Anda di halaman 1dari 2

Albertus Aldo

9.5/2

Selama 3 bulan pertama di kelas 9 ini, materi jurnalistik mengupas kebanyakan


mengenai foto. Dalam materi foto, kami mempelajari arti foto jurnalistik, EDFAT, foto esai, dan
lead berita. Foto jurnalistik tidak diedit, ditambahkan tulisan atau direkayasa. Meskipun foto
jurnalistik boleh diblur, diganti warnanya ke hitam-putih, dan ditambahkan obyek-obyek clip-art
untuk menyensor hal-hal khusus demi alasan kode etik lainnya seperti kekerasan, konten seksual,
dan SARA.

Foto jurnalistik bisa diambil dengan metode Entire, Detail, Frame, Angle, dan Time.
Foto Entire mewakili keseluruhan dari kejadian yang ditangkap foto. Foto Detail menunjukkan
hal-hal khusus yang penting dalam foto. Foto Frame menampilkan sisi foto yang “berbingkai”
atau seperti foto sneak-a-peek yang memiliki obyek lain yang mengelilingi obyek utama. Foto
Angle menunjukkan foto jurnalistik dari sudut pandang yang berbeda, seperti dari atas untuk efek
luas pada latar dan kecil pada obyek, dan dari bawah untuk efek megah pada obyek. Sedangkan
foto Time menyangkut masalah waktu.

Foto esai adalah tipe pengambilan berita menggunakan foto, sebagai hasil liputan
grafis sebuah kejadian. Metode pengambilan foto bisa menggunakan EDFAT. Foto esai berbeda
dengan foto galeri, karena foto galeri hanya memiliki tulisan di caption saja, dan biasanya dibuat
singkat. Sedangkan foto esai menyertakan pekerjaan penulisan berita dan pengambilan foto yang
disusun dengan alasan khusus, biasanya mengenai urutan kronologis foto.

Lead atau teras berita merupakan kata-kata pembuka pada sebuha berita atau tulisan
jurnalistik lainnya. Lead biasanya harus tampil cukup singkat dan menarik perhatian sehingga
membuat pembaca tertarik untuk membaca beritanya. Sebuah berita bisa dibuka dengan teras
berita yang biasanya sudah merangkum berita, namun menyisakan penjelasan lebih lanjut di
bagian berikutnya. Sedangkan teras berita untuk feature, article, dan opini biasanya dibuat
dengan menggunakan unsur keindahan kata atau unsur sastranya. Meskipun tidak jarang juga,
penggunaan kutipan langsung juga berkenan di berbagia tulisan jurnalistik.

Saya tertarik dengan materi jurnalistik di tahun ini. Selama ini, pelajaran jurnalitik di
SMP Kolese Kanisius setahu saya hanya mengupas mengenai tulisan seperti metode menulis
berita, tipe berita berdasarkan struktur konten, dan sebagainya. Dengan materi grafis seperti ini,
membuat para fotografer kami lebih “menghargai pekerjaannya” sehingga hasilnya juga lebih
Albertus Aldo
9.5/2

baik daripada sebelumnya. Selama ini fotografer mengambil gambar, yang bagi saya sebagai
seorang layouter selama 2 tahun, kurang cukup “bercerita” mengenai sebuah kejadian. Tidak
jarang fotonya diambil dari Facebook atau jejaring sosial lain, lalu diedit sedemikian sehingga
fotonya distorsi, menyebabkan kehilangan estetikanya.

Untuk saya, materi ini sudah cukup baik. Mungkin karena saya baru pertama kali
mendapat materi ini, sehingga saya cukup puas dengan materi ini. Sebagai saran, coba Bu Jenni
bantú teman-teman menulis berita, khususnya tipe berita yang kronologis sehinga tidak terkesan
membosankan dengan akhiran “dan akhirnya siswa pun diperbolehkan pulang.”, atau “akhirnya
acarapun berakhir”.

Kita tidak dididik menjadi wartawan dengan materi ini. Namun dengan mata
pelajaran ini, saya belajar bahwa kita diminta untuk lebih peka dan peduli akan masalah yang ada
di masyarakat kita. Saya belajar untuk bertanggung jawab atas segala tugas kita dan segala
informasi yang kita keluarkan, termasuk kebenaran datanya. Dan yang terpenting dari itu, saya
belajar untuk saling berbagi informasi dengan orang lain, sebagai bentuk kemudahan dari
globalisasi yang tengah kita hadapi kini.

Anda mungkin juga menyukai