Anda di halaman 1dari 20

KASUS NON PSIKOTIK

Seorang wanita 41 tahun dengan F41.2 Gangguan Campuran Anxietas

Dan Depresif

1
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi : Seorang Wanita dengan F41.2 Gangguan

Campuran Anxietas Dan Depresif

Telah disetujui dan disahkan pada

Tanggal......... Bulan............... 2016

2
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sragen
Tanggal pemeriksaan : 16 September 2016

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Alloanamnesis didapat dari Tn. S, 43 tahun, suami, STM, wiraswasta,
tinggal serumah, Nn. N, 19 tahun, anak 1, SMK, belum bekerja, tinggal
serumah.
A. KELUHAN UTAMA
Cemas
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien berobat ke RSJD karena pasien merasa cemas. Timbulnya
cemas secara tiba-tiba dan bisa berlangsung dalam satu hari atau berhari-
hari. Bila cemas pasien merasakan dada berdebar, kepala sakit, keringat
dingin, perut terasa mual, tenggkuk pegel, badan tidak nyaman, malas
melakukan aktivitas, hilang semangat, selera makan menurun, tidak ingin
bertemu orang-orang, tidak berani pergi keluar sendirian, ingin suami
selalu menemani, gelisah dan sulit tidur. Pasien sering mencemaskan hal-
hal yang belum tentu terjadi. Pasien menjadi ragu-ragu dan malas, tidak
ada semangat dan seperti tidak ada harapan.
Hal ini terjadi karena tiga bulan yang lalu tepatnya bulan April
2016, pasien tiba-tiba merasakan cemas dan takut karena mendengar berita
tetangganya tiba-tiba bunuh diri dengan menceburkan diri ke sumur. Pagi

3
hari sebelum kejadian pasien masih melihat tetangganya itu lewat depan
rumah pasien. Sejak saat itu kecemasan pasien mulai timbul kembali.
Pasien kawatir dan takut bila nanti meninggalnya seperti tetangganya.
Padahal pasien sudah mulai berusaha untuk rajin beribadah karena pasien
merasa banyak kesalahan dan kurang beribadah sebelumnya. Pasien selalu
membayangkan hal buruk akan terjadi pada dirinya sementara anak-
anaknya masih memerlukan kehadiran pasien.
Pada Agustus 2015 pasien mulai berobat ke RSJD atas saran dari
dokter karena pasien sering cemas dan takut menjadi gila. Saat itu pasien
menjadi gelisah, tidak tenang, tidak bisa tidur, cemas, sedih. Sering
mengeluh sakit perut, dada berdebar, keringat dingin, takut berada diantara
banyak orang, hilang semangat dan harapan, kepala sering sakit, nafsu
makan sangat menurun, pekerjaan rumah tidak bisa diselesaikan. Keluhan
ini muncul sejak pasien menderita sakit yang lama sekitar 6 bulan. Pasien
sudah berobat ke beberapa dokter dan beberapa kali dirawat dengan
keluhan sakit perut. Menurut hasil pemeriksaan pasien menderita demam
tipes. Pasien merupakan orang yang sangat memperhatikan kesehatannya.
Pasien sempat berganti-ganti dokter dan rumah sakit untuk memeriksaan
keluhannya saat itu. Menurut dokter sakitnya sudah banyak perbaikan
tetapi pasien tetap merasakan sakit. Beberapa pemeriksaan penunjang
seperti USG dan teropong sudah dilakukan dan hasilnya normal, tetapi
pasien masih cemas. Pasien sejak berobat ke RSJD keluhan pasien
berangsur-angsur menghilang, pasien bisa kembali melakukan aktifitasnya
sehari-hari dengan baik, pola makan, tidur dan konsentrasi pasien mulai
membaik. Pasien berobat rutin sampai 4 bulan setelah itu pasien
memutuskan untuk tidak control kembali karena keluhannya sudah
menghilang dan pasien sudah kembali beraktifitas secara normal.
Perasaan cemas pasien ini muncul sejak 1 tahun sebelumnya,
sekitar awal tahun 2014 karena mendengar teman pasien tiba-tiba terkena
serangan stroke. Pasien syok mendengar kabar itu karena pasien mengenal
dan dekat dengan temannya itu. Pasien lalu memikirkan bila hal itu

4
menimpa dirinya, bagaimana nanti nasibnya dan keluarganya bila pasien
jatuh sakit sementara anaknya masih sangat membutuhkan perhatiannya.
Pasien mulai ada gangguan tidur, gangguan makan, gangguan konsentrasi,
aktifitas sosial mulai berkurang, mudah lelah, mudah sedih dan
tersinggung.
Hal ini pernah dirasakan pasien sekitar 15 tahun yang lalu saat
anak pertama pasien berusia 3 tahun tiba-tiba sakit demam. Pasien sudah
membawa ke dokter tetapi tidak sembuh-sembuh. Akhirnya diketahui
bahwa anaknya menderita radang otak. Pasien bingung dan sedih karena
sebelumnya anak pasien sehat-sehat saja dan pasien memperhatikan
dengan baik. Anak pasien berobat rutin sampai 3 tahun dan mengalami
perbaikan bahkan bisa sembuh tetapi meninggalkan cacat fisik yaitu
tangan dan kaki kirinya tidak normal. Walaupun anak pasien ini bisa
bersekolah dan menyelesaikan pendidikan SMK tanpa kesulitan, pasien
merasa iba akan bagaimana keadaanya nanti.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Riwayat Kondisi Medis Umum
Riwayat hipertensi : tidak ada
Riwayat diabetes melitus : tidak ada
Riwayat kejang : tidak ada
Riwayat trauma kepala : tidak ada
2. Riwayat Ganguan Psikiatri
Saat anak pertama pasien berusia 3 tahun dan menderita kelainan
radang otak, pasien merasa cemas dan sedih karena melihat kondisi
anaknya.
3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif Lain : tidak ada

5
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Belum didapatkan sumber alloanamnesis yang adekuat. Menurut cerita
pasien, pasien lahir normal, ditolong oleh dukun bayi. Pasien tidak
mengetahui apakah ada kelainan selama ibunya hamil atau saat
melahirkan.
B. Riwayat Masa Kanak Awal (0 – 3 tahun)
Tidak didapatkan informasi yang adekuat. Pasien mengatakan bahwa tidak
pernah mendengar cerita tentang adanya kelainan dibandingkan anak lain
pada usia ini.
C. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4 – 11 tahun)
Sebagai anak bungsu, pasien merasa sangat disayang dan diperhatikan
oleh orang tua dan kakak pasien, pasien tidak mengalami kesulitan saat di
usia ini. Pasien anak yang rajin dan riang. Pasien tumbuh menjadi anak
yang ceria dan senang melakukan aktivitasnya.
D. Riwayat Masa Kanak Akhir sampai Remaja
Pasien merasa bisa melewati masa ini dengan baik tanpa ada kesulitan,
punya banyak teman, semangat, riang, punya kemauan yang kuat,
bersemangat dan keras.
E. Riwayat Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien tidak pernah tinggal kelas, tamat SMP
2. Riwayat Pekerjaan
Setelah tamat pasien bekerja di Surabaya di pabrik sebagai karyawati,
prestasi bekerja seperti yang lain. Selama bekerja tidak mengalami
kesulitan baik dengan teman atau pimpinan.
3. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah dengan lelaki pilihan sendiri. Pasien mengenal
suaminya sejak masih bekerja. Pasien tertarik karena suaminya lelaki
yang sabar seperti ibu pasien. Setelah menikah sifat pasien yang keras

6
sering memicu pertengkaran tetapi suami pasien lebih penyabar dan
lebih banyak mengalah.
4. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam. Saat ini pasien rajin menjalankan ibadah
karena takut akan kematiannya akan seperti apa.
5. Riwayat Psikoseksual
Tidak didapatkan riwayat hubungan seksual di luar nikah. Tidak
didapatkan riwayat pendidikan seksual.
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Tidak pernah berurusan dengan polisi karena pelanggaran hukum.
7. Riwayat Aktivitas Sosial
Saat ini pasien jarang ikut kegiatan karena pasien kadang timbul rasa
malas bertemu orang-orang, pasien juga tiba-tiba kadang timbul cemas
yang tidak diketahui sebabnya.
8. Riwayat Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama suami dan kedua anak pasien. Pasien tinggal
dirumah milik sendiri dan mempunyai usaha batik di rumahnya.
Kebutuhan rumah tangga dipenuhi dari penghasilannya dan suami.
9. Persepsi dan Harapan Keluarga Pasien
Keluarga pasien berpendapat keluhan pasien ini berasal dari pikira
pasien. Suami pasien selalu memberikan semangat dan dukungan
supaya istrinya bisa cepat sembuh. Suami tidak mengetahui
sebenarnya apa yang menjadi beban pikiran pasien karena semua
keinginan pasien selalu dituruti.
10. Persepsi Pasien Tentang Sakitnya
Pasien tidak mengetahui mengapa pasien merasa seperti ini, pasien
cemas dan kawatir bila nanti meninggal dalam keadaan yang tidak
baik. Pasien ingin bisa kembali seperti sebelumnya.

7
F. Riwayat Keluarga
Genogram

Tanda untuk laki-laki


Tanda untuk perempuan
Tanda untuk pasien
Tanda untuk meninggal

IV. EVALUASI KELUARGA


A. Susunan Keluarga
Pasien sudah menikah dengan suami selama 20 tahun dan mempunyai 2
orang anak, perempuan dan laki-laki. Keadaan Sosial Ekonomi Sekarang
Kondisi ekonomi pasien termasuk keluarga dengan ekonomi menengah.
Kebutuhan ekonomi berasal dari penghasilan suami usaha beras, dan dari
penghasilan pasien usaha batik. Saat ini pasien tinggal berempat di rumah
milik pasien.
B. Fungsi Subsistem
1. Subsistem suami - istri
Menurut suami pasien, pasien adalah orang yang temperamental,
mudah marah bila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya
dan suaminya yang lebih banyak mengalah, tetapi sekarang pasien
berubah lebih sering mengalah dan menurut pada suami.
2. Subsistem orang tua – anak
Pasien dekat dengan kedua anaknya, tetapi pasien lebih merasa iba
kepada anak pertamanya karena kondisi fisik yang diderita anak
pertamanya. Pasien cemas dan merasa kasihan melihat cacat fisik
anaknya. Pasien memikirkan masa depan anaknya dan kadang-kadang

8
juga muncul rasa sedih karena anaknya mempunyai sifat yang keras
dan sulit menerima pendapat pasien.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (16-09-2016)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang wanita, sesuai usia, perawatan diri cukup, pasien tampak
kurang tenang dan gugup.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Gelisah, sedikit-sedikit bergerak membetulkan duduknya.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak mata adekuat, kontak verbal dan nonverbal adekuat dan pasien
cukup kooperatif. Secara umum pasien menjawab pertanyaan dengan
jawaban relevan dan spontan.
B. Kesadaran
Kuantitatif : kompos mentis
Kualitatif : tidak berubah
C. Mood dan Afek
Mood : cemas dan sedih
Afek : cemas
Keserasian : serasi
Empati : dapat dirabarasakan
D. Gangguan persepsi
Halusinasi : tidak ada
Ilusi : tidak ada
Derelisasi : tidak ada
Depersonalisasi : tidak ada
E. Pikiran
Bentuk : realistik
Isi : preokupasi pada sakitnya
Arus : koheren

9
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Orientasi
 waktu : baik
 tempat : baik
 orang : baik
 situasi : baik
2. Daya ingat
 jangka pendek : baik
 jangka menengah : baik
 jangka panjang : baik
3. Konsentrasi dan perhatian: baik
4. Kemampuan visuospasial : baik
5. Pikiran abstrak : baik
6. Intelegensi dan kemampuan informasi : baik
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik
G. Pengendalian Impuls : baik
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya nilai sosial : baik
2. Daya nilai realitas : baik
3. Tilikan diri / insight : derajat 4
I. Taraf dapat dipercaya : secara keseluruhan dapat dipercaya

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internus
Keadaan umum tampak sehat, conjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik.
B. Status Neurologis
Tidak didapatkan tremor di ekstremitas.
C. Laboratorium dan Radiologi
Tidak dilakukan

10
VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang wanita 41 tahun. Dari anamnesis
didapatkan adanya keluhan cemas dan sedih. Pasien merasa sering cemas
sejak 2 tahun yang lalu. Perasaan cemas dan sedih ini disertai gangguan
tidur, gangguan fisik, gangguan konsentrasi, gangguan aktifitas sosial.
Keluhan ini dirasakan pasien hamper sepanjang hari, berupa perasaan
cemas, was-was, kawatir, perit sakit, dada berdebar, malas, hilang
semangat, sulit tidur, gelisah, keringat dingin. Keluhan ini memberat saat
ada tetangga pasien yang meninggal bunuh diri.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang wanita
perawatan diri baik, pasien tampak cemas psikomotor tampak gelisah,
kontak mata adekuat, menjawab pertanyaan dengan jawaban spontan,
relevan, dan menjawab semua pertanyaan pemeriksa. Kesadaran
kuantitatif compos mentis, kesadaran kualitatif tidak berubah. Tidak
didapatkan gangguan persepsi. Mood cemas dan sedih, afek cemas,
appropriate. Proses pikir realistik, isi pikir preokupasi pada sakitnya, arus
koheren . konsentrasi dan perhatian baik. Penilaian realita tidak terganggu.
Tilikan derajat 4.
Dari pemeriksaan neurologis tidak didapatkan kelainan. Dari
pemeriksaan internis sudah tidak didapatkan kelainan.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan pola perilaku dan
psikologis yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu
penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang biasa dan fungsi pekerjaan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita gangguan jiwa.
Dari hasil pemeriksaan neurologis dan internis tidak didapatkan
kelainan. Dari anamnesis tidak ditemukan riwayat penggunaan zat
psikoaktif, sehingga diagnosis Gangguan Mental Terkait-Zat (Substance-
Related Disorder) dapat disingkirkan.

11
Berdasarkan anamnesis tidak ditemukan adanya gangguan persepsi
dan gangguan dalam menilai realitas sehingga blok diagnosis Gangguan
Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, dan Gangguan Waham menetap dapat
disingkirkan.
Pada pasien ini terdapat komponen mood/afektif yang menonjol
yaitu mood sedih dan cemas serta afek yang cemas. Pada pasien juga
didapatkan anergia, anhedonia, gangguan tidur, dan dari riwayat
didapatkan konsentrasi dan perhatian yang terganggu, sehingga gangguan
suasana perasaan (mood/afektif) belum dapat disingkirkan.
Pada pasien didapatkan adanya rasa cemas dan adanya stres
psikologis yang menimbulkan gangguan pada fungsi peran dan sosial
pasien sehingga kelompok gangguan neurotik, gangguan somatoform dan
gangguan terkait stres belum dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala depresi menurut PPDGJ III yaitu adanya anergia, anhedonia,
gangguan tidur, dan dari riwayat didapatkan konsentrasi dan perhatian
yang terganggu serta adanya rasa cemas dan adanya stres psikologis yang
menimbulkan gangguan pada fungsi peran dan sosial pasien. Dengan
adanya rasa cemas dan depresi pada pasien ini yang berlangsung dalam
episode yang sama maka sebagai diagnosis pada aksis I dimasukkan
sebagai F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresif.
Adanya keluhan fisik yang dirasakan pasien berupa perut sakit,
dada berdebar, badan mudah lelah yang berlangsung kambuh – kambuhan
dan meningkat dengan adanya stresor maka pada diagnosis banding bisa
dimasukkan sebagai F45.0 Gangguan somatisasi. Gangguan tersebut
berlangsung selama lebih dari 2 tahun, diawali dengan suatu keadaan yang
menimbulkan stres dengan gejala yang muncul berupa campuran ansietas
dan depresif, gangguan tingkah laku disertai adanya disabilitas dalam
kegiatan rutin sehari-hari sehingga diagnosis F43.21 Gangguan
Penyesuaian dengan reaksi depresif berkepanjangan.

12
Berdasarkan riwayat premorbid, hubungan interpersonal, minat,
emosional dan penggunaan waktu luang, pada pasien ini didapatkan
riwayat premorbid cenderung keras, punya kemauan yang kuat, teliti, dan
sedikit kaku dalam memaksakan kehendak, maka aksis II adalah ciri
kepribadian anankastik
Pada aksis III tidak didapatkan diagnosis. Pada pasien ini adanya
masalah penyakit yang dirasakan pasien dan masalah keluarga
memunculkan gangguan jiwa maka pada aksis IV masalah penyakit dan
keluarga.
Aksis V: skala GAF saat ini : 60 – 51 (gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang). Adapun skala GAF HLPY : 80 – 71 (gejala sementara
dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll).

IX. FORMULASI PSIKODINAMIK


Actifating life event (ALE) yang terjadi pda pasien ini adalah saat
anak pertama pasien yang saat itu berusia 3 tahun tiba-tiba sakit dan
diketahui menderita radang otak. Pasien merasa kasihan dan cemas akan
keadaaan anaknya. Adanya stressor ini direpresi oleh pasien. Pasien
mudah tersinggung, dan marah. Rasa marah ini karena pasien takut dan
cemas kehilangan orang yang dicintai. Mekanisme pembelaan ego yang
kurang tepat ini menjadi dasar munculnya kecemasan. Kecemasan tersebut
dikonversikan dalam wujud somatic yaitu gangguan tidur, gangguan
konsentrasi, keluhan perut dan badan mudah lelah.
Faktor kepribadian pasien yang cenderung anankastik dan tertutup
menjadi dasar mengapa mekanisme pembelaan ego di atas terjadi.
Ketidakmampuan pasien untuk melepaskan stres yang dirasakan membuat
penderitaan pasien melalui mekanisme pembelaan ego, utamanya represi,
yang kemudian diikuti oleh suatu introyeksi dan konversi yang kemudian
menimbulkan distress dan disability pada pasien.

13
X. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis l : F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresif
Axis ll : Ciri kepribadian Anankastik
Axis lll : Tidak ada diagnosis
Axis lV : Masalah penyakit dan keluarga
Axis V : GAF current : 60-51
GAF HLPY : 80-71

XI. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologi : sakit perut, dada berdebar, nyeri badan,
gangguan tidur
2. Psikologi
a. Gangguan mood/afektif
b. Gangguan cemas dan depresi
c. Hilangnya fungsi peran, pemanfaatan waktu luang dan sosial
d. Adanya kejadian yang cukup membuat stress bagi pasien.

XII. RENCANA PENGOBATAN


A. Psikofarmaka
Fluoxetine 20 mg 1 x 1
Clobazam 2 mg 1 x 1
B. Intervensi Psikososial
- Psikoedukasi Pasien dan Keluarga. Untuk meningkatkan pemahaman
keluarga tentang perjalanan penyakit, pengenalan gejala, pengelolaan
gejala, pengobatan (tujuan pengobatan, manfaat dan efek samping),
peran pasien dan keluarga dalam pengobatan.
- Psikoterapi suportif dan Cognitive Behavior Therapy

14
XIII. PROGNOSIS
Hal yang meringankan :

- Berobat ke institusi yang tepat


- Faktor pencetus yang jelas
- Tidak didapatkan riwayat trauma
- Tidak didapatkan riwayat pemakaian zat
Hal yang memberatkan :
- Ciri kepribadian anankastik
- Stressor yang masih berlangsung
Qua ad vitam : bonam
Qua ad sanasionam : dubia ad bonam
Qua ad fungsionam : dubia ad bonam

XIV. DISKUSI
Diagnosis
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan pada PPDGJ III,
yang disusun berdasarkan International Classification of Diseases (ICD)-
10 Classification of Mental and Behavioural Disorders. Uji validitas
penggunaan ICD-10 telah dilakukan di sebuah RSJ di Israel, dimana
hasilnya menunjukkan bahwa ICD-10 sensitif dalam mendiagnosis
skizofrenia, dengan nilai sensitifitas 87% - 89%. Hasil ini sesuai
dengan Research Diagnostic Criteria (RDC) yang mendiagnosis pasien
skizofrenia berdasarkan wawancara klinis terstruktur, cacatan medis dan
keterangan dari keluarga.( Weiser, 2005) (LoE 1c; Tingkat Rekomendasi
A).
Pada pasien ini terdapat gejala anxietas maupun depresi, di mana
masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat
untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Beberapa gejala otonomik harus
ditemukan meskipun tidak terus-menerus. Berdasarkan gejala diatas

15
menurut PPDGJ III maka pada kasus dapat didiagnosis sebagai Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresif.

Pengobatan
Farmakoterapi
Benzodiazepin merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepin
dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon
terapi. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan
tappering off selama 1-2 minggu ( Ravindran L and Steven M., 2009 )
(LoE. 5). Penggunaan benzodiazepin dapat diresepkan atas dasar jika
diperlukan, sehingga pasien menggunakan benzodiazepin jika merasa
cemas ( Kaplan-Sadock, 2010 ) (LoE. 5). Pemberian benzodiazepin tidak
dianjurkan melebihi dari 4 minggu karena dapat mengakibatkan
ketergantungan (Stahl, 2000). Pemilihan clobazam karena clobazam tidak
menyebabkan adiksi dan mempunyai efek sedatif yang kuat sekalipun
onset kerjanya tidak secepat alprazolam.

Pilihan fluoxetine untuk terapi psikofarmaka adalah didasarkan atas


potensi blockade reuptake serotonin selektif, merupakan golongan SSRI
yang juga memiliki efek anticemas ( Ravindran and Stein, 2009).

Pada sebuah systematik review dan meta analisis didapatkan bahwa


fluoxetin menduduki peringkat pertama dalam hal respon terhadap
gangguan cemas (David Balldwin et al., 2011) (LoE 1a; tingkat
Rekomendasi A)

Psikoedukasi Keluarga Dan Psikoterapi


Pada sebuah penelitian RCT dikatakan bahwa CBT dan psikoterapi
psikodinamik singkat bermanfaat dalam menurunkan gejala anxietas dan
depresi. (Falk L, et al., 2009) (LoE 1a; tingkat Rekomendasi A)
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa meta-analisis telah dilakukan
melalaui penelitian keuntitatif melihat keefektifan CBT pada gangguan

16
kecemasan, termasuk gangguan panik, gangguan cemas menyeluruh,
gangguan obsesif kompulsif dan PTSD hasilnya menunjukan bahwa CBT
dianggap sebagai standar emas dalam pengobatan psikoterapi gangguan
kecemasan dan beberapa meta-analisis dan review mengenai keefektifan
CBT tersebut telah diterbitkan dalam beberapa tahun terahir (Hofmann and
Stewart, 2010) (LoE 1a, tingkat Rekomendasi A).
Pada kasus ini, diberikan psikoterapi CBT. Psikoterapi merupakan
suatu strategi untuk mengkoreksi distorsi kognitif, irrational belief dan
automatic negative belief dalam berbagai status psikologis yang mencakup
rancanngan kombinasi antara teknik intervensi verbal dan tekik modifikasi
perilaku dalam membantu pasien mengidentifikansi disfungsi kognitifnya,
menguji apakah perilakunya berdasar logika dan realitas serta mengoreksi
distorsi konseptual dan disfungsi keyakinan akibat disfungsi pemikirannya
(Rush and Beck, 2000)
Psikoedukasi yang diberikan pada keluarga bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman pada keluarga tentang penyakit yang dialami
pasien saat ini yaitu dengan menjelaskan tentang perjalanan penyakit,
pengenalan gejala, pengelolaan gejala, pengobatan (tujuan, manfaat dan
efek samping), serta peran keluarga selama pengobatan pasien.
Psikoedukasi merupakan seuatu rangkaian pembelajaran
berkesinambungan seyogyannya mampu memberikan pengetahuan yang
memadai bagi keluarganya dalam menghadapi setiap tahap dari perjalanan
penyakit.

17
DAFTAR PUSTAKA

David Baldwin et al., 2011. Efficacy of drug treatments for generalized anxiety
disorder : sistematic review and meta analysis. BMJ 2011; 342.d1199
doi:10.1136/bmj.d1199

Departemen Kesehtan R.I. 1993 Pedoman Penggolongan dan Diagnosis


Gangguan Jiwa di Indonesia III

Falk, L et al., 2009. Short- Term Psychodynamic Psychotherapy and Cognitive-


Behavioral Therapy in Generalized Anxiety Disorder : A Randomized,
Controlled Trial. Am J Psychiatry 2009; 166:875-881

Hoffman, EJ and Srewart. 2011. Cognitive Behavioral Therapy in Anxiety


disorder: Current state of the evidence

Kaplan, Harold I, Benyamin J. Sadock, and Jack A. Grebb. 2010. Gangguan


cemas dan depresi dalam synopsis Psikiatri. Binaputra Aksara Publiser,
Tangerang

Ravindran, LN and Stein, MB. 2009. Anxiety Disorder; Somatic Treatment in


Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins, New York

Rush, AJ dan Nierenberg, AA. 2009. Mood Disorder: Treatment of depression In


Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins, New York

Stahln, SM. 2000. Classical Anti Depressan, Serotinin Selective Reuptake


Inhibitor and Noradrenergik reuptake Inhibitor. In; essensial
Psychopharmacology; Neuroscientufic basic and Practical Application,
2nd edition

Stuart A.M 1995. Selective Serotonine Reuptake Inhibitors in: The acut Treatment
of Depression in Psychopharmacology, 4 th ed, Floyd Ebloomand David
JK, Raven Press. LLtd New York; 1043-1064

Weiser, M., 2005. Sensitivity of ICD-10 diagnosis of psychotic disorders in the


Israeli National Hospitalization Registry compared with RDC. Compr
Psychiatry. 2005 ; 46(1): 38–42. doi:10.1016/j.comppsych.2004.07.016. 6
Juli 2012.

18
XV. LAMPIRAN
KRONOLOGIS

2000 2014 2015 2016

Pasien Pasien syok ada


mendengar tetangganya
temannya Pasien sakit yang bunuh diri,
Pasien syok
terkena stroke, lama karena tidak bisa tidur,
anaknya sakit
pasien cemas, demam typhoid, gelisah,
radang otak,
sulit tidur, gangguan tidur, berdebar, sekit
pasien cemas,
gangguan cemas, sedih, perut, malas,
sedih, sulit tidur,
makan, dada berdebar, hilang
mudah
gangguan malas, hilang semangat, takut
tersinggung
konsentrasi, semangat sendirian,
dada berdebar, aktifitas
sakit perut terganggu

FOLLOW UP
Tgl Subtektive objektive assesment planning
15/06 Pasien sulit tidur, Mood cemas, Ganguan Amitriptilin
/16 gelisah, berdebar, sakit afek cemas campuran 25mg 1x1
perut, malas, hilang gelisah, anxietas dan Stelazin 5mg
semangat, cemas, preokupasi depresi 1x1
sedih, takut, makan pada keluhan, Clobazam

19
kurang takut 2mg 1x1
meninggal
seperti
tetangganya
yang bunuh
diri
14/07 Pasien sudah mulai Mood baik, Ganguan Amitriptilin
/16 bisa tidur, keluhan afek eutim, campuran 25mg 1x1
berkurang, makan bisa, preokupasi anxietas dan Stelazin 5mg
aktifitas mulai berjalan pada kematian depresi 1x1
baik tetangganya Clobazam
2mg 1x1
19/08 Pasien sudah mulai Mood baik, Ganguan Amitriptilin
/16 bisa tidur, keluhan afek eutim, campuran 25mg 1x1
berkurang, makan bisa, preokupasi anxietas dan Stelazin 5mg
aktifitas mulai berjalan pada kematian depresi 1x1
baik tetangganya Clobazam
2mg (stop)
09/09 Pasien kembali sulit Mood cemas, Ganguan Diazepam
/16 tidur, karena obatnya afek cemas campuran 2mg 1x1
dikurangi, pasien anxietas dan
kembali cemas depresi
16/09 Pasien masih tiba-tiba Mood cemas, Ganguan Amitriptilin
/16 timbul cemas, tidur afek cemas, campuran 25mg 1x1
kadang sulit, makan gelisah,preoku anxietas dan Stelazin 5mg
sedikit, malas. pasi pada depresi 1x1
kematian Diazepam
tetangganya 2mg 1x1

20

Anda mungkin juga menyukai