Anda di halaman 1dari 4

Hospital bylaws (HBL) atau Peraturan Internal Rumah sakit atau Statutarumah sakit adalah ketentuan

ketentuan tertulis yang mengatur tentang organisasi, kedudukan, peran, tugas, kewajiban tiga unsur
pokok dari entitas rumah sakit, yaitu pemilik,pengelola rumahs a k i t d a n s t a f m e d i k
fungsional (medical). Ini berdasarkan KEMENKES
R I nomor:772/MENKES/SK/VI/2002
Definisi medical staff bylaws atau Pedoman internal staff medis adalah suatu
p e r a t u r a n oorganisasi staf medis dan komite medis dirumah sakit yang ditetapkan oleh pemilik rumah
sakitatau Governing Body. Ini berdasarkan KEMENKES RI nomor:613/MENKES/SK/IV/2005

1. Medical staff bylaws adalah suatu peraturan organisasi staf medis dan komite medis di rumah sakit yang
ditetapkan oleh pemilik rumah sakit atau Governing Body;
2. Medical staff bylaws bukan merupakan kumpulan peraturan teknis administrasi medis ataupun teknis
medis di rumah sakit. Oleh karena itu standard operating prosedure, standar pelayanan medis bukan
merupakan medical staff bylaws tetapi lebih merupakan kebijakan teknis operasional pelayanan medis;
3. Medical staff bylaws mengatur pengorganisasian staf medis, komite medis, peran, tugas dan
kewenangan staf medis.
4. Medical staff bylaws tidak mengatur manajemen keuangan dan peralatan medis
5. Medical staff bylaws, Rules and Regulations adalah kerangka (framework) untuk pengaturan diri
sendiri (self-governance) oleh staf medik yang dapat diterima secara umum. Kerangka itu menetapkan
tugas, kewajiban, kewenangan, tanggung jawab, kelompok staf medis dan komite medis.
6. Yang dimaksud dengan staf medis dalam medical staff bylaws adalah dokter, dokter spesialis, dokter
gigi dan dokter gigi spesialis.

Medical staff bylaws mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Menggambarkan pengorganisasian staf medis di rumah sakit.


2. Memuat prosedur persyaratan dan penerimaan tenaga medis di rumah sakit
3. Mengatur mekanisme peer review, reapoinment, kewenangan yang diberikan (clinical privileges) dan
pendisiplinan.
4. Memuat prosedur pengajuan permohonan sebagai staff medis
5. Sebagai acuan pemberian pelayanan berdasarkan standar profesi dan kode etik profesi medis.

Tujuan

Umum :

Sebagai pedoman bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan medis di rumah sakit.

Khusus

 Tercapainya kerjasama yang baik antara staf medis dengan pemilik rumah sakit atau yang mewakili dan
antara staff medis dengan Direktur/ Pimpinan rumah sakit.
 Tercapainya sinergisme antara manajemen dan profesi medis untuk kepentingan pasien.
 Terciptanya tanggung jawab staf medis terhadap mutu pelayanan medis di rumah sakit.

Berdasarkan hal tersebut diatas substansi medical staf laws sebagai berikut :

Umum :

 Uraian tentang staf medis, kelompok staf medis dan komite medis yang ada di rumah sakit.
 Uraian tentang garis-garis besar tugas dan tanggung jawab staf medis.
 Pernyataan tentang kewajiban bagi semua staf medis untuk mentaati dan menjalankan ketentuan-
ketentuan etika profesi medis, etika rumah sakit, hospital staff bylaws rumah sakit dan peraturan-
peraturan pelaksana yang ditetapkan berdasar medical staff bylaws

Aturan Staf Medis


Aturan staf medis merupakan lampiran medical staff bylawsnya. Yang diatur didalam aturan staff medis adalah
kewajiban staf medis yang terkait dengan pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit, antara lain sebagai
berikut:

 Kewajiban staf medis untuk mematuhi ketentuan pelaksanaan praktik kedokteran.


 Kewajiban Staf Medis untuk mematuhi Standar Profesi.
 Kewajiban Staf Medis untuk mematuhi Standar Pelayanan dan Standar Prosedur Operasional.
 Kewajiban Staf medis untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang rekam medis.
 Kewajiban Staf medis untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang informed consent.
 Ketentuan untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang rahasia kedokteran.
 Kewajiban staf medis untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang obat dan formularium rumah sakit.

Aturan Staf Medis

Yang dituangkan didalam aturan staf medis antara lain adalah :

1. Kewajiban memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.
2. Kewajiban merujuk pasien ke dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan.
3. Kewajiban merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien
itu meninggal dunia.
4. Kewajiban melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
5. Kewajiban menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran
gigi.
6. Kewajiban untuk menunjuk staf medis lain dalam keahlian yang sama sebagai pengganti apabila
berhalangan, jika tidak harus diinformasikan kepada pasien yang bersangkutan.
7. Kewajiban untuk memberikan penjelasan secara lengkap kepada pasien sebelum persetujuan tindakan
disetujui pasien (informed consent).
8. Kewajiban membuat rekam medis dan mematuhi petunjuk pelaksanaanya.
9. Kewajiban menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.
10. Kewajiban untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang obat dan formularium rumah sakit.

V. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS (MEDICAL STAFF BYLAWS).

Langkah-langkah penyusunan medical staff bylaws ini, diharapkan dapat sebagai acuan bagi rumah sakit dalam
menyusun medical staff bylaws-nya masing-masing.

Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun medical staff bylaws yaitu :

1. Medical staff bylaws adalah “tailor made”


Oleh karena itu, pada waktu menyusun medical staff bylaws di rumah sakit jangan atau hindari untuk mem-
fotocopy medical staff bylaws dari rumah sakit lain. Medical staff bylaws dari rumah sakit lain hanya sebagai
acuan atau wacana saja tidak boleh di fotocopy oleh karena medical staff bylaws dari rumah sakit satu dengan
lainnya tidak sama.
2. Laksanakan legal audit.
Langkah penting sebelum menyusun medical staff bylaws adalah melakukan legal audit sehingga dapat
diketahui semua peraturan dan perundangan sebagai dasar pemberian pelayanan medis di rumah sakit. Legal
audit ini bukan hanya sekedar melakukan inventarisasi peraturan yang sudah ada dan yang belum dimiliki tetapi
juga mengkaji, menelaah dan mengevaluasi semua peraturan dan perundangan tersebut apakah sudah
kadaluwarsa, apakah ada duplikasi apakah saling bertentangan dan lain-lain.
3. Bylaws untuk dilaksanakan bukan merupakan filosofis
Medical staf bylaws disusun bukan hanya sekedar dokumen, tetapi harus dilaksanakan karena merupakan
konstitusi staf medis. Dalam menyelesaikan permasalahan staf medis, medical staff bylaws merupakan acuan
untuk menyelesaikannya.
Langkah-langkah penyusunan sebagai berikut :

1. Pembentukan Tim Penyusun


Tim penyusun medical staff bylaws ini terdiri dari wakil-wakil dari kelompok staf medis.
2. Pertemuan tim penyusun
Tujuan pertemuan tim penyusun ini adalah :
– Mengetahui dan memahami medical staff bylaws.
– Terbentuknya komitmen tim penyusun.
– Agar tersusun rencana kerja dan prosedur kerja.
– Penyusunan medical staff bylaws sesuai pedoman.
3. Melakukan legal audit.
Legal audit sebaiknya dilakukan oleh tim penyusun. Dalam melakukan legal audit bisa meminta bantuan
dari luar (konsultan) namun bisa dilakukan oleh rumah sakit sendiri terutama bagi rumah sakit yang
telah mempunyai bagian hukum dalam struktur organisasinya.
4. Penyusunan draft medical staff bylaws
Draft hospital bylaws disusun dengan mengacu badan hukum pemilik rumah sakit, perundangan-
undangan tentang kesehatan dan perumahsakitan serta hasil dari legal audit.
5. Pembahasan draft
Pembahasan draft dilakukan oleh staff medis dan komite medis.
6. Penyempurnaan draft medical staff bylaws
7. Finalisasi medical staff bylaws
8. Finalisasi dilakukan berupa adanya penetapan medical staff bylaws dari pemilik
9. Sosialisasi medical staff bylaws
Sosialisasi ini dilakukan kepada seluruh staf medis di rumah sakit, stake holder dan costumer (internal
dan eksternal)
10. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan medical staff bylaws dilakukan sesuai dengan pengawasan yang
diatur pada medical staff bylaws.

tujuan akhir diterapkannya good clinical governance adalah untuk menjaga agar pelayanan kesehatan dapat
terselenggara dengan baik berdasarkan standar pelayanan yang tinggi serta dilakukan pada lingkungan kerja
yang memiliki tingkat profesionalisme tinggi. Dengan demikian pada gilirannya akan mendukung dalam upaya
mewujudkan peningkatan derajat kesehatan melalui upaya klinik yang maksimal dengan biaya yang paling cost-
effective

1. Konsep dasar dan strategi pencapaian

Konsep dasar good clinical governance adalah: 1. Akuntabilitas (pertanggung jawaban) pelayanan klinis
yang diberikan, 2. Perbaikan mutu pelayanan klinis yang berkesinambungan, 3. Penerapan standar pelayanan
klinis secara optimal, dan 4. Menciptakan lingkungan pelayanan yang mendukung pelayanan klinis yang
bermutu. Tiga elemen utama yang berperan dalam strategi peningkatan mutu dalam kerangka clinical
governance, adalah:
1. Standar kualitas nasional
2. Mekanisme untuk menjamin terselenggaranya pelayanaan klinis yang berkualitas
3. Sistem-sistem yang secara efektif dapat memantau pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Dalam pelaksanaan clinical governance, didasarkan pada empat pilar utama, yang perlu dioperasionalkan
dalam bentuk kegiatan nyata yaitu:

1. Nilai pelanggan (customer value): pasien sebagai focus utama pelayanan klinis (it is all about patient),
pasien dilibatkan bahkan diberdayakan dalam proses penyediaan pelayanan klinis, bahkan dalam
pengembangan sistem manajemen klinis.
2. Peningkatan dan pengukuran kinerja pelayanan klinis: kinerja pelayanan klinis (evidence based).
3. Manjemen risiko klinis: sebagai upaya untuk meminimalkan risiko klinis dan keselamatan pasien, maka
manajemen risiko klinis perlu diterapkan melalui langkah-langkah: identifikasi risiko, analisis risiko,
dan tindak lanjut terhadap risiko.
4. Manajemen dan Pengembangan tenaga profesional: Pelayanan klinis yang bermutu dan menjamin
keselamatan pasien harus diberikan oleh tenaga-tenaga yang kompeten dalam bidangnya.

Good corporate governance (GCG) adalah konsep untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
dengan tujuan untuk menjamin agar tujuan rumah sakit tercapai dengan penggunaan sumberdaya se-efisien
mungkin.
GCG secara definitive merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan
nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Konsep GCG di Indonesia dapat diartikan sebagai konsep
pengelolaan perusahaan yang baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat waktunya. Kedua, kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu dan trasnparan terhadap
semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikann dan stakeholder.
Penerapan prinsip GCG dalam dunia usaha saat ini merupakan suatu tuntutan agar perusahaan-perusahaan
tersebut dapat tetap eksis dalam persaingan global. Penerapan GCG dalam suatu perusahaan sendiri mempunyai
tujuan-tujuan strategis. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.
b. Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien.
c. Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari organ perusahaan demi menjaga kepentingan
para shareholder dan stakeholder perusahaan.
d. Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan (khusunya perusahaan-perusahaan pemerintah) terhadap
perekonomian nasional.
e. Meningkatkan investasi nasional; dan
f. Mensukseskan program privat-isasi perusahaan-perusahaan pemerintah.
Adapun Prinsip-prinsip good corporate governance dalam hal ini meliputi:
a. Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
b. Kemandirian (Independecy), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
c. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
d. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
e. Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul
berdasarkan perjanjian dan perundang-undangan yang berlaku.
Good corporate governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, proses, output) dan
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan
dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Good corporate governance dimasukkan untuk
mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam
strategi peerusahaan danuntuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki
segera.

Anda mungkin juga menyukai