03789
2. Gaya Hidrostatis
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
W2 - 8.393124 3.65 30.6349
W8 - 2.1218 1.69 3.585842
3. Tekanan Tanah Aktif dan Pasif
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
Pa - 2.676 0.76 2.03376
Pp - 2.9 0.33 0.957
TOTAL 5.576 2.991
4. Tekanan Tanah Lumpur
Profil A (m2) F (t) L (m) M (t.m)
S1 - 5.035875 2.96 14.90619
TOTAL 16.5344 30.5207
66
Sf = 5,414 > 1,5 …….aman
σmax = 15 kN
σ1 = 1,117 kN ………aman
σ2 = 0,763 kN ………aman
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tinggi Energi yang didapat pada bendung adalah sebesar 2,8 m, lebar
total sebesar 19,538 m dan lebar efektif sebesar 17,484 m
2. Mercu yang digunakan adalah tipe ogee dengan upstream 3:2.
3. Dikarenakan sedimen pembawa pada bendung adalah Lempung Pasir dan
bilangan froud > 5,434 maka kolam olak digunakan adalah tipe USBR
III.
4. Dimensi intake yang dipakai adalah lebar 1 m dan tinggi 1 m dengan
jumlah pintu sebanyak 2 buah
5. Pintu pembilas menggunakan 2 buah pintu.
6. Air balik pada pengembangan sepanjang 1930,995 m
5.2 Saran
Dalam Perencanaan, sebaiknya peta situasi sungai dan peta situasi daerah
irigasi memiliki data yang berkaitan.
68