Anda di halaman 1dari 84

1

LAPORAN PENELITIAN

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM


MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI
KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

Oleh :

Ketua Siswiyanti, ST. MT. / NIPY. 12551341974


Anggota Saufik Luthfianto, ST.MT. / NIPY. 18752531981

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2011
2

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN

1. Judul penelitian : Beban Kerja dan Keluhan Musculoskeletal pada


Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan
Kota Tegal

2. Bidang Penelitian : Teknik Industri


3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Siswiyanti, ST. MT
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIPY. : 12551341974
d. Disiplin Ilmu : Teknik Industri
e. Pangkat / Golongan : III B
f. Jabatan : Lektor
g. Fakultas / Jurusan : Teknik / Teknik Industri
h. Alamat : JL. Halmahera Km. 1 Tegal
i. Tlp/Faks : (0283) 342519
j. Alamat Rumah : Jl. Teuku Umar 130 Debong Kidul 01/1 Tegal
k. Telepon / E-mail : 081804257407 / siswieyanti@gmail.com
4. Jumlah Anggota : 1 Orang
a. Nama Anggota : Saufik Luthfianto, ST. MT.
5. Lokasi Penelitian : Pengrajin Batik di Kalinyamat Wetan Kota Tegal
6. Biaya Penelitian : Rp. 2.400.000,- (Dua Juta Empat Ratus Ribu Rupiah)

Tegal, 31 April 2011


Dekan FT, Peneliti,

Mustaqim, ST. M.Eng. Siswiyanti, ST. MT


NIPY. 9050751970 NIPY. 12551341974

Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian Dan
Pengembangan UPS Tegal,

Siswanto, SH. MH.


NIP. 1964121319920310020
3

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, pencipta alam semesta. Shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rassulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan syukur Alhamdulillah
atas segala rahmat dan anugerah-Nya yang telah memberi ilmu, kekuatan dan
kesempatan sehingga penelitian dengan judul ”Beban Kerja dan Keluhan
Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal”
ini dapat terselesaikan.
Keberhasilan terselesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada Universitas Pancasakti Tegal dan industri Batik Tulis di
Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal.
Penulis menyadari bahwa Penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penelitian
yang lebih lanjut masih sangat diperlukan. Akhir kata penulis berharap semoga
Laporan Penelitian ini dapat memberi kontribusi yang berarti kepada kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Tegal, 31 Maret 2011

Penulis,
4

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Beban Kerja dan Keluhan Musculoskeletal pada


Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal”. Bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar penurunan keluhan musculoskeletal, kelelahan dan
peningkatan produktivitas setelah dilakukan perbaikan/perubahan sikap kerja
pembatik duduk di atas lantai (kelompok control) menjadi duduk di atas dingklik
(kelompok eksperimen). Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen sama
subjek, yaitu rancangan yang observasi variabel dilakukan beberapa kali, yang
subyek kontrolnya sekaligus juga berlaku sebagai subyek eksperimen. Sampel yang
memenuhi kriteria subjektif sebanyak 40 orang (kelompok batik tulis Riski Ayu),
dalam hal ini yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 15 orang yang diambil secara
acak sederhana atau simple random sampling menurut rumus pengambilan sampel
Sopiyudin (2004).
Dari hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa : tingkat keluhan sistem musculoskeletal pembatik duduk di
lantai merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 40 % merasakan sakit pada tubuh
bagian bokong, siku kanan, lutut kiri ; 60% mersakan sakit pada tubuh bagian
punggung dan pantat. Tingkat kelelahan pembatik yang duduk di lantai meliputi :
pelemahan kegiatan 38, 67% ; pelemahan motivasi 30,67% dan pelemahan fisik
40,67%. Besarnya keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap
kerja duduk di atas dingklik adalah : tingkat keluhan sistem musculoskeletal
pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 20 % merasakan sakit pada tubuh
bagian punggung, bokong, pantat ; 13, 13% bagian siku kanan dan lutut kiri.
Tingkat kelelahan pembatik yang duduk di lantai meliputi : pelemahan kegiatan
36,67% ; pelemahan motivasi 26,67% dan pelemahan fisik 29,33%. Perbaikan sikap
kerja pembatik duduk di atas lantai menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi
keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas
kerja pembatik. Hal ini terbukti dari penurunan yang bermakna antara semua variabel
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Beda rerata tingkat keluhan
muskuloskeletal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar
7,26 atau terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 12,71 %. Beda rerata
kelelahan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86
atau terjadi penurunan kelelahan sebesar 23,93 %. Beda rerata tingkat produktivitas
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 0,0016 atau terjadi
peningkatan produktivitas sebesar 41,03 %.
5

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN……………………………………………….. i


HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. ii
PRAKATA……………………………………………………………………… iii
ABSTRAK……………………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN…........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masala…………………………………………………. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………. 4
1.3.1 Tujuan Penelitian………………………………………………….. 4
1.3.2 Manfaat Penelitian…………………………………………………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 6
2.1 Sistem Muskuloskeletal……………………………………………. 6
2.1.1 Jenis-jenis Kerja Otot........................................................................ 7
2.1.2 Kelompok Otot Skeletal .................................................................. 8
2.2 Sikap Kerja Dan Hubungannya Dengan Gangguan 9
Muskuloskeletal……………………………………………………..
2.2.1 Sikap Duduk………………………………………………………... 12
2.2.2 Pengaruh Sikap Duduk…………………………………………….. 13
2.2.3 Kuisoner Nordic Body Map……………………………………………… 16
2.3 Beban Kerja………………………………………………………… 18
2.3.1 Strain – Kelelahan Fisik……………………………………………. 20
6

2.3.2 Strain Aspect……………………………………………………….. 20


2.4 Denyut Nadi………………………………………………………... 21
2.4.1 Skala Denyut Nadi………………………………………………….. 23
2.4.2 Kegunaan Data Denyut Nadi……………………………………….. 23
2.5 Produktivitas Kerja…………………………………………………. 24
2.5.1 Pengertian Produktivitas Kerja…………………………………….. 24
2.5.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Produktivitas………………. 27
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN…… 30
3.1 Kerangka Konsep Penelitian……………………………………….. 30
3.2 Hipotesis............................................................................................. 32
BAB IV METODE PENELITIAN………………………………………… 34
4.1 Rancangan Penelitian……………………………………………… 34
4.2 Penentuan Sumber Data .................................................................... 35
4.2.1 Populasi…………………………………………………………….. 35
4.2.2 Sampel……………………………………………………………… 35
4.2.3 Besar sampel……………………………………………………….. 36
4.2.4 Teknik penentuan Sampel………………………………………….. 37
4.2.5 Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel………………………….. 37
4.3 Subjek dan Objek Penelitian……………………………………….. 38
4.4 Lokasi Penelitian…………………………………………………… 38
4.5 Metode dan analisis data…………………………………………… 38
4.5.1 Analisis deskriptif………………………………………………….. 39
4.5.2 Uji normalitas………………………………………………………. 39
4.5.3 Uji beda…………………………………………………………….. 39
4.6 Variabel Penelitian ………………………………………………… 40
4.6.1 Variabel Bebas……………………………………………………... 40
4.6.2 Variabel Terikat…………………………………………………….. 40
4.6.3 Variabel Kontrol……………………………………………………. 40
7

4.6.4 Definisi Operasional………………………………………………... 40


4.7 Instrumen Penelitian .......................................................................... 44
4.7.1 Alat Pengumpul Data......................................................................... 44
4.7.2 Alat Pengolahan Data………………………………………………. 45
4.8 Tahapan Penelitian…………………………………………………. 45
4.8.1 Survai Awal………………………………………………………… 45
4.8.2 Pemberian Quisioner……………………………………………….. 46
4.8.3 Pengambilan Gambar Sikap / Posisi Kerja Pembatik……………… 46
4.8.4 Analisis Ergonomi………………………………………………….. 47
4.8.5 Sosialisasi dan Diskusi…………………………………………….. 47
4.9 Langkah-langkah Penelitian………………………………………... 48
4.10 Jadwal Penelitian…………………………………………………… 49
BAB V HASIL PENELITIAN……………………………………………. 50
5.1 Hasil Penelitian……………………………………………………... 50
5.1.1 Penentuan Jumlah Sampel………………………………………….. 50
5.1.2 Karakteristik Subjek………………………………………………... 51
5.1.3 Sikap kerja………………………………………………………….. 51
5.1.4 Kondisi Alat Kerja…………………………………………………. 52
5.1.5 Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja
Posisi duduk di lantai………………………………………… 53
5.1.6 Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja
Posisi duduk di atas dingklik………………………………… 54
5.2 Analisis data………………………………………………………... 58
5.2.1 Uji Normalitas Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan
produktivitas................................................................................ 58
5.2.2 Uji T Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, kelelahan, dan
Produktivitas...................................................................................... 60
8

BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………….. 62
6.1 Karakteristik Subjek………………………………………………... 62
6.2 Uji Normalitas ................................................................................... 63
6.3 Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan
Produktivitas....................................................................................... 63
6.3.1 Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen ...................................................................... 63
6.3.2 Uji Beda Kelelahan Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen.......................................................................................... 65
6.3.3 Uji Beda Produktivitas Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen.......................................................................................... 66
BAB KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 68
VII Kesimpulan………………………………………………………….. 68
7.1 Saran…………………………………………………………………. 69
7.2 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 70
RIWAYAT PENELITI ……………………………………………. 74
LAMPIRAN………………………………………………………… 76
9

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Rentangan Denyut Nadi Kaitannya dengan Beban Kerja………. 24


Tabel 4.1 : Jadwal penelitian……………………………………………….. 49
Tabel 5.1 : Deskripsi Subjek……………………………………………….. 51
Tabel 5.2 : Rekap Hasil Tingkat Keluhan Sistem Musculoskeletal ……….. 56
Tabel 5.3 : Rekap Tingkat Kelelahan………………………………………. 56
Table 5.4 : Rekap Selisih Tingkat Keluhan Musculoskeletal, Kelelahan dan
Produktivitas……………………………………………………. 57
Tabel 5.5 : Selisih Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen………… 57
Tabel 5.6 : Rerata, Simpang Baku Dan Uji Normalitas…………………….. 59
Tabel 5.7 : Rerata, Beda Rerata, dan Uji t Antara Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen ......................................................... 60
10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Nordic Body Map...................................................................... 16


Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian..................................................... 31
Gambar 4.1 : Rancangan Penelitian................................................................ 34
Gambar 4.2 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai……………….. 41
Gambar 4.3 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik……………. 41
Gambar 4.4 : Diagram Alur Penelitian……………………………………… 48
Gambar 5.1 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai………………… 52
Gambar 5.2 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik…………….. 52
Gambar 6.1 : Grafik Tingkat Keluhan Muskuloskeletal
Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen............. 64
Gambar 6.2 : Grafik Tingkat Kelelahan antara Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen........................................................ 66
Gambar 6.3 : Grafik Tingkat Produktivitas antara
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen........................ 67
11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengrajin Batik merupakan bagian dari industri kecil yang merupakan warisan

turun-temurun yang memadukan unsur seni-teknologi sederhana, keberadaanya masih

diakui saati ini dan sepenuhnya diproduksi dengan tangan (Manuaba, 1983).

Pengrajin batik sudah ada sejak ratusan tahun silam, dan dipercaya sebagai salah satu

hasil seni budaya bangsa Indonesia. Industri batik juga berkembang sangat cepat

dengan berbagai kreasi dan inovasi baru. Saat ini, hampir semua daerah memiliki ciri

dan nama batik tersendiri, seperti halnya Kota Tegal. Batik dari wilayah ini bernama

batik tulis Tegal. Batik Tegal memiliki ciri warna dan corak yang lebih mencolok jika

dibandingkan batik dari daerah lain. Sentra batik Tegal berada di Kecamatan Tegal

Selatan, antara lain di Desa Kalinyamat Wetan, Bandung, dan Keturen. Hingga kini

tercatat ada sekitar 200 pembatik, dan semua perempuan. Awalnya, aktivitas

membatik hanya dilakukan di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga dan

untuk menambah kebutuhan keluarga.


12

Salah satu lokasi pengrajin batik dalam penelitian ini adalah di Kelurahan

Kalinyamat Wetan. Aktivitas Proses membatik mulai dari menggambar, ngreng-

ngreng (memulai membatik), nerusi (membatik), nembok (menutup kain batik

dengan warna), mewarnai, hingga nglorot (merebus dan mencuci kain batik).

Hasil survey awal terhadap pengrajin batik ternyata keberadaan para pengrajin batik

di kelurahan Kalinyamat Wetan terpisah-pisah atau membentuk kelompok dengan

nama yang berbeda-beda, seperti : Riski Ayu, Cempaka Putih, Sidamukti dan Sekar

Melati. Dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja pembatik dengan posisi duduk

di lantai atau diatas dingklik. Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa posisi

kerja membatik tidak mengenakkan, bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan

tubuh, atau diletakkan di atas Giwangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin

menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Kondisi kerja seperti ini memaksa

pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah yang

berlangsung lama dan menetap/statis. Menurut Grandjean (1993) dan Pheasant (1991)

sikap kerja yang statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan

keluhan pada sistem muskuloskeletal.

Dari hasil survai awal yaitu wawancara dengan pengrajin, yang membatik

menunjukkan adanya keluhan. Pekerja mengeluh sakit pada bokong, pantat,

pinggang, pundak kanan, pundak kiri, telapak tangan kiri, telapak tangan kanan, lutut

kiri dan lutut kanan. Memperhatikan posisi kerja sehari-hari yang dilaksanakan oleh

para pembatik dengan peralatan yang ada, kemungkinan keluhan sistem

musculoskeletal akan banyak ditemukan pada para pembatik. Oleh karena itu
13

penelitian ini dilaksanakan untuk mengungkapkan beban kerja dan keluhan sistem

musculoskeletal yang dihadapi para pembatik di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota

Tegal.

1.2 Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya

adalah:

1) Seberapa besar keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada

sikap kerja duduk dilantai?.

2) Seberapa besar keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada

sikap kerja duduk di atas dingklik?.

3) Seberapa besar penurunan keluhan musculoskeletal, kelelahan dan peningkatan

produktivitas setelah dilakukan perbaikan/perubahan sikap kerja pembatik duduk

di atas lantai (kelompok control) menjadi duduk di atas dingklik (kelompok

eksperimen)?.

Sedangkan untuk membantu dalam memecahkan permasalahan yang

berkaitan dengan pengumpulan data, maka asumsi-asumsi yang ditetapkan yakni:

1) Data yang diperoleh melalui observasi, data book, kuisioner dan wawancara

dianggap absah dan dapat dipergunakan.

2) Pekerja pembatik Tulis Tegal yang menjadi responden penelitian ini dianggap

sebagai pemakai yang loyal terhadap pekerjaan membatik.


14

3) Hasil proses membatik selalu dapat dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen

4) Keadaan lingkungan di lokasi tempat penelitian diasumsikan normal

Untuk menghindari meluasnya masalah, maka diperlukan suatu batasan masalah,

adapun batasan masalahnya yaitu:

1) Penelitian ini dilakukan terhadap Aktifitas Pembatik Khususnya posisi membatik

(proses nerusi) dengan posisi duduk di atas lantai/dingklik , yang berlokasi di

wilayah Kelurahan Kalinyamat Wetan RT 05/RW 01, Kecamatan Tegal Selatan,

Kota Tegal.

2) Responden dalam penelitian ini adalah pekerja wanita (dan memenuhi kriteria

Subjektif)

3) Sisi keluhan dilihat dari aspek ergonomi menggunakan skala likert dan Nordic

Body Map

4) Peralatan / bahan yang digunakan untuk membatik sudah menjadi standar umum,

sepenuhnya dilakukan oleh gerakan tangan (manual).

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1) Keluhan sistem muskuskeletal dan kelelahan yang dialami pembatik pada sikap

kerja duduk dilantai?.


15

2) Keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan yang dialami pembatik pada sikap

kerja duduk di atas dingklik?.

3) Perbedaan keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan

produktivitas kerja pembatik dengan posisi duduk di lantai dan posisi duduk di atas

dingklik.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1) Masukan Bagi Industri tempat penelitian khususnya maupun industri lain sejenis,

mengenai beban kerja dan keluhan muskuloskeletal pada posisi membatik (nerusi).

2) Memberikan masukan kepada pekerja mengenai posisi kerja dlam keadaan

statis/monoton sebagai penyebab terjadinya kelelahan dan kelluhan

musculoskeletal.

3) Sebagai studi pendahuluan untuk mengetahui beban kerja dan keluhan sistem

muskuloskeletal yang dihadapi oleh para pembatik , yang dilihat dari sudut

pandang ergonomi.
16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Muskuloskeletal

Sistem musculoskeletal adalah sistem otot rangka atau otot yang melekat pada

tulang yang terdiri atas otot-otot strata (serat lintang) yang sifat gerakannya di bawah

kendali (volunter) yang secara umum berfungsi sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan pergerakan yang meliputi: menggerakan bagian-bagian tubuh

atau berjalan (movement);

2) Mempertahankan sifat tertentu, karena adanya kontraksi otot secara local yang

memungkinkan kita mengambil sikap berdiri, duduk jongkok dan sifat-sifat

lainnya;

3) Menghasilkan panas, karena adanya proses-proses kimia dalam otot yang

digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh ( Tjandra 1998: Ganong 1997).

Sistem musculoskeletal menyusun komponen primer aktivitas otot.

Komponen ini terdiri dari otot-otot, tulang-tulang dan jaringan penghubung serta

metabolisme di perlukan untuk menyediakan kebutuhan energi untuk system

musculoskeletal. Otot-otot merupakan salah satu peran utama dalam aktivitas

manusia. Diantara sekian banyak jenis otot, otot skeletal (voluntary) yang paling
17

banyak mendapat perhatian para ergonom. Otot-otot tersusun dari gumpalan serat-

serat otot. Semakin besar otot semakin besar pula tekanan yang bisa dilakukan pada

otot itu. Untuk tindakan-tindakan mekanis, tekana otot pada tulang dimana otot itu

berada dan berkontraksi menghasilkan tekanan. Otot-otot bisa menghasilkan tekanan

maksimum pada keadaan meregang dan sebuah kontraksi otot dapat menggunakan

tekanan yang kecil. Sebuah otot menghasilkan kerja mekanik dengan mengubah

energi kimia ke energi mekanik ( Bridger, 1995; kroemer , 1994; pulat 1992).

2.1.1 Jenis-jenis Kerja Otot

Para ergonom membedakan antara dua tipe kerja otot dengan tujuan untuk

mengevaluasi tuntutan kerja fisik dari tubuh yang sesungguhnya.

1) Kerja dinamis

Tipe ini mempunyai ciri melibatkan konstraksi dan relaksasi ritmik dari otot.

Contoh : memutar sebuah handweel untuk membuka katup. Tekanan alternatif

dan relaksasi memungkinkan banyak darah disalurkan melalui banyak otot,

daripada ketika sedang beristiraha. Sehingga baik oksigen yang diperlukan

maupun sisa metabolisme yang harus di buang menjadi efektif;

2) Kerja statis

Kerja statis bercirikan suatu kondisi kontraksi yang lama, yang membatasi darah

mengalir kejaringan otot. Baik oksigen yang dibutuhkan maupun sisa

metabolisme yang dibuang tidak menjadi efektif. Contoh : memegang sebuah

kotak dengan postur statis dan menekan pada bagian tertentu untuk menjaga

posisi. Besarnya otot yang mengalami muatan statis akan cepat menghabiskan
18

cadangan ATP dan creatin phospat. Sepanjang oksigen dan glukosa sedang

diterima, jenis aktivitas ini tidak akan berlangsung lama. Otot-otot yang

mengalami sakit luar biasa akan menimbulkan sisa pembakaran termasuk asam

laktat, yang berakumulasi dalam jaringan otot. Dibandingkan dengan kerja

dinamis, kerja statis akan memerlukan waktu istirahat yang lebih lama. (Bridger,

1995; Grandjean, 1973; Chaffin and Anderson, 1991).

2.1.2 Kelompok Otot Skeletal

Kelompok otot skeletal (muskuloskeletal), berdasarkan lokasinya adalah

sebagai berikut : ( Tjandra 1998 )

1) Leher terdiri atas kelompok otot sternocleidomastoideus;

2) Punggung terdiri atas kelompok otot trapesius dan latissimus dorsi;

3) Dada terdiri atas kelompok otot pectoralis mayor dan serratus anterior ;

4) Bahu terdiri atas kelompok otot deltoid

5) Lengan atas terdiri atas kelompok otot bíceps brachii, triceps brachii dan

brachialis;

6) Lengan bawah terdiri atas kelompok otot brachioradialis dan pronator teres;

7) Pantat terdiri atas kelompok otot gluteus maksimus, gluteus medius dan tensor

fasciae latae;

8) Paha terdiri atas kelompok otot quadriceps femoris, gracilis, bíceps femoris,

semitendinosus dan semimembranosus;

9) Betis dan kaki terdiri atas kelompok otot tibialis anterior, gastrocnemius, soleus

dan peranous longus;


19

10) Dasar panggul terdiri atas kelompok otoy levator anii coccygis.

Dengan mengetahui fungsi utama sistem musculoskeletal, jenis-jenis kerja

otot dan kelompok otot rangka (muskuloskeletal) dapat ditelusuri bagian mana yang

mengalami gangguan, terutama dikaitkan dengan akibat dari sikap verja yang kurang

baik atau kurang alamiah.

2.2 Sikap Kerja Dan Hubungannya Dengan Gangguan Muskuloskeletal.

Salah satu persoalan penting di dalam ergonomi adalah masalah gangguan

muskuloskeletal (Vanwonterghem 1996; Beynon etal 1998; Carey dan Galley 1998).

Peningkatan ketidakhadiran kerja sebab gejala-gejala gangguan otot rangka di

temukan di perusahaan dengan diikuti sepuluh faktor yang berhubungan dengan kerja

: kerja fisik yang berat, tugas yang berulang-ulang, kerja statis, sering membungkuk

dan terpilin, angkat dan gerakan penuh tenaga, gerakan fisik maksimal dengan tiba-

tiba, kerja yang berulang-ulang dan getaran (Luopajarvi, 1990). Faktor-faktor

individu bisa juga mempengaruhi seperti gejala-gejala antara lain: umur, jenis

kelamin, dimensi anthropometri, kekuatan otot dan kesehatan fisik, mobilisasi tulang

punggung, psycologi dan factor-faktor social.

Sikap kerja sering ditentukan oleh tugas atau tempat kerja. Sikap kerja statis

yang terlalu lama pada saat tertentu bisa mengakibatkan keluhan pada otot dan

persendian ( Dul dan Weerdmeester, 1993). Postur kerja yang buruk dan tidak

memadai merupakan salah satu factor utama yang Sangat lazim menyebabkan

gangguan otot rangka (Chavalitsakulchai dan Sanabas, 1993; Vilki et. al, 1993;
20

Ahasan et.al 1998). Nala (1986) menyatakan bahwa sikap kerja yang tidak alamiah

menimbulkan konstraksi otot secara statis (isometric) pada sejumlah besar sistem otot

tubuh manusia. Sikap kerja membungkuk, kapala inklinasi ke depan, jonkok

merupakan sikap paksa (McCromic dan Sander 1982). Pada sikap kerja tersebut ada

beberapa otot tubuh seperti pinggang, leer, punggung, tungkai mendapat beban statis

dalam waktu yang lama. Beban statis otot terjadi ketika postur tubuh berada pada

kondisi yang tidak natural. Peralatan maupun material ditahan pada kondisi yang

berlawanan dengan arah gravitasi. Dengan sikap kerja tersebut otot-otot yang

mendapat beban statis dalam waktu lama akan kontraksi statis atau otot dalam

keadaan tegang (tension). Otot yang mengalami kontraksi statis dalam waktu lama

akan mengalami kekurangan aliran darah, yang menyebabkan berkurangnya

pertukaran energi dan tertumpuknya sisa-sisa metabolisme pada otot yang aktif,

sebagai akibatnya otot tersebut akan cepat lelah, timbal rasa sakit, kekuatan kontraksi

berkurang sehingga hasil kerjanya berkurang (Bridger, 1995). Apabila sikap kerja

demikian dilakukan dalam waktu yang lama, cepat menimbulkan kelelahan dan

menyebabkan productivitas kerja menurun (Grandjean, 1988; 1992b).

Abdel-Moty et al (1990) menyatakan, bahwa postur yang baik diperoleh

melalui penempatan sistem muskuloskeletal pada posisi yang netral dan seimbang.

Postur yang buruk atau tidak wajar menyebabkan kelelahan, ketegangan, bahkan rasa

sakit, dan harus diperbaiki. Postur yang buruk juga dapat menyebabkan hilangnya

stabilitas, tergelincir, jatuh dan berbagai kecelakaan lain yang berkaitan. Postur yang

keliru dan pemakaian sistem muskulokeletal yang buruk tidak dengan segera
21

menimbulkan rasa tidak nyaman, melainkan secara perlahan-lahan dan sikap kerja

yang tidak ideal antara lain :

1) Kerja otot statis sedikit ;

2) Dalam melakukan tugas dengan memakai tangan, mudah dan alamiah ;

3) “ Muscular effort” kecil dapat dipertahankan ;

4) Sikap kerja berubah-ubah/dinamis lebih baik daripada sikap statis rileks;

5) Sikap kerja statis rileks lebih baik daripada sikap statis tegang.

Pheasant (1991) menyatakan bahwa tujuh prinsip dasar dalam mengatasi

sikap tubuh selama bekerja antara lain :

1) Hindari inklinasi kedepan dari kepala dan leher;

2) Hindari inklinasi ke depan dari tubuh;

3) Hindari penggunaan anggota gerak bagian atas dalam keadaan terangkat;

4) Hindari pemutaran badan atau sikap asimetris (terpilin/”twisty);

5) Sendi hendaknya dalam range 1/3 dari gerakan maximal;

6) Sediakan sandaran punggung dan pinggang pada semua tempat duduk;

7) Jika menggunakan otot, hendaknya dalam posisi yang mengakibatkan kekuatan

maximal.

Suma’mur (1992) menyatakan bahwa dalam menyusun suatu pekerjaan,

hendaknya diperhatikan pedoman sbb :

1) Semua sikap tubuh menbungkuk atau sikap tubuh tidak alamiah harus dihindari;

2) Posisi ekstensi lengan yang terus menerus baik kedepan maupun kesamping harus

dihindari;
22

3) Selalu diusahakan agar bekerja bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan.

4) Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan

Jadi sikap kerja merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pekerja

mempunyai permasalahan otot rangka. Cara terbaik untuk mengurangi pekerja

mempunyai permasalahn otot rangka adalah dengan menyarankan pekerja untuk

menggunakan sikap dan alat kerja yang baik dalam bekerja. Peralatan dan perkakas

yang mendukung jalannya peroses kerja seharusnya telah sesuai dan serasi dengan

pemalaiannya. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya tentu

menimbulkan sikap paksa atau sikap tidak alamiah sehingga akan cepat lelah.

2.2.1 Sikap Duduk

Bekerja pada periode lama dengan posisi duduk banyak terjadi di industri

(perakitan, kerja mengepak, mengoperasikan mesin). Duduk mempunyai faidah di

banding berdiri, karena dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki.

Seorang operator yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikir istirahat dan secara

potensial lebih produktif (Bridger, 1995; Nurmianto, 1996). Menurut Dul and

Weerdmeester, (1993) menyatakan bahwa tubuh lebih banyak dibantu karena

beberapa bantuan dapat di pakai seperti: lantai, kursi, sandaran punggung, sandaran

siku, permukaan medan kerja. Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang

ergonomis, perlu dibuat atau ditentukan kriteria dan ukuran-ukuran baku tentang

tempat duduk dan meja kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri

(Panero dan Zelnik, 1979; Corlett et. al, 1986; pheasant, 1986; suma’mur, 1987)
23

Suyanto (1985) menyatakan bahwa bagi kerja duduk, wilayah bekerja yang

beberapa cm di bawah siku akan lebih dianjurkan. Kerja duduk biasanya bersifat

memerlukan kecermatan, karena itu ketinggian kerjanya seyogyanya bisa diatur

supaya mendapatkan jarak visual yang tepat. Faktor lain yang perlu diperhatikan

adalah ujung bawah dari daun meja maupun tebal meja.

Menurut Suma’mur (1992) keuntumgan bekerja sambil duduk adalah sbb:

a) Kurangnya kelelahan pada kaki;

b) Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah;

c) Berkurangnya pemakaian energi;

d) Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.

2.2.2 Pengaruh Sikap Duduk

Sikap duduk yang keliru akan merupakan penyebab adanya masalah-masalah

punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian

punggung dan pinggang. Tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat

duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring.

Pada saat duduk terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) terjadi deformitas discus intervertebralis.

2) terjadi peningkatan ketegangan pada bagian anulus.

3) terjadi peningkatan tekanan dalam nukleus.

4) tekanan intra discus meningkat 40% dari pada berdiri.

Menurut Suma’mur (1992) kerugian-kerugian sebagai berikut bekerja sambil

duduk, yaitu:
24

a) melembeknya otot-otot perut;

b) melengkungnya punggung;

c) tidak baik bagi alat-alat dalam, khusunya peralatan pencernaan, jika posisi

dilakukan secara membungkuk.

Kerugian pada a) dan b) terjadi jika sikap duduk terus menerus dilakukan.

Posisi duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan

tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit

mungkin kifosa pada punggung. Sikap sedemikian dapat dicapai dengan kursi dan

sandaran yang tepat dan posisi-posisi tubuh adalah sbb:

1) fleksi lutut : 90° ;

2) fleksi badan – paha : 90° ;

3) rotasi kebelakang pelvis : > 30° ;

Perbaikan sikap kerja merupakan salah satu upaya dalam memperbaiki

kondisi kerja. Apabila kondisi kerja fisik diperbaiki akan meringankan beban kerja

pekerja atau dengan beban yang sama akan menghasilkan produktivitas yang

meningkat (Sahab, 1997).

Menurut Bridger (1995); Henning et. al (1997); Goonetilleke dan feizhou

(1997); Corlet (1990) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap kerja untuk

meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan, yaitu:

1) karakteristik pengguna: umur, antropometri, berat badan, kesegaran jasmani,

pergerakan sendi, masalah muskuloskeletal, penglihatan, kegemukan dan

ketangkasan tangan;
25

2) tuntutan jenis pekerjaan/tugas: posisi tubuh, waktu kerja, periode istirahat, urut-

urutan pekerjaan:

3) rancangan luasan kerja (workspace): ukuran kursi, ukuran bahan yang dikerjakan,

ukuran luasan kerja (ruang pergerakan kepala, lengan, kaki dan sebagainya),

privacy;

4) lingkungan kerja: kualitas intensitas penerangan, suhu lingkungan, kelembaban

udara, kecepatan udara, kelicinan lantai, kebisingan, debu dan getaran.

Sikap duduk yang dipaksakan sebaiknya diimbangi dengan perbaikan faktor-

faktor diatas, serta diusahakan suatu perbaikan ke arah sikap kerja duduk normal

karena kenyamanan duduk saat bekerja sangat penting terhadap pergerakan tubuh

(Helander dan Zhang, 1995). Faktor-faktor tersebut di atas akan berpengaruh

terhadap beban kerja dan produktivitas kerja.

2.2.3 Kuisoner Nordic Body Map

Metode untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang merupakan

indikasi keluhan fisik adalah dengan menggunakan skala nordic body map. Melalui

nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan. Untuk

menekan bias yang mungkin terjadi pada saat pengukuran, maka sebaiknya

pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja (Tarwaka et al,

2004).
26

Gambar 2.1 Nordic Body Map

Keterangan gambar :

0. Leher bagian atas

1. Leher bagian bawah

2. Bahu kiri

3. Bahu kanan

4. Lengan atas kiri

5. Punggung

6. Lengan atas kanan

7. Pinggang
27

8. Bokong

9. Pantat

10. Siku kiri

11. Siku kanan

12. Lengan bawah kiri

13. Lengan bawah kanan

14. Pergelangan tangan kiri

15. Pergelangan tangan kanan

16. Tangan kiri

17. Tangan kanan

18. Paha kiri

19. Paha kanan

20. Lutut kiri

21. Lutut kanan

22. Betis kiri

23. Betis kanan

24. Pergelangan kaki kiri

25. Pergelangan kaki kanan

26. Kaki kiri

27. Kaki kanan


28

2.3 Beban kerja

Dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu pekerjaan, kemungkinan

karyawan akan dihadapkan kepada keadaan : beban kerja yang berlebihan, beban

kerja yang kurang dan beban kerja optimal. Adiputra (1998); Rodahl (1989)

menyatakan bahwa beban kerja menyangkup :

1) “ External Load “ = Stessor ;

External loads disini di maksudkan ialah beban kerja yang berasal dari pekerjaan

yang sedang dilakukan, yang mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk semua

orang. Yang termasuk dalam external loads ini meliputi: iask, organisasi dan

lingkungan. Ketiga faktor inilah yang harus di evaluasi di dalam melaksanakan

evaluasi beban kerja suatu pekerjaan tertentu.

2) “ Internal loads” atau “Functional loads” = Starm

Internal Loads yang dimaksud ialah: reaksi tubuh seseorang terhadap suatu

external loads yang diberikan. Dalam penilainnya ada dua kriteria yang dapat di

pakai yaitu:

a) Kriteria objektif: yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain yang

meliputi: reaksi fisiologis; reaksi psikologis; perubahan tindak tanduk.

b) Kriteria subjektif: yang penilainnya dilakukan oleh orang yang bersangkutan

sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai

kelelahan yang mengganggu, rasa sakit, atau pengalaman lain yang di rasakan.
29

Di dalam mengukur adanya strain maka harus selalu di ingat ialah

hubungannya dengan tugas, organisasi dan lingkungannya. Di dalam pengukuran

strain ini ada beberapa petunjuk harus di ingat yaitu :

a) Data Straim selalu berhubungan dengan kerja yang sedang di lakukan dan

merupakan dan merupakan fungsi dari External loads yang ada.

b) Berusaha mengukur nilai absolutnya untuk selanjutnya di bandingkan dengan

angka nilai ambang yang ada atau angka batas atas yang diijinkan;

c) Pengumpulan data dilakukan pada saat permulaan pekerjaan dan saat akhir

pekerjaan;

d) Untuk mengetahui konstrain waktu maka dicatat pula durasi atau lama

operasinya.

2.3.1 Strain – Kelelahan Fisik

Kelelahan adalah hilangnya secara temporer kapasitas psiko-fisiologis

(reseptorsensoris dan motoris dalam organ) yang disebabkan oleh perangsangan yang

secara terus menerus. Kelelahan dapat terjadi karena organ tubuh secara terus

menerus menerima beban kerja yang berat melewati kapasitasnya.

Secara ergonomi penilaian kelelahan fisiologis dibedakan dalam beberapa kelelahan

yaitu : (Adiputra, 1998)

a) “General fatique”: - “cardiovaskuler aspect “;

- “energetic aspect”;

- “thermoregulatory aspect”;
30

b) “Local fatique”; - “cardiovaskuler aspect”.

c) “Functional fatique”: - “reduced capacities”

d) “Subjektive Experience Fatique”.

2.3.2 “Strain Aspect”.

Strain adalah reaksi psiko-fisiologis tubuh operator terhadap external loads

yang diberikan. Reaksinya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Reaksi fisiologis:

- reaksi kardiovaskuler,

- reaksi respirasi;

- reaksi thermoregulatory

2) Reaksi fisio-psikologis:

- waktu reaksi

- skin resistance;

- flikker fusion;

- arousal/vigilance levels;

- memory capacity;

3) Perubahan perilaku:

- Kesalahan;

- Ketepatan/kualitas;

- Agression, passivism.

Salah satu indikator beban kerja dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi

permenit waktu kerja.


31

2.4 Denyut Nadi

Jantung merupakan barometer yang baik untuk menaksir atau

memprediksikan penampilan fisik, sebab jantung mampu merespon dengan segera

perubahan terkecil dalam kegiatan metabolis tubuh (Berger, 1982). Denyut nadi

permenit dapat menggambarkan proses aktivitas dalam sel tubuh. Bila tubuh dalam

keadaan emosi dan ketakutan maka denyut nadi juga meningkat (Adiputra, 1998).

Peningkatan denyut nadi kerja dalam bekerja di pertajam oleh beberapa hal :

a) Tingginya temperatur sekeliling;

b) Besarnya proporsi kerja otot statis di bandingkan kerja otot dinamis;

c) Semakin sedikitnya jumlah otot yang terlibat dalam kegiatan kerja.

Banyak peneliti telah melaporkan bahwa pengukuran beban kerja dapat dilakukan

dengan mengukur denyut nadi per menit waktu kerja. Dengan pertimbangan sebagai

berikut :

a) Cara pengukuran denyut nadi lebih mudah dilakukan karena tidak memerlukan

peralatan yang canggih;

b) Selain itu juga beban kerja suatu pekerjaan berhubungan linear dengan

peningkatan denyut nadi (Berger, 1982; Astrand dan Rodahl,1986).

Karena alasan-alasan tersebut denyut nadi akhir-akhir ini sering dipergunakan

sebagai indeks beban kerja (Grandjean, 1988).

Cara-cara pengukuran denyut nadi menurut Andersen (1978); Adiputra (1998)

adalah:
32

1) Palpasi;

2) Telemetri;

3) “electromechanical atau Elektrochemical heart beat totalizer”

4) “interbeat interval distribution recorder (R-R interval)”

5) “photo-plethysmography”.

2.4.1 Skala Denyut Nadi.

Muller dan Grandjean (1988) mendefinisikan beberapa skala denyut nadi sbb:

1) Denyut nadi istirahat : rerata denyut nadi sebelum memulai kerja;

2) Denyut nadi selama kerja : rerata denyut nadi selama bekerja;

3) Denyut nadi kerja : perbedaan antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi selama

kerja;

4) Denyut nadi pemulihan total : jumlah denyut nadi dari saat berhenti bekerja sampai

denyut nadi kembali ke tingkat istirahat;

5) Denyut nadi kerja total: jumlah denyut nadi dari mulai bekerja sampai dengan

kembali ketingkat istirahat.

2.4.2 Kegunaan Data Denyut Nadi:

Dengan mengetahui denyut nadi, maka berbagai pertanyaan ergonomi dapat

di jelaskan. Hal ini karena denyut nadi merupakan refleksi dari proses reaksi ( strain )
33

terhadap stressor yang diberikan kepada tubuh. Menurut Adipura (1998) denyut nadi

dapat dipakai untuk menerangkan hal-hal sbb:

1) Mengevaluasi beban kerja. Data yang dipakai adalah nilai rata-rata denyut nadi

kerja dari seluruh jam kerja. Nilai itu lalu diperbandingkan dengan angka seperti

tabel 1 ;

2) Kondsi kesehatan subjek;

3) Aktivitas pembebanan program pelatihan;

4) Pengaruh suatu perlakuan;

5) Denyut jantung pemulihan;

6) Kelelahan;

7) Estimasi simpanan panas dalam tubuh;

Tabel 2.1 : Rentangan Denyut Nadi Kaitannya dengan Beban Kerja

No Rentangan nadi kerja Beban kerja yang di lakukan


(permenit)
1 60 - 70 Sangat rendah=istirahat
2 75 - 100 Ringan
3 100 - 125 Sedang
4 125 - 150 Berat
5 150 - 175 Sangat berat
6 Diatas 175 Luar biasa beratnya
Sumber : Grandjean (1998). Fitting the task to the man. Hal. 94.

Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja atau menurunkan denyut nadi

dapat diupayakan dengan melakukan kerja dengan sikap yang benar dan memilih
34

desain alat/fasilitas yang tepat. Untuk perencanan perlengkapan (meja,kursi,pedal,

dsg) diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan

memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan.

2.5 Produktivitas Kerja

2.5.1 Pengertian Produktivitas

Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil

yang di capai (output) dengan keseluruhn sumber daya yang digunakan (input).

Dalam kenyataannya kata produktivitas sering di pakai dalam suatu pengertian lebih

terbatas, hanya pekerja yang diperhitungkan sehingga selanjutnya disebut prduktivitas

kerja. Alasan dari penekanan ini adalah bahwa dalam operasi-operasi pabrik

tradisional, biaya kerja menghabiskan antara 2/3 dan ¾ dari tambahan nilai barang

yang dihasilkan ( Pheasant, 1991). Produktivitas pada dasarnya berkaitan erat dengan

proses produksi dimana faktor-faktor tenaga kerja atau pekerja, modal/kapital,

peralatan kerja, bahan baku dan lain-lain dikelola dalam suatu cara yang terorganisir

untuk mewujudkan barang secara efektif dan efisien ( Adhiyatma, 1992, Manuaba

1992). Menurut formulasi National Productifity Board (NPB) Singapore,

produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk

melakukan peningkatan perbaikan.

Perwujudan sikap mental, dalam berbagai kegiatan antara lain adalah:

1) Yang berkaitan dengan diri sendiri dapat di lakukan melalui peningkatan :

a) pengetahuan; b) keterampilan; c) disiplin; d)upaya pribadi; e) kekuatan.


35

2) Yang berkaitan dengan pekerjaan, dapat dilakukan melalui:

a) manajemen dan metode kerja yang lebih baik; b) penghematan biaya; c)

ketepatan waktu; d) sistem dan teknologi yang baik.

Dengan mengadakan perbaikan, maka diharapkan akan dapat menghasilkan

barang dan jasa yang bermutu tinggi serta standar kehidupan yang lebih tinngi.

Sedangkan menurut Suyatno (1985) dan Wignjosoebroto (1985, 1987): produktivitas

adalah suatu tingkat perbandingan antara besarnya keluaran dengan besarnya

masukan pada periode tertentu. Perbandingan tersebut berubah dari waktu kewaktu

karena dipengaruhi oleh : tingkat pendidikan, disiplin kerja, keterampilan, sikap

kerja, motivasi, lingkungan kerja dan lain-lain. Faktor tersebut besar artinya bagi

penciptaan suasana kerja yang ergonomis untuk menunjang tercapainya efisiensi yang

berarti di dalam proses yang telah memenuhi batasan standar produktivitas kerja

(Sedarmayanti, 1996).

Pencapaian produktivitas kerja yang sekaligus mensyaratkan perlunya di

lakukan standar kerja, antara lain :

1) Standarisasi cara / prosedur kerja;

2) Standarisasi peralatan kerja;

3) Standarisasi lingkungan kerja;

4) Standarisasi tenaga kerja;

5) Standarisasi pemakaian material;

6) Standarisasi kinerja ( performance)

Produktivitas dikatakan meningkat apabila:


36

1) Volume/kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa menambah jumlah masukan ;

2) Vulume/kuantitas tidak bertambah, akan tetapi masukannya berkurang;

3) Volume/kuantitas keluaran bertambah besar sedang masukannya juga berkurang;

4) Jumlah masukan bertambah, asalkan volume/kuantitas keluaran bertambah

berlipat ganda. ( Suyatno, 1985; Sedarmayanti, 1996).

Menurut Adiputra et. al (1997); Kogi (1995); Pastry et. al (1993);

Nagachami (1993) dan Manuaba (1991, 1999) menyatakan bahwa: di perlukan

partisipasi ergonomi seperti pembentukan group discussion; learning by doing; atau

program pelatihan untuk dynamic participatory untuk menyelesaikan persoalan

produktivitas kerja yang menyatu dengan permasalahan lokal dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna.

Usaha-usaha untuk meminimalkan atau menghilangkan akibat negatif

diidentifikasi melalui transfer dari pemilihan teknologi yang sesuai, meliputi 6

(enam) area dasar: ekonomi, teknis, kesehatan dan ergonomi, sosial budaya,

lingkungan dan pelestarian energi. Jadi penekanan arti produktivitas kerja untuk

mewujudkan sesuatu secara efektif dan efisien, sangat terkait dengan proses produksi

dimana faktor-faktor: tenaga kerja; peralatan kerja; bahan baku pemodalan dan lain-

lain harus dikelola dalam suatu cara yang terorganisir dan ditunjang oleh lingkungan

kerja yang memadai.

2.5.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Produktivitas

Menurut Heidjrachman (1987), faktor-faktor yang berpengaruh langsung

terhadap produktivitas adalah pengembangan teknologi dan bahan baku serta


37

peralatan yang digunakan, sedang faktor yang berpengaruh tidak langsung meliputi :

1) kemampuan kerja, 2) motivasi, 3) kepemimpinan para pemimpin, 4) kebutuhan

individu pekerja, 5) kondisi fisik pekerja.

Sedangkan menurut Grandjean (1988), pheasant (1991) dan Manuaba

(1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah:

a. Tenaga kerja: umur, gizi, kondisi fisik, keterampilan, dan psikologi pekerja;

b. Peralatan kerja: alat yang dipakai atau mesin-mesin dsb;

c. Lingkungan kerja: panas, debu, kondisi alat, keselamatan, bising dsb;

d. Cara kerja: sikap kerja;

e. Organisasi kerja: administrasi kerja, shift, waktu istirahat dsb,

Menurut balai pengembangan Produktivitas daerah, 6 faktor utama yang

menentukan produktivitas karyawan, adalah :

1) Sikap kerja (attitude), seperti: kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift

work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim;

2) Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen

dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri;

3) Hubungan antara pegawai dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha

bersama antara pimpinan organisasi dan karyawan untuk meningkatkan

produktivitas melalui lingkaran pengawasan bermutu (quality control circle) dan

panitia mengenai kerja unggulan;

4) Manajemen produktivitas yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan

sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas;


38

5) Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas;

6) Kewirausahaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam

berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.

Apabila tenaga yang di keluarkan, waktu yang dihabiskan dan pikiran yang

dicurahkan oleh seorang karyawan untuk mengatur segenap sarana dan sumber daya

tersebut masing-masing ditujukan kepada sasaran yang produktif, maka diharapkan

volume atau jumlah produk yang dihasilkan akan meningkat. Dengan sikap kerja, tata

kerja yang sesuai, kondisi lingkungan kerja yang tentram, aman dan menyenangkan

maka akan dapat di capai produktivitas kerja yang tinggi.


39

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini akan menjelaskan hubungan antara variabel satu

dengan lainnya dalam melakukan analisis sikap atau posisi pembatik. Subjek

penelitian adalah pekerja yang ditugaskan untuk bekerja membatik yang sudah

ditentukan oleh peneliti berdasarkan kriteria-kriteria : umur, jenis kelamin, tinggi dan

berat badan, pengalaman, pendidikan dan kesehatan. Tugas yang dilakukan oleh

pekerja akan disesuaikan dengan alat kerja, jumlah tugas, batas waktu penyelesaian

tugas dan frekuensi pekerjaan.

Pekerjaan membatik menggunakan dua posisi tubuh yaitu posisi pekerja

duduk di atas lantai dan posisi pekerja duduk di atas dingklik. Kedua posisi tersebut

akan diamati untuk mengetahui tingkat keluhan atau beban kerja dari system

musculoskletal, kelelahan dan produktivitas dilihat dari sisi ergonomi. Gambar di

bawah ini adalah kerangka konsep penelitian yang berguna sebagai langkah dasar

dalam proses penelitian.


40

Subjek

1. Umur
2. Jenis Kelamin Tugas
3. Tinggi dan berat
badan 1.Alat Kerja
4. Pengalaman 2. Jumlah Tugas
5. Pendidikan 3. Batas waktu
6. Kesehatan penyelesaian
tugas
4.Frekuensi

Pembatik duduk di
Pembatik Duduk
atas dingklik
di atas lantai

Pekerja

Sikap pekerja /
posisi pekerja
pembatik

Keluhan Keluhan
Muskuskeletal Muskuskeletal

Kelelahan Kelelahan

Produktivitas Produktivitas

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


41

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Aspek keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas kelompok

kontrol.

H0 : Skor bobot keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas

kelompok kontrol berdistribusi normal.

H1 : Skor bobot keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas

kelompok kontrol tidak berdistribusi normal.

b. Aspek keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas kelompok

eksperimen.

H0 : Skor bobot keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen

berdistribusi normal.

H1 : Skor bobot keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen tidak

berdistribusi normal.

c. Uji terhadap penurunan keluhan muskuloskeletal

H0 : µ1 = µ2

Tidak ada perbedaan penurunan keluhan muskuloskeletal yang

bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh

responden.

H1 : µ1 < µ2
42

Ada penurunan keluhan muskuloskeletal yang bermakna antara

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden.

d. Uji terhadap penurunan kelelahan

H0 : µ1 = µ2

Tidak ada perbedaan penurunan kelelahan yang bermakna antara

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden.

H1 : µ1 < µ2

Ada penurunan kelelahan yang bermakna antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen oleh responden.

e. Uji terhadap peningkatan produktivitas

H0 : µ1 = µ2

Tidak ada peningkatan produktivitas yang bermakna antara kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden.

H1 : µ1 < µ2

Ada peningkatan produktivitas yang bermakna antara kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen oleh responden.

BAB IV
43

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen sama subjek, yaitu

rancangan yang observasi variabel dilakukan beberapa kali, yang subyek kontrolnya

sekaligus juga berlaku sebagai subyek eksperimen (Pratiknya, 1993). Bagan

rancangan penelitian sebagai berikut :

Kontrol WO Eksperimen

O1 O2 O3 O4

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :

O1 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, dan denyut nadi

sebelum bekerja pada kelompok kontrol dengan posisi pembatik duduk di lantai.

O2 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, denyut nadi dan

produktivitas setelah bekerja pada kelompok kontrol dengan posisi pembatik duduk

di lantai.

WO = Washing Out (waktu istirahat untuk menghilangkan efek perlakuan

sebelumnya agar tidak meninggalkan efek/respon) selama 1 hari.


44

O3 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, dan denyut nadi

sebelum bekerja pada kelompok eksperimen dengan posisi pembatik duduk di atas

dingklik.

O4 = Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, denyut nadi dan

produktivitas sesudah bekerja pada kelompok eksperimen dengan posisi pembatik

duduk di atas dingklik.

4.2 Penentuan Sumber Data

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pengrajin batik di Kelurahan Kalinyamat

Wetan Kota Tegal yang terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : Riski Ayu,

Cempaka Putih, Sidamukti dan Sekar Melati. Populasi dalam penelitian ini diambil

dari kelompok Riski Ayu dengan populasi 40 orang pembatik.

4.2.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah pengrajin batik yang ada di Kelurahan

Kalinyamat Wetan Kota Tegal yang meemnuhi criteria inklusi sebagai berikut :

1) Jenis kelamin perempuan, sehat, tidak cacat fisik

2) Umur antara 26 sampai 60 tahun

3) Pendidikan minimal sekolah dasar

4) Pengalaman kerja minimal 1 tahun

5) Bersedia ikut menjadi subjek penelitian sampai selesai

4.2.3 Besar sampel


45

Sopiyudin (2004) menyatakan bahwa besarnya sampel untuk rancangan

dengan subjek yang sama antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen

dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :

2 x
N1  f ( ,  ) ..................................... (1 )
1  2

Keterangan :

N = Jumlah Sampel

S = Standart Deviasi

1  Rerata pada kelompok kontrol

 2  Rerata pada kelompok perlakuan

  Konstanta (0,01)

  Konstanta (0,05)

F(α ,β) = 17,8

Penelitian pendahuluan diujikan kepada 10 responden. Data hasil kuesioner

kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu kuisioner tingkat keluhan

muskuloskeletal dan kelelahan. Dari masing-masing kuisioner dilakukan perhitungan

besar jumlah sampel, dan diambil nilai terbesar sebagai jumlah sampel.

a. Kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal

2 x
N1  f ( ,  ) = 9,63 orang
1  2

b. Kuisioner kelelahan
46

2 x 2 x5,466
N1  f ( ,  ) = 17,8 = 12,39 orang
1  2 48,72  60,9

Dari kedua nilai diatas, nilai terbesar adalah 12,39, sehingga sampel yang

diambil dalam penelitian adalah 12,39 orang. Besarnya sampel ditambah 20%

untuk menghindari terjadinya drop out subjek dari penelitian sehingga besarnya

sampel ditetapkan menjadi 15 orang.

4.2.4 Teknik penentuan Sampel

Sampel yang memenuhi kriteria subjektif sebanyak 40 orang (kelompok Riski

Ayu), dalam hal ini yang memenuhi criteria inklusi sebanyak 15 orang yang diambil

secara acak sederhana atau simple random sampling (Nazir, 2006) dan sesuai dengan

perhitungan dengan menggunakan rumus Sopiyudin (2004).

4.2.5 Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel

Criteria yang dipakai sebagai dasar untuk membatalkan keterlibatan seseorang

sebagai sampel adalah sebagai berikut :

1) Jika selama penelitian tiba-tiba jatuh sakit atau cidera

2) ada kesibukan lain sehingga selama pelaksanaan penelitian tidak bisa ikut

3) jika selama penelitian orang tersebut pindah kerja

4) jika dalam pengambilan data orang tersebut memberikan data ekstrim.

4.3 Subjek dan Objek Penelitian


47

Subjek penelitian ini adalah 15 orang pembatik perempuan. Analisis deskriptif

pada subjek dilakukan dengan menghitung rerata dan simpang baku untuk masing-

masing kriteria yaitu usia, tinggi badan, berat badan, dan pengalaman kerja. Objek

penelitian adalah sikap kerja / posisi kerja untuk aktivitas membatik dengan posisi

duduk diatas lantai dan duduk di atas dingklik.

4.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kelurahan Kalinyamat Wetan RT 05/RW 01, Kecamatan

Tegal Selatan Kota Tegal.

4.5 Metode dan analisis data

Penelitian ini menggunakan metode pengukuran: observasi pekerjaan,

wawancara, diskusi dan penyebaran kuisioner. Pengukuran keluhan Musculoskeletal

dengan NIOSH Nordic Body Map Subjective Filling, pengukuran rasa lelah dengan

30 Item Self Rating Questionnaire Industrial Fatique Research Committee dari Japan

Association Of Industrial Healt, pengukuran denyut nadi dengan bantuan stop watch ,

dan meteran logam untuk mengukur peralatan kerja.

Data dikumpulkan dan dianalisis dengan cara deskriptif untuk sikap kerja,

karakter fisik pembatik, denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja dan pemulihan serta

Keluhan musculoskeletal, baik untuk pembatik dengan posisi duduk diatas lantai atau

pembatik duduk diatas dingklik. Tahap analisis dalam penelitian ini, observasi
48

dilakukan terhadap objek yang sama atau sampel yang sama dengan bantuan

kuisioner. Data hasil kuesioner diolah dengan bantuan program Statistical Program

for Social Science (SPSS) Versi 16 for windows. Analisis data dibagi dalam tiga

bagian yaitu analisis deskriptif, uji normalitas, dan uji beda.

4.5.1 Analisis deskriptif

Analisis deskriptif pada objek dilakukan dengan menghitung rerata dan

simpang baku untuk masing-masing kriteria yaitu usia, tinggi badan dan berat badan.

4.5.2 Uji normalitas

Data penilaian terhadap keluhan musculoskeletal dan kelelahan

menggunakan uji normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (dengan

tingkat kemaknaan α = 0,05)

4.5.3 Uji beda

Uji terhadap keluhan muskuloskeletal, kelelahan menggunakan uji beda dua

kelompok berpasangan dengan taraf signifikansi (α=0.05). Jika data berdistribusi

normal, maka digunakan uji t berpasangan. Jika data tidak berdistribusi normal, maka

digunakan uji Wilcoxon.

4.6. Variabel Penelitian


49

4.6.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah posisi kerja membatik dengan duduk

diatas lantai dan posisi kerja pembatik dengan duduk di atas dingklik.

4.6.2 Variabel Terikat

Pada penelitian ini terdapat dua variabel terikat yaitu : Keluhan

Musculosketeletal , Kelelahan dan produktivitas.

4.6.3 Variabel Kontrol

Pada penelitian ini kontrol yang dilakukan adalah Kontrol Faktor Individu

subjek (pembatik) meliputi usia, tinggi badan, berat badan dan pengalam kerja,

kondisi lingkungan , peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik.

4.6.4 Definisi Operasional

1) Sikap kerja membati duduk di atas lantai

Adalah sikap atau posisi tubuh pada sat membatik dengan duduk di lantai ,

bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas

Gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan

dengan bahan/alat yang dikerjakan. Tata letak peralatannya sebagai berikut :

tinggi wajan (tempat malam cair) 20 cm, jangkauan terhadap wajan 50 cm dan

tinggi gawangan 80 cm. Sikap pembatik dengan duduk di lantai dan di atas

dingklik dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3.


50

Gambar 4.2 Posisi Kerja Pembatik Gambar 4.3 Posisi Kerja Pembatik
Duduk di Atas Lantai Duduk di Atas Dingklik

2) Sikap kerja duduk di atas dingklik

Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di atas

dingklik , bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di

atas Gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan

dengan bahan/alat yang dikerjakan. Tata letak peralatan sebagai berikut: tinggi

wajan 20 cm, jangkauan terhadap wajan 49 cm dan tinggi gawanngan 80 cm.

3) Keluhan moscuketeletal

Sistem muskuloskeletal adalah permasalahan yang berhubungan dengan

sistem muscles, meliputi otot (muscles), syaraf (nerves) dan tulang (bones).

Pekerjaan yang dirancang kurang baik akan menghasilkan ketidak efektifan

terhadap sistem muskuloskeletal tersebut (Kristyanto, 2004). Muskuloskeletal

diukur menggunakan Nordic Body Map.


51

4) Kelelahan

Grandjean (1993) menyatakan kelelahan secara umum merupakan suatu

keadaan yang tercermin dari gejala perubahan psikologis berupa kelambanan

aktivitas motorik dan respirasi, adanya perasaan sakit, berat pada bola mata,

pelemahan motivasi, penurunan aktivitas yang akan mempengaruhi aktivitas fisik

dan mental. Kelelahan diukur menggunakan skala likert.

5) Produktivitas

Suma’mur (1992) menyatakan produktivitas tenaga kerja diukur dari

perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja tiap satuan

waktu. Produktivitas diukur dari jumlah produksi dibagi rerata nadi kerja per satu

jam kerja.

Output
Pr oduktivitas 
Input

6) Usia

Usia merupakan umur seseorang sejak orang tersebut dilahirkan sampai data

diambil, usia dihitung dalam tahun.

7) Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah hasil pengamatan secara Fenotype, didukung

keterangan dari formulir biodata subjek.

8) Tinggi badan

Tinggi badan merupakan jarak dari telapak kaki sampai kepala, tinggi badan

diukur dalam meter (m).


52

9) Berat badan

Berat badan merupakan berat subyek yang melakukan perlakuan penelitian,

berat seseorang diukur dalam kilogram (kg).

10) Masa kerja

Masa kerja adalah lama seorang bekerja disuatu perusahaan, yaitu mulai

masuk sampai penelitian dilakukan, masa kerja dihitung dalam tahun. Data masa

kerja termasuk dalam skala rasio.

11) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan

datang (UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989).

12) Kesehatan

Menurut pernyataan dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan

adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan

hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan. Data kesehatan

termasuk dalam skala likert.

13) Alat kerja

Alat kerja adalah media yang digunakan untuk membantu dan

mempermudah pekerjaan.

14) Pekerja
53

Untuk definisi pekerja, UU menyatakan pekerja/buruh adalah setiap orang

yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (UU

13/2003 Pasal 1 butir 3).

4.7 Instrumen Penelitian

4.7.1 Alat Pengumpul Data

1. Kuesioner nordic body map digunakan untuk mengukur besarnya keluhan

muskuloskeletal.

2. Formulir produktivitas kerja digunakan untuk mengambil data input, output dan

batas waktu penyelesaian tugas.

3. Formulir biodata subjek digunakan untuk mengambil data kondisi subjek yaitu

nama, umur, berat badan, tinggi badan, pengalaman kerja, dan jenis kelamin.

4. Tensi meter otomatis dengan merk omron digunakan untuk mengukur denyut nadi

pekerja.

5. Timbangan badan untuk mengukur berat badan pekerja dengan merek Krups

buatan Irlandia

6. Camera digital untuk mendokumentasikan proses kerja dan mengetahui postur

tubuh ketika bekerja dengan merek Sony.

7. Meteran Logam merek Vitara : 5M / 16 FT

8. Stop watch merek Seiko buatan Jepang

4.7.2 Alat Pengolahan Data


54

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya

diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS Versi 16 for windows

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini melalui pengujian

sebagai berikut : Semua data diperoleh nilai rerata dan simpang baku untuk usia,

tinggi badan dan berat badan dan uji perbedaan dengan menggunakan uji Wilcoxon

Signed Rank dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

4.8. Tahapan Penelitian

Sebagai langkah pemecahan terhadap masalah yang didapatkan dengan

dikaitkan situasi dan kondisi setempat, maka tahapan pemecahan masalah yang akan

dilakukan oleh pelaksana akan menggunakan pendekatan action research. Oleh

karena itu rencana yang akan disusun oleh pelaksana terdiri atas tahap-tahap sebagai

berikut :

4.8.1 Survai Awal

Pada tahap ini dilakukan pendekatan dengan masyarakat yang akan dilibatkan

dalam kegiatan penelitian. Pendekatan dilakukan baik secara formal maupun non

formal agar tercipta situasi yang kondusif untuk melakukan penelitian dan sebagai

dasar untuk melakukan tahapan selanjutnya. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam

tahap ini adalah sobservasi wawancara, tata muka, ceramah dan diskusi mengenai

masalah yang dihadapi oleh pengrajin sehubungan dengan pekerjaannya. Pada tahap

ini juga dilakukan suatu penanaman pengertian bahwa keluhan yang timbul sebagai

akibat kerja seharusnya dapat diatasi sendiri oleh pekerja. Disampaikan juga prinsip
55

fisiologi tubuh manusia bahwa tubuh mampunyai mekanisme adaptasi yang harus

dipelihara sehingga apabila ada keluhan nyeri, maka harus dikembalikan ke kondisi

awal sehingga keluhan tidak akan bertambah parah. Pada tahapan ini peneliti juga

mengadakan aktifitas diskusi dan tanya jawab dua arah yang komunikatif sehingga

tercipta diskusi yang dapat menghasilkan kesepahaman mengenai permasalahan yang

terjadi kaitannya dengan keluhan muskuloskeletal pembatik.

4.8.2 Pemberian Quisioner

Pada tahap ini peneliti membagikan pertanyaan yang lebih rinci untuk

mengetahui tingkat pengetahuan pengrajin mengenai keluhan nyeri anggota tubuh

yang dirasakan dan tindakan apa yang dilakukan oleh pengrajin untuk mengatasinya.

Pada akhirnya peneliti berusaha mengukur nilai kuantitatif nyeri yang mereka rasakan

dengan NIOSH Nordic Body Map Subjective Filling, pengukuran rasa lelah dengan

30 Item Self Rating Questionnaire Industrial Fatique Research Committee dari Japan

Association Of Industrial Healt dan pengukuran denyut nadi.

4.8.3 Pengambilan Gambar Sikap / Posisi Kerja Pembatik

Pada tahap ini pelaksana mengambil gambar posisi dan sikap pekerja/pengrajin

yang dilakukan sehari-hari. Hal ini diperlukan untuk menganalisis kemungkinan

posisi kerja sebagai penyebab terjadinya keluhan nyeri anggota badan. Diharapkan

dari kegiatan ini dapat diketahui penyebab keluhan tersebut ditinjau dari posisi kerja

yang dilakukan.

4.8.4 Analisis Ergonomi


56

Dengan menggunakan gambar posisi kerja pengrajin ditambah hasil quesioner

maka pelaksana dapat melakukan analisis untuk mengetahui penyebab keluhan nyeri

anggota badan. Hasil analisis ini selanjutnya digunakan sebagai dasar pijakan untuk

memberikan penerangan kepada pengrajin mengapa bisa timbul keluhan nyeri

anggota badan yang mereka alami.

4.8.5 Sosialisasi dan Diskusi

Pada tahap ini peneliti melakukan ceramah dan diskusi untuk mensosialisasikan

hasil temuan/penelitian berdasar tahapan analisis yang telah dilakukan. Pada tahap ini

dilakukan diskusi ( Focus Group Discussion) antara peneliti dengan pengrajin

mengenai beban kerja dan keluhan Musculoskeletal para pembatik.


57

4.9 Langkah-langkah Penelitian

Alur penelitian dapat ditunjukkan dalam gambar 4.4.

Survey penelitian Studi Pustaka

Identifikasi masalah

Perumusan Masalah
Kontrol
Sebelum bekerja :
Tujuan Penelitian - Kuisoner Nordic Body Map
- Pengukuran denyut nadi
Kontrol : duduk di atas lantai
Setelah Bekerja :
Pengukuran sikap kerja - Kuisoner Nordic Body Map
pembatik duduk diatas - Pengukuran denyut nadi
lantai/dingklik

Eksperimen
Sebelum Bekerja :
Washing Out - Kuisoner Nordic Body Map
Eksperimen : duduk diatas dingklik
Setelah Bekerja :
Analisa Data dan Pembahasan - Kuisoner Nordic Body map
- Pengukuran denyut nadi
Kesimpulan dan saran

Gambar 4.4 Diagram Alur Penelitian


58

4.10 Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga (3) bulan (Januari, Pebruari, Maret tahun

2011) dengan jadwal kegiatan sebagai berikut.

Tabel 4.1 Jadwal penelitian

Bulan
N0. Kegiatan 1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
a. Perizinan (koordinasi dengan home industry )
b. survei awal/pendahuluan
c. Menetapkan rencana jadwal kerja
d. Menetapkan pembagian kerja antara tim
e. Menetapkan desain penelitian
f. Menentukan bahan dan alat penelitian
g. Menetapkan lokasi penelitian
h. Menyusun format-format data mentah
i. Survey penelitian (koordinasi dengan pengrajin batik)
2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan data (kelelahan dan musculoskeletal)
b. Menyusun dan mengisi format data
c. Melakukan pemantauan atas pengumpulan data
d. Pengolahan data
e. Melakukan analisis data
f. Menyimpulkan hasil analisis
g. Membuat Kesimpulan
3. Membuat Pembahasan
a. Menyusun konsep laporan
b. Melakukan diskusi antar anggota tim
c. Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
d. Menyusun konsep laporan akhir
e. Menyusun laporan akhir dan bahan untuk seminar
4. Penggandaan dan Pengiriman laporan penelitian
5. Menyusun artikel ilmiah
59

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Berikut ini adalah penyajian beberapa data dari hasil penelitian, antara lain :

5.1.1 Penentuan Jumlah Sampel

Perhitungan besar sampel untuk rancangan dengan subjek yang sama antara

kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen didasarkan pada rumus dari

Sopiyudin (2004). Perhitungan sampel juga didasarkan pada hasil penelitian

pendahuluan dengan subjek 10 orang. Hasil penelitian pendahuluan dengan subjek 10

orang diperoleh rerata untuk kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal sebesar 51,1

dan rerata untuk kuisioner kelelahan sebesar 39,6. Rerata tingkat keluhan

muskuloskeletal setelah dilakukan perbaikan diharapkan menurun sebanyak 20%

yaitu dari 51,1 menjadi 40,88. Sedangkan untuk kelelahan setelah dilakukan

perbaikan diharapkan menurun sebanyak 20% yaitu dari 39,6 menjadi 31,68.

Untuk α = 0,05 dan untuk β = 0,10 maka besar sampel (n) untuk tingkat

keluhan muskuloskeletal adalah sebanyak 9,6 dan untuk kuisioner kelelahan juga

sebanyak 12,3. Besarnya sampel ditambah 20% untuk menghindari terjadinya drop

out subjek penelitian sehingga sampel ditetapkan menjadi 15 orang.


60

5.1.2 Karakteristik Subjek

Subjek penelitian yaitu pekerja yang sedang membatik dengan jumlah 15

orang perempuan. Diskripsi subjek ditunjukkan dalam Tabel 5.1 menyatakan bahwa

usia subjek didapat rerata 41,53 th ± 12,21 tahun dengan rentangan 26-60 tahun.

Tinggi badan subjek didapat rerata 1,52 m ± 0,04 m dengan rentangan 1,47-1,65

meter. Berat badan subjek didapat rerata 48,67 kg ± 4,35 kg dengan rentangan 42-56

kilogram. Pengalaman kerja subjek didapat rerata 17,33 th ± 8,59 th dengan

rentangan 5-30 tahun.

Tabel 5.1
Deskripsi Subjek
perempuan
Aspek
Rerata SB Rentangan
Usia (tahun) 41,53 12,21 26-60
Tinggi badan (m) 1,52 0,04 1,47-1,65
Berat Badan (kg) 48,67 4,35 42-56
Lamanya bekerja
(tahun) 17,33 8,59 5-30

Keterangan : SB = Simpangan Baku

5.1.3 Sikap kerja

1) Sikap kerja membatik duduk di atas lantai

Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di lantai ,

bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas

gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan dengan


61

bahan/alat yang dikerjakan. Posisi lutut (kaki) pembatik ditekuk dan kadang lurus

ke depan.

Sikap pembatik dengan duduk di lantai dan di atas dingklik dapat dilihat pada

gambar 5.1 dan 5.2.

Gambar 5.1 Posisi Kerja Pembatik Gambar 5.2 Posisi Kerja Pembatik
Duduk di Atas Lantai Duduk di Atas Dingklik

2) Sikap kerja duduk di atas dingklik

Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di atas

dingklik , bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di

atas gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan

dengan bahan/alat yang dikerjakan. Posisi lutut (kaki) pembatik ditekuk dan

kadang lurus ke depan.

5.1.4 Kondisi Alat Kerja


62

1) Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk dilantai sebagai berikut :

tinggi wajan (tempat malam cair) 20 cm, jangkauan terhadap wajan 50 cm, tinggi

gawangan 80 cm dan panjang gawangan 111 cm.

2) Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk di atas dingklik sebagai

berikut : tinggi wajan 20 cm, jangkauan terhadap wajan 49 cm, tinggi gawangan

80 cm, panjang gawangan 111 cm dan ukuran dingklik adalah 39 x 29 cm.

5.1.5 Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja

Posisi duduk di lantai

1) Keluhan Sistem Musculoskeletal Posisi pembatik duduk di lantai

Pengukuran tingkat keluhan system musculoskeletal menggunakan kuisioner

Nordic Body Map, yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.

a) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sebelum bekerja,

ternyata 15 pembatik tidak merasakan sakit pada bagian tubuh.

b) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sesudah bekerja

ternyata dari 15 pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 40 %

merasakan sakit pada tubuh bagian bokong, siku kanan, lutut kiri ; 60%

mersakan sakit pada tubuh bagian punggung dan pantat.

2) Keluhan akibat kelelahan Posisi pembatik duduk di lantai

Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan

kegiatan, motivasi, dan fisik (skala likert) yang dilakukan sebelum dan sesudah

bekerja.
63

a) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan

kegiatan, motivasi, dan fisik yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15

pembatik tidak merasakan gangguan keluhan.

b) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan

kegiatan, motivasi dan fisik yang dilakukan sesudah bekerja, ternyata dari 15

pembatik merasakan tingkat kelelahan : pelemahan kegiatan 38, 67% ;

pelemahan motivasi 30,67% dan pelemahan fisik 40,67%.

3) Produktivitas Posisi pembatik duduk di lantai

Produktivitas pembatik merupakan rasio perbandingan antara jumlah produk

dibagi dengan jumlah pulse. Produktivitas yang dihasilkan dari 15 orang

pembatik yang duduk di atas lantai memiliki rerata 0,0039 ± 0,0007. Hasil rata-

rata perolehan denyut nadi adalah 75 per menit, dengan demikian maka kegiatan

membatik dengan posisi duduk di atas lantai memiliki beban kerja ringan

(lampiran 3).

5.1.6 Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja

Posisi duduk di atas dingklik.

1) Keluhan Sistem Musculoskeletal Posisi pembatik duduk di atas dingklik

Pengukuran tingkat keluhan system musculoskeletal menggunakan kuisioner

Nordic Body Map, yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.

a) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sebelum bekerja,

ternyata 15 pembatik tidak merasakan sakit pada bagian tubuh.


64

b) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sesudah bekerja

ternyata dari 15 pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 20 %

merasakan sakit pada tubuh bagian punggung, bokong, pantat ; 13, 13%

bagian siku kanan dan lutut kiri.

2) Keluhan akibat kelelahan Posisi pembatik duduk di atas dingklik

Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan

kegiatan, motivasi, dan fisik (skala likert) yang dilakukan sebelum dan sesudah

bekerja.

a) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan

kegiatan, motivasi, dan fisik yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15

pembatik tidak merasakan gangguan keluhan.

b) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan

kegiatan, motivasi dan fisik yang dilakukan sesudah bekerja, ternyata dari 15

pembatik merasakan tingkat kelelahan : pelemahan kegiatan 36,67% ;

pelemahan motivasi 26,67% dan pelemahan fisik 29,33%.

3) Produktivitas Posisi pembatik duduk di atas dingklik

Produktivitas pembatik merupakan rasio perbandingan antara jumlah produk

dibagi dengan jumlah pulse. Produktivitas yang dihasilkan dari 15 orang

pembatik yang duduk di atas lantai memiliki rerata 0,0056 ± 0,0012. Hasil rata-

rata perolehan denyut nadi adalah 71 per menit, dengan demikian maka kegiatan

membatik dengan posisi duduk di atas lantai memiliki beban kerja sangat ringan
65

(lampiran 3). Di bawah ini tabel yang menunjukkan rekap seberapa besar keluhan

sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk dilantai

(kontrol) menjadi sikap kerja duduk di atas dingklik (eksperimen).

Tabel 5.2 Rekap Hasil Tingkat Keluhan Sistem Musculoskeletal

Tabel 5.3 Rekap Tingkat Kelelahan

Table 5.4 Rekap Selisih Tingkat Keluhan Musculoskeletal, Kelelahan dan


Produktivitas
66

Dari tabel di atas didapat rerata perbandingan tiap variable pada kelompok kontrol (

posisi membatik duduk di lantai) dan perbaikan sikap kerja pada kelompok

eksperimen (duduk di atas dingklik )

5.2 Analisis data


67

5.2.1 Uji Normalitas Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan

Produktivitas

Uji Normalitas untuk menguji data kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal

kelompok kontrol sebelum beraktivitas, tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok

eksperimen sebelum beraktivitas, tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok kontrol

setelah beraktivitas, tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen setelah

beraktivitas, kelelahan kelompok kontrol sebelum beraktivitas, kelelahan kelompok

eksperimen sebelum beraktivitas, kelelahan kelompok kontrol setelah beraktivitas,

kelelahan kelompok eksperimen setelah beraktivitas, produktivitas kelompok kontrol

sebelum beraktivitas, produktivitas kelompok eksperimen sebelum beraktivitas,

produtivitas kelompok kontrol setelah beraktivitas, produktivitas kelompok

eksperimen setelah beraktivitas. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui

apakah sampel berasal dari populasi dengan sebaran distribusi normal. Uji normalitas

menggunakan Kolmogorov-Smirnov ditunjukkan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6
Rerata, Simpang Baku Dan Uji Normalitas

Simpang
Aspek Rerata P
Baku
Aspek keluhan muskuloskeletal kelompok kontrol
57,13 4,42 0,866
(lantai)
Aspek kelelahan kelompok kontrol (lantai) 53,73 5,97 0,892
Aspek produktivitas kelompok kontrol (lantai) 0,0039 0,0007 0,179
Aspek keluhan muskuloskeletal kelompok
49,87 2,82 0,908
eksperimen (dingklik)
Aspek kelelahan kelompok eksperimen (dingklik) 40,87 2,75 0,930
Aspek produktivitas kelompok eksperimen 0,0056 0,0012 0,100
68

(dingklik)

p = nilai probabilitas

Berdasarkan perhitungan, didapat nilai p pada seluruh aspek lebih besar daripada 0.05

( p > 0,05 ) dengan demikian semua data berdistribusi normal.

5.2.2 Uji T Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, kelelahan, dan

Produktivitas

Hasil uji Normalitas keseluruhan data berdistribusi normal, maka analisis

yang digunakan adalah uji compare mean yaitu dengan menggunakan uji t

berpasangan (Paired sample T-Test). Hasil uji t untuk subjek ditunjukkan pada Tabel

5.7.

Tabel 5.7
Rerata, Beda Rerata, dan Uji t Antara Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen

Simpangan Beda t
Variabel Kelompok Rerata P
Baku Rerata hitung
Keluhan Kontrol 57,13 4,42
-7,26 7,27 0,000
Muskuloskeletal Ekperimen 49,87 2,82
Kontrol 53,73 5,97
Kelelahan -12,86 1,28 0,000
Ekperimen 40,87 2,75
Kontrol 0,0039 0,0007
Produktivitas Ekperimen 0,0056 0,0012 0,0016 -1,62 0,000

Tabel 5.7 menyatakan bahwa tingkat keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan

produktivitas pada sampel didapat nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,000;


69

0,000; dan 0,000 ( p < 0,05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

penurunan yang bermakna antara semua variabel pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Beda rerata tingkat keluhan muskuloskeletal antara kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan keluhan

muskuloskeletal sebesar 12,71 %. Beda rerata kelelahan antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi penurunan kelelahan sebesar

23,93 %. Beda rerata tingkat produktivitas antara kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen adalah sebesar 0,0016 atau terjadi peningkatan produktivitas sebesar

41,03 %.

BAB VI

PEMBAHASAN
70

6.1 Karakteristik Subjek

Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 15 orang pembatik perempuan.

Rerata umur subjek penelitian adalah 41,53 ± 12,21 dengan rentangan 26-60 tahun

menunjukkan rentang usia yang cukup jauh untuk melakukan aktivitas kerja. Ditinjau

dari segi umur subjek menunjukkan bahwa usia manula (lanjut usia) dapat

melaksanakan aktivitas membatik. Rerata tinggi badan objek penelitian adalah 1,52 ±

0,04 meter, rerata berat badan 48,67 ± 4,35 kg. Tinggi badan dan berat badan akan

sangat berpengaruh pada Body Mass Index (BMI). Body Mass Index (BMI)

merupakan standar yang biasanya digunakan untuk menentukan berat ideal. Sehingga

status gizi seseorang dapat diketahui. Kategori kekurangan berat badan pada BMI

adalah kurang dari 18,5, kategori normal pada BMI adalah 18,5–24,9; kategori

kelebihan berat badan pada BMI adalah 25–29,9 dan kategori obesitas pada BMI

adalah lebih besar dari 30. Subjek penelitian mempunyai rerata BMI sebesar 21,02 ±

1,81 sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat BMI normal dan

diasumsikan mempunyai cakupan gizi yang baik.

6.2 Uji Normalitas


71

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi dengan sebaran distribusi normal.. Uji ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-

Smirnov. Data yang diuji yaitu data tingkat Keluhan muskuloskeletal, tingkat

kelelahan, dan produktivitas kelompok sistem kerja lama dan kelompok sistem kerja

baru pada responden. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel,

kelompok, serta pada responden. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa

probabilitas pada masing-masing variabel pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen pada sampel lebih besar 0,05 ( p > 0,05 ), sehingga data dinyatakan

berdistribusi normal.

6.3 Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan Produktivitas

Uji beda yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametrik dengan uji

t berpasangan karena data yang diambil kurang dari 30 dan secara keseluruhan data

berdistribusi normal.

6.3.1 Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen

Tingkat keluhan muskuloskeletal diukur dengan menggunakan kuesioner

tingkat keluhan muskulosketal dengan Nordic Body Map diberikan sebelum dan

sesudah dilakukan perlakuan. Nilai keluhan sebelum kerja merupakan jumlah nilai

keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian yang terdapat pada kuesioner pada

masing-masing perlakuan. Beda tingkat keluhan muskuloskeletal merupakan selisih

antara nilai tingkat keluhan muskuloskeletal sesudah kerja dengan nilai sebelum
72

kerja. Untuk tingkat keluhan muskuloskeletal didapat nilai probabilitas sebesar 0,000

(p<0,05) sehingga dinyatakan bahwa terdapat penurunan tingkat keluhan

muskuloskeletal secara bermakna antara kelompok kontrol (duduk di lantai) dan

kelompok eksperimen (duduk di atas dingklik). Beda rerata antara kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan sebesar 12,71

%. Perbedaan tingkat keluhan muskuloskeletal antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Grafik Tingkat Keluhan Muskuloskeletal


Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Berdasarkan Gambar 6.1 sebagian besar sampel mengalami penurunan tingkat

keluhan muskuloskeletal. Dari hasil kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal,

didapat penurunan pada keluhan subyektif yaitu sakit pada bokong dari 40 %

menjadi 20 %, sakit pada siku kanan dari 40 % menjadi 13,33 %, sakit pada lutut kiri

dari 40 % menjadi 13,33 %, sakit pada leher bagian atas dari 33,33 % menjadi 20%,
73

sakit pada bahu kanan dari 33,33 % menjadi 26,67 %, sakit pada pinggang dari 33,33

% menjadi 20 %, sakit pada tangan kanan dari 33,33 % menjadi 20 %, sakit pada

paha kiri dari 33,33 % menjadi 20 % dan sakit pada lutut kanan dari 33,33 % menjadi

13,33 %. Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas

lantai menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi keluhan system

musculoskeletal pembatik tulis.

6.3.2 Uji Beda Kelelahan Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Kelelahan diukur dengan menggunakan kuesioner kelelahan dengan skala

Likert diberikan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. Nilai keluhan sebelum

kerja merupakan jumlah nilai keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian yang

terdapat pada kuesioner pada masing-masing perlakuan. Nilai keluhan setelah kerja

adalah jumlah keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian setelah melakukan

pekerjaan pada masing-masing perlakuan. Beda kelelahan merupakan selisih antara

nilai kelelahan sesudah kerja dengan nilai kelelahan sebelum kerja. Untuk tingkat

kelelahan didapat nilai probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dinyatakan

bahwa terdapat penurunan kelelahan secara bermakna antara kelompok kontrol

(duduk di lantai) dan kelompok eksperimen (duduk di atas dingklik). Beda rerata

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi

penurunan kelelahan sebesar 23,93 %. Perbedaan tingkat kelelahan antara kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Gambar 6.2.


74

Gambar 6.2 Grafik Tingkat Kelelahan antara Kelompok Kontrol


dan Kelompok Eksperimen

Berdasarkan Gambar 6.2 sebagian besar sampel mengalami penurunan kelelahan.

Dari hasil hasil kuisioner kelelahan, didapat penurunan pada kelelahan yaitu

Penurunan pelemahan kegiatan dari 38,67 % menjadi 36,67 %, pelemahan motivasi

dari 30,67 % menjadi 26,67 %, pelemahan fisik dari 40,67 % menjadi 29,33 %.

Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas lantai

menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi gangguan kelelahan kerja pembatik

tulis.

6.3.3 Uji Beda Produktivitas Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok

Eksperimen

Tingkat produktivitas kerja didapat nilai probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05)

sehingga dinyatakan bahwa terdapat peningkatan produktivitas kerja secara bermakna

antara kelompok kontrol (duduk di lantai) dan kelompok eksperimen (duduk di atas
75

dingklik). Beda rerata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah

sebesar 0,0016 atau terjadi peningkatan sebesar 41,03 %. Perbedaan tingkat

produktivitas kerja antar kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat

pada Gambar 6.3.

Gambar 6.3 Grafik Tingkat Produktivitas antara


Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Gambar 6.3 menjelaskan bahwa sebagian besar sampel mengalami peningkatan

tingkat produktivitas kerja antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas lantai

menjadi duduk di atas dingklik dapat meningkatkan produktivitas kerja pembatik

tulis. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai

menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi keluhan sistem musculoskeletal,

kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembatik. Sesuai dengan

pernyataan Suma’mur (1992) yang menyatakan bahwa penerapan ergonomi ke dalam


76

sistem kerja telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas, kesehatan,

keselamatan dan kenyamanan kerja.


77

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa :

4) Besarnya keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap

kerja duduk dilantai adalah :

c) Tingkat keluhan sistem musculoskeletal pembatik merasakan sakit dengan

tingkat keluhan : 40 % merasakan sakit pada tubuh bagian bokong, siku

kanan, lutut kiri ; 60% mersakan sakit pada tubuh bagian punggung dan

pantat.

d) Tingkat kelelahan pembatik yang duduk di lantai meliputi : pelemahan

kegiatan 38, 67% ; pelemahan motivasi 30,67% dan pelemahan fisik

40,67%.

5) Besarnya keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap

kerja duduk di atas dingklik adalah :

c) Tingkat keluhan sistem musculoskeletal pembatik merasakan sakit dengan

tingkat keluhan : 20 % merasakan sakit pada tubuh bagian punggung, bokong,

pantat ; 13, 13% bagian siku kanan dan lutut kiri.


78

d) Tingkat kelelahan pembatik yang duduk di atas dingklik meliputi :

pelemahan kegiatan 36,67% ; pelemahan motivasi 26,67% dan pelemahan

fisik 29,33%.

6) Perbaikan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai menjadi duduk di atas

dingklik dapat mengurangi keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan

meningkatkan produktivitas kerja pembatik. Hal ini terbukti dari penurunan yang

bermakna antara semua variabel pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Beda rerata tingkat keluhan muskuloskeletal antara kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan keluhan

muskuloskeletal sebesar 12,71 %. Beda rerata kelelahan antara kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi penurunan kelelahan

sebesar 23,93 %. Beda rerata tingkat produktivitas antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen adalah sebesar 0,0016 atau terjadi peningkatan

produktivitas sebesar 41,03 %.

7.2 Saran

1) Perlu diteliti lebih lanjut mengenai peralatan / fasilitas membatik yang ergonomis

sebagai upaya dalam memperbaiki sistem kerja.

2) Perlu diteliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan

keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas

kerja pembatik dengan posisi duduk di lantai dan posisi duduk di atas dingklik.
79

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. UU. 13/2003 Pasal 1 Butir 3. [Cited 2009 Mei. 15]. Available from :
URL : www.hukumonline.com/klinik_detail.asp?

Anonim. 1989. UU. RI. Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[Cited 2009 Mei. 18]. Available from : URL :
www.dikti.go.id/Archive2007/uu_no2_1989.htm

Astrand, P.O. and Rodahl, K. 1977. Textbook of work physiology-physiological bases


of exercise, 2nd edt. McGraw-Hill Book Company. USA.

Aroef. M. 1985. Motivasi Dan Produktivitas, Suatu Pembahasan dengan Kasus


Indonesia, dalam J. Ravianto, Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia,
Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta.

Atmosoeharjo, H.S. 1994. Penerapan Ergonomi Dalam Rekayasa manusia

Mesin/Peralatan (Man-Machine Design). Forum Ilmu Kesehatan Masyarakat

XII No. 1-2 : 113-122.

Abeysekera, J. 2002, Ergonomics and Industrially Developing Countries, Jurnal

Ergonomi Indonesia, Vol 2. p3-13.

Bagus, Ida P. 2000. Perbaikan Sikap kerja Duduk Mengurangi Gangguan Sistem
Musculoskeletal dan Meningkatkan Produktivitas kerja Pengrajin Batok
Kelapa di Desa Koripan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung
Bali. Tesis. Universitas Udayana Denpasar Bali.

Barnes. R. 1991. Motion And Time Study, John Wiley, New York
80

Branton. P.1972. Ergonomics Research Contributions to the Design of the Passenger


Environment, Paper Presented to Institute of Mechanical Engineers
Symposium on Passenger Comfort, London.

Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Mc. Graw-Hill, Inc, New York.

Byrd and Moore. 1986. Stategic planning for industrial engineering function. Van
Nosttran Reinhold Company, New York.

Ganong, W.F. 2001. Review of medical physiology, Lange Medical Books. McGraw-
Hill Medical Publishing Division. NewYork .

Guyton AC, Hall JE. 1987. Textbook of medical physiology., 2th edt. Taylor and
Francis Inc. London.

Grandjean, E. 1993. Fitting the task to the man. 4th ed. Taylor & Francis Inc. London.

Grandjean. E. 1973. Ergonomics In the Home, Tailor and Francis, London.

Grandjean, E., 1991. Fatique. Parmeggiani, L. ed. Encyclopaedia of Occupational


Health and Safety, Third (resived) edt. ILO. Geneva : 837-839.

Kristyanto, B. 2004. Ergonomi konkruen dan penerapannya dalam sistem


manufaktur. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi, Aplikasi Ergonomi dalam
Industri, Yogyakarta.

Kroemer, et.al. 1994. Ergonomics: how to design for ease and efficiency. Prentice-
Hall, Inc. New Jersey.

Labar, G. 1996. OSHA’s Ergonomic Program, Occupational Ergonomics Theory

and Application, P 655-667, Marcel Dekker, New York.

Luopajarvi. 1990. Ergonomics, Analysis of Work and Postural Load, Taylor &
Francis Ltd, London.

Manuaba, A. 1992. Pengaruh ergonomi terhadap produktivitas. Seminar


Produktivitas Tenaga Kerja, Jakarta.
81

Mark, S.L., David, C.V., Dainoff, M.J., Cone, S., and Lassen, K. 1985. Measuring

Movement at Ergonomics Workstation. In R.E. Ebert and C.G. Ebert (ed).

Trends in Ergonomics/Human Factors II. North-Holland, Amsterdam.

Mazur, G. 1994. QFD for Service Industries : From Voice Customers to Task
Deployment, procceding of Fifth Symposium On Quality Function
Deployment, Novi, Michigan.

Muller, K.F.H. 1965. Ergonomic: man in his working environment. Chapman and
Hill Inc, London.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi konsep dasar dan aplikasiny,. Guna Widya,
Jakarta.

Nurmianto. E.1998 Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Guna
Widyan, Jakarta

Oborne, D.J. 1982. Ergonomics at Work. John Wiley and Sons. Ltd., NewYork.

Phoon, W.O. 1988. Practical Occupational Health, PG. Publising, Singapore.

Pulat, BM. 1992. Fundamental of industrial ergonomic. Prectise Hall Englewood


Cliffs, New Jersey.

Pratiknya, A. W. 1993. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan


Kesehatan , Raja Gravindo Persada, Jakarta.

Prasetyowibowo, Bagas. 1999. Desain Produk Industri. Penerbit Yayasan Delapan


Sepuluh, Bandung.

Partha, C.G.I. 2002. Penggunanan betel modifikasi menurunkan beban kerja dan
keluhan subjektif serta meningkatkan produktifitas pembobok tembok
82

pemasang pipa instalasi listrik. Tesis Program Pascasarjana, Universitas


Udayana, Denpasar.

Pribadi, S. 1971. The search of A Foundation of the General Aim of Education


Bandung, LPPP IKIP, Bandung.

Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan produktifitas dengan ergonomi, PT.

Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Suma’mur, P.K., 1992. Ergonomi untuk produktivitas kerja, Yayasan Swabhawa


Karya. Jakarta.

Suma’mur. 1987. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Dharma Bakti Muara

Agung, Jakarta.

Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan produktifitas dengan ergonomi. PT.

Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Sherwood, L. 1996. Outlines and highlights for human physiology.

Sutermeister dan Robert , A. 1969. People and Productivity, Mc Graw-Hill Book


Company, Toronto.

Simanjuntak. P. 1969. Tenaga Kerja : Produktivitas dan Kecenderungannya, dalam


J.Ravianto (ed), Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia, Lembaga Sarana
Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta

Sagir, S. 1985. Pokok-pokok Pikiran Mengenai Kebijaksanaan untuk Meningkatkan


Produktivitas Tenaga Kerja. Dalam J. Ravianto (ed), Produktivitas dan Mutu
Kehidupan, Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta.

Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan produktifitas dengan ergonomi, PT.

Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.


83

Suma’mur, P.K. 1982. Ergonomi untuk produktivitas kerja. Yayasan Swabhawa


Karya, Jakarta.

Sopiyudin, D. 2004. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan, uji hipotesis dengan
menggunakan SPSS Seri 1. PT. Arkans, Jakarta.

Tarwaka et.al. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan


produktivitas, UNIBA PERS, Surakarta.

Tayyari, F., and Smith, J.L. 1997. Occupational ergonomics, principles and
applications. Chapman & Hall. London.

Woodside, G. and Dianna K. 1997. Environmental Safety and Health Engineering,


John Wiley, New York.

Wilson, J.R. and Haines, H. M.,] 1998. Development of a framework for participatory
ergonomic. HSE BOOKs. UK.

Walpole, E. R., Myers, R. H. 1986. ilmu peluang dan statistika untuk insinyur dan
ilmuwan. Bandung, ITB.

Yahya. M. 1996. Penerapan Ergonomi Dalam Sistem Manusia-Alat Terhadap


Kenyamanan Kerja Dan Produktivitas Pembatik Tulis Di Kotamadya
Yogyakarta, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
84

Anda mungkin juga menyukai