Anda di halaman 1dari 13

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun
kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di
laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung),
akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau,
uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu
siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah
(runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Pengelolaan sumber daya
air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta
privatisasi dan bahkan menyulut konflik (Martino, 2003).
Kurang memadainya sarana dan prasarana kebersihan di suatu wilayah
pemukiman akan sangat berdampak besar pada kualitas lingkungan dan kesehatan
di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan keberadaan prasarana lingkungan
merupakan kebutuhan yang paling penting yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Artinya
prasarana dasar dalam satu unit lingkungan adalah syarat bagi terciptanya
kenyamanan hunian. Tingkat kenyamaman seseorang dalam bertempat tinggal
ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan, termasuk juga prasarana lingkungan,
karena prasarana lingkungan merupakan kelengkapan fisik lingkungan yaitu
tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan (Wulandari, 2014).
Manajemen pengolahan air limbah bertujuan untuk membuat seluruh
proses pengolahan menjadi lebih baik. Proses ini melibatkan unsure mekanis,
biologis, kimiawi serta manusia, yang semuanya harus memenuhi standar yang
tepat agar sistem pengolahan dapat berjalam secara efektif dan terpercaya.
Apabila terjadi ketidaksesuaian pada slah satu unsure tersebut, maka proses
pengolahan dapat menjadi tidak efisien dan memakan biaya perawatan yang lebih
besar. Dalam kondisi terburuk, proses pengolahan dapat gagal sepenuhnya dan
berujung pada tidak terpenuhnya izin lingkungan atau kondisi air yang berkualitas
buruk (Damen, 2015).
2

Suatu karakteristik tertentu, buangan air limbah ke sungai, danau, laut dan
lain-lain, akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu,
pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) mengenai baku mutu air limbah yang dibuang ke badan air.
Semula peraturan yang ada hanya berbentuk “Baku Mutu Effulen Standar –
Departemen Kesehatan”, yang sangat umum sifatnya. Kemudian disempurnakan
dalam PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air (Hindarko, 2003).
Berkembangnya agroindustri hasil perikanan selain membawa dampak
positif yaitu sebagai penghasil devisa, memberikan nilai tambah dan penyerapan
tenaga kerja, juga telah memberikan dampak negatif yaitu berupa buangan
limbah. Limbah hasil dari kegiatan tersebut dapat berupa limbah padat dan limbah
cair. Terlepas dari usaha-usaha untuk mendaur ulang (recycle) dan penggunaan
ulang (re-use) limbah sisa produksi tersebut, limbah cair yang dibuang ke badan
air masih mengandung nutrien organik yang cukup tinggi. Kandungan nutrien
organik yang tinggi ini apabila berada dalam badan air akan menyebabkan
eutrofikasi pada perairan umum (Ibrahim, 2005).

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pengendalian
buangan air limbah.
2. Untuk mengetahui cara pengolahan buangan air limbah untuk dimanfaatkan
kembali oleh berbagai kegiatan pertanian, peternakan dan perikanan.
3. Untuk mengetahui manajemen pemanfaatan kembali buangan air limbah yang
telah diolah.

Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi bagi
pihak yang membutuhkan serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang
pemanfaatan kembali buangan air limbah agar dapat digunakan dalam berbagai
kegiatan lainnya.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Air Limbah Buangan


Limbah merupakan sumber daya alam yang telah kehilangan fungsinya,
yang keberadaannya mengganggu kenyamanan dan keindahan lingkungan.
Limbah dihasilkan dari sisa proses produksi baik industry maupun
domestik/rumah tangga. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
usaha atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama. Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa tinja, air seni,
limbah kamar mandi dan juga sisa kegiatan dapur rumah tangga. Jumlah air
limbah yang dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya jumlah
penduduk dengan segala kegiatannya. Apabila jumlah air yang dibuang berlebihan
melebihi dari kemampuan alam untuk menerimanya maka akan terjadi kerusakan
lingkungan (Wulandari, 2014).
Karakteristik fisik air limbah meliputi jumlah zat padat terlarut, bau, suhu,
berat jenis dan warna. Karakteristik kimiawi air limbah meliputi bahan organik
dalam air limbah (protein, karbohidrat, lemak dan minyak, surfaktan, peptisida),
senyawa anorganik dalam air limbah (pH, alkalinitas, klor, nitrogen, phospor,
logam berat dan senyawa beracun). Sedangkan karakteristik biologis dari air
limbah meliputi jamur, ganggang, organism pathogenik (Hindarko, 2003).
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan
baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya
menggunakan sistem saluran tertutup dengan menggunakan pipa yang berfungsi
menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor yang nantinya di salurkan ke
saluran utama atau saluran drainase. Lingkungan yang rusak akan menyebabkan
menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal pada lingkungannya itu
sendiri sehingga oleh karenanya perlu dilakukan penanganan air limbah yang
seksama dan terpadu baik itu dalam penyaluran maupun pengolahannya
(Wulandari, 2014).
Pemantauan rutin dan penilaian kualitas air merupakan dua hal penting
oleh lembaga pengawasan. Data kualitas air yang dikoleksi harus benar-benar
4

dinilai dan dievaluasi dengan tujuan pengelolaan yang efektif dengan


pertimbangan kesehatan manusia dan perlindungan lingkungan. Pemantauan
kualitas air yang efekti dan efisien jika benar-benar melalui suatu perencanaan dan
diimplementasikan. Perencanaan yang matang harus dilakukan sebelum
pengumpulan data untuk memastikan bahwa parameter kualitas air disesuaikan
dengan tujuan yang diinginkan.
Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air
limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan
kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik. Air buangan
industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis industri akibat
proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai
dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain:
nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam
berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini,
agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.

Kualitas dan Kriteria Mutu Air


Untuk melestarikan fungsi air maka pemerintah menerbitkan peraturan
untuk pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dalam PP No. 82
Tahun 2001, dan mengklasifikasikan air menjadi 4 (empat) kriteria mutu:
a Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
b Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
c Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
5

d Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi


pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

Peraturan Pemerintah tentang Daur Ulang Air Limbah


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2011 tentang
pedoman penggunaan daur ulang air limbah adalah sebagai berikut:
1. Daur ulang air limbah adalah upaya pemrosesan air buangan yang berasal dari
rumah tangga, kelompok pengguna dalam jumlah besar, hotel, rumah sakit,
industri dan penggunaan air lainnya sehingga dapat digunakan kembali sesuai
keperluan.
2. Penggunaan air berulang adalah pemanfaatan kembali air yang pernah dipakai
untuk berbagai kegiatan.
3. Pengguna adalah perseorangan, kelompok masyarakat pemakai air, badan
sosial, pelaku usaha, atau badan usaha yang menggunakan sumber daya air
berupa penggunaan sumber daya air dan prasarananya sebagai media,
penggunaan air dan daya air sebagai materi, penggunaan sumber air sebagai
media, atau penggunaan air, sumber air, dan/atau daya air sebagai media dan
materi.
4. Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pengelolaan sumber daya air.
5. Institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya
air adalah unit pelaksana teknis pengelola sumber daya air tingkat pusat dan
daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang pengelolaan sumber
daya air dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di bidang pengelolaan
sumber daya air.
6. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
6

STUDI KASUS

Penanganan Air Buangan Limbah


Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang tinggi.
Tingkat pencemaran limbah cair industri pengolahan perikanan sangat tergantung
pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang diolah. Jumlah debit air limbah
pada efluen umumnya berasal dari proses pengolahan dan pencucian. Setiap
operasi pengolahan ikan akan menghasilkan cairan dari pemotongan, pencucian,
dan pengolahan produk. Cairan ini mengandung darah dan potongan-potongan
kecil ikan dan kulit, isi perut, kondensat dari operasi pemasakan, dan air
pendinginan dari kondensor (Ibrahim, 2005).
Menurut Wulandari (2014) Pengolahan air limbah dapat dibedakan dalam
tiga jenis yaitu secara fisika, kimia dan biologi. Ketiga jenis proses ini bertujuan
mengubah sifat buangan kedalam bentuk yang lebih mudah diterima seperti sifat
racun berkurang, konsentrasi lebih rendah, volume berkurang dan sebagainya.
Secara lebih spesifik, ketiga cara pengolahan air limbah adalah sebagai berikut :
1. Pengolahan secara fisika: pengayakan, pengendapan, penjernihan, pengadukan
cepat, penyaringan, evaporasi dan destilasi, stripper dan proses osmosis
2. Pengolahan secara kimia: netralisasi, presipitasi, koagulasi dan flokulasi,
oksidasi dan reduksi serta desinfeksi.
3. Pengolahan secara biologi: sistem aerobik (kolam oksidasi, lumpur aktif,
penambahan oksigen, trickling filter, lagon), sistem anaerobik (septik tank).
Penanganan limbah cair perikanan seperti penambahan nutrisi (umumnya
adalah nitrogen dan fosfor) sangat jarang terjadi, akan tetapi adanya oksigen
merupakan hal penting untuk suksesnya penanganan limbah cair ini. Proses aerob
yang sering terjadi adalah sistem lumpur aktif, laguna, trickling, filter, dan
rotating disc contactor. Kolam aerasi saat ini paling banyak diterapkan oleh
industry perikanan karena paling sederhana dan dianggap murah. Akan tetapi
kualitas limbah yang dihasilkan tidak menjamin sesuai dengan baku mutu yang
ditentukan dan sulit untuk di kendalikan (Oktavia dkk., 2012).
Kualitas air limbah perikanan pada umumnya mengandung banyak
kotoran-kotoran yang tersuspensi maupun terlarut dalam air yang secara alami
7

dapat mengganggu penggunaan air untuk tujuan-tujuan tertentu. Parameter-


parameter yang digunakan untuk pengukuran kualitas air, meliputi parameter
kimia, fisika dan biologi. Parameter fisika merupakan parameter kualitas air yang
dapat diamati secara langsung, seperti kekeruhan, warna air, bau dan suhu.
Parameter kimia meliputi, alkalinitas, keasaman, karbohidroksida, kesadahan,
ammonia, nitrat, fosfor dan nitrogen. Sedangkan parameter biologi pada air
limbah dilakukan dengan pengamatan populasi organisme mikro, seperti
tumbuhan perintis, bakteri, protozoa dan ganggang hijau (Ayuwanjani, 2008).

Teknologi Manajemen Buangan Air Limbah


Pengolahan air limbah secara garis besar dapat dibagi atas pemisahan
padatan tersuspensi, pemisahan senyawa koloid, serta penghilangan senyawa
polutan terlarut. Ditinjau dari jenis prosesnya dapat dikelompokkan menjadi:
proses pengolahan secara fisika, proses secara kimia, proses secara fisika-kimia
serta proses pengolahan secara biologis. Ditinjau dari urutannya proses
pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi beberapa tahapan proses, yaitu
pengolahan primer, pengolahan skunder, dan pengolahan tersier atau pengolahan
lanjut.

Gambar 1. Proses Manajemen Pengelolaan Air Limbah


1. Pengolahan primer: untuk menghilangkan padatan tersuspensi, koloid, serta
penetralan yang umumnya menggunakan proses fisika atau kimia.
2. Pengolahan sekunder: proses untuk menghilangkan senyawa polutan organik
terlarut yang umumnya dilakukan secara proses biologis. Proses pengolahan air
8

limbah secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobik (dengan
udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi aerobik-anaerobik.
3. Proses pengolahan lanjut: untuk menghasilkan air olahan dengan kualitas yang
lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Prosesnya dapat dilakukan baik
secara biologis, fisika, kimia atau kombinasi ketiganya (Qasim, 1985).
Teknologi yang digunakan dalam proses pengolahan air limbah khususnya
yang mengandung polutan senyawa organik sebagian besar menggunakan
aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan organik tersebut.
Proses pengolahan air limbah dengan aktivitas mikroorganisme ini biasa disebut
dengan Proses Biologis.
Ada beberapa teknik pengolahan air limbah secara biologis, yakni:
1. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan biakan tersuspensi
(Suspended Culture), yaitu: Sistem pengolahan dengan menggunakan aktivitas
mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan
mikroorganisme yang digunakan dibiakkan secara tersuspensi di dalam suatu
reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain:
proses lumpur aktif standar atau konvensional (standard activated sludge),
sistem aerasi berlanjut (extended aeration), sistem aerasi bertingkat (step
aeration), sistem stabilisasi kontak (contact stabilization), kolam oksidasi
sistem parit (oxidation ditch).
2. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan biakan melekat (attached
culture), yaitu: Proses pengolahan limbah di mana mikroorganisme yang
digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut
melekat pada permukaan media. Beberapa contoh teknologi pengolahan air
limbah dengan cara ini antara lain: biofilter tercelup, reaktor kontak biologis
putar (rotating biological contactor, RBC) dan aerasi kontak (contact aeration).
3. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem lagoon atau kolam,
yaitu: Sistem pengolahan dengan menampung air limbah pada suatu kolam
yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktivitas
mikroorganisme yang tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam
air akan terurai. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara
ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond) (Said, 2004).
9

Pengolahan Air secara Sederhana


Koagulasi merupakan proses dimana bahan kimia (koagulan) ditambahkan
ke sistem pengolahan air (minum atau limbah) untuk membentuk partikel/ materi
halus menjadi partikel yang berukuran lebih besar sehingga dapat mengendap
dengan cepat. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan
terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang
diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan
sekitar.

Gambar 2. Proses Koagulasi Pengolahan Air Limbah


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain:
1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan
kesadahan;
2. Jumlah dan karakteristik koloid;
3. Derajat keasaman air (pH);
4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle;
5. Temperatur air;
6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur;
7. Karakteristik ion-ion dalam air.
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk
mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses
koagulasi.Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan
serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin
lamamakin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan
10

faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka
gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai
gradient terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat
tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan.

Gambar 3. Proses Flokulasi Pengolahan Air Limbah


Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan
solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan
konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi.

Gambar 4. Proses Sedimentasi


Sedangkan sedimentasi pada pengolahan air minum ditujukan untuk:
a. Pengendapan air permukaan untuk penyisihan partikel diskret khususnya pada
pengolahan dengan filter pasir cepat
b. Pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring
dengan filter pasir cepat
11

c. Pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda-kapur pada proses penurunan


kesadahan
d. Pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan dengan oksidasi.
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun
gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori
lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan
koloid. Pada pengolahan air minum, Filtrasi digunakan untuk menyaring air hasil
dari proses koagulasi – flokulasi – sedimentasi sehingga dihasilkan air minum
dengan kualitas tinggi. Di samping mereduksi kandungan zat padat filtrasi dapat
pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa bau, besi dan
mangan.

Gambar 6. Proses Filtrasi


Setelah proses filtrasi air akan melewati tekanan air di hidrofor
(pemompaan) dan air bersih akan ditampung masuk kedalam reservoir. Reservoir
ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum
didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi dan diletakkan di tempat dengan
elevasi tinggi. Pembuangan limbah akan dialirkan melalui pipa kecil dan
dikumpulkan dalam wadah penampungan limbah. Air dari reservoir siap untuk
didistribusikan melalui pipa-pipa ke tiap daerah distribusi untuk dapat digunakan
dalam kegiatan manusia seperti keperluan air minum, budidaya, pertanian,
peternakan untuk mengairi pertamanan.
12

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebgai berikut:
1. Manajemen pengolahan air limbah bertujuan untuk membuat seluruh proses
pengolahan menjadi lebih baik. Proses ini melibatkan unsure mekanis, biologis,
kimiawi serta manusia, yang semuanya harus memenuhi standar yang tepat
agar sistem pengolahan dapat berjalam secara efektif dan terpercaya.
2. Tujuan lain pengolahan limbah cair adalah mengurangi dan menghilangkan
pengaruh buruk limbah cair bagi kesehatan manusia dan lingkungannya dan
meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan dan
atau pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan hidup manusia dan
lingkungannya.
3. Pengolahan air limbah secara garis besar dapat dibagi atas pemisahan padatan
tersuspensi, pemisahan senyawa koloid, serta penghilangan senyawa polutan
terlarut. Ditinjau dari jenis prosesnya dapat dikelompokkan menjadi: proses
pengolahan secara fisika, proses secara kimia, proses secara fisika-kimia serta
proses pengolahan secara biologis.

Saran
Saran dari penulisan makalah ini adalah sebaiknya dilakukan pengolahan
air buangan limbah dengan baik dan benar agar dapat digunakan kembali oleh
masyarakat dengan meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan,
pembuangan dan atau pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan hidup manusia
dan lingkungannya.
13

DAFTAR PUSTAKA

Anzuda dan Adri. 2006. Perencanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat
Studi Kasus Perumahan PT Pusri Palembang. Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Sriwijaya.

Grady, C. P. L.Jr.; dan H. Lim. 1980. Biological Wastewater Treatment. Theory


and Applications. Marcel Dekker Inc., New York.

Ibrahim, B. 2005. Kaji Ulang Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Hasil
Perikanan Secara Biologis dengan Lumpur Aktif. Buletin Teknologi Hasil
Perikanan, 7(1) : 31-42.

Metcalf & Eddy. 2004. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse.
McGrawHill, New York.

Oktavia, D. A., D. Mangunwijaya dan S. Wibowo. 2012. Pengolahan Limbah


Perikanan Menggunakan Konsorsium Indigenous Protoleatik dan Lipoltik.
Jurnal Agrointek, 6(2) : 65-72.

Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum tentang Pedoman Penggunaan


Sumberdaya Air. 2011.

Said, N. I. 2008. Pengolahan Air Limbah Domestik di DKI Jakarta : Tinjauan


Permasalahan, Strategi dan Teknologi Pengolahan. Pusat Teknologi
Lingkungan, BPPT. Jakarta Pusat.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan AirLimbah. UI, Jakarta.

Taurini, A dan Putri. 2014. Perencanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat
(On Site) dengan Terpusat (Studi Kasus di Perumahan PT. Pertamina Unit
Pelayanan III Plaju – Sumatra Selatan). Universitas Sriwijaya.

Veranita, D. 2001. Studi Tentang Karakteristik Limbah Cair Industri Pengolahan


Tuna Beku di PT. Indomaguro Tunas Unggul, Jakarta. Skripsi. Jurusan
THP FKIP-IPB. Bogor.

Wahyuni dan Sri.,2011. Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah. PT Agro


Media Pustaka, Jakarta.2011.

Wulandari, P. R. 2014. Perencanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat


(Studi Kasus di Perumahan PT. Pertamina Unit Pelayanan III Plaju. Jurnal
Teknik Sipil dan Lingkungan, 2(3) :1-11. ISSN: 2353-374X.
Zayed G dan J Winter. 1998. Removal of Organic Pollutants and of Nitrate From
Wastewater from the Dairy Industry by Denitrification. Appl Microbiol
Biotechnol 49: 469-474.

Anda mungkin juga menyukai