Anda di halaman 1dari 3

Tak berbudaya

Sejak reformasi 1998, UU di Indonesia banyak mengalami bongkar pasang sebagai


akibat dari kebebasan rakyat Indonesia dalam mengemukakan pendapat dan aspirasinya.
Reformasi hukum telah menelurkan banyak UU, mulai UU anti korupsi, UU yang mengatur
masalah HAM, kebebasan beragama dan lain sebagainya. Reformasi hukum memberikan
dampak positif dan juga beberapa dampak negatif. Karena itu diperlukan campur tangan
pemerintah dalam menyelaraskan alat, perangkat dan pejabat dalam bidang hukum, agar
tercipta sinergi yang baik yang dapat menciptakan hukum yang adil dan merata .
Bangsa Indonesia saat ini bukan lagi dikenal sebagai bangsa yang selalu “ ramah”,
tetapi bangsa yang “marah”, ditunjukkan dengan banyak terjadi kekerasan pada masyarakat.
Mulai kekerasan dari tingkatan individu kepada individu lain seperti meningkatnya kasus
KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), hingga kekerasan yang terjadi di antara
kelompok. Banyak bentuk terjadinya kekerasan mulai dari tawuran pelajar, tawuran
mahasiswa, bentrok antar desa, bentrok antar kelompok/warga misalnya ketidakpuasan hasil
PILKADA, bentrrok dengan aparat seperti dalam berbagai kasus penggusuran pedagang
kaki lima misalnya, hingga yang berawal dari masalah SARA seperti yang telah terjadi di
berbagai daerah Kasus Temanggung dan kasus Cikeusik.
Kekerasan yang terjadi di masyarakat yang selama ini nampaknya diterima sebagai
sesuatu yang biasa, sekarang sudah menjadi sesuatu yang memprihatinkan, bahkan
mengerikan karena seringkali berujung pada berbagai tindakan anarkis hingga terjadi
kerusuhan dan menyebabkan hilangnya nyawa manusia secara sia-sia. Seiring dengan
meningkatnya kasus kekerasan terutama kasus kekerasan antar Agama yang terjadi seperti
diungkap dalam Koran Tempo edisi 9 Februari 2011, Nomor 3440 Tahun X, bahwa pada
tahun 2008 ada 17 kasus, 2009 terjadi 18 kasus, dan 2010 melonjak menjadi 43 kasus
mendorong keluarnya Perintah Presiden untuk menghentikan kekerasan yang terjadi.
Seperti dikutip Daniel Sparingga staf khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan aparat melumpuhkan kelompok-kelompok yang
bertindak anarkistis atas nama agama dengan segala cara yang mungkin. Presiden minta
kekerasan harus dihentikan dengan segala ongkos dan risikonya. Menurut Daniel, peristiwa
kekerasan menjadi indikator yang jelas bahwa fondasi kerukunan bangsa tengah terancam.
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan juga berpendapat serupa mengatakan bila
pelaku kekerasan tidak ditindak tegas kekerasan akan menular dan akhirnya akan dianggap
lumrah.
Kekerasan merupakan suatu bentuk agresi dari manusia satu kepada manusia lain,
dari satu kelompok kepada kelompok lain, yang paling luas dari negara satu kepada negara
lain. Agresi merupakan tingkah laku manusia yang merupakan bagian dari sifat paling hakiki
dari manusia dari masa kanak-kanak hingga masa tua. Seorang anak yang menjerit keras
untuk menyatakan kemarahannya sudah merupakan suatu bentuk agresi. Korban
agresi biasanya dialami orang-orang yang tidak berdaya seperti anak-anak, perempuan,
kelompok minoritas, dan bangsa lain dalam bentuk penjajahan. Seperti kita lihat dari
kenyataan sehari-hari lingkungan sekitar kita atau media massa agresi manusia atas
sesamanya dalam berbagai bentuk tidak menunjukkan gejala mereda bahkan cenderung
meningkat. Lebih memprihatinkan lagi agresi manusia atas sesama-nya tidak pandang bulu,
atau memilih tempat dan waktu. Untuk mengurangi nafsu agresi manusia dan melindungi
orang-orang yang tidak bersalah berbagai upaya telah dilakukan mulai dari penegakan
hukum hingga penanaman nilai-nilai perikemanusiaan.

Faktor-faktor Pengaruh Agresi


Menurut E Koeswara (1988) ada beberapa faktor pencetus agresi:

1. Frustrasi, adalah situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam mencapai tujuan
tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam
mencapai tujuan misal dalam beberapa kasus kekerasan berkaitan Pilkada atau
penggusuran.
2. Stress, menurut Engle (1953) Stres menunjuk kepada segenap proses, baik yang
bersumber pada kondisi internal maupun lingkungan eksternal yang menuntut
penyesuaian atas organisme. Misal pada beberapa kasus kejahatan dipicu oleh rasa
stress yang dialami pelaku.
3. Deindividuasi atau depersonalisasi adalah menyingkirkan mengurangi peranan beberapa
aspek individu, seperti identitas diri atau personalitas individu yang menambah
keleluasaan individu untuk melakukan agresi, dalam kerusuhan massa misalnya
deindividuasi menimbulkan terjadi “anonim”, di mana individu tidak harus bertanggung
jawab terhadap agresi yang dilakukannya, karena kekerasan itu dilakukannya
bersamasama
orang lain, orang banyak.
4. Kekuasaan dan Kepatuhan, kekuasaan sebagai pengarah kemunculan agresi tidak dapat
dipisahkan dari salah satu aspek penunjang kekuasaan yakni pengabdian atau
kepatuhan, kekuasaan yang pada dasarnya suci cenderung disalahgunakan kekuasaan
menjadi kekuatan yang memaksa (coercive) memiliki efek langsung maupun tidak
langsung terhadap agresi. Misalnya kasus bentrok yang terjadi antara pengunjuk rasa
dengan aparat dalam berbagai unjuk rasa.
5. Efek senjata, dengan adanya modernisasi senjata semakin memicu munculnya agresi
pada manusia, seperti kasus agresi militer dari satu negara pada negara lain
6. Provokasi, Wolfgang (1968) dari penelitiannya mengemukakan bahwa tiga perempat
dari
600 kasus pembunuhan terjadi karena adanya provokasi dari korban yang menunjukkan
tindakan provokatif dalam bentuk perlawanan aktif maupun pasif.
7. Alkohol dan obat-obatan, dampak penggunaan alkohol dan obat-obatan memicu agresi
dapat memicu termasuk agresi seksual, karena dapat menstimulasi dorongan seksual.
8. Tayangan kekerasan melalui media massa, sudah banyak diteliti bahwa tayangan
kekerasan dapat memicu agresi pada orang yang menonton.
Dampak negative adanya reformasi

a. jumlah pengangguran meningkat


b. kebebasan tak bertanggung jawab (kebebasan berpendapat sering disalah artikan dan
semakin tidak beretikat).
c. sistem politik semrawut (biasanya salah paham mengenai DEMOKRASI).
d. BBM langka dan mahal.
e. banyaknya demonstrasi yang mengganggu kenyamanan masyarakat.
f. meningkatnya kerusuhan (kebanyakan di daerah akibat kesenjangan sosial yang terlalu
tinggi dan hukum yang kurang ditegakkan. Rusuh antara pendukung parpol akibat
fanatisme yang berlebihan).
g. ekonomi tak stabil (hutang negara yang jatuh tempo dan harga minyak dunia yang
semakin tinggi).
h. meningkatnya kriminalitas (akibat meningkatnya kemiskinan dan pengangguran).
i. tingginya korupsi
j. Mahalnya harga sembako (diakibatkan harga BBM yang semakin tinggi dan
mengakibatkan pula bertambahnya jumlah penduduk miskin).

Anda mungkin juga menyukai