i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan................................................................................................ 1
C. Manfaat.............................................................................................. 2
D. Dasar hukum..................................................................................... 2
E. Kompetensi yang diharapkan............................................................ 2
F. Ruang lingkup.................................................................................... 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah
menetapkan delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Standar-standar tersebut di atas merupakan acuan
dan sebagai kriteria dalam menetapkan keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan.
Salah satu standar yang memegang peran penting dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Pengawas sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan yang memegang
peran strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan
di sekolah.
Peraturan Pemerintah no. 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 15 ayat 4
menyatakan bahwa guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan
tugas pengawasan. Tugas utama pengawasan yang dimaksud adalah
melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial.
Dengan demikian, pengawas sekolah dituntut mempunyai kualifikasi dan
kompetensi yang memadai untuk dapat menjalankan tugas kepengawasannya.
Berdasarkan hal-hal di atas, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, memberikan perhatian
terhadap peningkatan kinerja pengawas sekolah dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan melalui Pengembangan karier pengawas sekolah Pendidikan
Menengah di wilayah timur melalui Pembinaan dan pengembangan
kepengawasan di sekolah binaan dan Benchmarking di wilayah barat.
Bahan ajar ini diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu pegangan atau
acuan bagi pengawas sekolah untuk melaksanakan tugasnya sebagai supervisor
akademik dan supervisor manajerial bagi sekolah yang dibinanya.
B. TUJUAN
Bahan ajar pengawas sekolah ini disusun untuk dijadikan sebagai :
1. Pegangan bagi pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai
supervisor akademik dan supervisor manajerial di sekolah yang dibinanya.
2. Acuan bagi pengawas sekolah agar dalam melaksanakan tugas
kepengawasannya berjalan secara efektif dan efisien.
1
C. MANFAAT
Bahan ajar pengawas sekolah ini diharapkan dapat:
1. Memudahkan dan mengarahkan pengawas sekolah dalam melaksanakan
tugas kepengawasanya.
2. Meningkatkan kinerja pengawas sekolah yang profesional.
D. DASAR HUKUM
Dasar hukum penyusunan bahan ajar pengawas sekolah adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional,
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan,
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru,
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah,
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2008 tentang Beban Kerja Guru dan Pengawas,
F. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Bahan ajar pengawas sekolah ini meliputi: (1) pengertian dan
perkembangan pendekatan pengawasan, (2) peran dan profesionalisme
pengawas, (3) mekanisme pelaksanaan kepengawasan akedemik dan
manajerial, (4) pelatihan profesionalisme guru, dan (5) tahapan kegiatan
kepengawasan.
2
BAB II
PENGAWAS SEKOLAH PROFESIONAL
A. DEFINISI PENGAWASAN
Kata pengawasan merupakan kata lain dari supervisi. Perumusan atau
pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai sudut, baik menurut asal-usul
(etimologi), bentuk perkataannya, maupun isi yang terkandung di dalam
perkataanya itu (semantic). Secara etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito
dan W.J.S Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun (1993:1) : “Supervisi
dialih bahasakan dari perkataan inggris “Supervision” artinya pengawasan.
Kata supervisi sendiri berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam
Webster’s New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or position
than, superior to (superintendent), a greater or better than others” (1991:1343)
sedangkan kata vision berarti “the ability to perceive something not actually
visible, as through mental acuteness or keen foresight (1991:1492).
Dalam kamus pendidikan Good Carter (Dictionary Of Education), supervisi
merupakan usaha dari pengawas sekolah dalam memimpin guru dan petugas
lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, mengevaluasi
pengembangan jabatan guru, dan merevisi tujuan pendidikan di sekolah, bahan
pengajaran, metode dan evaluasi pengajaran.
Sedangkan menurut Ametembun (1993:2), supervisi secara etimologis supervisi
terdiri dari dua buah kata super dan vision. Super artinya atas, lebih, sedangkan
vision artinya lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut,
bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang
yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang
yang disupervisi.
Dengan demikian berdasarkan definisi tersebut seorang supervisor dalam
menjalankan tugasnya harus bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah dan
dapat melihat dengan tajam berbagai permasalahan pendidikan untuk
ditindaklanjuti dengan akurat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, supervisi yang dilakukan oleh
pengawas sekolah kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap
proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak lanjuti
dengan pemberian feed back. (Razik, 1995: 559). Hal ini sejalan pula dengan
pandangan L Drake (1980: 278) yang menyebutkan bahwa supervisi adalah
suatu istilah yang sophisticated, sebab hal ini memiliki arti yang luas, yakni
identik dengan proses manajemen, administrasi, evaluasi dan akuntabilitas atau
berbagai aktivitas serta kreatifitas yang berhubungan dengan pengelolaan
kelembagaan pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah.
Rifa’i (1992: 20) merumuskan istilah supervisi merupakan pengawasan
profesional, sebab hal ini di samping bersifat lebih spesifik juga melakukan
3
pengamatan terhadap kegiatan akademik yang mendasarkan pada kemampuan
ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa, tetapi
lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistik
oleh para pengawas pendidikan.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis,
dan supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan
supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam
maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan
pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai
pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.
4
Berdasarkan tabel diatas untuk memudahkan memahami masing-masing
pendekatan tersebut dapat dilihat dari jenis pengawasan, tujuan pengawasan
dan tanggung jawab peran orang yang terlibat dalam kepengawasan tersebut.
Sebagai contoh pendekatan supervisi saat ini jenis supervisi lebih bersifat ilmiah,
klinis, hubungan manusiawi, pembinaan kolaboratif, kebersamaan, artistik,
interpretatif, berbasis konsisi social budaya. Pendekatan ini bertujuan
meningkatkan pembelajaran, meningkatkan kepuasaan guru, menciptakan
komunitas belajar, memperluas aktifitas kelas, menganalisa bentuk-bentuk
budaya dan bahasa di dalam kelas. Dan tentunya untuk menjelmakan tujuan
tersebut memerlukan peran pengawas sekolah, kepala sekolah dan unsur terkait
lainnya.
D. PENGAWAS PROFESIONAL
Secara umum profesional dapat diartikan sebagai kinerja atau performance yang
optimal seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Dengan demikian pengawas sekolah profesional adalah pengawas sekolah yang
melaksanakan tugas utama kepengawasan yang terdiri dari melaksanakan
kegiatan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial serta kegiatan
pembimbingan dan pelatihan profesional guru dengan optimal yang didukung
oleh standar dimensi kompetensi prasyarat yang dibutuhkan yang berkaitan
5
dengan (1) pengawasan sekolah, (2) pengembangan profesi, (3) teknis
operasional, dan wawasan kependidikan. Selain itu untuk meningkatkan
profesionalisme pengawas sekolah melakukan pengembangan profesi secara
berkelanjutan dengan tujuan untuk menjawab tantangan dunia pendidikan yang
semakin komplek dan untuk lebih mengarahkan sekolah ke arah pencapaian
tujuan pendidikan nasional yang efektif, efisien dan produktif.
Seorang pengawas profesional dalam melakukan tugas pengawasan harus
memiliki (1) kecermatan melihat kondisi sekolah, (2) ketajaman analisis dan
sintesis, (3) ketepatan dan kreatifitas dalam memberikan treatment yang
diperlukan, serta (4) kemampuan berkomunikasi yang baik dengan setiap
individu di sekolah.
Karakteristik yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah yang profesional
diantaranya :
Menampilkan kemampuan pengawasan dalam bentuk perbuatan
(performance);
Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
Melaksanakan tugas kepengawasan secara efektif dan efisien;
Memberikan layanan prima untuk kepentingan dan kepuasan pelanggan dan
pemangku kepentingan;
Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan;
Mengembangkan metode dan strategi kerja kepengawasan secara terus
menerus;
Memiliki kompetensi kepengawasan;
Memiliki kapasitas untuk bekerja secara mandiri;
Memiliki tanggungjawab profesi;
Mematuhi kode etik, norma dan etika yang mengikat perilaku pengawas
sekolah;
Memiliki organisasi kepengawasan yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan pengawas sekolah;
Memiliki komitmen sebagai anggota suatu profesi;
Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
kepengawasan.
6
BAB III
MEKANISME PELAKSANAAN KEPENGAWASAN DAN PELATIHAN
PROFESIONALISME GURU
A. SUPERVISI AKADEMIK
Supervisi akademik atau pengawasan akademik adalah fungsi supervisi yang
berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian
dan pengembangan kemampuan professional guru dalam melaksanakan tugas
pokoknya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 pasal 52,
baik jenis kegiatan tatap muka atau bukan tatap muka, yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik. Salah satu tugas pengawas sekolah
adalah melaksanakan pembinaan guru yang meliputi kompetensi: pedagogik,
profesional, kepribadian dan sosial. Pembinaan tersebut antara lain dapat
melalui supervisi akademik. Salah satu prinsip supervisi pengajaran adalah
obyektif, artinya dalam penyusunan program supervisi pengajaran harus
didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Yang terdiri
dari : identifikasi hasil pembinaan guru sebelumnya, analisis dan evaluasi hasil
pembinaan sebelumnya serta tindak lanjut hasil pembinaan.
7
2. Analisis dan evaluasi hasil pembinaan guru sebelumnya
Hasil identifikasi pembinaan guru dapat ditindak lanjuti dengan analisis dan
evaluasi hasil pembinaan guru sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk
menetukan skala prioritas dalam menetukan kegiatan pembinaan berikutnya
sesuai kondisi dan potensi sekolah. Hasil analisis menggambarkan kondisi
guru dari setiap sekolah binaan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kemampuan ini penting pengawas sekolah kuasai agar pembinaan guru
dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan guru.
8
d. Kemampuan guru dalam membimbing dan melatih peserta didik dalam
proses tatap muka, bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler
(remedial teaching dan enrichment), dan ekstra kurikuler,
e. peningkatan kemampuan guru Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan
pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah.
Rangkuman
Supervisi Akademik yang dilaksanakan secara tepat dan berkesinambungan
akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Pembelajaran yang berkualitas akan berdampak positif terhadap kualitas hasil
belajar peserta didik. Oleh karena itu pengawas sekolah dituntut untuk mampu
merencanakan, melaksanakan, menganalisis, dan melaksanakan rencana tindak
lanjut supervisi akademis agar menghasilkan guru yang mampu menghasilkan
outcome pembelajaran berkualitas dan sesuai tuntutan kurikulum 2013.
B. SUPERVISI MANAJERIAL
Supervisi manajerial atau pengawasan manajerial merupakan fungsi supervisi
yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung
dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup
perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi
sumber daya tenaga kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam
melaksanakan fungsi manajerial, pengawas sekolah/madrasah berperan
sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,
pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan serta menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi
pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil
pengawasan
Segala aktivitas supervisi yang dilakukan oleh seorang pengawas Sekolah
diharapkan semuanya menuju pada peningkatan mutu Sekolah dan pendidikan
secara umum, dan secara spesifik supervisi yang ditujukan bagi peningkatan
mutu Sekolah dari segi pengelolaan disebut dengan supervisi manajerial. Hal ini
tentu tidak kalah penting dibandingkan dengan supervisi akademik yang
sasarannya adalah guru dan pembelajaran. Tanpa pengelolaan Sekolah yang
baik, tentu tidak akan tercipta iklim yang memungkinkan guru bekerja dengan
baik.
9
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada
dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitik
beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi
Sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya
pembelajaran.
Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah
(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi
manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan
Sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas
Sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian,
pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan
sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial,
pengawas Sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator dan
negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan
manajemen Sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan
menganalisis potensi Sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu
Sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.
10
8) Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan
mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif.
Obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program
supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan
nyata yang dihadapi Sekolah.
11
maupun rencana kerja 4 tahunan, pelaksanaan program,
pengawasan dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah
dan Sistem Informasi Manajemen (SIM).
b. bersama-sama dengan guru dan kepala sekolah
menemukan kekurangan dan kelebihan/potensi sekolah
binaan melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan
merefleksikan hasil-hasilnya dalam kerangka penjaminan
mutu pendidikan di sekolah.
c. pemantauan pelaksanaan standar nasional pendidikan di
sekolah dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu
kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah,
d. mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta
sumber-sumber belajar lainnya,
e. kemampuan kepala sekolah dalam mengembangkan
program bimbingan konseling di sekolah.
Metode pengawasan yang dilakukan pengawas sekolah adalah
observasi, kunjungan atau pemantauan, pengecekan/klarifikasi
data, supervisi kelas, rapat dengan kepala sekolah dan guru-
guru dalam rangka pembinaan.
Rangkuman
Supervisi manajerial merupakan upaya yang dilakukan pengawas untuk
membina kepala Sekolah khususnya, dan warga Sekolah umumnya dalam
pengelolaan Sekolah. Aktivitas pengawas dalam supervisi manajerial tercakup
dalam empat kata kunci, yaitu:
a. Membimbing (membantu dan mendampingi) dalam penyusunan dan
perumusan berbagai pedoman, panduan, kebijakan atau program Sekolah.
b. Memonitor, dalam pelaksanaan hal-hal yang sudah jelas aturannya.
c. Membina, dalam pelaksanaan hal-hal yang perlu inisiatif Sekolah.
d. Mengevaluasi (termasuk memeriksa dan menilai) dalam hal-hal yang
berkaitan dengan ketersediaan perangkat, maupun pelaksanaan program.
Untuk melaksanakan supervisi manajerial pengawas perlu memahami prinsip-
prinsip, metode dan teknik yang ada, serta menerapkannya sesuai dengan
permasalahan dan tujuan yang hendakn dicapai.
Sasaran supervisi manajerial adalah pengelolaan Sekolah, meliputi
perencanaan, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi,
kepemimpinan dan sistem informasi manajemen.
12
C. SUPERVISI PEMBELAJARAN
Materi supervisi pembelajaran sangat penting bagi pengawas sekolah untuk
mengawal suksesnya implementasi Kurikulum 2013, khususnya dalam
melakukan supervisi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan dalam membantu kepala sekolah dalam melakukan supervisi pembelajaran
kepada guru-guru di sekolah yang dipimpinya. Untuk itu pengawas sekolah
harus memiliki kemampuan untuk memilih dan melakukan model supervisi
pembelajaran yang paling relevan dengan tuntutan implementasi kurikulum 2013
di sekolah binaan masing-masing.
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman tentang model supervisi
pembelajaran tersebut pengawas sekolah perlu melakukan praktek melakukan
perencanaan, maksanakan atau simulasi, mengevaluasi serta membuat tindak
lanjutnya. Dalam kaitan dengan kegitan simulasi supervisi pembelajaran,
pengawas sekolah perlu memahami penggunaan instrumen penilaian berbasis
kreativitas
1. Konsep Dasar Supervisi Pembelajaran
Supervisi pembelajaran merupakan bantuan profesional kepada guru dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga guru dapat membantu
peserta didik untuk belajar lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisein dan
menyenangkan. Dalam konteks kurikulum 2013, kualitas proses
pembelajaran yang harus ditingkatkan adalah membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan kreativitas mereka melalui kegiatan mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.
Kegiatan supervisi pembelajaran berkenaan dengan aspek kualitatif untuk
memberi jawaban pada pertanyaan bagaimana peserta didik belajar lebih
baik. Dengan kata lain supervisi pembelajaran ini merupakan kegiatan
terencana untuk membantu guru melalui dukungan, bimbingan dan penilaian
pada proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Hal ini senada dengan pendapat Spears (....) yang menyatakan bahwa
supervisi pembelajaran merupakan ...the process of bringing about
improvement in instruction by working with people who are helping the
pupils. It is a process of stimulating growth and a means of helping teachers
to help themselves. The supervisory programme is one of instructional
improvement....Dengan demikian, supervisi pembelajaran lebih menekankan
pada memberi dorongan perbaikan mandiri guru dalam meningkatkan proses
pembelajaran.
Fungsi dukungan dalam supervisi pembelajaran adalah menyediakan
bimbingan profesional dan bantuan teknis pada guru untuk meningkatkan
proses pembelajaran. Logikanya, dengan mengajar lebih baik berarti
membantu peserta didikuntuk:
13
a. Belajar lebih banyak (to learn more)
b. Belajar lebih cepat (to learn faster)
c. Belajar lebih mudah (to learn more easily)
d. Belajar lebih menyenangkan (to have more pleasure while learning) dan
e. Menggunakan/mengaplikasikan apa yang mereka pelajari dengan lebih
efektif (to use/apply what they learn more effectively).
Dalam konteks implementasi kurikulum 2013, kegiatan untuk membantu
peserta didik tersebut diharapkan dapat memberi pengalaman proses
pembelajaran yang tidak hanya meningkatkan pengetahuan saja, tetapi
harus meningkatkan kreativitas, inovasi, berfikir kritis, dan berkarakter kuat,
diantaranya bertanggung jawab, mandiri, toleran, produktif, bekerja sama,
dan lain-lain, disamping dukungan kemampuan memanfaatkan informasi dan
berkomunikasi.
Oleh karena itu, guru membutuhkan bantuan dan dukungan. Mereka
memerlukan bantuan dalam memahami dan mempraktekkan strategi dan
teknik pembelajaran yang dapat meningkat hasil belajar peserta didiksesuai
dengan tuntutan kurikulum. Agar berhasil dengan baik, fungsi dukungan
membutuhkan banyak waktu dan upaya. Beberapa cara yang dapat
mendukung guru adalah meningkatkan proses pembelajaran dalam:
a. Menggunakan secara efektif petunjuk bagi guru dan bahan pembantu
guru lainnya.
b. Menggunakan buku teks secara efektif
c. Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat mereka
pelajari selama pelatihan profesional/inservice training
d. Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki
e. Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel)
f. Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa.
g. Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu pembelajaran
h. Mengelompokan peserta didiksecara lebih efektif.
i. Mengevaluasi peserta didikdengan lebih akurat/teliti/seksama
j. Berkooperasi dengan guru lain agar lebih berhasil.
k. Mengikutsertakan masyarakat dalam mengelola kelas.
l. Meraih moral dan motivasi mereka sendiri.
m. Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk inovasi dan
kreatifitas layanan pembelajaran.
n. Membantu membuktikan peserta didikdalam meningkatkan ketrampilan
berpikir kritis, menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan.
o. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
14
2. Tujuan dari supervisi pembelajaran
Tujuan supervisi pembelajaran pada prinsipnya sama dengan tujuan
supervisi akademik secara umum. Glickman (1981) menyatakan bahwa
kegiatan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi
murid-muridnya. Dengan demikian yang paling pokok dikawal dalam
supervisi pembelajaran adalah mengawal guru dalam mencapai tujuan
pembalajaran.
Supervisi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan,
pengembangan, interaksi, penyelesaian masalah yang bebas kesalahan,
dan sebuah komitmen untuk membangun kapasitas guru. Unruh dan Turner
(1970) menyatakan bahwa supervisi merupakan sebuah proses sosial dari
stimulasi, pengasuhan, dan memprediksi pengembangan professional guru
(h.17) dan pengawas sebagai penggerak utama dalam pengembangan
kondisi pembelajaran secara optimum (h. 135).
Tujuan lainnya dari supervisi pembelajaran memnutur para ahli, diantaranya
untuk meningkatkan:
a. Interaksi tatap muka dan membangun hubungan antara guru dengan
pengawas (Acheson & Gall, 1997; Bellon & Bellon, 1982; Goldhammer,
1969; McGreal, 1983);
b. Pembelajaran bagi guru dan pengawas (Mosher & Purpel, 1972)
c. Meningkatkan belajar peserta didikmelalui peningkatan pembelajaran
guru (Blumberg, 1980; Cogan, 1973; Harris, 1975)
d. Membangun kepercayaan pada proses, satu sama lain, dan lingkungan
(Costa & Garmston, 1994), dan
e. Mengubah hasil dengan pengembangan kehidupan yang lebih baik untuk
guru dan peserta didikdan pembelajaran mereka (Sergiovanni & Starratt,
1998).
Rangkuman
Supervisi pembelajaran yang dilaksanakan secara tepat dan berkesinambungan
akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Pembelajaran yang berkualitas akan berdampak positif terhadap kualitas hasil
belajar peserta didik. Oleh karena itu pengawas sekolah dituntut untuk mampu
merencanakan, melaksanakan, menganalisis, dan melaksanakan rencana tindak
lanjut supervisi pembelajaran agar menghasilkan guru yang mampu
menghasilkan outcome pembelajaran berkualitas dan sesuai tuntutan kurikulum
2013.
15
D. PELATIHAN PROFESIONAL GURU
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalisme guru termasuk kepala
sekolah oleh setiap pengawas sekolah dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali
dalam satu semester secara berkelompok dalam kegiatan MGMP/MGP (sekolah
binaan/kabupaten/kota) atau dalam kegiatan KKG. Kegiatan ini dilaksanakan
terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan
sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi guru yang akan
ditingkatkan. Dalam pelatihan ini diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang
inovatif sesuai dengan tugas pokok guru dalam pembelajaran/pembimbingan.
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalisme guru ini dapat berupa
bimbingan teknis, pendampingan, workshop, seminar, dan group conference,
yang ditindaklanjuti dengan kunjungan kelas melalui supervisi akademik.
Materi peningkatan kemampuan professional guru difokuskan pada pelaksanaan
standar nasional pendidikan, yang meliputi:
1. kemampuan guru termasuk kepala sekolah dalam melaksanakan analisis
konteks sesuai dengan standar nasional pendidikan dalam kerangka
pengembangan KTSP.
2. pembelajaran yang kreatif-inovatif termasuk penggunaan media berbasis
TIK,
3. pengembangan bahan ajar,
4. penilaian proses dan hasil belajar dan
5. penelitian tindakan kelas untuk perbaikan/pengembangan metode
pembelajaran,
6. supervisi, pengawasan dan tindak lanjut (khusus untuk kepala sekolah),
7. berlatih bersama melaksanakan evaluasi diri sekolah (guru dan kepala
sekolah).
16
BAB IV
TAHAPAN KEGIATAN KEPENGAWASAN
18
E. Tugas Pokok dan Ruang Lingkup Pengawasan dan Beban Kerja
Pengawas Sekolah.
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. RPA/RPM/RPBK
2. Matriks program semester dan jadwal
3. Surat tugas kepengawasan
4. Contoh-contoh Instrumen Kepengawasan.
……..
B. PELAKSANAAN
Tahapan pelaksanaan pengawasan meliputi kegiatan-kegiatan berikut :
1. Pembinaan, pemantauan pelaksanaan standar isi, standar kompetensi
lulusan, standar proses, standar penilaian, dan penilaian kinerja guru yang
meliputi:
a. penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran melalui penyusunan
silabus dan RPP,
b. pelaksanakan pembelajaran yang kreatif, inovatif termasuk penggunaan
media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
sesuai dengan standard proses.
19
c. penilaian hasil pembelajaran dengan menggunakan teknik penilaian 5
(lima) kelompok mata pelajaran,
d. membimbing dan melatih peserta didik dalam proses tatap muka,
bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler (remedial teaching
dan enrichment), dan ekstra kurikuler,
e. pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan
pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah.
2. Melakukan pembinaan, pemantauan dan penilaian terhadap kepala sekolah
meliputi:
a. pengelolaan sekolah yaitu penyusunan program sekolah berdasarkan 8
SNP, rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja 4 tahunan,
pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi internal, kepemimpinan
sekolah dan Sistem Informasi Manajemen (SIM).
b. Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya dalam
kerangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah binaan.
c. pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah dan memanfaatkan
hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan
akreditasi sekolah,
b. pengembangan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-sumber
belajar lainnya,
c. program bimbingan konseling di sekolah.
20
Evaluasi proses pada saat pembinaan maupun pemantauan di sekolah binaan
bertujuan untuk melihat hasil sementara, sedangkan evaluasi akhir dimaksudkan
untuk mengetahui hasil pelaksanaan pengawasan secara menyeluruh pada
sekolah binaan selama 1 tahun. Hasil evaluasi pengawasan berbentuk sebuah
laporan disampaikan kepada kepala dinas pendidikan melalui koordinator
pengawas sekolah.
D. PELAPORAN
1. Tujuan Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan
Penyusunan laporan oleh setiap pengawas sekolah bertujuan untuk:
a. Memberikan gambaran mengenai keterlaksanaan setiap butir kegiatan
yang menjadi tugas pokok pengawas sekolah.
b. Memberikan gambaran mengenai kondisi sekolah binaan berdasarkan
hasil pengawasan akademik maupun manajerial berupa hasil
pembinaan, pemantauan, dan penilaian.
c. Menginformasikan berbagai faktor pendukung dan penghambat/kendala
dalam pelaksanaan setiap butir kegiatan pengawasan sekolah.
21
D. Tugas Pokok /Ruang Lingkup Pengawasan
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi
LAMPIRAN:
1. Surat tugas Pengawasan
2. Surat Keterangan telah melaksanakan tugas pembinaan, pemantauan,
penilaian kinerja, pembimbingan dan pelatihan profesional guru dari
sekolah binaan
3. Daftar Hadir guru atau kepala sekolah pada saat
pembinaan/pemantauan/penilaian kinerja.
4. Contoh-contoh instrumen pengawasan yang telah diisi/ diolah.
E. PENGEMBANGAN
Tahapan pengembangan meliputi kegiatan-kegiatan berikut.
1. Melakukan upaya peningkatan 6 (enam) kompetensi kepengawasan melalui
pelatihan, seminar, workshop, konferensi, studi banding/benchmarking
maupun secara mandiri dengan membaca buku, jurnal ilmiah atau
menggunakan media internet, termasuk bergabung dan aktif dalam mailing
list yang relevan, baik lokal, nasional maupun internasional
2. Melakukan kegiatan pengembangan profesi, antara lain melalui:
a. Penelitian, khususnya Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
b. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
c. Presentasi KTI dalam forum ilmiah/profesi
d. Publikasi KTI dalam jurnal ilmiah/profesi
3. Memberikan kontribusi pemikiran/gagasan kepada Kepala Sekolah dalam
upaya pengembangan sekolah.
22
F. Best Practice
Kata best practice digunakan untuk mendeskripsikan/menguraikan “ pengalaman
terbaik” dari keberhasilan seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas,
termasuk dalam mengatasi berbagai masalah dalam lingkungan tertentu. Untuk
Pengawas sekolah tentunya utamanya adalah Kepengawasan disekolahnya.
Best Practice memiliki ciri-ciri atau indikator sebgai berikut :
1. Best practice mampu mengembangkan cara baru dan inovatif dalam
memecahkan suatu masalah dalam pendidikan khuusnya pengawasan;
2. Best Practice membawa sebuah perubahan/perbedaan sehingga sering
dikatakan hasilnya luar biasa (outstanding result);
3. Best practice mampu mengatasi persoalan tertentu secara berkelanjutan
(keberhasilan lestari)atau dampak dan manfaatnya berkelanjutan/ tidak
sesaat;
4. Best practice mampu menjadi model dan memberi inspirasi dalam membuat
kebijakan (pejabat) serta inspiratif perorangan,termasuk Sekolahnya;
5. Cara dan metoda yang dilakukan dan atau digunakan bersifat ekonomis dan
efisien.
Best pratice, atau pengalaman terbaik Pengawas sekolah akan bisa dicapai
dengan sukses dan lebih cepat tentunya telah dilakukan dengan tahapan yang
sistematis melalui pendekatan ilmiah artinya dilandasi suatu teori yang relevan
dengan masalah pembelajaran, yang telah dibangun sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam mendeskripsikan best practice atau
pengalaman terbaik dalam Kepengawasan, memerlukan ilmu pengetahuan dan
seni untuk dipakai sebagai landasannya. Sementara data progres keberhasilan
dan juga data pendukung yang secara nyata dialami selama mengatasi
permasalahan dan atau mengembangkan Kepengawasan dicatat dengan sebaik
baiknya, terutama sangat bermanfaat dalam merumuskan Standard Operating
Procedure.
Yang dimaksudkan dengan tulisan pengalaman terbaik (Best Practice)
Pengawas sekolah adalah tulisan yang dibuat Pengawas sekolah yang berisi
laporan uraian pengalaman nyata Pengawas sekolah dalam memecahkan
berbagai masalah pelaksanaan Kepengawasan dan/atau masalah pengelolaan
yang ada di kelas atau di satuan pendidikan
Di dalam Best Practice, harus secara jelas ditulis tentang hal-hal berikut.
1) Permasalahan yang dihadapi oleh Pengawas sekolah yang terkait dengan
pelaksanaan Kepengawasan yang ada di kelas atau Sekolah binaanya
2) Uraian keterkaitan permasalahan yang dihadapi dengan kajian kepustakaan
yang relevan.
3) Pembahasan tentang bagaimana Pengawas sekolah yang bersangkutan
dalam memecahkan permasalahannya dan uraian hasilnya.
4) Sajian simpulan dan saran.
23
Kegiatan penulisan pengalaman terbaik ini, juga merupakan bagian dari kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang berupa Publikasi Ilmiah berjenis
Tinjauan Ilmiah. Apabila karya tersebut memenuhi persyaratan, dapat
memperoleh angka kredit untuk unsur Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan .Publikasi ilmiah, di antaranya dapat berupa Tinjauan Ilmiah di
bidang kepengawasan. Isi dari publikasi ilmiah tersebut, dapat berupa laporan
dari pengalaman-pengalaman terbaik yang telah dilakukan oleh para Pengawas
sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Dalam pelaksanaan tugasnya,
seharusnya Pengawas sekolah telah memperoleh banyak pengalaman. Di
antara pengalaman-pengalaman itu, tentu ada yang diyakininya sebagai
pengalaman terbaik (Best Practice). Bila pengalaman terbaik tersebut
dipublikasikan, maka akan dapat menjadi pembelajaran yang sangat berharga
bagi Pengawas sekolah yang lain, dan sekaligus juga merupakan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan dari Pengawas sekolah yang menulis.
Tujuan Kegiatan Penulisan Best Practice Pengawas Sekolah
a. Meningkatkan kemauan dan kemampuan Pengawas Sekolah untuk
menuliskan pengalaman terbaiknya dalam bentuk publikasi ilmiah.
b. Menyebarluaskan hasil tulisan pengalaman terbaiknya, melalui berbagai
media dan kegiatan yang lain (seminar, lokakarya, dan lain-lain), agar terjadi
penambahan wawasan bagi Pengawas sekolah yang lain yang pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu profesionalisme Pengawas
sekolah.
c. Membantu Pengawas sekolah dalam melaksanakan pengembangan
keprofesian berkelanjutan, melalui penulisan publikasi ilmiah yang berupa
Tinjauan Ilmiah di bidang kepengawasan yang berisi ungkapan pengalaman
terbaik pengawas sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
24
c) Bab Pembahasan Masalah menguraikan langkah-langkah atau cara-cara
dalam memecahkan masalah yang dituangkan secara rinci. Hal yang
sangat perlu dituliskan adalah bagaimana tindakan, cara, langkah yang
dilakukan oleh Pengawas sekolah yang bersangkutan sehingga kegiatan
tersebut dinyatakan sebagai pengalaman terbaiknya dalam pemecahan
masalah.
Semua uraian tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan harus
didukung (dilampirkan) dengan data yang benar dari satuan pendidikan
binaanya. Hal yang sangat perlu disajikan pada bab ini adalah keaslian
dan kejelasan ide/gagasan terkait dengan upaya pemecahan masalah di
satuan pendidikannya. Uraian ini merupakan inti tulisan best practice.
d) Bab Simpulan dan Saran berisi uraian tentang hal-hal yang dapat dipetik
sarinya dari pengalaman berharga tersebut. Simpulan diikuti dengan
saran atau rekomendasi terhadap pihak terkait.
25
DAFTAR PUSTAKA
26