ACARA I
PENGOLAHAN TEH
KELOMPOK IV ROMBONGAN I
Penanggung Jawab:
Fadhil Alfiyanto Rahman A1F015071
A. Latar Belakang
ditemui industri pengolahan teh dengan menghasilkan berbagai macam produk akhir
seperti halnya teh kering, teh celup, dan bahkan teh dalam kemasan botol yang mana
praktis. Teh merupakan salah satu minuman yang terpopuler di dunia karena selain
dan kesehatan itulah yang menjadikan teh memiliki daya saing kuat dibandingkan
Teh, kopi, coklat, dan tembakau merupakan beberapa contoh bahan penyegar
yang dapat tumbuh baik di Indonesia. Bahan penyegar biasanya selalu memiliki aroma,
bau dan rasa yang khas dari tiap-tiap komoditasnya. Bahan Penyegar merupakan
sebutan bagi bahan yang memiliki kandungan alkaloid yang mampu memberikan
stimuli berupa peningkatan kerja jantung bagi pemakainya. Selain ditinjau dari
Teh (Camellia sinensis L.) merupakan salah satu tanaman minuman penyegar
yang banyak disukai orang karena rasa dan aromanya yang khas. Selain itu, teh
merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan
dapat dikembangkan lebih luas. Teh memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
perekonomian nasional. Teh merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki
peranan penting dalam menghasilkan komoditas ekspor dari sektor non migas
Indonesia setelah kelapa sawit dan kakao. Teh (Camellia sinensis) merupakan jenis
tanaman yang tumbuh baik di dataran tinggi. bagian yang paling banyak dimanfaatkan
dari tanaman teh adalah bagian daunya. Senyawa utama yang dikandung daun teh
adalah katekin, yaitu suatu zat mirip tanin terkondensasi disebut juga polifenol karena
banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Teh mengandung alkaloid kafein
yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan.
Selain memiliki rasa yang menyegarkan, kandungan teh pun mempunyai banyak
manfaat bagi kesehatan. Manfaat teh antara lain adalah sebagai antioksidan,
sirkulasi darah.
Pada umumnya, jenis teh dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama
yakni teh hitam, teh olong dan teh hijau. Teh hijau, teh putih maupun teh hitam berasal
dari tanaman yang sama, yaitu Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara
penanganan pascapemetikan. Kualitas daun teh yang baik adalah yang berasal dari
pucuk daun atau daun teh muda yang belum mekar (Mangan, 2003).
Perbedaan antara jenis teh tersebut dikarenakan perbedaan cara produksi, iklim
lokal, tanah dan kondisi pengolahan (Spilance, 2002). Proses pengolahan dan analisa
mutu merupakan hal penting untuk menentukan tingkat kualitas teh. Kualitas teh dapat
ditentukan dari daun teh yang dipetik, semakin muda daun teh maka mutu yang
dihasilkan akan semakin baik, begitu sebaliknya. Perbedaan umur daun teh ini juga
menentukan kandungan senyawa polifenol pada daun teh, yang akan berpengaruh juga
pada rasa, aroma, dan warna. Identifikasi dan pengendalian mutu teh sebagai bahan
utama suatu produk merupakan syarat mutlak agar dihasilkan produk yang berkualitas
baik.
Pengolahan teh dimaksudkan untuk mengubah komponen kimia daun teh segar
sehingga menjadi hasil olahan yang memiliki sifat-sifat yang dikehendaki pada air
seduhannya seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Kesadaran
masyarakat yang semakin meningkat akan manfaat dari meminum teh bagi kesehatan
tubuh, mendorong para pengolah teh untuk dapat menghasilkan teh yang bermutu
tinggi yaitu hanya dapat diperoleh dari proses pengolahan dan pengendalian mutu yang
baik sehingga mampu menghasilkan teh yang memenuhi standar yang telah dibakukan.
B. Tujuan
2. Melakukan pengamatan terhadap rendemen, kadar air, dan sifat sensori (warna,
Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak negara
serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh juga mengandung banyak
(Gramza et al., 2005). Teh juga merupakan suatu produk yang dibuat dari daun muda
(pucuk daun) dari tanaman teh Camellia sinensis L. Daun teh mengalami beberapa
proses pengolahan untuk dapat menjadi produk seperti teh hitam dan teh hijau.
Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan tumbuh baik pada
temperatur yang berkisar antara 10 – 30 °C pada daerah dengan curah hujan 2.000 mm
per tahun dengan ketinggian 600 – 2000 m dpl. Tanaman teh di perkebunan ditanam
secara berbaris dengan jarak tanam satu meter. Tanaman teh yang tidak dipangkas akan
(Setyamidjaja, 2000).
Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50–70 tahun, namun
setelah 50 tahun hasil produksinya akan menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penggantian tanaman tua agar produktivitas tanaman teh tetap bagus. Pohon yang tua
diganti dengan bibit yang masih muda yang telah ditumbuhkan di perkebunan khusus
Daun teh memiliki senyawa bioaktif yang kompleks, salah satunya adalah
merupakan senyawa dominan dari polifenol teh hijau dan terdiri dari epikatekin (EC),
epikatekin gallat (ECG), epigallokatekin (EGC), epigallokatekin gallat (EGCG),
katekin dan gallokatekin (GC). Dalam daun teh terdapat sekitar 14 glikosida mirisetin,
kuersetin yang dapat mencegah kanker dan kolesterol. Flavonol merupakan zat
antioksidan utama pada daun teh yang terdiri atas kuersetin, kaempferol dan mirisetin.
Sekitar 2-3 persen bagian teh yang larut dalam air merupakan senyawa flavonol
(Alumniits, 2009).
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu turunan tannin
terkondensasi yang juga dikenal sebagai senyawa polifenol karena banyaknya gugus
penting karena hampir semua karakteristik mutu teh berkaitan erat dengan perubahan
yang terjadi pada tannin selama pengolahan teh. Tannin yang terkandung dalam teh
Pada daun the segar, kadar tannin pada tahap pengolahan teh hitam secara
sebaliknya. Meskipun semua komponen tannin dari hasil berbagai penelitian diketahui
bentuk epigalokatekin galat, merupakan tannin predominan dari teh hijau yang paling
berkhasiat. Tannin memiliki rasa yang sepat sehingga mudah untuk dideteksi
(Ramayanti, 2003).
Selain itu, teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersama-sama dengan
polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang
dikandung teh diantaranya adalah vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang diduga
akan menurun kadarnya akibat pengolahan, namun masih dapat dimanfaatkan oleh
peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam teh, terutama fluorida
Lebih dari satu jenis produk teh yang dihasilkan dari berbagai cara pengolahan.
Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera
gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tannin. Proses
selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun
menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
penggunaan istilah ini tidak tepat. Pengolahan teh tidak menggunakan ragi tetapi terjadi
secara alami dan tidak menghasilkan etanol seperti layaknya proses fermentasi pada
umumnya. Pengolahan teh yang tidak tepat dapat menyebabkan teh ditumbuhi jamur
fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan bersifat
teh oolong sebagai berikut: daun teh segar pelayuan penggulungan fermentasi
pembuatan teh hitam sebagai berikut: daun teh segar pelayuan penggulungan
terdapat perbedaan pada proses fermentasi. Namun secara keseluruhan adalah sama.
Pelayuan terjadi karena air-air dalam daun secara perlahan akan menguap dan lambat
laun daun akan menjadi layu. Proses pelayuan akan berpengaruh terhadap kualitas dari
teh kering yang dihasilkan. Jika daun terlalu cepat layu, teh kering yang dihasilkan
akan memiliki karakteristik aroma yang kurang harum. Sebaliknya jika daun terlalu
lama layu, teh kering akan memiliki karakteristik rasa yang kurang sedap. Daun teh
layu yang baik memiliki ciri kering namun tidak putus dan tidak ada suara retak jika
digenggam.
cairan sel, dan merusak jaringan daun yang menyebabkan unsur-unsur di dalamnya
memengaruhi hasil teh seduhan yang dihasilkan. Daun yang terlalu lama digulung akan
menghasilkan teh kering yang sangat pekat, kental, namun aromanya kurang harum
(Aji, 2011).
Pada proses ini terjadi perubahan komponen polifenol karena terjadi proses oksidasi
fermentasi produksi teh oolong dan hitam. Pada produksi teh hijau proses oksidasi
atau uap air panas. Dengan demikian, catechin tidak mengalami oksidasi secara
enzimatis sehingga kandungannya paling tinggi dibandingkan dengan jenis teh yang
lain. Catechin banyak mendapat perhatian karena aktivitas antioksidannya yang tinggi.
Proses oksidasi catechin dapat dilakukan sebagian maupun maksimal sesuai dengan
yang terbentuk dari proses oksidasi catechin menentukan mutu teh hitam. Tf
berkontribusi terhadap warna merah dan juga memperkaya rasa teh hitam. Walaupun
kedua kelompok senyawa tersebut sangat menentukan mutu teh, namun hubungan
tingkat Tr dan mutu teh belum banyak diungkap. Senyawa Tr merupakan polimer
proantocyanidin, pigmen coklat asam, yang terbentuk dari degradasi oksidatif senyawa
Tf. Banyak juga yang melaporkan bahwa Tr merupakan turunan asam theaflavat yang
terbentuk selama proses fermentasi. Lama fermentasi sangat menentukan mutu teh
yang dihasilkan. Fermentasi yang kurang atau melebihi akan menyebabkan mutu teh
yang dihasilkan tidak baik. Demikian pula suhu media fermentasi juga menentukan
terbentuknya Tf selama fermentasi. Jadi optimasi suhu dan lama fermentasi perlu
dilakukan untuk setiap varietas teh maupun jenis teh yang ingin diproduksi (Antara,
2015).
Teh hijau
Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan banyak
dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau kerap digunakan untuk membantu
Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau dimanfaatkan untuk membunuh
bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri yang menyebabkan penyakit di rongga mulut
(penyakit periodontal). Konsumsi teh hijau juga dipercayai memiliki efek untuk
Komposisi senyawa-senyawa dalam teh hijau sangatlah kompleks yaitu protein (15-
20%); asam amino seperti teanine, asam aspartat, tirosin, triptofan, glisin, serin, valin,
leusin, arginin (1-4%); karohidrat seperti selulosa, pectin, glukosa, fruktosa, sukrosa
(5-7%); lemak dalam bentuk asam linoleat dan asam linolenat; sterol dalam bentuk
stigmasterol; vitamin B,C,dan E; kafein dan teofilin; pigmen seperti karotenoid dan
klorofil; senyawa volatile seperti aldehida, alkohol, lakton, ester, dan hidrokarbon;
mineral dan elemen-elemen lain seperti Ca, Mg, Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Co,
Teh oolong
Teh oolong merupakan teh yang dalam pembuatannya mengalami oksidasi sebagian.
Untuk menghasilkan teh oolong, daun teh dilayukan dengan cara dijemur atau diangin-
angin, kemudian diayak agar daun teh mengalami oksidasi sesuai dengan tingkatan
yang diinginkan. Teh yang telah selesai dioksidasi lantas dikeringkan, kemudian
diproses hingga memiliki bentuk yang khas, yaitu seperti daun terpilin. Proses terakhir
adalah pengeringan kembali. Hal itu dilakukan untuk memastikan daun benar-benar
kering dan tidak ada lagi oksidasi yang terjadi. Teh oolong memiliki empat kategori
berdasar tingkat oksidasi, yaitu 5-15 persen, 20-30 persen, 30-40 persen, dan 60-70
Teh hitam
Pada daun teh segar, kadar tannin pada tahap pengolahan teh hitam secara berturut-
turut semakin kecil konsentrasinya, sedangkan pada teh hijau terdapat sebaliknya.
Meskipun semua komponen tannin dari hasil berbagai penelitian diketahui mempunyai
epigalokatekin galat, merupakan tannin predominan dari teh hijau yang paling
berkhasiat. Tannin memiliki rasa yang sepat sehingga mudah untuk dideteksi
(Ramayanti, 2003 dalam Lubis, 2010). Tannin merupakan senyawa yang sangat
penting karena hampir semua karakteristik mutu teh berkaitan erat dengan perubahan
yang terjadi pada tannin selama pengolahan teh. Tannin yang terkandung dalam teh
merupakan turunan asam galat dan dikenal dengan katekin (Ramayanti, 2003 dalam
Lubis, 2010).
III. METODE PRAKTIKUM
1. Alat
- Sendok
2. Bahan
- Air
- Gula
B. Prosedur Kerja
A. Hasil
Kode
Parameter
P00 P30 P60 B00 B30 B60
Berat awal daun teh
200,18 200,17 200,00 200,10 200,002 216,90
(g)
Berat daun teh kering
88,00 74,2 56,26 64,30 61,38 66,09
(g)
Rendemen teh kering
43,96 37,07 28,13 32,13 30,68 30,45
(%)
Kadar air daun teh
6,41 8,35 7,96 8,78 7,68 9,23
kering (%)
Keterangan :
Cawan + Cawan +
Berat Sampel Sampel
Kode sampel ke- sampel ke-
Cawan (g) Awal (g) Akhir
1 (g) 2 (g)
P00 39,015 2,0000 40,9038 40,8933 1,8783
P30 43,7913 2,0020 45,6494 45,6389 1,8476
P60 46,9660 2,0007 48,8414 48,8238 1,8578
B00 41,4008 2,0001 43,2386 43,2394 1,8386
B30 52,1133 2,0023 53,9824 53,9727 1,8594
B60 39,4610 2,0017 41,3019 41,2935 1,8325
Keterangan :
Kode
Panelis
200 230 260 400 430 460
1 2 4 1 2 2 2
2 2 2 4 2 3 3
3 2 4 4 2 2 2
4 2 4 4 4 2 2
5 2 4 4 2 2 2
6 1 2 4 4 2 2
7 1 2 4 2 2 3
8 1 4 4 2 2 2
9 1 2 4 2 2 3
10 1 4 4 2 2 4
11 1 3 3 1 2 3
12 1 2 2 3 4 4
13 1 2 3 3 2 3
14 1 3 3 2 2 2
15 1 1 3 3 2 2
Jumlah 20 43 51 36 33 39
Rerata 1,33 2,86 3,4 2,4 2,2 2,6
Kode
Panelis
200 230 260 400 430 460
1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 2
12 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 2
Jumlah 15 15 15 15 15 17
Rerata 1 1 1 1 1 1,13
Kode
Panelis
200 230 260 400 430 460
1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1
Jumlah 15 15 15 15 15 15
Rerata 1 1 1 1 1 1
d. Kekuatan aroma
Kode
Panelis
200 230 260 400 430 460
1 1 2 3 3 1 1
2 1 2 3 4 1 1
3 1 2 3 3 2 1
4 1 2 3 3 1 2
5 1 2 3 3 1 1
6 1 2 3 4 1 1
7 2 2 2 4 1 2
8 1 2 3 3 1 1
9 1 2 3 3 2 1
10 1 2 2 3 2 4
11 1 2 2 3 2 5
12 1 1 3 3 2 3
13 1 2 3 2 1 1
14 2 2 3 3 1 1
15 1 2 2 2 1 1
Jumlah 17 29 41 46 20 26
Rerata 1,13 1,93 2,73 3.06 1,33 1,73
e. Tingkat kesukaan
Kode
Panelis
200 230 260 400 430 460
1 1 4 4 4 2 2
2 1 1 4 4 1 1
3 1 3 4 4 1 1
4 1 3 1 4 1 2
5 1 3 4 4 1 1
6 2 1 2 1 1 3
7 2 3 3 2 1 2
8 1 3 2 4 1 2
9 2 3 1 1 2 3
10 1 2 4 2 2 3
11 1 1 1 3 1 3
12 1 1 2 4 1 1
13 1 2 2 4 1 1
14 1 2 1 4 3 1
15 1 2 4 5 2 1
Jumlah 18 34 39 50 21 27
Rerata 1,2 2,267 2,6 3,33 1,4 1,8
Kode
Panelis
200 230 260 400 430 460
1 1 3 3 4 1 1
2 1 2 3 4 5 1
3 2 3 4 3 4 1
4 2 3 5 3 5 1
5 1 3 3 4 1 1
6 2 3 4 4 4 1
7 2 3 4 4 4 1
8 1 3 4 4 1 1
9 1 2 3 4 1 1
10 3 3 5 5 5 1
11 3 3 2 3 1 1
12 3 2 3 3 1 1
13 2 1 3 3 4 1
14 2 2 4 4 4 1
15 2 2 3 3 4 1
Jumlah 28 38 53 55 45 15
Rerata 1,86 2,53 3,54 3,67 3 1
Kode
Panelis
200 230 260 400 430 460
1 1 4 4 3 1 1
2 1 2 2 4 2 1
3 1 1 4 4 1 1
4 1 4 4 4 1 1
5 1 3 4 4 2 1
6 1 4 4 4 2 1
7 1 2 3 3 1 1
8 1 4 4 3 1 1
9 1 1 2 4 1 1
10 1 2 1 2 3 1
11 1 2 3 4 2 1
12 1 1 2 2 3 2
13 1 2 2 2 1 1
14 1 2 3 2 1 1
15 1 2 4 2 1 1
Jumlah 15 36 46 47 23 16
Rerata 1 2,4 3,07 3,1 1,5 1,07
Keterangan Kode:
Keterangan Panelis:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
88,0
P00 = × 100% = 43,96%
200,18
74,2
P30 = × 100% = 37,07%
200,17
56,26
P60 = × 100% = 28,13%
200,00
64,30
B00 = × 100% = 32,13%
200,10
61,38
B30 = × 100% = 30,68%
200,002
66,09
B60 = × 100% = 30,45%
216,99
5. Perhitungan kadar air daun teh kering
2,0020 − 1,8476
P30 = × 100% = 8,35%
1,8476
2,0007 − 1,8578
P60 = × 100% = 7,96%
1,8578
2,0001 − 1,8386
B00 = × 100% = 8,78%
1,8386
2,0023 − 1,8594
B30 = × 100% = 7,68%
1,8594
2, 0017 − 1,8325
B60 = × 100% = 9,23%
1,8325
B. Pembahasan
Teh adalah tumbuhan yang bagian daunnya dapat dijadikan sebagai minuman.
Teh mengandung kafein atau sebuah infuse yang dibuat dengan cara menyeduh daun,
pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis
Menurut Wan et al. (2009), teh digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan
perbedaan cara pengolahannya, khususnya tingkat fermentasi, yaitu teh hijau (tanpa
fermentasi), teh oolong (fermentasi sebagian), dan teh hitam (fermentasi penuh).
Gondoin et al. (2010) menambahkan bahwa terdapat jenis teh lain, yaitu teh putih.
Daun teh yang dipetik pada pengolahan teh putih hanya daun paling ujung yang belum
terbuka atau masih kuncup dan masih mengandung bulu-bulu halus, sedangkan
pengembangan karakteristik warna dan flavor dari tiap jenis teh, terutama teh hitam.
Fermentasi enzimatis teh hitam akan menghasilkan pembentuk warna dan pigmen yang
khas, yaitu theaflavin, thearubigin, dan theasinensis. Substrat dari enzim polifenol
oksidase selama fermentasi terdiri dari katekol dan grup pyrogallol, dan produk
oksidasi primernya adalah o-quinon yang diikuti oleh kondensasi menjadi senyawa
polimer yaitu theaflavin dan thearubigin (Ullah, 2001). Theaflavin terbentuk melalui
reaksi oksidasi berpasangan antara katekin jenis katekol (epikatekin dan epikatekin
galat) dan katekin jenis pyrogallol (epigalokatekin dan epigalokatekin galat) (Tanaka
et al 2009). Oleh karena itu, kandungan katekin, meliputi katekol (epikatekin (EC) dan
galat (EGCG)) pada teh hitam jauh lebih rendah daripada teh hijau. Fermentasi asam-
asam amino dan lipid pada daun teh segar juga akan menghasilkan komponen-
komponen volatil yang akan mempengaruhi flavor teh, mengurangi rasa pahit,
meningkatkan rasa sepat, serta menghasilkan senyawa dan flavor kompleks lainnya
termasuk asam organik (Balentine & Paerau-Robinson di dalam Mazza & Oomah
2003).
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar kualitas pucuk tersebut tetap terjaga:
1. Dalam pengangkutan daun segartidak boleh terlalu ditekan, agar tidak terjadi pra
2. Harus dihindari dari terik sinar matahari, agar tidak terjadi perubahan kimia
Senyawa tanin / katekin merupakan senyawa yang sangat kompleks dan tidak
berwarna dan paling penting pada daun teh karena dapat menentukan kualitas daun teh.
Hampir semua sifat produk teh termasuk didalamnya warna, rasa dan aroma secara
langsung maupun tidak langsung, dihubungkan dengan modifikasi pada katekin ester
menjadi katekin non ester dapat menurunkan rasa pahit dan sepat dari teh hijau
(Setyamidjaja, 2000).
1. Kimiawi
kosentrasi nutrisi maupun komponen bioaktif dalam teh. Perubahan ini disebabkan oleh
komponen kimiawi dalam teh menyebabkan terjadinya perubahan aroma, rasa serta
pada teh putresin (Put), Spermidin (Spd), dan Spermin (Spm) juga mengalami
penurunan selama proses produksi. Komponen bioaktif pada teh juga mengalami
perubahan, sehingga aktivitas antioksidan dari teh mengalami penurunan, seperti yang
terlihat pada penurunan aktivitas antioksidan pada teh oolong dan teh hitam bila
dibandingkan dengan teh hijau (green tea) yang tidak mengalami proses fermentasi.
Polipenol pada green tea (unfermented), lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam
(full fermented) dan puerh tea (post-fermented). Namun sebaliknya dengan kafein.
Kosentrasi kafein pada pada pu-erh tea lebih tinggi dibandingkan dengan black tea dan
green tea. Ini menunjukan adanya penurunan kosentrasi polifenol dan kenaikan kafein
2. Fisik
Adanya perubahan komponen kimiawi pada teh yang disebabkan oleh adanya
faktor fisik selama pengolahan, aktivitas enzimatis dan oksidasi, berpengaruh terhadap
kondisi fisik dan flavour (aroma dan rasa) pada teh. Rasa yang terbentuk pada teh lebih
dipengaruhi oleh adanya kandungan katekin/tanin. Katekin teh memiliki sifat tidak
berwarna, larut dalam air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh.
Hampir semua sifat produk teh termasuk didalamnya warna, rasa dan aroma secara
langsung maupun tidak langsung, dihubungkan dengan modifikasi pada katekin ester
menjadi katekin non ester yang dapat menurunkan rasa pahit dan sepat dari teh hijau.
Sifat Fisikokimia dan Organoleptik
1. Rendemen
diproses dengan berat teh awal. Rendemen semakin turun pada waktu sangrai yang
semakin lama. Rendemen juga dipengaruhi oleh susut berat daun teh selama
penyangraian. Semakin tinggi kadar air daun teh dan semakin lama waktu
penyangraian menyebabkan rendemen menjadi lebih kecil (Sivetz and Foote, 2000).
didapatkan hasil rendemen untuk perlakuan p+2 fermentasi 0 menit (P00) yaitu 43,
96%, p+2 fermentasi 30 menit (P30) yaitu 37, 07%, p+2 fermentasi 60 menit (P60)
yaitu 28, 13%, perlakuan p+4 fermentasi 0 menit (B00) yaitu 32, 13% , p+4 fermentasi
30 menit (B30) yaitu 30, 68%, dan p+4 fermentasi 60 menit (B60) yaitu 30, 45%.
Rendemen paling tinggi terdapat pada perlakuan p+2 fermentasi 0 menit yaitu sebesar
43, 96%, sedangkan rendemen paling rendah terdapat pada perlakuan p+2 fermentasi
60 menit yaitu sebesar 28, 13%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan literatur Sivetz and
Foote (2000) yang menyatakan bahwa Semakin tinggi kadar air daun teh dan semakin
lama waktu penyangraian menyebabkan rendemen menjadi lebih kecil, karena kadar
air paling tinggi terdapat pada perlakuan p+4 fermentasi 60 menit yang seharusnya
memiliki rendemen yang paling rendah. Hal tersebut disebabkan karena kemungkinan
pengamatan kadar air yang kurang teliti sehingga hasilnya kurang akurat, lama
penyangraian yang tidak dikontrol, dan factor lain yang menyebabkan hasil tersebut
kurang sesuai.
2. Kadar Air Teh Kering
Pelayuan dapat mengurangi kadar air daun teh hingga 70% (Foodinfo, 2009).
Berdasarkan SNI 01-3836-2013, kadar air maksimal teh kering adalah sebesar 8%.
Berdasarkan hasil analisis kadar air teh kering pada 6 perlakuan, maka
didapatkan kadar air teh kering untuk perlakuan p+2 fermentasi 0 menit (P00) yaitu 6,
47%, p+2 fermentasi 30 menit (P30) yaitu 8, 35%, p+2 fermentasi 60 menit (P60) yaitu
7, 59%, perlakuan p+4 fermentasi 0 menit (B00) yaitu 8, 78% , p+4 fermentasi 30 menit
(B30) yaitu 7, 68%, dan p+4 fermentasi 60 menit (B60) yaitu 9, 23%. Berdasarkan
literatur yang ada, sebagian besar teh memiliki kadar air berada dikisaran kurang lebih
8%, dimana 8% merupakan angka maksimal kadar air yang dianjurkan oleh SNI untuk
teh kering. Untuk perlakuan p+4 fermentasi 60 menit (B60) memiliki kadar air 9, 23%
masih dapat dikatakan layak karena kadar air yang terkandung tidak terlalu jauh dengan
3. Uji Organoleptik
Warna air seduhan sampel 200 (p+2 fermentasi 0 menit) nilai rata rata menurut
25 panelis adalah 1, 33 atau hijau kekuningan. Sampel 230 (p+2 fermentasi 30 menit)
mempunyai warna air seduhan dengai nilai 2, 86 kuning kemerahan. Nilai rata – rata
warna air seduhan teh sampel 260 (p+2 fermentasi 60 menit) adalah 3, 4 memiliki
niai yang tertinggi diantara yang lain menurut 25 panelis yaitu merah kekuningan.
Sampel 400 (p+4 fermentasi 0 menit) rata – rata nilai warna air seduhan nya adalah
2, 4 kuning kemerahan, sampel 430 (p+4 fermentasi 30 menit) memiliki nilai rata –
rata warna air seduhan yaitu 2, 2 kuning kemerahan dan sampel 460 (p+4 fermentasi
60 menit) dengan nilai rata – rata warna air seduhan 2, 6 kuning kemerahan.
Warna ampas seduhan untuk sampel 200 (p+2 fermentasi 0 menit), sampel 230
(p+2 fermentasi 30 menit), sampel 260 (p+2 fermentasi 60 menit), sampel 400 (p+4
fermentasi 0 menit), dan sampel 430 (p+4 fermentasi 30 menit) nilai rata – ratanya
adalah 1, sedangkan untuk sampel 460 (p+4 fermentasi 60 menit) menunjukan bahwa
Nilai rata - rata warna teh kering adalah untuk semua perlakuan adalah 1
menunjukan bahwa warna teh kering untuk semua perlakuan hijau kekuningan
bahwa teh yang memiliki kekuatan aroma, kekuatan rasa pahit sepat, dan kekuatan
rasa asam yang paling tinggi adalah teh dengan perlakuan daun P+4 dengan
menit fermentasi termasuk dalam teh hijau. Hasil yang didapat pada praktikum kali
ini adalah semakin cepat waktu fermentasi yang terjadi atau tanpa fermentasi, maka
akan semakin meningkatkan rasa pahit sepat, kekuatan aroma, dan rasa asam dari
seduhan teh yang dihasilkan. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil yang didapat oleh
Silaban (2008), yang memberikan hasil bahwa semakin lama fermentasi yang
dilakukan, maka skor pada uji organoleptik untuk parameter rasa pahit, aroma, dan
rasa asam akan menurun. Hal tersebut disebabkan karena hasil bias atau error saat
uji organoleptic karena pada saat pelaksanaan uji organoleptik ada keterlambatan
waktu yang sudah ditentukan dan mendekati waktu makan siang sehingga hasilnya
bias atau error. Selain itu, dapat disebabkan kondisi fermentasi yang tidak sesuai atau
Senyawa yang menyebabkan teh memiliki rasa pahit dan sepat atau asam adalah
tanin. Tanin yang ada di dalam teh akan memberikan rasa sepat atau khas (ketir).
Katetin merupakan penyusun tanin dimana katekin ini mempunyai sifat antioksidatif
yang berperan dalam melawan radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh
(Bungsu, 2012). Katekin teh larut dalam air, tidak berwarna serta membawa sifat
memberikan skor terhadap sampel yang diberikan. Panelis akan memberikan respon
dengan memberikan skor dari sampel yang paling tidak disukai (1) sampai yang
paling disukai (5). Teh dengan perlakuan P+4 dengan waktu fermentasi 0 menit
A. Kesimpulan
2. Selama pengolahan daun the segar, terdapat perubahan yaitu perubahan secara
dalam teh dan juga perubahan fisik seperti warna, bentuk, dan tekstur dari daun
teh.
3. Rendemen, kadar air dan sifat sensori dari tiap – tiap perlakuan yang paling
B. Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti saat melakukan pengamatan kadar air teh
kering.
2. Sebaiknya pelaksanaan uji organoleptik harus tepat waktu agar hasilnya tidak
3. Pada saat pengolahan teh harus lebih teliti dalam proses penyangraian dan
Bungsu, P. 2012. Pengaruh Kadar Tanin pada teh Celup terhadap Anemia Gizi Besi
(AGB) pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun
2012. Tesis. Program magister Epidemiologi Komunitas Fakultas Kesehatan
masyarakat Universitas Indonesia.
Damayanti, E., et al. 2008. Studi Kandungan dan Turunannya sebagai Antioksidan
alami Serta Karakteristik Organoleptik Produk Teh Murbei dan Teh Camellia-
Murbei. Media Gizi & Keluarga, Juli 32 (1): 95-103.
Gondoin A, Grussu D, Stewart D, McDougall GJ. (2010). White and green tea
polyphenols inhibit pancreatic lipase in vitro. Journal of Food Research
International 43: 1537-1544.
Lubis, M. I. 2010. Mempelajari pengaruh letak daun dan lama pelayuan terhadap
kualitas teh daun jeruju (Achantus illicifolicus L). Skripsi. Teknologi Hasil
Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sembiring, Netti V. N. 2009. Pengaruh Kadar Air dari Bubuk Teh Hasil Fermentas
terhadap Kapasitas Produksi pada Stasiun Pengeringan di Pabrik Teh PTPN IV
Unit Kebun Bah Butong. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatra Utara.
Silaban, M. 2008. Pengaruh Jenis Teh dan Lama Fermentasi pada Proses Pembuatan
teh Kombucha. Skripsi. Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara.
Sivetz, M. & H.E. Foote. 2000. Coffee Processing Technology. Vol I. The AVI Publ.
Inc., Connecticut.
Ullah MR. 2001. Tea. Di dalam Fox PF (ed.). Food Enzymology Volume 2. London
and New York: Elvisier Applied Science, pp 163-177.
Wan X, Li D, Zhang Z. 2009. Green tea and black tea. Di dalam: Ho CT, Lin JK,
Shahidi F. (eds.). Tea and Tea Product:Chemistry and Health-Promoting
Properties. USA: CRC Press, Taylor and Francis Group, pp 1-8.
No Gambar Keterangan