Anda di halaman 1dari 14

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Konsep Penataan Kawasan Permukiman


Nelayan Ngemplakrejo Sebagai Dampak Pengembangan
Kota Pasuruan
Dwi Walojo1), Johan Silas2), Haryo Sulistiyarso 3)
1. Mahasiswa Jurusan Arsitektur ,email : psg30_dw@yahoo.co.id
2. Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email : mukimits@yahoo.com
3. Jurusan PWK-FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email : perpus@urplan.its.id

Abstrak
Kota Pasuruan mengalami kemajuan yang sangat. Dimana ekonomi kota yang
dulunya mendapat dukungan utama dari sektor pertanian dan perikanan, saat ini juga
berkembang sektor indusri, perdagangan dan jasa. Dengan dukungan ekonomi kota
tersebut kondisi infrastruktur pelayanan kota turut berkembang yang membuatnya
semakin dinamis. Sebaliknya, kekuat-kekuatan dinamis kota diatas tidak mampu memberi
pengruh positif secara maksimal terhadap wilayah Pesisir Utara Kota, diantara kawasan
permukiman nelayan Ngemplakrejo yang kondisi sosial ekonomi dan prasarana sarana
permukimannya masih tertinggal.
Paper ini memaparkan hasil identifikasi penyebab kekuatan dinamis Kota Pasuruan
yang tidak dapat memberi pengaruh positif terhadap perkembangan permukiman
nelayan Ngemplakrejo secara maksimal. Serta merumuskan konsep penataan
permukiman nelayan Ngemplakrejo agar mampu mengimbangi dinamika Kota Pasuruan.
Penelitian dilakukan dengan model rasionalistik, memadukan metoda kualitatif dan
kuantitatif melalui analisa faktor dengan mempertimbangkan teori-teori pengembangan
kota. Teknik analisa triangulasi teori yang mempertimbangkan teori-teori
pengembangan perumahan dan permukiman digunakan menyusun konsep penataan
permukiman.
Hasil analisa memperlihatkan kondisi sosial dan ekonomi nelayan Ngemplakrejo
masih mengalami ketertinggalan, serta terdapat kendala permodalan, pengolahan dan
pemasaran ikan yang mengindikasikan pengaruh positif kekuatan-kekuatan dinamis Kota
Pasuruan tidak maksimal di kawasan ini. Konsep penataan yang perlu dilakukan adalah
melalui revitalisasi usaha perikanan sebagai pengembangan ekonomi mandiri dan
penataan prasarana dan sarana dasar permukiman.

Kata kunci : kekuatan dinamis kota, perumahan permukiman, konsep penataan.

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |1

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

The Ngemplakrejo Fisherman Settlement Managing


Concept Due to The Impact of Pasuruan Development
Dwi Walojo1), Johan Silas2), Haryo Sulistiyarso 3)
1. Mahasiswa Jurusan Arsitektur ,email : psg30_dw@yahoo.co.id
2. Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email : mukimits@yahoo.com
3. Jurusan PWK-FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email : perpus@urplan.its.id

Abstract
Pasuruan has developed rapidly. This situation has made the other economic sector
such as industry, trading and services are developing and support the local economics as
well as the agriculture and fisheries have already did until now. With the sufficient urban
economic support, the quality of infrastructure services becomes in better condition. On
the contrary, the dynamic forces of the city can’t give positive effect maximally to the
northern coastal of this city. As the Ngemplakrejo fisherman settlement, which the social,
economic and infrastructure condition is remain awful.
This paper describes the identification the causes of Pasuruan dynamic forces can’t
positively affect the developing of Ngemplakrejo fisherman settlement maximally, and
formulating the concept of Ngemplakrejo fisherman settlement managing so that could
follow Pasuruan development. This research uses rationalistic model that combines
qualitative and quantitative methods, which is using the analysis factor and considering
urban planning theories. The triangulation analysis technique that considering housing
and settlement development theories is used to formulate the concept of settlement
managing.
The analysis results shows the economic and social conditions of Ngemplakrejo
fishermen still experiencing lag, and there are issues of financing, processing and
marketing of fish which indicates the Pasuruan dynamic forces can’t give positive effect
maximally in this region. The settlement managing concept that needs to be done is
revitalizing fisheries as an independent economic development and developing
infrastructure.

Keywords : the city dynamics forces, housing settlement, managing concept.

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |2

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

I. PENDAHULUAN
Sejalan dengan dinamika pembangunan di Indonesia, Kota Pasuruan telah
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ditinjau dari segi transportasi darat, saat ini
Kota Pasuruan berada pada posisi strategis yaitu pada posisi silang jalan anteri primer
Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (Bali) dan Malang-Pasuruan-Banyuwangi (Bali).
Kondisi ini merupakan potensi yang sangat menguntungkan bagi perkembangan kota.
Dimana ekonomi kota yang dulunya mendapat dukungan utama dari sektor pertanian dan
perikanan, saat ini telah berkembang sektor ekonomi yang lain, yaitu perdagangan dan
jasa serta industry, dimana industri yang dominan yaitu mebel dan logam. Dengan
dukungan ekonomi kota yang memadai ini kondisi infrastruktur pelayanan kota juga
berkembang dengan baik.
Perkembangan kota Pasuruan yang demikian pesat telah menjadikan kota ini bersifat
dinamis dalam artian selalu berubah dari waktu ke waktu, yaitu perubahan dalam hal
jumlah, struktur dan komposisi penduduk, tuntutan masyarakat, nilai dan aspek
kehidupan (politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi, psikologi, dan lain-lain), serta
perubahan pola dan fungsi penggunaan lahan.
Dinamika Kota Pasuruan, selain berpengaruh terhadap bagian dalam kota, secara
tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap kawasan pinggiran kota dan kota-kota
yang ada disekitarnya. Namun data awal di lapangan menunjukkan pengaruh kekuatan
dinamis Kota Pasuruan terhadap kawasan pinggiran kota terjadi secara tidak merata,
dimana pada bagian utara kota masih dapat ditemui kondisi sosial ekonomi masyarakat
dan prasarana sarana perumahan permukimannya masih tertinggal, salah satunya adalah
Kelurahan Ngemplakrejo di Kecamatan Purworejo.
Mendiami kawasan pesisir, 40% penduduk Kelurahan Ngemplakrejo
menggantungkan kehidupannya di sektor perikanan tangkap yang terdiri dari nelayan
pekerja, juragan laut (kapten kapal), dan juragan darat (pemilik kapal), disamping itu
juga masih ada pedagang ikan dan pegolah/pengrajin ikan.
Secara umum ada 2 (dua) kategori nelayan di Indonesia yaitu nelayan tradisional dan
nelayan modern. Sedangkan nelayan yang berdomisili di Kelurahan Ngemplakrejo
sebagian besar merupakan nelayan tradisional. Sebagai mana dijelaskan oleh Kusnadi
(2002), yang dimaksud dengan nelayan tradisional adalah nelayan yang memanfaatkan
sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal usaha kecil, dan
orgaisasi penangkapan yang relatif sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari, nelayan
tradisional berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri, dalam arti alokasi hasil
tangkapan yang dijual lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-
hari, khususnya pangan, dan bukan diinvestasikan kembali untuk pengembangan skala
usaha. Kondisi nelayan tersebut di atas yang ditambah lagi dengan semakin terbatas dan
mahalnya harga lahan untuk perumahan dan permukiman mepersempit akses masyarakat
nelayan tersebut untuk mendapatkan perumahan dan permukiman yang layak huni.
Realita di atas di pertegas olah Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002)
yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pada wilayah
pesisir, sebagaimana diperlihatkan dari sebaran kawasan tertinggal yang mendominasi
wilayah pesisir dan kepulauan Nusantara. Salah satu penyebabnya adalah minimnya nilai
investasi (termasuk prasarana dan sarana) pendukung bidang kelautan dan perikanan.
Permasalahan permukiman di Kelurahan Ngemplakrejo ini semakin pelik dengan
munculnya aktivitas nelayan dalam mengolah hasil tangkapannya dan perbaikan
peralatan penangkapan ikan. Hasil Identifikasi Kawasan Kumuh di Provinsi Jawa Timur
yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |3

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Tahun 2005, dari 34 kelurahan yang terdapat di Kota Pasuruan seluruhnya terdapat
permukiman kumuh dengan tingkatan ringan sampai sedang. Salah satu permukiman
yang masuk kategori paling kumuh di kota ini adalah permukiman di Kelurahan
Ngemplakrejo di Kecamatan Purworejo.
Penelitian ini diarahkan untuk mengidentifikasi penyebab kekuatan dinamis
Kota Pasuruan yang tidak dapat memberi pengaruh positif terhadap perkembangan
permukiman nelayan Ngemplakrejo secara maksimal dan merumuskan konsep penataan
permukiman nelayan Ngemplakrejo sehingga mampu mengimbangi dinamika
perkembangan Kota Pasuruan

II. KAJIAN TEORI


Analisa dilakukan dengan menggunakan dasar 2 (dua) kelompok teori, yaitu teori
perencanaan kota dan teori pengembangan perumahan dan permukiman.
Pengertian kota sebagaimana dikemukakan oleh Amos Rapoport terdapat 10 kriteria
yaitu : 1) ukuran dan jumlah penduduk, 2) bersifat permanen, 3) kepadatan, 4) sruktur dan
tata ruang , 5) sebagai tempat tinggal dan berkerja, 6) fungsi perkotaan 7) heteroginitas dan
pembedaan masyarakat, 8) hubungan pusat ekonomi perkotaan dan pertanian di tepi kota serta
proses pemasaran, 9) pusat pelayanan dan 10) pusat penyebaran. Selanjutnya Northam (1979)
berpendapat, bahwa terdapat perbedaan antara batas fisik kota dan batas administrasi
kota, dimana hubungan keduanya dapat dibedakan dalam tiga kondisi, yaitu : under
bounded city, over bounded city dan true bouded city.
Bila ditinjau dari pengertian kota sebagaimana dikemukakan oleh Rapoport di atas, dapat
di pastikan dari waktu ke waktu suatu kota akan selalu berkembang atau dengan kata lain kota
mempunyai sifat dinamis. Kekuatan-kekuatan dinamis kota ini dapat bergerak dari bagian
dalam kota menuju ke luar (centrifugal forces) atau sebaliknya dari bagian luar kota ke
bagian dalam (centripetal force) sebagaimana pendapat Charles Colby (1959).
Dinamika kota di atas akan mengaitkan antara bagian kota yang satu dengan yang lain
dan bahkan dapat mengaitkan antara wilayah perkotaan dan perdesaan dalam berbagai aspek
diantara keduanya. Sebagaimana dikemukakan oleh Douglass (1991) dan Rondinelli (1985),
bahwa kawasan perdesaan dan perkotaan pada dasarnya merupakan lansekap wilayah yang
saling berhubungan melalui keterkaitan kekuatan ekonomi, sosial, politik dan lingkungan
yang sangat kompleks, oleh karenanya ketimbang menganggap desa dan kota sebagai suatu
dikotomi, akan lebih sesuai untuk menjelaskan desa - kota sebagai suatu fenomena yang
bertautan (continuum), dimana masyarakat di dalamnya secara bersama memecahkan
masalah kemiskinan, perkembangan ekonomi, lingkungan yg berkelanjutan, dan dalam
perkembangan kerangka kelembagaan, Dalam keterkaitan kota dan desa (urban-rural
linkage) ini, keduanya mempunyai peran dan kedudukan sebagai berikut :
a. kota, merupakan lokasi kegiatan non pertanian mempunyai peranan sebagai : 1) tempat
pemasaran produksi pertanian, 2) pusat pengolahan produk pertanian dan perkebunan
serta ekspor, 3) pusat jasa pelayanan bagi produksi pertanian, 4) pusat perdagangan
barang kebutuhan rumah tangga dan lainnya, serta fasilitas sosial dan hiburan, 5)
investasi lokal bagi sektor pengolahan dan jasa pendukung kegiatan pertanian, 6) Sektor
tenaga kerja non pertanian.
b. desa, merupakan lokasi kegiatan pertanian dan sumber daya alam yang lain mempunyai
peranan sebagai : 1) tempat produksi makanan, 2) produksi tanaman pertanian dan
perkebunan dan sumber daya alam lainnya, 3) permintaan input kegiatan pertanian dan
jasa pelayanan pertanian, 4) permintaan barang dan jasa, pelayanan kesehatan,
pendidikan, perdagangan, hiburan, keuangan, 5) transfer surplus ke sektor non
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |4

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

pertanian, 6) sektor tenaga kerja on farm dan off farm


Perkembangan urban-rural linkage selanjutnya akan membawa perubahan karakter
daerah-daerah pinggiran kota, yang tadinya mempunyai karaktersitik perdesaan sedikit demi
sedikit akan berubah menjadi karakteristik perkotaan yang biasanya diawali dengan
tumbuhnya permukiman di daerah pinggiran yang diikuti pengadaan prasarana dan sarana
pendukungnya, dan seiring dengan berjalannya waktu permukiman pinggiran kota ini akan
menyatu (terintegrasi) dengan wilayah kota yang menjadi induknya,
Tumbuhnya perumahan di daerah pinggiran kota sering menimbulkan berbagai masalah,
terutama terbentuknya permukiman kumuh (slum) dan permukiman liar (squatter),
mengingat fungsi, dimensi, kualitas dan karakteristik rumah yang dibangun oleh
penghuninya di lapangan cukup bervariasi. Sehingga beberapa ahli dan pemerintah
mendefinisikan rumah dalam berbagai dimensi.
Menurut pandangan John F.C. Turner (1972), pengertian tentang perumahan ada dua,
yaitu sebagai kata benda dan kata kerja. Sebagai kata benda perumahan dapat diartikan
sebagai sebuah komoditi atau produk, sedangkan sebagai kata kerja perumahan berarti sebagai
suatu proses atau aktivitas. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Johan Silas (1993),
rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman dan bukan semata-mata hasil fisik yang
sekali jadi. Perumahan bukan (kata) benda melainkan merupakan suatu (kata) kerja yang
berupa proses berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya. Perumahan
lebih dari hanya sebagai hunian (atau ‘omah’), terutama berkaitan dengan para penghuninya.
Konsep perumahan seharusnya selalu satu, utuh dan imbang antara manusia, rumah, dengan
alam sekitarnya. Perumahan bukan rumah karena tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling
membutuhkan serta ada prasarana dan saranya.
Sedang menurut Amos Rapoport (1969), rumah diartikan sebagai suatu lembaga dan
bukannya hanya sebagai struktur, yang dibuat untuk berbagai tujuan yang kompleks dan
karena membangun suatu rumah merupakan gejala budaya maka bentuk dan pengaturannya
sangat dipengaruhi budaya lingkungan di mana bangunan itu berada. Dalam hal bentuk,
rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor fisik dan faktor tunggal lainnya, tetapi
merupakan konsekuensi dari cakupan faktor-faktor budaya yang terlihat dalam pengertian
yang luas. Bentuk rumah dapat berubah menurut kondisi iklim, metode konstruksi, material
yang tersedia dan teknologi. Yang utama adalah faktor sosial budaya sedangkan lainnya
merupakan faktor kedua atau melengkapi/memodifikasi. Hubungan antara bentuk rumah dan
permukiman, yaitu bahwa bentuk rumah dalam suatu permukiman merupakan gambaran fisik
dari budaya, agama, material, dan aspek sosial serta merupakan alam simbolik dari
permukiman tersebut. Dalam suatu permukiman rumah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
fisik semata atau dipengaruhi oleh faktor yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan akibat
dari keseluruhan faktor sosio kultural yang dapat dilihat dari pola-polanya secara luas.
Lingkungan yang terbentuk akan mencoba mencerminkan kekuatan-kekuatan sosio kultural
termasuk kepercayaan, hubungan kekerabatan, organisasi sosial, cara hidup dan hubungan
sosial antar individu.
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan Dan
Permukiman, yang dimaksud dengan : a) “rumah” adalah bangunan yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga, b) “perumahan” adalah kelompok
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, dan c) “permukiman” adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |5

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Dilandasi oleh pendapat tiga ahli di atas dan kriteria yang ditetapakan oleh Pemerintah di
atas, dapat dikatakan bahwa permukiman kumuh (slum) dan permukiman liar (squatter)
seharusnya tidak hanya ditinjau dari sisi aspek fisik lingkungan permukiman saja, namun
harus ditinjau pula dari aspek non-fisik lingkungan permukiman.
Dari aspek fisik lingkungan permukiman, kondisi perumahan dan permukiman yang
kumuh cenderung dikaitkan dengan kelayakan kualitasnya, penanganan terkait dengan hal ini
akan didasarkan pada konsep yang telah ditetapakan oleh beberapa lembaga internasional
dan pendapat ahli terkait diantaranya :
a. Konsep “rumah layak” menurut ECOSOC PBB pada keputusan Sidang Umum PBB no. 4
tahun 1991, adalah : 1) Jaminan kepemilikan yang dilindungi hukum, 2) Ketersediaan
service, bahan, fasilitas dan prasarana, 3) Kemampuan beli dari masyarakat, 4) Layak huni
atau habitable, 5) Dapat dicapai oleh siapa saja, 6) Lokasinya yang mendukung bagi
kehidupan dan 7) Kelayakan budaya, termasuk menjalankan keyakinan yang luas
b. The Habitat Agenda yang dihasilkan pada KTT Habitat II di Istanbul mendifinisikan
bahwa “Rumah Layak” terkait dengan : 1) kelayakan privacy, 2) ruang, 3) pencapaian atau
akses fisik, 4) keamanan, 5) kepemilikan, 6) kestabilan dan ketahanan struktur bangunan,
7) kecukupan penerangan, 8) pemanasan (pendinginan bagi kita), 9) ventilasi, dan 10) PSD
seperti ketersediaan air minum, sanitasi dan pengelolaan air buangan.
c. Definisi “rumah layak” layak sebagaimana ketetapan PBB : 12/1988 pada forum Global
Strategy for Shelter to the year 2000 (GSS 2000), yaitu : 1) Kelayakan privacy, 2)
Kelayakan ruang, 3) Kelayakan sekuriti, 4) Kelayakan penerangan dan ventilasi, 5)
Kelayakan PSD, 6) Kedekatannya terhadap berbagai sarana dasar, dan 7) Semua dalam
batas keterjangauan mencapainya.
Ditinjau dari aspek non-fisik lingkungan permukiman, kenyataan di lapangan rumah
tidak hanya berfungsi sebagai hunian semata, potensi rumah dapat dikembangkan oleh
penguninya dalam berbagai fungsi. Sebagaimana dikemukakan oleh Johan Silas (1996),
fungsi pokok rumah menurut orang Indonesia ada tiga, yaitu sebagai tempat berlindung,
membina keluarga, dan mengusahakan kesejahteraan penghuninya. Masih menurut Johan
Silas (1993), pada umumnya konsep rumah dan kerja termasuk dimensi sosial dan budaya.
Terkait dengan konsep rumah dan kerja ini, Keith Hart (1973) pada sebuah seminar
menyatakan bahwa Konsep HBEs merupakan bagian dari sektor informal dan bagian dari
kegiatan ekonomi (Kellet, 1996 : 1)
Secara umum Home Based Enterprises ( HBEs) atau Usaha yang Bertumpu pada Rumah
Tangga (UBR) adalah kegiatan usaha rumah tangga yang pada dasarnya merupakan kegiatan
ekonomi rakyat yang dijalankan oleh keluarga. Dimana kegiatannya bersifat fleksible dan
tidak terlalu terikat oleh aturan-aturan yang berlaku umum. Termasuk jam kerja yang dapat
diatur sendiri serta hubungan yang longgar antara modal dengan tempat usaha.
Salah satu pola penataan perumahan dan permukiman dengan menggabungkan aspek
fisik dan non-fisik lingkungan permukiman yang pernah diterapkan di Indonesia dan layak
untuk diadopsi adalah konsep KIP Komprehensip yang berazaskan pada tribina, yang meliputi
bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha.

III. METHODE
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dengan model rasionalistik yang memadukan
metoda kualitatif dan kuantitatif. Sebagai popiulasi adalah 415 KK penduduk Kelurahan
Ngemplakrejo yang berprofesi sebagai nelayan dan sampel sebanyak 90 orang.
Analisa faktor yang mempertimbangkan teori-teori pengembangan kota digunakan untuk
mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dinamis kota, dan teknik analisa triangulasi teori yang
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |6

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

mempertimbangkan teori-teori pengembangan perumahan dan permukiman digunakan


menyusun konsep penataan permukiman.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Identifikasi Kekuatan Dinamis Kota Pasuruan yang kurang berpengaruh terhadap
Permukiman Nelayan Ngemplakrejo
Kekuatan dinamis suatu kota dapat bergerak dari dalam pusat kota ke arah pinggiran atau
bahkan ke luar kota yang berupa wilayah perdesaan (rural), dan sebaliknya (Charles Colby;
1933). Desa - kota adalah merupakan suatu fenomena yang bertautan (continuum), di mana
masyarakat di dalamnya secara bersama memecahkan masalah kemiskinan, perkembangan
ekonomi, lingkungan yang berkelanjutan, dan dalam perkembangan kerangka kelembagaan
(Douglass, 1991; Rondinelli, 1985).
Pengaruh kekuatan dinamis Kota Pasuruan terhadap permukiman nelayan Ngemplakrejo akan
diidentifikasi berdasarkan teori “Urban-Rural Linkage” yang dikemukakan Douglass dan Rondinelli
di atas, dimana Peran kota dan desa serta keterkaitannya (linkages) diperlihatkan dalam tabe1 2.1.
Dalam melakukan identifikasi kekuatan dinamis Kota Pasuruan yang kurang mempengaruhi
perkembangan permukiman nelayan Ngemplakrejo akan dilakukan dengan analisa faktor
menggunakan fasilitas dalam program SPSS 16. Dimana peran/posisi permukiman nelayan
Ngemplakrejo sebagai desa (rural) digunakan sebagai variabel, yang meliputi :
a. Produksi tanaman pertanian dan perkebunan dan suberdaya alam lainnya.
b. Permintaan input kegiatan pertanian dan jasa pelayanan pertanian.
c. Permintaan barang dan jasa, pelayanan kesehatan, pendidikan, perdagangan, hiburan,
dan keuangan.
d. Transfer surplus ke sektor non pertanian
e. Sektor tenaga kerja on farm dan off farm
Identifikasi pengaruh kekuatan-kekuatan dinamis Kota Pasuruan dianalisa terhadap variabel-variabel
tersebut diatas memnfaatkan kekuatan dinamis tersebut. Yang dimaksud dengan kegiatan pertanian
pada lima variabel tersebut di atas adalah semua kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya alam
termasuk perikanan tangkap.
Tabel 1 Analisa Faktor dengan SPSS 16
Jenis Tes Standar Hasil
Korelasi **. Correlation is • Pekerjaan dg penghasilan per-bulan, modal
significant at kerja, pemasaran hasil, tempat berobat dan
the 0.01 level tempat pendidikan terakhir
(2-tailed). • Penghasilan per-bulan dg modal kerja,
*. Correlation is pemasaran hasil, tempat berobat dan tempat
significant at belanja kebutuhan kerja
the 0.05 level • Modal kerja dg pemasaran hasil dan tempat
(2-tailed). pendidikan terakhir
• Pemasaran hasil dg tempat berobat dan tempat
pendidikan terakhir
• Tempat berobat dg tempat belanja kebutuhan
kerja
• Tempat belanja kebutuhan kerja dg tempat
pendidikan terakhir

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |7

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Jenis Tes Standar Hasil


Kaiser Meyer > 0,5 • 0,692, berati data dikategorikan cukup, shg layak
Olkin (KMO) digunakan analisis faktor.
dan Bartlett’s
Test of
Sphericity
Komunalitas > 0,5 • Pekerjaan dan Tempat Pendidikan Terakhir < 5,
berarti tdk memberi kontribusi pd perubahan
factor
• Penghasilan per Bulan, Modal Kerja,
Pemasarasan Hasil, Tempat Berobat dan Tempat
Belanja Kebutuhan Keja, > 5, berarti memberi
kontribusi pd perubahan factor
Initial >1 • Faktor 1 dg nilai eigen 2,825 dan % variance
Eigenvalues 34,56 %
• Faktor 2 dg nilai eigen 1,176 dan % variance
22,60 %
• Comulative % variance 57,16 %
Rotated > 0,5 • Faktor 1 : Pekerjaan, Penghasilan per Bulan,
Component Modal Kerja danPemasarasan Hasil (> 0,5)
Matrix • Faktor 2 : Tempat Berobat, Belanja Kebutuhan
Keja dan Tempat Pendidikan Terakhir (> 0,5)
Sumber : Analisa Penulis, 2009
Dari analisa faktor di atas diketahui terdapat dua faktor yang didukung oleh tujuh variabel
yang merepresentasikan kekuatan dinamis Kota Pasuruan yang pengaruhnya tidak maksimal dalam
mendukung perkembangan permukiman nelayan Ngemplakrejo.
B. Identifikasi seberapa besar kekuatan dinamis Kota Pasuruan memberi pengaruh terhadap
permukiman nelayan Ngemplakrejo.
Identifikasi seberapa besar kekuatan dinamis Kota Pasuruan dapat memberi pengaruh positif
terhadap perkembangan permukiman nelayan Ngemplakrejo dapat ditinjau dari seberapa besar
kekuatan dinamis tersebut memberi pengaruh kepada kehidupan nelayan Ngemplakrejo, yang akan
dianalisa dari data hasil penelitian terhadap 90 responden yang berasal dari masyarakat nelayan
setempat yang meliputi : nelayan pekerja, juragan darat/pemilik kapal, juragan laut/kapten kapal,
pengola ikan dan tengkulak/pedagang ikan, sebagi berikut :
1. Kekuatan Dinamis Kota Pasuruan yang kurang memberi pengaruh terhadap
permukiman nelayan Ngemplakrejo
Dari analisa factor di atas diketahui bahwa terdapat dua factor yang didukung tujuh variable
yang merepresentasikan kekuatan dinamis Kota Pasuruan yang pengaruhnya tidak maksimal dalam
mendukung perkembangan permukiman nelayan Ngemplakrejo. Adapun hasil penelitian terhadapa
90 responden dapat diketahui pengaruhnya, sebagai berikut :
Faktor 1 :
a. Pekerjaan
Jumlah terbesar pada struktur nelayan Ngemplakrejo adalah nelayan pekerja yang
merupakan kedudukan terendah mencapai 70,00 % dari seluruh responden.
b. Penghasilan per bulan

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |8

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Dari 90 responden yang diteliti 73,33 % diantaranya berpenghasilan di bawah Upah


Regional Kota Pasuruan Tahun 2009 yang sebesar Rp. 805.000,-
c. Modal kerja
Sebagian besar nelayan yang modal kerjanya terbatas belum memanfaatkan lembaga
perbankan yang ada di Kota Pasuruan. Hanya 2,22 % responden yang memanfaatkan
modal kerja dari kredit bank, sedangkan lainnya menggunakan dana pribadi sebesar 12,22
%, terbesar merupakan pinjaman dari juragan darat kepada juragan laut atau nelayan
pekerja sebesar 76,67 % dan modal kerja yang dimiliki oleh juragan darat tersebut
sebagian besar merupakan dana pinjaman dari tengkulak, tercatat 8,89 % responden
memanfaatkan pinjaman dari tengkulak.
d. Pemasaran hasil
Keberadaan TPI tidak dimanfaatkan dengan maksimal oleh nelayan Ngemplakrejo untuk
memasarkan hasil tangkapannya, hal ini juga terjadi pada prasarana pemasaran yang lain
(pasar dan pertokoan) yang terdapat di Kota Pasuruan. Tercatat 88,89 % responden masih
dijual hasil tangkapannya ke tengkulak/pengepul, sekitar 8,89 % responden menjual
ikannya ke luar Kota Pasuruan dan hanya 2,22 % responden yang menjual di pasar-pasar
di wilayah Kota Pasuruan.
Faktor 2 :
a. Tempat berobat
Sebagian besar (76,67 %) responden hanya memanfaatkan fasilitas kesehatan berskala
desa/kelurahan yang berupa puskesmas pembantu atau bidan desa/kelurahan.
b. Tempat belanja kebutuhan kerja
Sebagian besar (88,89%) para responden mendapatkan kebutuhannya di lingkungan
kelurahan tempat tinggalnya, dengan demikian meraka tidak mendapatkan pilihan harga
dan kualitas barang yang bersaing.
c. Tempat melaksanakan pendidikan terakhir
Sebagian masyarakat masih memanfaatkan layanan fasilitas pendidikan terbatas yang ada
di kelurahan setempat, hal ini ditunjukkan 68,89 % responden hanya mendapatkan
layanan pendidikan yang berada di lingkungan Kelurahan Ngemplakrejo yang terbatas
pada pendidikan setingkat SD dan SMP. Dan jumlah responden hanya mengenyam
pendidikan tingkat dasar (tidak tamat SD, SD dan SMP) masih cukup besar (93,33%)
2. Kekuatan Dinamis Kota Pasuruan di luar analisa factor
a. Tempat Hiburan
Sebagaimana pendapat Douglass (1991) dalam Teori Urban-Rural Linkage bahwa salah
satu peran kota adalah sebagai penyedia layanan hiburan, diperankan dengan baik oleh
Kota Pasuruan, indikasi ini ditunjukan dalam hasil penelitian, yaitu sebagian besar (63,33
%) responden memanfaatkan sarana hiburan yang terdapat di Kota Pasuruan.
b. Pusat perdagangan kebutuhan rumah tangga dan lainnya
Kota Pasuruan sebagai penyedia kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan lainnya juga
berlangsung dengan baik. Indikasi ini ditunjukkan bahwa sebesar 64,44 % responden
memenuhi kebutuhan hariannya di Kota Pasuruan dan 84,44 % responden mendapatkan
kebutuhan akan material bangunan rumah juga di kota ini.
Dari data-data hasil penelitian dan analisa tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
infrastruktur yang terdapat di Kota Pasuruan yang berupa fasilitas sosial, ekonomi, pendidikan
dan kesehatan belum dapat dimanfaatkan seecara maksimal oleh masyarakat di permukiman
nelayan Ngemplakrejo, sehingga mereka tidak mendapatkan keuntungan baik sosial maupun
ekonomi dari berkembangnya fasilitas-fasilitas kota tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |9

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

meningkatkan kualitas hidunya. Sebaliknya dengan keberadaan fasilitas perdagangan dan jasa
membuat Kota Pasuruan, mampu mendapatkan keuntungan ekonomi.
C. Perumusan konsep pengembangan permukiman nelayan Ngemplakrejo
Tabe1 2 Trianggulasi Pumusan Konsep Penataan Lingkungan Fisik Permukiman Nelayan Ngemplakrejo
KRITERIA/STANDAR/ PENELITIAN/PENANGANAN KONSEP PENATAAN
FAKTA EMPIRIS
PENDAPAT AHLI KASUS LAIN PERMUKIMAN
ASPEK LETAK GEOGRAFIS
§ Terletak di pesisir utara § Letak geografis § Kawasan permukiman § Pemeliharaan jalan yg
Kota Pasuruan. permukiman akan sgt nelyana yg dpt diakses dr merupakan akses keluar-
§ Dapat di akses dari menentukan keber- segala arah sebagaiman masuk permukiman
Barat, timur dan pusat hasilan kws permukiman nelayan di nelayan Ngemplakrejo
kota, serta mempunyai permukiman, semakin kawasan pantai Kenjeran yg secara berkala dan
akses yang baik ke arah mudah aksesibilitas thd semakinstrategis dg menjaga kedalaman alur
laut lepas suatu permukiman dibangunnya jembatan pelayaran Kali Gembong.
maka semakin mudah Suramadu.
pula permukiman tsb
berkembang (Happy R.
Santosa, 2000),
ASPEK LINGKUNGAN ALAM
§ Hutan bakau berkisar § Pola pengembangan § Peremajaan dan pelestarian § Peremajaan hutan bakau
60% garis pantai dengan peru-mahan dan hutan mangrov sebagaiman dengan pengadaan
ketebalan 20-70 m dari permukiman tepi pantai dilakukan kawasan pantai wetland sekitar 40% garis
garis pantai. harus berwawasan Wonorejo Surabaya pantai.
§ lingkungan. Penentuan § GSP ditetapkan minimal
lokasi tapak perumahan 100 meter dari titik
yg berwa-wasan pasang tertinggi
lingkungan sebaik-nya § Lebar daratan pantai
tdk mengganggu dipertahankan 1 km
ekologi lingkungan
pantai (Marwati, 2003)
ASPEK LINGKUNGAN BINAAN
§ Permukiman tumbuh § Kelayakan peurmahan § Pewadahan aktivitas ekonomi § Penataan permukiman dg
secara tidak beraturan dan permukiman dg penyediaan rumah menyediakan prasarana
§ Tidak ada sinkronisasi merupakan prioritas produksi secara kolektif produksi kolektif, spt
antara permukiman (Agenda 21 Nasional) seperti dilakukan di kawasan lahan penjemuran ikan yg
sebagai fungsi hunian § Adanya keterpaduan agropolitan Seroja mencukupi sehingga
dengan fungsi ekonomi. peru-mahan dan terjadi sinkronisasi antara
§ Karakteristik permukiman sbg hunian permukiman sebagai
permukiman di kawasan dan ekonomi (Happy R. fungsi hunian dan fungsi
pesisir dg potensi Santosa; 2000) ekonomi.
perikanan tangkap § Orientasi arah hadap § Pengembangan
air/water front city permukiman dilakukan
(Rapoport, 1977) dg pola waterfront dan
inside out clustering
ASPEK PRASARANA DAN SARANA
PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI
§ Sebagian jalan § Kualitas perkerasan dan § Kualitas dan kapasitas jalan § Peningkatan kapasitas
lingkungan dn setapak kapasitas jalan harus yg memadai seperti di dan konstruksi jalan dlm
belum diperkeras. mampu menerima permukiman nelayan kws pemukiman.
§ Sebagian jalan yang beban lalulintas yg Kenjeran, jln lingkungan dan § Rehabilitasi/pemeliharaan
sudah diperkeras mulai melewatinya (Kepmen setapak diperkeras dg paving jalan
mengalami Kim-praswil stone serta dapat dilewati § Penataan kembali route
keausan/kerusakan. 534/KPTS/M/2001) kendaraan roda 4. angkutan kota dan antar
§ Sarana transportasi § Ketersediaan angkutan kota kota
umum yg ada berupa dr dan ke berbagai arah yg
becak dan angkutan kota dilengkapi dg terminal.
dg frekwensi terbatas.

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |10

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

KRITERIA/STANDAR/ PENELITIAN/PENANGANAN KONSEP PENATAAN


FAKTA EMPIRIS
PENDAPAT AHLI KASUS LAIN PERMUKIMAN
PRASARANA DAN PRASARANA AIR BERSIH
§ Tdk semua warga § Pelayanan AB untuk § Kemudahan mendapatkan § Peningkatan pelayanan
mendapatkan pelayanan daerah perkotaan 55- pelayanan air bersih dari AB shg mencapai
air bersih dr PDAM. 75%, dg tk konsumsi PDAM seperti permukiman cakupan yg disayaratkan
§ Sebagian ada yg 60-220 lt/org/hr & nelayan Kenjeran dengan utk daerah perkotaan 55-
mengambil dr HU, kualitas yg emenuhi model pelayanan berupa 75 % jml penduduk.
membuat sambungan dr standar AB (Kepmen sambungan rumah dan hidran
pelanggan, sumur Kimpraswil umum.
gali/bor. 534/KPTS/M/2001).
PRASARANA PEMATUSAN/ DRAINASE
§ Terjadi genangan di § Sistem drainase yg § Alternatif penggunaan § Pengurukan lahan
lahan kosong yang sesuai dg kondisi system drainase bentuk garpu § Pemasangan pintu dan
elevasinya rendah daratan pantai adalah sebagaimana direkomendasi- pompa air
bentuk garpu (Gundhi kan pd permukiman nelayan
Marwati ; 2003) Tambakwedi.
PRASARANA PENGOLAHAN LIMBAH
§ Tidak tersedia IPAL § Sistem pengolahan yg § Pengembangan IPAL dg § Pembangunan IPAL
§ 60% penduduk buang air sesuai dg daratan pantai teknologi UASB dari dengan teknologi UASB
besar di MCK umum, sebagai-mana Johkasau sebagaimana dari Johkasau
lahan kosong dan penelitian Puslitbang direkomendasikan utk § Penambahan MCK
saluran air Permukiman adl kawasan permukiman umum
Upflow Anaerobic nelayan Tambakwedi
Sludge Blanket
(UASB) dari Johkasau
PRASARANAS RTH, PEMAKAMAN DAN KEBERSIHAN
§ Tidak terdapat RTH § Satu bidang RTH § Raung terbuka yg berfungsi § Perlu dibangun taman
§ Pelayanan (taman lingkungan) utk ganda sebagai lahan lingkungan yg juga bisa
pengangkutaan sampah 250 jiwa penduduk atau penjemuran ikan di pagi dan berfungsi sbg lahan
terbatas di kanan-kiri per unit lingkungan siang hari dan tempat bermain penjemuran ikan.
jalan kota. § Cakupan layanan anak-anak di sore hari § Peningkatan cakupan
§ Keberadaan prasarana pengang-kutan sebagaimana dibangun di pelayanan pengangkutan
pemakaman dan samapah 80% jml depan Kantor Kel.Bulak- sampah dan pembinaan
Transfer Depo di Kel. penduduk, 20% Surabaya masyarakat dalam
Gadingrejo masi dilakukan secara on-site § Pemberdayaan warga dlm pengolahan sampah
memenuhi sayrat system (Kepmen pengolahan sampah organik organik dan unorganik.
Kimpraswil dan pemanfaatan sampah
534/KPTS/M/2001) unorganik sebagaiman
dilakukan warga Kel.
Jambangan- Surabaya
SARANA EKONOMI
§ TPI dan koperasi yg ada § 3 pranata setrategis yg § Efektifitas kinerja TPI sekala § Revitalisasi kinerja TPI
tidak berfungsi dengan dpt mendukung kabupaten yg dikendalikan dan peningkatan skala
baik. mobilisasi vertikal oleh Pekab Sidoarjo dpt pelayanannya yg
§ Hanya sedikit nelayan sosial-ekonomi nelayan memotong rantai kerja dikendalikan Pemkot
yg memanfaatkan Pasar yaitu pranata tenkulak. Pasuruan.
Kota Pasuruan dan permodalan, pranata § Keberadaan kios-kios § Pembangunan kios-kios
prasarana perdagangan penangkapan dan penjualan ikan olahan penjualan ikan olahan
lain di Kota Pasuruan pranata pemasaran produksi masyarakat setempat produksi masyarakat
utk memasarkan ikan (Kusnadi, 2003), di sepanjang yg dilewati setempat dg catatan
tangkapannya angkutan umum seperti di penataan kembali route
Tuban merupakan strategi angkutan umum yg
pemasaran yg cukup efektif melalui kws permukiman
ini.
§ Revitalisasi kinerja
koperasi
Sumber : Analisa Penulis, 2009

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |11

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Tabel 3 Trianggulasi Peumusan Konsep Penataan Lingkungan Non-Fisik Permukiman Nelayan Ngemplakrejo
KRITERIA/STANDAR/ PENELITIAN/PENANGANAN
FAKTA EMPIRIS KONSEP
PENDAPAT AHLI KASUS LAIN
ASPEK SOSIAL
§ Struktur sosial nelayan, § Struktur sosial nelayan : a) § Kepemilikan peralatan § Pemberian kredit
dimana nelayan pekerja sbg Lap atas (juragan darat dan tangkap kolektif seperti kepe-milikan
lapis sosial terbawah yang pedagang ikan) yg mengua- dilakukan di Karangagung- peralatan tang-kap
tidak mememiliki akses sai akses kepemilikan alat Tuban kolektif dan pembi-
modal, peralatan tangkap dan tangkap, modal dan § Pemberian bekal pendi-dikan naan/pendampingan
pemasaran. pemasaran, b) Lap tengah : formal mengenai kelautan si-multan dr profe-
§ Kualitas SDM yg rendah, juragan laut, c) Lap bawah : sedini mungkin. Jika mungkin sional yg kompeten
umumnya berpendidikan di nelayan pekerja (Kusnadi, sejak SD. § Pendidikan formal
bawah SLTP. 2003) yg memadai (minim
§ Pendidikan yg mema-dai setingkat SLTA)
dilengkapi dg ketrampilan ditambah
bahari dan kepemilikan alat pengetahuan dan
tangkap kolektif merup. ketram-pilan bahari
pemecahan masalah sosial bagi generasi muda
nelayan (Masyhury, 1999 nelayan
dlm Kusnadi, 2003) Ngemplakrejo
§
ASPEK EKONOMI
§ Pendapatan nelayan pekerja yg § Mobilitas vertikal ekonomi § Pemberdayaan para istri § Pemberdayaan istri
masih rendah (< UMK nelayan dilakukan dg nelayan Kel. Bulak dalam nelayan dlm
Pasuruan Th. 2009) pembukaan akses permo- aktivitas pengolahan ikan pengolahan ikan
§ Koperasi membantu dalan dan pemberian nilai dibawah koordinasi koperasi hasil tangkapan
kehidupan ekonomi nelayan tambah pada ikan hasil dan kerjasama dg swasta dpt menjadi makanan
tangkapan dg peran aktif memberi tambahan olahan berbahan
para istri nelayan (Kusnadi, keuntungan ekonomi dan dasar ikan dan
2003). penyerapan tenaga kerja. pemasaran hasil
§ produksinya.
§ Revitaslisasi kinerja
koperasi sbg
koordinator dan
pengendali serta
penyalur
permodalan.
§ Pembinaan scr
simultan
ASPEK BUDAYA
§ Aktivitas unik nelayan § Kegiatan unik untuk § Aktivitas penangkapan ikan, § Pengembangan
diantaranya penangkapan dilestarikan dan pengangkutan & penimbangan wisata tangkap ikan
ikan, pengangkutan & dikembangkan ikan dan pengolahan ikan yang dapat
penimbangan ikan dan merupakan bentuk obyek dikembangkan
pengolahan ikan. wisata yang menarik seperti di bersama denga
§ Kegitan Petik Laut yang Pantai Watu Ulo-Jember. Kelurahan
dilaksanakan setahun sekali. § Adat larung sesajen tidak Panggungrejo.
terpisahkan dalam kehidupan § Tetap
nelayan. Dapat dijadikan point mempertahankan dan
of interest di Kawasan mengembangkan
Permukiman Nelayan kegiatan larung
Kenjeran. sesajen dalam bentuk
Petik Laut.
Sumber : Analisa Penulis, 2009

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |12

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Terdapat aspek sosial dan ekonomi yang menjadi indikator kekuatan-keuatan dinamis Kota
Pasuruan belum sepenuhnya mampu memberi pengaruh positif yang maksimal pada kawasan
permukiman nelayan Ngemplakrejo antara lain : a) pekerjaan, sebagian besar nelayan pekerja yang
merupakan nelayan lapis bawah, b) penghasilan, sebagian besar berpendapatan di bawah UMK
Pasuruan 2009, c) modal kerja, lebih banyak yang memanfaatkan pinjaman dari tengkulak dari
pada kredit bank, d) pemasaran hasil, sebagian besar menjual langsung kepada tengkulak, e)
pengobatan, di puskesmas pembantu dan bidan desa/kelurahan, f) fempat belanja kebutuhan kerja,
di lingkungan Kelurahan Ngemplakrejo dan mendapatkan harga dan kualitas barang yang tidak
bersaing dan g) pendidikan, di lingkungan Kelurahan Ngemplakrejo yang merupakan pendidikan
rendah (SD dan SMP).
Dari data-data hasil penelitian dan analisa telah dilakukan dapat dilihat bahwa infrastruktur
yang terdapat di Kota Pasuruan yang berupa fasilitas sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan
belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat di permukiman nelayan
Ngemplakrejo, sehingga mereka tidak mendapatkan keuntungan baik sosial maupun ekonomi dari
berkembangnya fasilitas-fasilitas kota tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas hidunya.
Agar permukiman nelayan Ngemplakrejo dapat mengimbangi dinamika Kota Pasuruan
perlu dilakukan penataan lingkungan permukiman baik fisik maupun non fisik dengan
“Konsep Penataan Permukiman Nelayan Ngemplakrejo dilakukan dengan dukungan
Sosial dan Ekonomi Mandiri”, artinya penataan permukiman dilakukan dengan peningkatan
sosial dan ekonomi nelayan berbasis pada pengembangan potensi perikanan melalui : a)
peningkatan kualitas SDM, b) membuka akses modal, alat tangkap, alat produksi dan
pemasaran kolektifnelayan pekerja, c) pemberdayaan istri-istri nelayan melalui kegiatan
pengolahan dan pemasaran ikan, d) penguatan kelembagaan nelayan dengan merevitalisasi
fungsi dann peran koperasi, e) revitalisai fungsi dan peran infrastruktur pemasaran ikan dan
f) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana dasar permukiman.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Colby. C., 1933. Centrifugal and Centripetal Force in Urban Geography. In : Mayer and
Kohn (eds) : Reading in Geography. Chicago : University of Chicago.
Douglass, Mike, 1991. Alternative Development of Intermediate Cities Based on Endogenous
Growth Potential in the Current Context of Urbanization. Hawaii : Departement of
Urban and Regional Planning University of Hawaii.
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan, Ke-miskinan dan Perebutan Sumber-daya Perikanan.
Yogyakarta : LKiS.
Moleong, L. J. (2001). Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosydakarya.
Northam. R.M., 1979. Urban Geography. Toronto : John Wiley and Son.
Rondinelli, A.Dennis, 1985. Applied Methodes of Regional Analisis : The Spatial Dimensions of
Development Policy. Boulder and London : West-view Press.
Rapoport, Amos, 1977. Human Aspect of Urban Form, Toward a Man Environment Approach
to Urban Form and Design. England : Pengamon Press Ltd.
Rapoport, Amos. 1969. House Form and Culture. England : Pengamon Press Ltd.
Silas, Johan. 1993. Housing Beyon Home. Surabaya : ITS.
Silas, Johan, 1985, Perumahan dan Permukiman. Surabaya : Jurusan Arsitektur, FTSP-ITS
Turner, John F.C. and Fitcher, Robert. 1972. Freedom Built, New York USA : The
Macmillam Company.

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |13

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Marwati, G. 2003. Jurnal Penelitian Permukiman Vol 19. Tahun 2003. Hasil Penelitiannya
menyatakan bahwa pesisir pantai di Desa Tanjung Pasir, Tangerang memiliki potensi
untuk dikembangkan menjadi permukiman nelayan dengan perbaikan terhadap system
drainase yang baik.
Santosa, Happy Ratna, 2000. Pidato Pengukuhan Guru Besar Permukiman dan Lingkungan
dalam Pengembangan Wilayah. Surabaya : ITS.
Santosa, Happy Ratna, 1999. Peranan Wanita dalam Perbaikan Permukiman. Jurnal PUSLIT
UGM No. 17, Thn VI, Nanusia dan Lingkungan. Yogyakarta.
Santosa, Happy Ratna, 1998. Potensi Permukiman Desa Pantai dalam Mendukung Program
Pariwisata dan Pengentasan Kemiskinan di Jawa Timur. Surabaya ; Dalam Jurnal Studi
Lingkungan Vol. 18/1998.
Silas, Johan, 1996. Paradoks Pengadaan Perumahan Kota, Majalah Analisis Sistem Edisi
khusus tahun II. Jakarta : Kedeputian Bidang Analisis Sistem BPPT.
Silas, Johan. 1993. Perumahan, Hunian dan Fungsi Lebihnya, Surabaya ; Pidato Pengukuhan
Guru Besar ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
UNCHS, 1997, Proceeding of the International Conference on Urban Poverty.
Anonim, 1984/1985. Metodologi Penelitian, Materi Dasar Pendidikan Program Akta
Mengajar V, Buku 1B.
Anonim, 1982/1983. Metodologi Penelitian, Materi Dasar Pendidikan Program Akta
Mengajar V.
Anonim. 2002. Abstrak Makalah Kebijakan Kimpraswil dalam rangka Percepatan
Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Makalah ini disampaikan dalam rangka Rapat
Koordinasi Nasional Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2002 di Hotel Indonesia
– Jakarta, 30 Mei 2002
Anonim, 1997. Agenda 21 Indonesia Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan,
Jakarta.
Anonim, 1992. Undang-undang nomor 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman.
Jakarta.

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 |14

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Anda mungkin juga menyukai