Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA

VOLUME 10, NO.2, OKTOBER 2015: 129 – 144____________________________________________

KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI SIMPTOM


STRES PADA GURU PENDAMPING ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
Fitria Rachmawaty
Fakultas Psikologi
Universitas Merdeka Malang

Abstract
This study focuses on the application of group counseling on stress reduction of assistant teacher for
children with special needs. The subjects of this study is 6 assistant teacher for children with special
needs, consist of 5 female and 1 male assistant teacher. The subjects showed symptoms of stressduring
the time they became educators in elementary school M. Subjects age ranged from 20 years to 29 years.
The data collection technique used on this study are observationand interview. Interventions were
performed using group counseling basic client centered therapy technicques. The result obtained is that
each member of the group is able to identify the source of their stressand the impact of the stress to their
life, and has a relatively different way in minimalizing the stress level.
Key word: Group Counselling, Client Centered Theraphy, Stress, Teacher

Abstrak
Penelitian ini berfokus pada penerapan konseling kelompok terhadap pengurangan stres bagi guru
pendamping anak berkebutuhan khusus. Subyek dari penelitian ini adalah 6 guru pendamping bagi ABK
(anak berkebutuhan khusus) dengan 5 orang berjenis kelamin perempuan, dan 1 orang berjenis kelamin
laki-laki. Subyek menunjukkan adanya simptom stres selama menjadi tenaga pendidik di Sekolah Dasar
(SD) M. Usia subyek berkisar antara 20 tahun hingga 29 tahun. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara. Intervensi yang dilakukan menggunakan teknik konseling kelompok dengan
menggunakan pendekatan client centered theraphy. Hasil yang didapatkan adalah bahwa setiap anggota
kelompok mampu mengenal sumber serta dampak stresnya, dan memiliki cara yang relatif berbeda
dalam meminimalisirkan tingkat stresnya.
Kata Kunci: Konseling Kelompok, Client Centered Theraphy, Stres, Guru.

Pengantar1 admin sekolah. Stres tambahan


Salah satu masalah serius yang termasuk juga akuntabilitas hukum,
dialami oleh hampir semua guru adalah kelas yang besar, gaji yang rendah,
stres (Phillips & Matthew, 1980). Stres ketergantungan murid yang intens, dan
pada guru meliputi disiplin siswa dan menurunnya dukungan dari masyarakat.
masalah sikap pada siswa, kompetensi Adapula sumber yang disebabkan
guru, dan hubungan antar guru atau oleh kepribadian yaitu stres yang
berhubungan dengan persepsi diri
Korespondensi: Fitria Rachmawaty, Fakultas
seseorang. Persepsi diri yang negatif,
Psikologi Universitas Merdeka Malang, Jl.
Terusan Raya Dieng, No. 62-64 Malang, pengalaman hidup negatif, moral
Tlp./Faks. 0341-578820.
rendah, dan perjuangan untuk
Email: fpsi.unmer@gmail.com

129
KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI SIMPTOM STRES

mempertahankan nilai-nilai kepribadian 1987, Yousef, 2002), tekanan waktu


dan standar di kelas semua mereka yang (Salas & Klein, 2001), konflik
menangani (Goodman, 1980; Schnacke, interpersonal (Narayanan, Menon &
1982, Schwanke, 1981). Emosi negatif Spector, 1999), pekerjaan yang overload
merupakan dampak atau efek dari stres. (Sullivan & Bhagat, 1992) serta tekanan
Korelasi telah dicatat antara tingkat dalam kinerja (Cahn, 2000).
stres yang tinggi dan kemarahan, Pengelolaan serta penurunan
keraguan diri, kurang percaya diri, simptom stres pada guru sangat penting,
kelelahan, hipertensi, absensi, dan hal ini dikarenakan dampak dari stres
pensiun dini (Bertoch, 1988). pada guru itu sendiri akan memberikan
Usman mengemukakan bahwa efek yang negatif bagi lingkungan
stres kerja dianggap penting karena sekolah, terutama anak-anak murid
hampir setiap pekerjaan menyebabkan disekolah. Terutama karena subyek
stres dalam kewajiban bekerja (dalam disini merupakan kelompok guru
Cooper, 1988). Pentingnya kebutuhan pendamping bagi siswa ABK (anak
untuk menanggapi masalah stres pada berkebutuhan khusus).
guru terletak pada bukti bahwa stres Tidak hanya itu, efek stres yang
mempengaruhi perilaku guru dan ini lebih buruk adalah adanya dampak
pada gilirannya akan mengurangi buruk pada diri fisik atau tubuh (stres).
efektivitas kelas, terutama dalam Dan stres semacam ini dapat
kaitannya dengan prestasi murid yang menciptakan banyak masalah fisik
bisa berkurang. Murray et.al (1999) termasuk flu biasa dan sebagian besar
mengemukakan bahwa mengatasi stres kanker (Lower & Northcott, 1987,
mengajar perlu ditangani pada tahap Cooper & Travers, 1996, Eysenke,
sebelum mengajar, dalam rangka 1996, Farazher, 1996). Selain itu juga
membantu mempertahankan guru agar memicu masalah dalam sistem
tidak meninggalkan profesi karena peredaran darah dan dengan demikian
mereka menemukan lingkungan kerja dapat menambah masalah jantung
mereka terlalu stres. termasuk serangan atau yang lebih
Beberapa peneliti mengemukakan buruk (Philips, 1982; Rice, 1992;
faktor penentu dari stres kerja seperti Istirahat, 1996; Cartwrite & Cooper,
ketidak-amanan dalam bekerja (Jordan, 1997 ). Coldicott (1985) menunjukkan
Ashkanasy & Artel, 2002), konflik bahwa menangani siswa yang sulit dan
peran dan ketidak-jelasan peran (Beehr, berusaha untuk mempertahankannya
130 JURNAL PSIKOLOGI
RACHMAWATY

dengan standar kenaikan adalah yang dilakukan oleh sekelompok orang


paling menegangkan bagi guru. Hal ini dengan memanfaatkan dinamika
dilihat dalam sampel di antara 21 kelompok seperti berinteraksi,
kemungkinan penyebab stres bagi para bekerjasama, memberi saran dan
guru. Bukan hal yang mudah dalam kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi
menjadi guru pendamping bagi siswa setiap anggota kelompok (Prayitno,
berkebutuhan khusus, berbagai 1995).
pengalaman baik yang menyenangkan Dalam penelitian ini, pelaksanaan
maupun tidak tentunya dialami oleh layanan konseling kelompok akan
para guru pendamping tersebut. Hal menggunakan model pendekatan client
tersebut yang memicu simptom stres centred therapy (CCT). CCT
yang terjadi pada guru. Selain itu faktor psikoterapi non directive yang
lingkungan berupa kondisi sekolah yang merupakan suatu model konseling yang
kurang memadai serta tuntutan kerja dilakukan dengan cara berdialog antara
yang overload menambah adanya konselor dan klien (siswa / anggota
simptom stres yang dialami oleh klien- kelompok) agar tercapai gambaran
klien disini. antara ideal self ( diri klien yang ideal )
Hanif menyebutkan (dalam dengan actual self ( diri klien sesuai
Fimian, 1982) bahwa frekuensi insiden dengan kenyatan sebenarnya). Carl
stres yang terjadi seperti sejumlah Rogers mengembangkan teknik CCT ini
faktor termasuk tuntutan situasional, pada tahun 1942 yang memiliki
penilaian situasi mampu menyebabkan pendekatan secara integral dengan
stres di antara para guru. Pengalaman memecahkan permasalahannya sendiri
stres kerja dapat mengubah cara berupa mendengarkan, menerima,
individu untuk merasa, berpikir, dan menghormati, memahami dan berbagi.
berperilaku, dan juga dapat Menurut Rogers, terapis memiliki
menghasilkan perubahan psikologis 3 (tiga) atribut yang harus diciptakan
mereka dan fungsi fisiologis serta atau menumbuhkan iklim dimana
perilaku. Dengan adanya kasus tersebut, individu mampu menjadi apa yang
maka akan digunakan penerapan mereka inginkan seperti : (1). Sesuai
konseling kelompok untuk mengurangi (alsi dan realistis), (2). Positif tanpa
simptom stres pada guru pendamping syarat (menerima dan peduli) dan (3).
anak berkebutuhan khusus. Konseling Pemahaman empati yang akurat
kelompok merupakan kegiatan yang (memahami dari sudut pandang orang
JURNAL PSIKOLOGI 131
KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI SIMPTOM STRES

lain (Corey, 2009). Kemudian ciri-ciri (alloanamnesa). Tujuan dari wawancara


Client Centred Therapy ( CCT ) adalah : ini adalah untuk mengumpulkan data-
(a). Ditujukan kepada klien yang data terkait dengan kondisi yang
mampu memecahkan masalahnya agar dialami kelompok subyek menurut
tercapai kepribadianyang lebih baik, (b). sudut pandang klien sendiri maupun
Proses Konseling bertujuan untuk orang lain yang merupakan significant
menyesuaikan ideal self dengan actual other dari subyek, guna menunjang
self, (c). Difokuskan pada tanggung dalam melakukan penegakan diagnosis
jawab dan kesanggupan klien untuk dan perancangan intervensi dari
menemukan cara-cara menghadapi permasalahan yang dialami klien.
kenyataan secara lebih penuh, dan (d).
Peranan yang aktif dalam konseling
Hasil
dipegang oleh klien, sedangkan
Dari hasil observasi dan
konselor adalah pasif-reflektif
wawancara yang dilakukan kepada 6
(Prayitno, 1995).
subyek guru pendamping diketahui
Metode adanya beban kerja yang dialami
Observasi dilakukan kepada keenam guru tersebut. Subyek
sekelompok guru pendamping anak menjelaskan bahwa bentuk beban kerja
berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah adalah harus mengawasi serta tidak bisa
dasar (SD) M dikota Malang. melepas anak muridnya yang
Penggunaan metode observasi ini berkebutuhan khusus. Ini seperti yang
bertujuan untuk melihat perilaku dan dikemukakan oleh ibu AI bahwa anak
ekspresi subyek dalam menyikapi atau didiknya yang merupakan penyandang
merespon berbagai situasi (saat autis dengan tipe aktif selalu bergerak
mendampingi murid berkebutuhan kesana kemari tanpa tahu hal yang dapat
khusus atau sedang mengisi mata membahayakan dirinya. Bapak AM
pelajaran). Selain itu observasi juga mengemukakan anak didiknya yang
dilakukan sebagai teknik pengambilan merupakan anak dengan gangguan sikap
data yang saling melengkapi dengan menentang sangat membutuhkan
data yang didapat dari wawancara. pengawasan serta ekstra kesabaran
Wawancara dilakukan dengan dalam menghadapinya.
beberapa subyek dalam kelompok Subyek AM berkata bahwa
(autoanamnesa), dan guru pengajar dirinya harus bisa bersabar dengan anak
132 JURNAL PSIKOLOGI
RACHMAWATY

didiknya yang selalu membuat ulah memberikan pengalaman stres bagi


dengan guru-guru atau dengan teman- individu yang terlibat (Majeed, 2011).
teman disekolahnya seperti bertengkar Menurut para klien, mereka
atau berbicara yang tidak sopan. sangat takut dengan atasan mereka yaitu
Kemudian subyek yang lain seperti ibu kepala sekolah di sekolah M tersebut.
US mengaku bahwa dirinya merasa Menurutnya kepala sekolah tersebut
terbebani dengan perilaku anak sangat disiplin dan tidak bisa
didiknya yang sebagai penyandang autis bertenggang rasa dengan permasalahan
namun memiliki perilaku suka mencuri. dalam pencapaian target. Ketika para
Selain itu subyek L, IC dan W mengaku guru memiliki kesalahan dalam
mengalami kesulitan dalam mendidik membimbing anak muridnya, maka
anak dengan kebutuhan khusus seperti kepala sekolah tidak segan untuk
mengajarkan membaca atau memarahi para guru didepan guru-guru
menjelaskan materi kepada anak dengan yang lain atau murid-murid yang ada
gangguan autis atau anak dengan disekolah tersebut. Dari hasil asessmen
gangguan retardasi mental. didapatkan data bahwa para guru
Terlebih lagi menurut ibu WY tersebut merasa sering kelelahan,
yang memegang dua anak didik merasa jenuh, dan mengalami
sekaligus dengan gangguan autis dan penurunan motivasi dalam mendidik
retardasi mental yang sekarang duduk hingga sempat berpikiran untuk berhenti
dikelas 6, menurutnya dirinya sangat dari pekerjaan guru yang dijalani.
terbebani dengan adanya permasalahan Menurut salah satu guru pendamping
tersebut dikarenakan anak didiknya yaitu bapak AM mengaku bahwa gaji
harus bersiap-siap menghadapi ujian mereka sebagai pendidik yang belum
nasional. Hasil assesment dari keenam tetap hanya digaji sebesar 300.000
guru pendamping tersebut mengaku rupiah dalam sebulan.
sering merasa kelelahan, pusing dan Selain itu menurut para subyek
mudah terserang penyakit. Stres salah satu pencetus stres yang dialami
menjadi elemen umum dari kehidupan adalah ketika salah satu guru pendidik
sehari-hari. Pekerjaan yang overload, tidak masuk atau absen, maka guru
atasan yang otokratis, desain pekerjaan pendidik lah yang bertanggung jawab
yang buruk, ketidakharmonisan materi, untuk mengisi kekosongan kelas
krisis keuangan dan mengajar dan tersebut. Hal tersebut wajib dijalankan
beriringan dengan mendampingi siswa
JURNAL PSIKOLOGI 133
KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI SIMPTOM STRES

didiknya yang berkebutuhan khusus. tersebut berbeda dengan dirinya


Seperti yang dikemukakan oleh bapak (Majeed, 2011).
AM bahwa dirinya harus mengajar mata Hasil assesment yang dilakukan
pelajaran olahraga dua kali dalam memberikan gambaran permasalahan
sehari, dan hal tersebut wajib beriringan bahwa sumber stres yang dialami
dengan menjalankan tugasnya sebagai subyek berasal dari kondisi lingkungan
pendamping muridnya. Selain itu beban sekolah yang tidak memadai seperti
kerja yang dirasakan oleh para klien tidak adanya cleaning service untuk
adalah waktu mendidik yang dijalankan membersihkan ruangan kelas dan yang
selama 9 jam, hal ini dikarenakan lainnya, sehingga setiap hari para guru
sekolah tempat subyek mendidik adalah harus bekerja sama untuk menyapu dan
berbasis full day dengan kegiatan yang mengepel seluruh lantai disekolah.
penuh dan aktif. Dari permasalahan Belum lagi ketika hujan datang maka
tersebut, para subyek mengaku bahwa beberapa bagian teras kelas dan ruangan
mereka merasa jika para pendamping akan basah dan banjir sehingga klien
ini tidak bisa memberikan perubahan disini bergotong royong
yang berarti bagi anak didiknya sesuai membersihkannya. Minimnya fasilitas
dengan target yang diberikan oleh disekolah ini menimbulkan simptom
kepala sekolah tersebut, maka mereka stres yang dialami oleh guru
akan takut dimarahi atau bahkan dipecat pendamping tersebut.
oleh kepala sekolah tersebut. Pengalaman stres yang
Dari hasil assesmen diperoleh berkepanjangan dapat memicu
informasi bahwa permasalahan yang kesehatan yang buruk, baik secara fisik
terjadi pada kelompok ini adalah adanya dan mental (Chance, 1992). Stres di
tekanan pekerjaan yang overload yang tempat kerja menimbulkan dampak
diberikan oleh atasan kelompok ini. kesehatan yang buruk dan kemudian
Stres mempengaruhi tubuh individu dan stres pada guru akan memberikan
bagaimana orang kebanyakan bisa masalah di sekolah karena berdampak
memahaminya, hal ini bisa saja pada kinerja para guru (Dickman &
memungkinkan guru untuk berpikir dan Emner, 1992). Hal ini dikemukakan
merasa tidak mampu memenuhi juga oleh Majeed (2011) bahwa faktor-
persyaratan dan dengan demikian faktor yang menciptakan banyak stres di
mendapatkan takut gagal atau tuntutan kalangan guru sekolah antara lain
adalah faktor beban kerja, hasil telah
134 JURNAL PSIKOLOGI
RACHMAWATY

ditemukan bahwa item sikap publik dan humanistik eksistensial, adanya


kesalahpahaman tentang beban kerja keberadaan diri yang bermasalah
sekunder, pekerjaan administratif dikarenakan adanya tuntutan dari orang
tambahan, materi pelajaran terlalu lain yang tidak sesuai dengan apa yang
banyak untuk mengajar. Pekerjaan ada dalam dirinya sehingga membuat
sekunder yang dialami para klien seperti seseorang tidak bahagia, bernilai
bekerja membersihkan sekolah juga maupun dihargai yang menyebabkan
tidak bisa dipungkiri sebagai faktor terhambatnya proses pengaktualisasian
penyebab adanya simptom stres itu dalam dirinya. Adanya tekanan dari
sendiri. Dampak yang terjadi pada klien atasan yang mengharuskan anggota
yaitu adanya rasa kelelahan, sering lupa, kelompok bekerja dengan suatu target,
mengabaikan tugas-tugas pokok serta sehingga memunculkan kondisi anggota
mudahnya terserang penyakit seperti kelompok merasa tidak dihargai dan
pusing dan flu. Kebanyakan guru tidak nyaman yang pada akhirnya
berhasil menghadapi stres tersebut, terhambat dalam pengaktualisasian diri
namun kelelahan mungkin titik akhir sehingga menimbulkan dampak negatif
dari mengatasi kegagalan dengan stres seperti menurunnya produktivitas dalam
kronis (Jennett, 2003). Dan hal ini tentu mengajar.
saja sangat mengganggu kinerja mereka
Diagnosis
sebagai seorang guru pendamping anak Berdasarkan hasil asesmen
berkebutuhan khusus. diperoleh informasi bahwa
Para peneliti tersebut berpendapat permasalahan yang terjadi yaitu adanya
bahwa jika seseorang mengaitkan tekanan yang dialami oleh kelompok ini
peristiwa negatif dengan penyebab sehingga merasa tidak mampu
internal pada dirinya “ini salah saya” mengaktualisasikan diri. Hal ini terlihat
mereka sangat mungkin menunjukan dari menurunnya produktivitas
respons ketidak-berdayaan dan pekerjaan seperti mengajar disekolah.
terdepresi terhadap peristiwa negatif.
Prognosis dan intervensi
Abramson dan sejawatnya menyatakan
Prognosis
bahwa orang memiliki gaya yang
Peneliti memandang bahwa
konsisten untuk membuat atribusi suatu
prediksi untuk mengurangi symptom
peristiwa dalam kehidupannya, yang
stress pada subyek akan mampu
dinamakan gaya atribusional
meningkatkan kinerja mereka sebagai
(Rubiyanti, 2008). Dari pendekatan
JURNAL PSIKOLOGI 135
KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI SIMPTOM STRES

guru pendamping anak berkebutuhan memimpin kelompok, pendengar yang


khusus. Jadi prognosisnya adalah aktif, empati, kemampuan merefleksi,
BAIK. Karena ada beberapa faktor memotivasi, serta memiliki kemampuan
yang menjadi pertimbangan antara lain, dalam memfasilitasi tiap anggota
adanya sikap yang positif dari kelompok (Sanyata, 2010).
kelompok guru ini, subyek tidak Prayitno (1995) membagi tahapan
memiliki gangguan psikologis lainnya penyelenggaraan konseling kelompok
dan tidak ada kondisi medis umum yang menjadi 4 tahap, yaitu: (1).Tahap
memberatkan, serta subyek memiliki pembentukan; (2).Tahap peralihan/
keinginan untuk berubah kearah yang transisi; (3).Tahap kegiatan/ produksi;
lebih baik. (4).Tahap pengakhiran/ terminasi.
Tujuan dari penggunaan
Intervensi
Konseling kelompok merupakan konseling client centered theraphy

hubungan teraputik antara konselor menekankan pada: (1). Klien bukan

dengan beberapa subyek untuk pada masalahnya; (2). Menekankan

membantu memecahkan masalah yang pada aktualisasi diri; (3). Menekankan

dialami subyek yang dilakukan dengan persepsi yang realistis; (4).

proses kelompok. Konselor bersama Mengarahkan pada peningkatan

subyek membicarakan dan secara kepercayaan diri; (5). Memotivasi klien

bersama-sama memecahkan berbagai untuk lebih menghargai diri sendiri

masalah yang dialami anggota (subyek), Eremie (2005). Untuk itu penelitian ini

sehingga subyek itu belajar mengubah bermaksud menggunakan pendekatan

tingkah lakunya sendiri menjadi lebih client centered theraphy guna

baik tentang dirinya dan dalam menurunkan tingkat stress yang dialami

hubungannya dengan orang lain, oleh guru pendamping anak

sehingga dapat berkembang secara berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah

optimal (Latipun, 1999). dasar (SD) M dikota Malang.

Seorang konselor disini berlaku


secara professional yang ditunjukkan
dengan penguasaan keterampilan dalam

136 JURNAL PSIKOLOGI


RACHMAWATY

Tabel 1
Langkah-Langkah intervensi
No Tahapan Tujuan Kegiatan Konselor

1 Tahap Anggota  Konselor berkumpul  Memoderatori


Persiapan memahami bersama para subyek perkenalan tiap
pengertian dan yang berjumlah enam anggota
kegiatan yang akan orang diruangan yang  Merumuskan
dilakukan dalam telah disediakan. kesepakatan-
konseling  Konselor kesepakatan dalam
kelompok menyampaikan pokok- kelompok
pokok kegiatan  Merumuskan
sebelumnya yaitu kegiatan-kegiatan
observasi dan yang akan
wawancara kemudian dilakukan
mengenalkan program
konseling, prosedur
kegiatan serta
manfaatnya.
 Calon anggota
mengenal peran
konselor dan kelompok
dalam membantu
perkembangan setiap
anggota.
 Subyek
mempersiapkan
anggota kelompok
untuk mengikuti
program konseling
kelompok dan
pembentukan
kelompok.
2 Tahap  Menumbuhkan  Anggota kelompok  Menyimpulkan
kedua suasana yang menginformasikan tujuan-tujuan

JURNAL PSIKOLOGI 137


KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI SIMPTOM STRES

Orientasi harmonis dalam hasil yang dicapai pada  Menyimpulkan


kelompok sesi sebelumnya, yaitu permasalahan
 Saling mengenal, berupa kesepakatan dalam anggota
mempercayai, yang ada.  Menggolongkan
menerima dan  Anggota kelompok harapan-harapan
membantu antar kemudian tiap anggota
anggota kelompok menyampaikan tujuan  Memantapkan
dari konseling ini agar aturan dalam
saling mengenal lebih kelompok
dalam, serta
membangun harapan-
harapan yang
diinginkan oleh seluruh
anggota kelompok.
 Kemudian tahapan ini
adalah menyusun
aturan-aturan dari
konseling yang
disepakati oleh anggota
kelompok
 Anggota kelompok
memperkenalkan diri
masing-masing,
menjelaskan posisi
pekerjaan serta
pengalaman kerja yang
dimiliki.

3 Tahap  Para anggota Pada tahap ini subyek  Merefleksikan


Transisi diminta untuk akan didorong untuk perasaan-perasaan
membebaskan rasa membuka diri dan anggota kelompok
malu, rasa saling katarsis, terbebas dari  Mengintepretasikan
tidak percaya. sikap defensif, dan permasalahan
 Memantapkan para diharapkan klien  Mengintepretasikan
anggota untuk mengenal pengalaman- perasaan anggota
saling pengalaman masa lalunya, kelompok

138 JURNAL PSIKOLOGI


RACHMAWATY

memantapkan yang menyenangkan dan  Mengontrol proses


kebersamaan dalam yang tidak konseling
kelompok menyenangkan, dan
 Memantapkan berusaha membebaskan
minat untuk ikut diri dari hambatan-
serta dalam hambatan
kegiatan kelompok. pengalamannya.

4 Tahap  Penggalian  Tiap anggota  Mengintepretasikan


Produksi permasalahan yang kelompok permasalahan tiap
mendalam dan memfokuskan anggota
tindakan yang permasalahannya yaitu  Menggolongkan
efektif. mendalami penyebab dari
 Menjelaskan permasalahan apa yang permasalahan
masalah pribadi dialami oleh tiap  Menggolongkan
yang hendak anggota. dampak dari
dikemukakan oleh  Anggota mengenal permasalahan tiap
anggota kelompok. secara mendalam anggota kelompok
penyebab dari stres  Memotivasi
yang dialami oleh anggota kelompok
anggota kelompok,  Mengontrol proses
 Mengetahui secara konseling
mendalam dampak apa
saja yang didapatkan
ketika stress tersebut
masih terpelihara.
 Menemukan cara
penyelesaian
permasalahan pada tiap
anggota kelompok
5 Tahap  Terungkapnya  Anggota kelompok  Menyimpulkan
Terminasi kesan-kesan menyampaikan kesan- permasalahan-
anggota kelompok kesan yang terbentuk permasalahan
tentang ketika konseling dalam kelompok
pelaksanaan berlangsung.  Memotivasi
kegiatan.  Anggota menceritakan anggota kelompok
 Terungkapnya hasil atau mengevaluasi untuk
kegiatan kelompok kegiatan-kegiatan yang mengintegrasikan

JURNAL PSIKOLOGI 139


KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI SIMPTOM STRES

yang telah dicapai telah dilakukan dalam keselurahan diri


yang dikemukakan kelompok.  Membantu
secara mendalam  Anggota merancang kelompok dalam
dan tuntas. kegiatan yang akan menyusun kegiatan
 Terumuskannya dilakukan setelah pasca konseling
rencana kegiatan konseling berakhir dan
lebih lanjut. menyelesaikannya
 Jika hingga tuntas.
memungkinkan  Tiap anggota
dapat dilakukan kelompok membuat
kontrak secara kesepakatan untuk
tertulis dalam merahasiakan seluruh
upaya perubahan privasi dari anggota
perilaku dan akan kelompok.
menjadi tanggung  Anggota kelompok
jawab untuk akan bersama-sama
merealisasikannya. menyelesaikan
 Membuat problem-problem yang
kesepakatan tersisa dan
memelihara mengevaluasi kegiatan
kerahasiaan setelah konseling kelompok.
proses kelompok
berakhir.
 Mendorong
kelompok untuk
mengadakan
perubahan perilaku
secara tuntas

Diskusi perencanaan akan mengurangi stres, baik


Dari intervensi yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,
didapatkan hasil bahwa tujuan dari terapi dengan mengubah anggota kelompok
ini adalah untuk mengurangi dampak menjadi lebih baik. Pada kasus ini,
dari pengalaman belajar hingga menjadi anggota kelompok antusias dalam
symptom stres. Proposisi utama adalah mengikuti konseling kelompok, hal ini
bahwa wawasan dan keterampilan
140 JURNAL PSIKOLOGI
RACHMAWATY

dikarenakan stres yang dialami cukup dalam pengalamannya. Anggota


mengganggu kinerja mereka. kelompok mengakui bahwa dirinya
Pada tahapan persiapan, anggota merasakan kelegaan dikarenakan apa
kelompok terlihat memperhatikan yang menjadi sumber stres selama ini
manfaat serta pokok kegiatan yang akan hanya tertanam dalam hati dan jarang
dilakukan dalam proses intervensi ini. tersampaikan, namun dengan adanya
pada tahapan ini tiap anggota kelompok tahapan transisi ini semua permasalahan
memperkenalkan diri masing-masing, yang perlu disampaikan telah
masih terlihat adanya kecanggungan tersampaikan dengan baik, sehingga
diantaranya meskipun anggota kelompok menimbulkan efek positif bagi tiap-tiap
sudah mengenal satu sama lain anggota kelompok.
sebelumnya. Kemudian tahapan Corey (2009) mengatakan bahwa
selanjutnya orientasi, anggota kelompok konseling kelompok dengan
sepakat untuk mengikuti proses menggunakan teknik Client Centered
konseling kelompok ini. Anggota Therapy akan melibatkan beberapa
kelompok lebih mengenal satu sama ain aspek seperti “anxieties, feelings,
secara mendalam, membangun relationships, personal experiences”.
keharmonisan tiap anggota kelompok. Kemudian pada tahapan produksi,
Tiap anggota kelompok memiliki konselor mengungkapkan kembali inti
harapan yang cukup berbeda-beda, dari penyebab stres yang dialami
seperti bapak AM yang menginginkan anggota kelompok, serta dampak dari
dirinya untuk lebih bisa focus mengajar stress tersebut. Dari tahapan ini, konselor
pada mata pelajaran tertentu saja, ibu AI mengharapkan bahwa setiap anggota
yang menginginkan bahwa dirinya agar kelompok menyadari akan pentingnya
bias fokus untuk mendampingi anak dalam memahami penyebab atau sumber
didiknya saja tanpa harus mengajar mata stress serta dampaknya bagi tiap-tiap
pelajaran yang lainnya. Kemudian pada anggota kelompok. Anggota mampu
tahapan transisi anggota kelompok mengidentifikasi sumber stress berupa
menceritakan permasalahan yang terjadi, tekanan yang telah dilakukan oleh
hingga mampu membandingkan atasan, target pekerjaan yang sangat
permasalahan antar anggota kelompok tinggi, serta banyaknya pekerjaan

JURNAL PSIKOLOGI 141


KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI SIMPTOM STRES

sekunder yang harus dilakukan oleh yang tersisa dari seluruh anggota
guru-guru pendamping tersebut. kelompok adalah pasang surutnya
Maka dari tahapan ini, anggota disiplin pada diri individu untuk mampu
kelompok mampu mengidentifikasi menjalani strategi dalam mengelola stres
strategi perubahan perilaku seperti yang dialami. Kemudian permasalahan
meluangkan waktu setiap hari untuk mengenai gaji yang relatif rendah yang
memikirkan dan bersyukur untuk hal-hal masih menjadi permasalahan rumit bagi
positif dalam hidupnya, setiap anggota para anggota, sehingga hal ini perlu
kelompok mencoba untuk memilih dibahas lagi dikemudian hari atau
pandangan positif daripada pandangan memerlukan intervensi lanjutan dalam
pesimis dalam menghadapi setiap menyelesaikan sisa-sisa permasalahan
tekanan-tekanan yang diterima. Anggota dari anggota guru pendamping anak
kelompok berdzikir, merenung, serta berkebutuhan khusus ini.
bersyukur dengan apa yang telah
didapatkan selama ini, agar selalu
berpikir positif disetiap harinya dalam
menghadapi berbagai permasalahan
hidup yang dialami. Clinibel (Darokah &
Safaria, 2005) bahwa pada setiap
Kesimpulan
individu terdapat kebutuhan dasar
Dari assesmen yang dilakukan
spiritual (basic spiritual needs) yang
terhadap anggota kelompok guru
harus dipenuhinya. Disimpulkan bahwa
pendamping anak berkebutuhan khusus
anggota kelompok mampu mengenal
ini, didapatkan permasalahan yang
darimana sumber stres berasal,
kongkrit yaitu adanya tekanan dari
bagaimana bentuk dan dampaknya, serta
atasan yang mengharuskan anggota
bagaimana cara dalam mengelola dan
kelompok bekerja dengan suatu target,
meminimalisirnya. Tahapan konseling
sehingga memunculkan kondisi yang
yang terakhir yaitu terminasi, anggota
terhambat dalam pengaktualisasian diri.
kelompok dikumpulkan untuk
Hal ini menimbulkan dampak negatif
merincikan permasalahan-permasalahan
seperti menurunnya produktivitas dalam
yang masih tersisa kemudian bersama-
mengajar. Untuk itu digunakannya
sama mencari jalan keluarnya. Problem

142 JURNAL PSIKOLOGI


RACHMAWATY

teknik konseling kelompok dengan indicator management guide.


pendekatan client centered theraphy Windsor: NFER-NELSON.
guna menurunkan tingkat stres yag
Corey, Gerald. (2009). Theory and
dialami oleh guru pendamping murid
practice of counseling and
berkebutuhan khusus. Dari intervensi
psychotheraphy. United states of
yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa
America: Thomson Brooks/Cole.
setiap anggota kelompok mampu
mengenal sumber serta dampak stresnya, Darokah, M., & Safaria, T. (2005).

mampu menghargai diri meski dalam Perbedaan tingkat religiusitas,

permasalahan yang dialami serta mampu kecerdasan emosi dan keluarga

memotivasi diri dalam meminimalisirkan harmonis pada kelompok

tingkat stresnya. pengguna napza dan kelompok


non-pengguna. Humanitas
Kepustakaan Indonesian Psychological Journal.
2(2), 89-101.
Beehr, T. (1987). The themes of social
psychological stress in work Eremie, M. D. (2005). Guidance and
organizations: from roles to goals. counselling: A comprehensive
New York: Praeger. approach. Port Harcourt: Pearl
publishers.
Bertoch, Curley, & Borg. (1988).
Reducing teacher stres. The Fimian, M. J. (1982). What is teacher
Journal of Experimental stress? The Clearing House, 56,
Education. 57(1), 117-128. 101106.

Cahn, K.B., Lai, G., Ko, Y.C., & Boey, Jordan, P.J., Ashkanasy, N.M., &
K.W. (2000). Work stress among H¨artel, C.E.J. (2002). Emotional
six professional groups: the intelligence as a moderator of
singapore experience. Social emotional and behavioral
Science Medicine, 50(10), 1415- reactions to job insecurity.
1432. Academy of Management Review.

Cooper, C.L., Sloan, S.J., & Williams, S. Latipun. (1999). Pedoman


(1988). Occupational stress penyelenggaraan konseling

JURNAL PSIKOLOGI 143


KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI SIMPTOM STRES

kelompok bagi remaja bertingkah occupations. Journal of


laku antisosial di lembaga Organizational Behavior, 20, 63–
pemasyarakatan anak. (Disertasi, 73.
Universitas Airlangga, 1999).
Phillips, B. N., & Matthew, L. (1980).
Majeed, Rehman, & Rashid. (2011). The changing role of the American
Leading stres factors among school teacher: Current and future
teachers (an empirical study of sources of stress. New York:
pakistani school teachers). World Wiley.
Review of Business Research.
Prayitno. (1995). Layanan bimbingan
30(1), 179-191.
dan konseling kelompok. Padang:
Murray-Harvey, R., Silins, H., & Saebel, Ghali. Indonesia
J. (1999). A cross-cultural
Rice, P.L. (1992). Stress and health.
comparison of student concerns in
Pacific Grove: Brooks/Cole
the teaching practicum.
Publishing Company.
International Education Journal,
11(1). Salas, E., & Klein, G. (2001). Linking
expertise and naturalistic decision
Narayanan, L., Menon, S., & Spector, P.
making. Manwah, NJ: Lawrence
E. (1999). Stress in the workplace:
Erlbaum.
A comparison of gender and

144 JURNAL PSIKOLOGI

Anda mungkin juga menyukai