Rangkuman Anafilaksis
Rangkuman Anafilaksis
2. Patofisiologi
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Penatalaksanaan
8. Jika pasien sudah stabil, lakukan monitoring tekanan darah, denyut nadi,
respiratory rate dan oksigenasi pasien.
5. Komplikasi
Reaksi anafilaksis dapat menyebabkan terjadinya acute respiratory distress dan
circulatory collapse. Obstruksi pada pada saluran pernapasan bagian atas dapat
disebabkan oleh edema laring dan pharing. Pada saluran pernapasan bagian bawah
disebabkan oleh bronkospasme dengan kontraksi dari otot-otot pernapasan, vasodilatasi
dan peningkatan permeabilitas kapiler. Henti jantung mungkin disebabkan karena
terhentinya pernafasan. Efek langsung dari mediator kimia pada syok anafilaksis
menyebabkan hilangnya cairan intravaskular oleh edema dan vasodilatasi.
6. Epidemiologi
Anafilaksis dapat terjadi pada semua ras di dunia. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa anafilaksis lebih sering terjadi pada perempuan, terutama perempuan dewasa
muda dengan insiden lebih tinggi sekitar 35% dan mempunyai risiko kira-kira 20 kali
lipat lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Berdasarkan umur, anafilaksis lebih sering
pada anak-anak dan dewasa muda, sedangkan pada orang tua dan bayi anafilaksis
jarang terjadi.
Prognosis:
Penanganan yang cepat, tepat, dan sesuai dengan pedoman kegawatdaruratan,
reaksi anafilaksis jarang menyebabkan kematian. Namun reaksi anafilaksis tersebut
dapat kambuh kembali akibat paparan antigen spesifik yang sama. Maka dari itu perlu
dilakukan observasi setelah terjadinya serangan anafilaksis untuk mengantisipasi
kerusakan sistem organ yang lebih luas lagi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis dari reaksi anafilaksis
yang akan menentukan tingkat keparahan dari reaksi tersebut, yaitu umur, tipe alergen,
atopi, penyakit kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronis, asma, keseimbangan
asam basa dan elektrolit, obat-obatan yang dikonsumsi seperti β-blocker dan ACE
Inhibitor, serta interval waktu dari mulai terpajan oleh alergen sampai penanganan
reaksi anafilaksis dengan injeksi adrenalin.
BHP:
Beneficence: Dokter mampu mendiagnosis pasien dengan reaksi anafilaktik dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain.
1. Mescher, A. L.Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Jakarta: ECG, 2011
2. Martini, F. H, Nath, J. L. Fundamental of Anatomy & Physiology 8th Ed.
USA: Pearson, 2009
3. Setiati, Siti dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Jakarta: Universitas
Indonesia. 2014; Bab 43 Kegawatdaruratan Medik, hal 4130.
4. Simons, Estelle. World Allergy Organization Guidelines for the Assessment and
Management of Anaphylaxis. World Allergy Organization Journal, 2011
http://www.waojournal.org/content/4/2/13