Anda di halaman 1dari 2

AKLIMATISASI, REPOTTING DAN NURSERY ANGGREK

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Aklimatisasi merupakan masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang
semula kondisinya terkendali menjadi kondisi lapangan yang sulit dikendalikan. Aklimatisasi juga
disebut sebagai proses pengkondisian planlet atau tunas mikro hasil kultur jaringan di lingkungan
baru yang aseptik di luar botol dengan media terntentu sehingga planlet dapat terus bertahan dan
terus menjadi bibit yang siap tanam di lapangan (Yusnita, 2004). Aklimatisasi ini adalah tahap terakhir
dan sekaligus merupakan tahap yang penting dalam perbanyakan kultur jaringan
Tanaman yang umumnya dikembangan dengan kultur jaringan dan melalui tahap aklimatisasi
misalnya anggrek. Anggrek merupakan salah tanaman yang banyak menarik para penggemar
tanaman hias. Anggrek memilik banyak jenis, Phalaenopsis adalah salah satu genus tanaman
anggrek yang paling digemari masyarakat dan bernilai ekonomi tinggi karena masa segar bunganya
yang realatif lama dan bentuknya yang indah (Yusnita dan Handayani, 2010).
Keberhailan aklimatisasi ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor utama yang menjadi penentu
antara lain media tanam yang digunakan, kondisi lingkungan, dan perlakuan selama proses
aklimatisasi. Media tanam aklimatisasi berfungsi untuk tempat tumbuhnya tanaman, untuk itu perlu
digunakan media tanam yang sesuai. Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap
keberlangsungan aklimatisasi misalnya kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya. Perlakuan
pemberian zat pengatur tumbuh seperti benziladenin (BA) (Zasari, 2010) dan pemupukan seperti
pupuk daun (Andriyani et al., 2010) dapat mendukung upaya pertumbuhan dan perkembangan
planlet hasil aklimatisai.

Tujuan
Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui teknik dan menngamati keberhasilan proses
aklimatisasi pada planlet anggrek Mirabilis

METODE

Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan di Rumah Angle (anggrek lele), KP. Leuwikopo, Kampus IPB,
Dramaga, Bogor. Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 4 April 2017

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah planlet anggrek Mirabilis., media tanam
berupa spaghnum moss, agrept (bakterisida), dihane (fungisida). Alat yang digunakan adalah tray
cell (20 lubang), pinset, alat tulis untuk pengamatan, dan kamera untuk dokumentasi.

Metode Pelaksanaan
Planlet anggrek dikeluarkan dari botol kultur dan dibersihkan dari agar-agar yang menempel
di bagian akar tanaman secara perlahan. Setelah planlet bersih, planlet direndam dalam larutan
agrept dan dithane selama beberapa saat. Media yang digunakan adalah spaghnum moss yang telah
diberi air dan diperas sebelumnya agar lembab. Planlet anggrek kemudian dililitkan bagian akarnya
dengan media tanam dan susun pada wadah tanam. Wadah tanam yang digunakan adalah tray cell.
Pengamatan dan pemeliharaan dilakukan selama lima minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
MST
1 2 3 4 5 6 7
Rata-rata 25,45455 24,45455 24,09091 23,45455 23,13636 22,95455 22,81818
SD 9,168929 8,273465 8,55742 8,573088 8,86564 8,904131 8,931679
KK 36,02079 33,83201 35,52137 36,55192 38,31907 38,79027 39,14282

Pembahasan
Pembiakan dengan kultur in vitro bisa dikatakan sukses jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi
eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Berdasarkan pengamatan dengan variabel jumlah tanaman hidup,
jumlah daun, jumlah tunas dan tinggi tunas diperoleh data yang lebih homogen pada variabel jumlah tanaman
hidup dan jumlah daun ditunjukkan dengan nilai simpangan baku (STDEV) dan koefisien keragaman (KK) yang
lebih kecil dibandingkan nilai pada peubah jumlah dan tinggi tunas. Tanaman hidup setiap kelompok menujukkan
jumlah yang terbilang cukup tinggi, dan pertumbuhan planlet dapat diamati dari jumlah daun dan tunas yang
muncul setiap minggunya.
Tingginya tingkat keberhasilan aklimatisasi anggrek Mirabilis menunjukkan bahwa planlet dari lingkungan
aseptik (dalam botol kultur jaringan) mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Lingkungan baru pada
pecobaan dalam hal ini adalah kondisi di Rumah Angle. Kondisi lingkungan aklimatisasi tersebut tidak terlepas dari
beberapa perlakuan pada percobaan.
Perlakuan pertama yaitu penggunaan media tanam yang pada percobaan digunakan spaghnum moss.
Spaghnum moss memiliki kelebihan yakni dapat menyerap air dan mempertahankan air dengan baik sehingga
kelembaban media dan lingkungan lebih terjaga. Menurut Yusnita (2010) kelembaban ideal lingkungan di tempat
aklimatisasi pada saat awal harus diatur agar lebih dari 70% dan selanjutnya secara bertahap kelembaban dapat
diturunkan. Sifat fisik spaghnum moss yang menyerupai lumut meebutuhkan kecermatan dalam hal penyiraman.
Penyiraman diusahakan agar tidak terlalu banyak untuk menghindari kejenuhan air ataupun jangan terlalu kering
karena adanya sifat spaghnum moss yang dapat menyerap kelembaban dan air di akar anggrek (Parwito, 2012).
Perlakuan lain yakni naungan rumah Angle yang mengkondisikan intensitas cahaya matahari agar sesuai.
Intensitas cahaya matahari yang sesuai pada tahap aklimatisasi tanaman anggrek hanya sekitar 30% dan
kemudian dapat ditingkatkan menjadi 40-50% seiring berjalannya waktu pertumbuhan (Yusnita, 2010). Perlakuan
seperti pemberian bakterisida dan fungisida pada planlet ketika akan dilakuakn aklimatisasi juga penting dilakukan
untuk menghindari serangan bakteri dan cendawan. Pemeliharaan berupa penyiraman, pemberian vitamin dan
aplikasi pupuk daun seharusnya dilakukan pula untuk menunjang keberhasilan kegiatan aklimatisasi.

KESIMPULAN

Keberhasilan aklimatisasi yang cukup tinggi pada percobaan dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni
penggunaan media tanam yang cocok dan faktor lingungan lain seperti kelembaban dan intensitas cahaya
matahari yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani LY., Buhaira dan Nancy. 2010. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi penyemprotan pupuk daun terhadap
pertumbuhan planlet anggrek dendrobium (Dendrobium jade gold) pada tahap aklimatisasi. Jurnal
Agronomi 10(1):51-54.
Parwito D.L. 2012. http://lcnursery.wordpress.com/2010/10/04/spaghnum-moss-sebagai-media-tanam-anggrek [8
Juni 2017]
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan : Cara memperbanyak tanamanan secara efisien. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Yusnita. 2010. Perbanyakan in vitro tanaman anggrek. Universitas Lampung Lampung.
Yusnita, Handayani Y. 2010. Pengecambahan biji dan pertumbuhan seedling Phalaenopsis hibrida in vitro pada
dua media dasar dengan atau tanpa arang aktif. Jurnal Agrotropika 16(2):70-75.
Zasari M. 2010. Studi perbanyakan dan regenerasi in vitro protocorm-like-bodies serta aklimatisasi planlet anggrek
dendrobium hibrida. Tesis. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai