Lapkas 2
Lapkas 2
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien
Nama : Tn. E
Umur : 82 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Cibadak/kodya Ciamis
Agama : Islam
2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis
Keluhan utama: Sesak napas setelah jatuh sejak 2 minggu yang lalu
Tidak ada riwayat sering nyeri dada ataupun riwayat sesak di malam
hari (saat tidur). Tidak ada riwayat sakit jantung. Terdapat riwayat
merokok dan kadang-kadang mengalami batuk ringan. Tidak ada
riwayat batuk berat hingga sesak. Riwayat asma disangkal.
3. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Status Generalis
1. Pemeriksaan Kepala
2. Pemeriksaan Mata
3
4. Pemeriksaan Hidung : tidak ada deviasi septum, tidak ada napas cuping
hidung, tak ada rinore, tak ada pembesaran konka.
6. Pemeriksaan Leher
7. Pemeriksaan dada
Jantung
Palpasi : IC teraba
8. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tidak ada distensi, tidak ada sikatrik, tidak ada massa,
tidak ada bekas operasi, tidak ada darm countur maupun darm steifung dan tidak
didapatkan adanya hernia
9. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : tak ada deformitas, tak ada jari tabuh, tak ada sianosis, tak ada pucat
ataupun udem, gerakan keduanya aktif
Inferior : tak ada deformitas, tak ada sianosis, tak ada pucat ataupun udem,
gerakan keduanya aktif
· Palpasi : vocal fremitus kanan tidak ada, tak ada nyeri tekan, tak ada
nyeri sumbu ataupun nyeri kompresi kosta, terdapat krepitasi di regio thoraks
kanan anterior, tak ada massa
4. Pemeriksaan radiologi
Laboratorium
5. Diagnosis
6. Differensial Diagnosa
Efusi Pleura
7. Penatalaksanaan
8. Prognosis
7
Bab 1
Pendahuluan
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1.Hidropneumotoraks
2.1.Definisi
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di
dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.1
alveol ada bagian yang lemah, maka kemungkinan terjadinya robekan bronki atau
alveol akan sangat mudah.1,2
Dengan cara demikian dugaan terjadinya pneumotoraks dapat dijelaskana
yaitui jika ada kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau
pleura yang pecah. Bagian yang robek tersebut berhubungan dengan bronkus.
Pelebaran alveolus dan septa-septa alveolus yang pecah kemudian membentuk
suatu bula yang berdinding tipis di dekat daerah yang ada proses non spesifik atau
fibrosis granulomatosa. Keadaan ini merupakan penyebab yang paling sering dari
pneumothoraks.1,2
Ada beberapa kemungkinan komplikasi pneumotoraks, suatu “katup bola”
yang bocor yang menyebabkan tekanan pneumotoraks bergeser ke mediastinum.
Sirkulasi paru dapat menurun dan mungkin menjadi fatal. Apabila kebocoran
tertutup dan paru tidak mengadakan ekspansi kembali dalam beberap minggu ,
jaringan parut dapat terjadi sehingga tidak pernah ekspansi kembali secara
keseluruhan. Pada keadaan ini cairan serosa terkumpul di dalam rongga pleura
dan menimbulkan suatu hidropneumotoraks.1,2
Hidropneumotoraks spontan sekunder bisa merupakan komplikasi dari TB
paru dan pneumotoraks yaitu dengan rupturnya fokus subpleura dari jaringan
nekrotik perkejuan sehingga tuberkuloprotein yang ada di dalam masuk rongga
pleura dan udara dapat masuk dalam paru pada proses inspirasi tetapi tidak dapat
keluar paru ketika proses ekspirasi, semakin lama tekanan udara dalam rongga
pleura akan meningkat melebihi tekana atmosfer, udara yang terkumpul dalam
rongga pleura akan menekan paru sehingga sering timbul gagal napas.1,2
Pneumotoraks merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada
kavum pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga
paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam kavum
pleura ini dapat ditimbulkan oleh :
a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai
closed pneumotoraks. Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai
katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum
10
pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak
sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan
terjadinya tension pneumotoraks.
b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara
kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari
2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut
dibanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan
dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura
lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi,
tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar
melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open pneumotoraks.1,2
2.1.3.Gambaran Radiologis
Pada gambaran radiologi hidropneumotoraks (gambar 1) merupakan perpaduan
antara gambaran radiologi dari efusi pleura dan pneumotoraks. Pada
hidropneumothorax cairan pleura selalu bersama-sama udara, maka meniscus sign
tidak tampak. Pada foto lurus maka akan dijumpai air fluid level meskipun cairan
sedikit. Pada foto tegak terlihat garis mendatar karena adanya udara di atas cairan.
Gambaran radiologi pada hidropneumotoraks ini ruang pleura sangat translusen
dengan tak tampaknya gambaran pembuluh darah paru, biasanya tampak garis
putih tegas membatasi pleura visceralis yang membatasi paru yang kolaps, tampak
gambaran semiopak homogen menutupi paru bawah, dan penumpukan cairan di
dalam cavum pleura yang menyebabkan sinus costofrenikus menumpul.3,4
11
Gambar 1. Hidropneumotoraks
2.2.Pneumotoraks
2.2.1.Definisi
Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam rongga
pleura. Dalam keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru
leluasa mengembang terhadap rongga toraks.1
Masuknya udara ke dalam rongga pleura dibedakan atas:
1. Pneumotoraks spontan: Timbul sobekan subpleura dari bulla sehingga udara
dalam rongga pleura melalui suatu lubang robekan atau katup. Keadaan ini
dapat terjadi berulang kali dan sering menjadi keadaan yang kronis. Penyebab
lain ialah suatu trauma tertutup terhadap dinding dan fistula bronkopleural
akibat neoplasma atau inflamasi.
2. Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk atau
pneumotoraks disengaja (artificial) dengan terapi dalam hal pengeluaran atau
pengecilan kavitas proses spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan
pneumotoraks sengaja lainnya ialah diagnostik untuk membedakan massa
apakah berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-penyebab lain ialah
akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga pleura.
12
2.1.2.Klasifikasi
Pneumotoraks dapat juga dibagi atas:
1. Pneumotoraks terbuka. Gangguan pada dinding dada berupa hubungan
langsung antara ruang pleura dan lingkungan atau terbentuk saluran terbuka
yang dapat menyebabkan udara dapat keluar masuk dengan bebas ke rongga
pleura selama proses respirasi.
2. Pneumotoraks tertutup. Misal terdapat robekan pada pleura viseralis dan paru
atau jalan nafas atau esofagus, sehingga masuk vakum pleura karena tekanan
vakum pleura negatif.
3. Pneumotoraks valvular. Jika udara dapat masuk ke dalam paru pada proses
inspirasi tetapi tidak dapat keluar paru ketika proses ekspirasi. Akibat hal ini
dapat terjadi peningkatan tekanan intrapleural. Karena tekanan intrapleural
meningkat maka dapat terjadi tension pneumotoraks. 4
2.1.3.Gejala Klinis
Adanya keluhan-keluhan dan gejala-gejala klinis pneumotoraks amat tergantung
pada besarnya lesi pneumotoraks dan ada tidaknya komplikasi penyakit paru.
Beberapa pasien menunjukkan keadaan asimtomatik dan kelainan hanya dapat
ditemukan pada pemeriksaan foto dada rutin. Pada beberapa kasus, pneumotoraks
terluput dari pengamatan. 1
Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba-tiba dan bersifat
unilateral serta diikuti sesak nafas. Kelainan ini ditemukan pada 80-90% kasus.
Gejala-gejala ini lebih mudah ditemukan bila penderita melakukan aktivitas berat.
13
Gambar 2.
Gambar 3.
Pada foto terlihat bayangan udara dari pneumotoraks yang berbentuk
cembung, yang memisahkan pleura parietalis dengan pleura viseralis. Bila
pneumotoraksnya tidak begitu besar, foto dengan pernafasan dalam (inspirasi
penuh) pun tidak akan menunjukkan kelainan yang jelas. Dalam hal ini dianjurkan
membuat foto dada dengan inspirasi dan ekspirasi penuh. Selama ekspirasi
maksimal udara dalam rongga pleura lebih didorong ke apeks, sehingga rongga
intrapleura di apeks jadi lebih besar. Selain itu terdapat perbedaan densitas antara
15
lahir sering diperiksa dengan posisi terlentang. Dalam situasi ini harus dibedakan
dengan pneumomediastinum. Ketika garis sambungan depan terlihat pada
neonatus, yang mengindikasikan pneumotoraks bilateral, karena garis ini biasanya
tidak terlihat pada pasien. Pada bayi neonatus pneumotoraks dapat dievaluasi
dengan foto anteroposterior atau lateral pada saat yang sama.7
Pada orang dewasa yang sakit kritis diuji dengan posisi setengah duduk
atau terlentang, udara dalam ruang pleura mungkin nampak anteromedial
sepanjang medistinum, pada suatu posisi subpulmonary, pada posisi apicolateral
atau posteromedial dalam area paraspinal. Udara mungkin dapat diamati dalam
celah interlobus, terutama sekali di dalam celah kecil sisi kanan pneumotoraks.
Tanda cekungan yang dalam diuraikan oleh Gordon pada foto posisi terlentang
pada pasien pneumotoraks. Foto ini terdiri dari radiolusen yang relatif pada
kedalaman sulcus costophrenicus samping yang menandakan udara dalam area
ini.7
Hasil diagnosa mungkin tidak dapat terlihat dalam foto polos. Oleh karena
itu, CT dapat digunakan jika informasi mengenai kehadiran atau ketidakhadiran
pneumothoraks adalah hal yang sangat penting, karena pneumothoraks relatif
lebih mudah dideteksi pada CT sesuai potongan aksis.7
Secara ringkas, hasil dianogsa pneumothorax mungkin sulit untuk dibuat
dalam pemeriksaan hasil radiografi dada. Terutama sekali pada foto pasien dalam
posisi terlentang, proyeksi samping mungkin bisa untuk ,mengkonfirmasikan
kehadiran pneumothoraks manakala proyeksi dari depan samar-samar. Ketika
pneumothoraks kecil foto pada saat inspirasi seringkali berharga; dan ada kalanya,
ketika lokasi pneumothoraks disekeliling hadir, foto oblique dan foto lateral
diperlukan untuk visualisasi yang nyata. Adakalanya lingkaran radioopak
ditemukan pada hilus atau dibawah pada pasien pneumothoraks yang besar atau
luas.7
17
Bab 3
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Asril Bahar, 1999, Penyakit-penyakit Pleura, Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid
II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
2. Darmanto Djojodibroto, 2009, Respirologi, EGC
3. Sjahriar rasad, 2009, Radiologi diagnostik, jakarta, Balai penerbit FKUI
4. Kahar Kusumawidjaja, 2000, Pleura dan Mediastinum, Radiologi diagnositik,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
5. Peter Amstrong, Martin L.W., 1986, X-Ray Diagnosis, Economy Edition, PG
Asian.
6. Joten H.J., Andrew B.C., 1993, Essentials of Radiologic Imaging, Ed. 6, Paul
and Juhl, Clippincott-Raven, Philadelphia.
7. David Sutton, 1987, A Textbook of Radiology and Imaging, Ed. 4, Churchill
Livingstone, Edinburgh, london, Melbourne and New York.
8. Djojodibroto Darmanto. Respirologi ( Respiratory Medicine). Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 231-4
9. Madappa Tarun. Atelectasis. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview. Last update :
August 25,2009. Accesed on December 25,2011.
19
10. Soemantri S, Bronkhitis Kronik dan Emfisema Paru dalam : Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 1990; Hal 754-61.
11. Ganong W.F, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta, 1998, Hal 673.
12. Yunus F, Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi, Cermin Dunia
Kedokteran, No. 114, Jakarta, 1997, Hal 28-31.
13. Mangunnegoro H, PPOK Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta, 2001 Hal 1-24.
14. Boat. T.F, Emfisema and Full Air Fluid, In : Behrman R.E, et.al. (ed), 1993,
Nelson Textbook of pediatrics, fourteenth edition, W.B. Saunders Company,
Philadelphia , page 1013-16