Abstrak
Kota Pasuruan mengalami kemajuan yang sangat. Dimana ekonomi kota yang
dulunya mendapat dukungan utama dari sektor pertanian dan perikanan, saat ini juga
berkembang sektor indusri, perdagangan dan jasa. Dengan dukungan ekonomi kota
tersebut kondisi infrastruktur pelayanan kota turut berkembang yang membuatnya
semakin dinamis. Sebaliknya, kekuat-kekuatan dinamis kota diatas tidak mampu memberi
pengruh positif secara maksimal terhadap wilayah Pesisir Utara Kota, diantara kawasan
permukiman nelayan Ngemplakrejo yang kondisi sosial ekonomi dan prasarana sarana
permukimannya masih tertinggal.
Paper ini memaparkan hasil identifikasi penyebab kekuatan dinamis Kota Pasuruan
yang tidak dapat memberi pengaruh positif terhadap perkembangan permukiman
nelayan Ngemplakrejo secara maksimal. Serta merumuskan konsep penataan
permukiman nelayan Ngemplakrejo agar mampu mengimbangi dinamika Kota Pasuruan.
Penelitian dilakukan dengan model rasionalistik, memadukan metoda kualitatif dan
kuantitatif melalui analisa faktor dengan mempertimbangkan teori-teori pengembangan
kota. Teknik analisa triangulasi teori yang mempertimbangkan teori-teori
pengembangan perumahan dan permukiman digunakan menyusun konsep penataan
permukiman.
Hasil analisa memperlihatkan kondisi sosial dan ekonomi nelayan Ngemplakrejo
masih mengalami ketertinggalan, serta terdapat kendala permodalan, pengolahan dan
pemasaran ikan yang mengindikasikan pengaruh positif kekuatan-kekuatan dinamis Kota
Pasuruan tidak maksimal di kawasan ini. Konsep penataan yang perlu dilakukan adalah
melalui revitalisasi usaha perikanan sebagai pengembangan ekonomi mandiri dan
penataan prasarana dan sarana dasar permukiman.
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Abstract
Pasuruan has developed rapidly. This situation has made the other economic sector
such as industry, trading and services are developing and support the local economics as
well as the agriculture and fisheries have already did until now. With the sufficient urban
economic support, the quality of infrastructure services becomes in better condition. On
the contrary, the dynamic forces of the city can’t give positive effect maximally to the
northern coastal of this city. As the Ngemplakrejo fisherman settlement, which the social,
economic and infrastructure condition is remain awful.
This paper describes the identification the causes of Pasuruan dynamic forces can’t
positively affect the developing of Ngemplakrejo fisherman settlement maximally, and
formulating the concept of Ngemplakrejo fisherman settlement managing so that could
follow Pasuruan development. This research uses rationalistic model that combines
qualitative and quantitative methods, which is using the analysis factor and considering
urban planning theories. The triangulation analysis technique that considering housing
and settlement development theories is used to formulate the concept of settlement
managing.
The analysis results shows the economic and social conditions of Ngemplakrejo
fishermen still experiencing lag, and there are issues of financing, processing and
marketing of fish which indicates the Pasuruan dynamic forces can’t give positive effect
maximally in this region. The settlement managing concept that needs to be done is
revitalizing fisheries as an independent economic development and developing
infrastructure.
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
I. PENDAHULUAN
Sejalan dengan dinamika pembangunan di Indonesia, Kota Pasuruan telah
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ditinjau dari segi transportasi darat, saat ini
Kota Pasuruan berada pada posisi strategis yaitu pada posisi silang jalan anteri primer
Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (Bali) dan Malang-Pasuruan-Banyuwangi (Bali).
Kondisi ini merupakan potensi yang sangat menguntungkan bagi perkembangan kota.
Dimana ekonomi kota yang dulunya mendapat dukungan utama dari sektor pertanian dan
perikanan, saat ini telah berkembang sektor ekonomi yang lain, yaitu perdagangan dan
jasa serta industry, dimana industri yang dominan yaitu mebel dan logam. Dengan
dukungan ekonomi kota yang memadai ini kondisi infrastruktur pelayanan kota juga
berkembang dengan baik.
Perkembangan kota Pasuruan yang demikian pesat telah menjadikan kota ini bersifat
dinamis dalam artian selalu berubah dari waktu ke waktu, yaitu perubahan dalam hal
jumlah, struktur dan komposisi penduduk, tuntutan masyarakat, nilai dan aspek
kehidupan (politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi, psikologi, dan lain-lain), serta
perubahan pola dan fungsi penggunaan lahan.
Dinamika Kota Pasuruan, selain berpengaruh terhadap bagian dalam kota, secara
tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap kawasan pinggiran kota dan kota-kota
yang ada disekitarnya. Namun data awal di lapangan menunjukkan pengaruh kekuatan
dinamis Kota Pasuruan terhadap kawasan pinggiran kota terjadi secara tidak merata,
dimana pada bagian utara kota masih dapat ditemui kondisi sosial ekonomi masyarakat
dan prasarana sarana perumahan permukimannya masih tertinggal, salah satunya adalah
Kelurahan Ngemplakrejo di Kecamatan Purworejo.
Mendiami kawasan pesisir, 40% penduduk Kelurahan Ngemplakrejo
menggantungkan kehidupannya di sektor perikanan tangkap yang terdiri dari nelayan
pekerja, juragan laut (kapten kapal), dan juragan darat (pemilik kapal), disamping itu
juga masih ada pedagang ikan dan pegolah/pengrajin ikan.
Secara umum ada 2 (dua) kategori nelayan di Indonesia yaitu nelayan tradisional dan
nelayan modern. Sedangkan nelayan yang berdomisili di Kelurahan Ngemplakrejo
sebagian besar merupakan nelayan tradisional. Sebagai mana dijelaskan oleh Kusnadi
(2002), yang dimaksud dengan nelayan tradisional adalah nelayan yang memanfaatkan
sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal usaha kecil, dan
orgaisasi penangkapan yang relatif sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari, nelayan
tradisional berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri, dalam arti alokasi hasil
tangkapan yang dijual lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-
hari, khususnya pangan, dan bukan diinvestasikan kembali untuk pengembangan skala
usaha. Kondisi nelayan tersebut di atas yang ditambah lagi dengan semakin terbatas dan
mahalnya harga lahan untuk perumahan dan permukiman mepersempit akses masyarakat
nelayan tersebut untuk mendapatkan perumahan dan permukiman yang layak huni.
Realita di atas di pertegas olah Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002)
yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pada wilayah
pesisir, sebagaimana diperlihatkan dari sebaran kawasan tertinggal yang mendominasi
wilayah pesisir dan kepulauan Nusantara. Salah satu penyebabnya adalah minimnya nilai
investasi (termasuk prasarana dan sarana) pendukung bidang kelautan dan perikanan.
Permasalahan permukiman di Kelurahan Ngemplakrejo ini semakin pelik dengan
munculnya aktivitas nelayan dalam mengolah hasil tangkapannya dan perbaikan
peralatan penangkapan ikan. Hasil Identifikasi Kawasan Kumuh di Provinsi Jawa Timur
yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |3
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Tahun 2005, dari 34 kelurahan yang terdapat di Kota Pasuruan seluruhnya terdapat
permukiman kumuh dengan tingkatan ringan sampai sedang. Salah satu permukiman
yang masuk kategori paling kumuh di kota ini adalah permukiman di Kelurahan
Ngemplakrejo di Kecamatan Purworejo.
Penelitian ini diarahkan untuk mengidentifikasi penyebab kekuatan dinamis
Kota Pasuruan yang tidak dapat memberi pengaruh positif terhadap perkembangan
permukiman nelayan Ngemplakrejo secara maksimal dan merumuskan konsep penataan
permukiman nelayan Ngemplakrejo sehingga mampu mengimbangi dinamika
perkembangan Kota Pasuruan
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Dilandasi oleh pendapat tiga ahli di atas dan kriteria yang ditetapakan oleh Pemerintah di
atas, dapat dikatakan bahwa permukiman kumuh (slum) dan permukiman liar (squatter)
seharusnya tidak hanya ditinjau dari sisi aspek fisik lingkungan permukiman saja, namun
harus ditinjau pula dari aspek non-fisik lingkungan permukiman.
Dari aspek fisik lingkungan permukiman, kondisi perumahan dan permukiman yang
kumuh cenderung dikaitkan dengan kelayakan kualitasnya, penanganan terkait dengan hal ini
akan didasarkan pada konsep yang telah ditetapakan oleh beberapa lembaga internasional
dan pendapat ahli terkait diantaranya :
a. Konsep “rumah layak” menurut ECOSOC PBB pada keputusan Sidang Umum PBB no. 4
tahun 1991, adalah : 1) Jaminan kepemilikan yang dilindungi hukum, 2) Ketersediaan
service, bahan, fasilitas dan prasarana, 3) Kemampuan beli dari masyarakat, 4) Layak huni
atau habitable, 5) Dapat dicapai oleh siapa saja, 6) Lokasinya yang mendukung bagi
kehidupan dan 7) Kelayakan budaya, termasuk menjalankan keyakinan yang luas
b. The Habitat Agenda yang dihasilkan pada KTT Habitat II di Istanbul mendifinisikan
bahwa “Rumah Layak” terkait dengan : 1) kelayakan privacy, 2) ruang, 3) pencapaian atau
akses fisik, 4) keamanan, 5) kepemilikan, 6) kestabilan dan ketahanan struktur bangunan,
7) kecukupan penerangan, 8) pemanasan (pendinginan bagi kita), 9) ventilasi, dan 10) PSD
seperti ketersediaan air minum, sanitasi dan pengelolaan air buangan.
c. Definisi “rumah layak” layak sebagaimana ketetapan PBB : 12/1988 pada forum Global
Strategy for Shelter to the year 2000 (GSS 2000), yaitu : 1) Kelayakan privacy, 2)
Kelayakan ruang, 3) Kelayakan sekuriti, 4) Kelayakan penerangan dan ventilasi, 5)
Kelayakan PSD, 6) Kedekatannya terhadap berbagai sarana dasar, dan 7) Semua dalam
batas keterjangauan mencapainya.
Ditinjau dari aspek non-fisik lingkungan permukiman, kenyataan di lapangan rumah
tidak hanya berfungsi sebagai hunian semata, potensi rumah dapat dikembangkan oleh
penguninya dalam berbagai fungsi. Sebagaimana dikemukakan oleh Johan Silas (1996),
fungsi pokok rumah menurut orang Indonesia ada tiga, yaitu sebagai tempat berlindung,
membina keluarga, dan mengusahakan kesejahteraan penghuninya. Masih menurut Johan
Silas (1993), pada umumnya konsep rumah dan kerja termasuk dimensi sosial dan budaya.
Terkait dengan konsep rumah dan kerja ini, Keith Hart (1973) pada sebuah seminar
menyatakan bahwa Konsep HBEs merupakan bagian dari sektor informal dan bagian dari
kegiatan ekonomi (Kellet, 1996 : 1)
Secara umum Home Based Enterprises ( HBEs) atau Usaha yang Bertumpu pada Rumah
Tangga (UBR) adalah kegiatan usaha rumah tangga yang pada dasarnya merupakan kegiatan
ekonomi rakyat yang dijalankan oleh keluarga. Dimana kegiatannya bersifat fleksible dan
tidak terlalu terikat oleh aturan-aturan yang berlaku umum. Termasuk jam kerja yang dapat
diatur sendiri serta hubungan yang longgar antara modal dengan tempat usaha.
Salah satu pola penataan perumahan dan permukiman dengan menggabungkan aspek
fisik dan non-fisik lingkungan permukiman yang pernah diterapkan di Indonesia dan layak
untuk diadopsi adalah konsep KIP Komprehensip yang berazaskan pada tribina, yang meliputi
bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha.
III. METHODE
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dengan model rasionalistik yang memadukan
metoda kualitatif dan kuantitatif. Sebagai popiulasi adalah 415 KK penduduk Kelurahan
Ngemplakrejo yang berprofesi sebagai nelayan dan sampel sebanyak 90 orang.
Analisa faktor yang mempertimbangkan teori-teori pengembangan kota digunakan untuk
mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dinamis kota, dan teknik analisa triangulasi teori yang
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |6
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
meningkatkan kualitas hidunya. Sebaliknya dengan keberadaan fasilitas perdagangan dan jasa
membuat Kota Pasuruan, mampu mendapatkan keuntungan ekonomi.
C. Perumusan konsep pengembangan permukiman nelayan Ngemplakrejo
Tabe1 2 Trianggulasi Pumusan Konsep Penataan Lingkungan Fisik Permukiman Nelayan Ngemplakrejo
KRITERIA/STANDAR/ PENELITIAN/PENANGANAN KONSEP PENATAAN
FAKTA EMPIRIS
PENDAPAT AHLI KASUS LAIN PERMUKIMAN
ASPEK LETAK GEOGRAFIS
§ Terletak di pesisir utara § Letak geografis § Kawasan permukiman § Pemeliharaan jalan yg
Kota Pasuruan. permukiman akan sgt nelyana yg dpt diakses dr merupakan akses keluar-
§ Dapat di akses dari menentukan keber- segala arah sebagaiman masuk permukiman
Barat, timur dan pusat hasilan kws permukiman nelayan di nelayan Ngemplakrejo
kota, serta mempunyai permukiman, semakin kawasan pantai Kenjeran yg secara berkala dan
akses yang baik ke arah mudah aksesibilitas thd semakinstrategis dg menjaga kedalaman alur
laut lepas suatu permukiman dibangunnya jembatan pelayaran Kali Gembong.
maka semakin mudah Suramadu.
pula permukiman tsb
berkembang (Happy R.
Santosa, 2000),
ASPEK LINGKUNGAN ALAM
§ Hutan bakau berkisar § Pola pengembangan § Peremajaan dan pelestarian § Peremajaan hutan bakau
60% garis pantai dengan peru-mahan dan hutan mangrov sebagaiman dengan pengadaan
ketebalan 20-70 m dari permukiman tepi pantai dilakukan kawasan pantai wetland sekitar 40% garis
garis pantai. harus berwawasan Wonorejo Surabaya pantai.
§ lingkungan. Penentuan § GSP ditetapkan minimal
lokasi tapak perumahan 100 meter dari titik
yg berwa-wasan pasang tertinggi
lingkungan sebaik-nya § Lebar daratan pantai
tdk mengganggu dipertahankan 1 km
ekologi lingkungan
pantai (Marwati, 2003)
ASPEK LINGKUNGAN BINAAN
§ Permukiman tumbuh § Kelayakan peurmahan § Pewadahan aktivitas ekonomi § Penataan permukiman dg
secara tidak beraturan dan permukiman dg penyediaan rumah menyediakan prasarana
§ Tidak ada sinkronisasi merupakan prioritas produksi secara kolektif produksi kolektif, spt
antara permukiman (Agenda 21 Nasional) seperti dilakukan di kawasan lahan penjemuran ikan yg
sebagai fungsi hunian § Adanya keterpaduan agropolitan Seroja mencukupi sehingga
dengan fungsi ekonomi. peru-mahan dan terjadi sinkronisasi antara
§ Karakteristik permukiman sbg hunian permukiman sebagai
permukiman di kawasan dan ekonomi (Happy R. fungsi hunian dan fungsi
pesisir dg potensi Santosa; 2000) ekonomi.
perikanan tangkap § Orientasi arah hadap § Pengembangan
air/water front city permukiman dilakukan
(Rapoport, 1977) dg pola waterfront dan
inside out clustering
ASPEK PRASARANA DAN SARANA
PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI
§ Sebagian jalan § Kualitas perkerasan dan § Kualitas dan kapasitas jalan § Peningkatan kapasitas
lingkungan dn setapak kapasitas jalan harus yg memadai seperti di dan konstruksi jalan dlm
belum diperkeras. mampu menerima permukiman nelayan kws pemukiman.
§ Sebagian jalan yang beban lalulintas yg Kenjeran, jln lingkungan dan § Rehabilitasi/pemeliharaan
sudah diperkeras mulai melewatinya (Kepmen setapak diperkeras dg paving jalan
mengalami Kim-praswil stone serta dapat dilewati § Penataan kembali route
keausan/kerusakan. 534/KPTS/M/2001) kendaraan roda 4. angkutan kota dan antar
§ Sarana transportasi § Ketersediaan angkutan kota kota
umum yg ada berupa dr dan ke berbagai arah yg
becak dan angkutan kota dilengkapi dg terminal.
dg frekwensi terbatas.
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Tabel 3 Trianggulasi Peumusan Konsep Penataan Lingkungan Non-Fisik Permukiman Nelayan Ngemplakrejo
KRITERIA/STANDAR/ PENELITIAN/PENANGANAN
FAKTA EMPIRIS KONSEP
PENDAPAT AHLI KASUS LAIN
ASPEK SOSIAL
§ Struktur sosial nelayan, § Struktur sosial nelayan : a) § Kepemilikan peralatan § Pemberian kredit
dimana nelayan pekerja sbg Lap atas (juragan darat dan tangkap kolektif seperti kepe-milikan
lapis sosial terbawah yang pedagang ikan) yg mengua- dilakukan di Karangagung- peralatan tang-kap
tidak mememiliki akses sai akses kepemilikan alat Tuban kolektif dan pembi-
modal, peralatan tangkap dan tangkap, modal dan § Pemberian bekal pendi-dikan naan/pendampingan
pemasaran. pemasaran, b) Lap tengah : formal mengenai kelautan si-multan dr profe-
§ Kualitas SDM yg rendah, juragan laut, c) Lap bawah : sedini mungkin. Jika mungkin sional yg kompeten
umumnya berpendidikan di nelayan pekerja (Kusnadi, sejak SD. § Pendidikan formal
bawah SLTP. 2003) yg memadai (minim
§ Pendidikan yg mema-dai setingkat SLTA)
dilengkapi dg ketrampilan ditambah
bahari dan kepemilikan alat pengetahuan dan
tangkap kolektif merup. ketram-pilan bahari
pemecahan masalah sosial bagi generasi muda
nelayan (Masyhury, 1999 nelayan
dlm Kusnadi, 2003) Ngemplakrejo
§
ASPEK EKONOMI
§ Pendapatan nelayan pekerja yg § Mobilitas vertikal ekonomi § Pemberdayaan para istri § Pemberdayaan istri
masih rendah (< UMK nelayan dilakukan dg nelayan Kel. Bulak dalam nelayan dlm
Pasuruan Th. 2009) pembukaan akses permo- aktivitas pengolahan ikan pengolahan ikan
§ Koperasi membantu dalan dan pemberian nilai dibawah koordinasi koperasi hasil tangkapan
kehidupan ekonomi nelayan tambah pada ikan hasil dan kerjasama dg swasta dpt menjadi makanan
tangkapan dg peran aktif memberi tambahan olahan berbahan
para istri nelayan (Kusnadi, keuntungan ekonomi dan dasar ikan dan
2003). penyerapan tenaga kerja. pemasaran hasil
§ produksinya.
§ Revitaslisasi kinerja
koperasi sbg
koordinator dan
pengendali serta
penyalur
permodalan.
§ Pembinaan scr
simultan
ASPEK BUDAYA
§ Aktivitas unik nelayan § Kegiatan unik untuk § Aktivitas penangkapan ikan, § Pengembangan
diantaranya penangkapan dilestarikan dan pengangkutan & penimbangan wisata tangkap ikan
ikan, pengangkutan & dikembangkan ikan dan pengolahan ikan yang dapat
penimbangan ikan dan merupakan bentuk obyek dikembangkan
pengolahan ikan. wisata yang menarik seperti di bersama denga
§ Kegitan Petik Laut yang Pantai Watu Ulo-Jember. Kelurahan
dilaksanakan setahun sekali. § Adat larung sesajen tidak Panggungrejo.
terpisahkan dalam kehidupan § Tetap
nelayan. Dapat dijadikan point mempertahankan dan
of interest di Kawasan mengembangkan
Permukiman Nelayan kegiatan larung
Kenjeran. sesajen dalam bentuk
Petik Laut.
Sumber : Analisa Penulis, 2009
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Marwati, G. 2003. Jurnal Penelitian Permukiman Vol 19. Tahun 2003. Hasil Penelitiannya
menyatakan bahwa pesisir pantai di Desa Tanjung Pasir, Tangerang memiliki potensi
untuk dikembangkan menjadi permukiman nelayan dengan perbaikan terhadap system
drainase yang baik.
Santosa, Happy Ratna, 2000. Pidato Pengukuhan Guru Besar Permukiman dan Lingkungan
dalam Pengembangan Wilayah. Surabaya : ITS.
Santosa, Happy Ratna, 1999. Peranan Wanita dalam Perbaikan Permukiman. Jurnal PUSLIT
UGM No. 17, Thn VI, Nanusia dan Lingkungan. Yogyakarta.
Santosa, Happy Ratna, 1998. Potensi Permukiman Desa Pantai dalam Mendukung Program
Pariwisata dan Pengentasan Kemiskinan di Jawa Timur. Surabaya ; Dalam Jurnal Studi
Lingkungan Vol. 18/1998.
Silas, Johan, 1996. Paradoks Pengadaan Perumahan Kota, Majalah Analisis Sistem Edisi
khusus tahun II. Jakarta : Kedeputian Bidang Analisis Sistem BPPT.
Silas, Johan. 1993. Perumahan, Hunian dan Fungsi Lebihnya, Surabaya ; Pidato Pengukuhan
Guru Besar ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
UNCHS, 1997, Proceeding of the International Conference on Urban Poverty.
Anonim, 1984/1985. Metodologi Penelitian, Materi Dasar Pendidikan Program Akta
Mengajar V, Buku 1B.
Anonim, 1982/1983. Metodologi Penelitian, Materi Dasar Pendidikan Program Akta
Mengajar V.
Anonim. 2002. Abstrak Makalah Kebijakan Kimpraswil dalam rangka Percepatan
Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Makalah ini disampaikan dalam rangka Rapat
Koordinasi Nasional Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2002 di Hotel Indonesia
– Jakarta, 30 Mei 2002
Anonim, 1997. Agenda 21 Indonesia Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan,
Jakarta.
Anonim, 1992. Undang-undang nomor 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman.
Jakarta.
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.