Anda di halaman 1dari 3

IMMUNOHISTOCHEMISTRY (ICH)

A. Pengertian
Imunohistokimia adalah suatu metode kombinasi dari anatomi,
imunologi dan biokimia untuk mengidentifikasi komponen jaringan yang
memiliki ciri tertentu dengan menggunakan interaksi antara antigen target dan
antibodi spesifik yang diberi label. Imunohistokimia merupakan suatu cara
pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau kadar antibodi atau
antigen dalam sediaan jaringan. Dengan kata lain, imunohistokimia adalah
metode untuk mendeteksi keberadaan antigen spesifik di dalam sel suatu
jaringan dengan menggunakan prinsip pengikatan antara antibodi (Ab) dan
antigen (Ag) pada jaringan hidup. Teknik imunohistokimia bermanfaat untuk
identifikasi, lokalisasi, dan karakterisasi suatu antigen tertentu, serta
menentukan diagnosis, therapi, dan prognosis kanker.
B. Prinsip kerja
1. Perpaduan antara reaksi imunologi dan kimiawi, dimana reaksi imunologi
ditandai adanya reaksi antara antigen dengan antibodi, dan reaksi kimiawi
ditandai adanya reaksi antara enzim dengan substrat.
2. Metode imunohistokimia berdasarkan pada penggunaan suatu antibodi
yang spesifik yang dilabel dengan ikatan kimia pada suatu zat yang dapat
dilihat, tanpa label itu mempengaruhi kemampuan antibodi untuk
membentuk suatu kompleks dengan antigen yang bersangkutan.
3. Pemeriksaan imunohistokimia dimaksudkan untuk mengenali bahan
spesifik tertentu didalam jaringan dengan menggunakan antibodi dan
sistem deteksi yang memungkinkan untuk mengenali bahan spesifik
tersebut secara visual
4. Dengan diketahuinya bahan spesifik tersebut maka dapat menentukan
dengan lebih tepat histogenesisnya

C. Metode ICH
1. Metode direct
a. Menggunakan antibodi primer yang sudah terlabel dan berikatan
kangsung dengan antigen target secara langsung.
2. Metode indirect
a. Menggunakan antibodi primer yang tidak ada labelnya, namun
digunakan juga antibodi sekunder yang sudah memiliki label dan
akan bereaksi dengan IgG dari antibody primer.
D. Prosedur kerja
1. Preparat sudah mengalami proses deparafine
2. Preparat ditetesi Aquades, diinkubasi RT selama 10 menit, aquades
dibuang
3. Preparat ditetesi Phospate Buffer Saline (PBS), diinkubasi RT selama 10
menit, PBS dibuang
4. Preparat ditetesi peroxidase (kit), diinkubasi RT selama 15 menit, tanpa
dibuang
5. Preparat ditetesi PBS, diinkubasi RT selama 5 menit, PBS dibuang,
diulangi lagi 3X
6. Preparat ditetesi 100μL Triton X 1 % + FBS 2 % dalam PBS per blok,
diinkubasi RT selama 45 menit, simpan dalam box dan lembab, tanpa
dibuang.
7. Preparat ditetesi PBS, diinkubasi RT selama 5 menit, PBS dibuang,
diulangi lagi 3X
8. Preparat ditetesi 100μL antibody primer (HSP70) + FBS 10 % dalam PBS
per blok, diinkubasi 400C selama satu malam, simpan dalam box dan
lembab, tanpa dibuang
9. Preparat ditetesi PBS, di inkubasi RT selama 5 menit, PBS dibuang,
diulangi lagi 3X
10. Preparat ditetesi 100μL antibodi sekunder (Biotynlated biasanya warna
kuning) per blok, di inkubasi RT selama 2 jam, simpan dalam box dan
lembab, tanpa dibuang
11. Preparat ditetesi PBS, di inkubasi RT selama 5 menit, PBS dibuang,
diulangi lagi 3X
12. Preparat ditetesi 100μL conjugate (strepavidin biasanya warna merah) per
blok, di inkubasi RT selama 40 menit, simpan dalam box dan lembab,
tanpa dibuang
13. Preparat ditetesi PBS, di inkubasi RT selama 5 menit, PBS dibuang,
diulangi lagi 3X
14. Preparat ditetesi 50 μL DAB per blok, di inkubasi RT selama 20 menit,
simpan dalam box dan lembab, DAB dibuang, (bisa diamati di mikroskop)
15. Preparat ditetesi PBS, di inkubasi RT selama 5 menit, PBS dibuang,
diulangi lagi 3X
E. Contoh implementasi
1. Pemeriksaan imunohistokimia pada tumor payudara
Pemeriksaan dengan Pewarnaan Tumor
a. Estrogen Receptor (ER),
Tingkat ekspresi reseptor estrogen dalam tumor payudara merupakan
indikator yang sangat berguna dalam memprediksi respons kanker
payudara terhadap terapi endokrin
b. Progesterone Receptor (PR),
Tingkat reseptor progesteron dalam tumor kanker payudara juga
secara rutin dievaluasi. Biasanya, karena ekspresi progesteron sangat
tergantung pada tingkat reseptor estrogen, sangat jarang ditemukan
tumor PR positif dengan ER negatif (1%). Kanker payudara dengan
kadar ER tinggi, tetapi kadar PR rendah lebih umum. Respons
terhadap terapi endokrin lebih baik bila keduanya terbukti mengalami
peningkatan
c. Human Epidural Growth Factor-2 (HER2/neu)
HER2 adalah onkogen yang telah diidentifikasi sebagai indikator yang
valid terhadap prognosis kanker payudara. Overekspresi HER2
cenderung mengarah pada tingkat kekambuhan yang lebih tinggi pada
kanker payudara dan harapan hidup yang lebih buruk. Amplifikasi dan
overekspresi HER2 ditemukan pada sekitar 15% dari semua kanker
payudara. Wanita dengan tumor payudara HER2 mendapatkan
manfaat signifikan dari pengobatan anti-HER2. Dengan demikian,
HER2 harus dinilai dalam hampir setiap kasus baru kanker payudara

Anda mungkin juga menyukai