LAPORAN PENELITIAN
Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian Dan
Pengembangan UPS Tegal,
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, pencipta alam semesta. Shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rassulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan syukur Alhamdulillah
atas segala rahmat dan anugerah-Nya yang telah memberi ilmu, kekuatan dan
kesempatan sehingga penelitian dengan judul ”Beban Kerja dan Keluhan
Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal”
ini dapat terselesaikan.
Keberhasilan terselesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada Universitas Pancasakti Tegal dan industri Batik Tulis di
Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal.
Penulis menyadari bahwa Penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penelitian
yang lebih lanjut masih sangat diperlukan. Akhir kata penulis berharap semoga
Laporan Penelitian ini dapat memberi kontribusi yang berarti kepada kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Penulis,
4
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………….. 62
6.1 Karakteristik Subjek………………………………………………... 62
6.2 Uji Normalitas ................................................................................... 63
6.3 Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan
Produktivitas....................................................................................... 63
6.3.1 Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen ...................................................................... 63
6.3.2 Uji Beda Kelelahan Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen.......................................................................................... 65
6.3.3 Uji Beda Produktivitas Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen.......................................................................................... 66
BAB KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 68
VII Kesimpulan………………………………………………………….. 68
7.1 Saran…………………………………………………………………. 69
7.2 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 70
RIWAYAT PENELITI ……………………………………………. 74
LAMPIRAN………………………………………………………… 76
9
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Pengrajin Batik merupakan bagian dari industri kecil yang merupakan warisan
diakui saati ini dan sepenuhnya diproduksi dengan tangan (Manuaba, 1983).
Pengrajin batik sudah ada sejak ratusan tahun silam, dan dipercaya sebagai salah satu
hasil seni budaya bangsa Indonesia. Industri batik juga berkembang sangat cepat
dengan berbagai kreasi dan inovasi baru. Saat ini, hampir semua daerah memiliki ciri
dan nama batik tersendiri, seperti halnya Kota Tegal. Batik dari wilayah ini bernama
batik tulis Tegal. Batik Tegal memiliki ciri warna dan corak yang lebih mencolok jika
dibandingkan batik dari daerah lain. Sentra batik Tegal berada di Kecamatan Tegal
Selatan, antara lain di Desa Kalinyamat Wetan, Bandung, dan Keturen. Hingga kini
tercatat ada sekitar 200 pembatik, dan semua perempuan. Awalnya, aktivitas
membatik hanya dilakukan di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga dan
Salah satu lokasi pengrajin batik dalam penelitian ini adalah di Kelurahan
dengan warna), mewarnai, hingga nglorot (merebus dan mencuci kain batik).
Hasil survey awal terhadap pengrajin batik ternyata keberadaan para pengrajin batik
nama yang berbeda-beda, seperti : Riski Ayu, Cempaka Putih, Sidamukti dan Sekar
Melati. Dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja pembatik dengan posisi duduk
di lantai atau diatas dingklik. Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa posisi
menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Kondisi kerja seperti ini memaksa
pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah yang
berlangsung lama dan menetap/statis. Menurut Grandjean (1993) dan Pheasant (1991)
sikap kerja yang statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan
Dari hasil survai awal yaitu wawancara dengan pengrajin, yang membatik
pinggang, pundak kanan, pundak kiri, telapak tangan kiri, telapak tangan kanan, lutut
kiri dan lutut kanan. Memperhatikan posisi kerja sehari-hari yang dilaksanakan oleh
musculoskeletal akan banyak ditemukan pada para pembatik. Oleh karena itu
13
penelitian ini dilaksanakan untuk mengungkapkan beban kerja dan keluhan sistem
Tegal.
adalah:
eksperimen)?.
1) Data yang diperoleh melalui observasi, data book, kuisioner dan wawancara
2) Pekerja pembatik Tulis Tegal yang menjadi responden penelitian ini dianggap
konsumen
Kota Tegal.
2) Responden dalam penelitian ini adalah pekerja wanita (dan memenuhi kriteria
Subjektif)
3) Sisi keluhan dilihat dari aspek ergonomi menggunakan skala likert dan Nordic
Body Map
4) Peralatan / bahan yang digunakan untuk membatik sudah menjadi standar umum,
1) Keluhan sistem muskuskeletal dan kelelahan yang dialami pembatik pada sikap
2) Keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan yang dialami pembatik pada sikap
produktivitas kerja pembatik dengan posisi duduk di lantai dan posisi duduk di atas
dingklik.
1) Masukan Bagi Industri tempat penelitian khususnya maupun industri lain sejenis,
mengenai beban kerja dan keluhan muskuloskeletal pada posisi membatik (nerusi).
musculoskeletal.
3) Sebagai studi pendahuluan untuk mengetahui beban kerja dan keluhan sistem
muskuloskeletal yang dihadapi oleh para pembatik , yang dilihat dari sudut
pandang ergonomi.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem musculoskeletal adalah sistem otot rangka atau otot yang melekat pada
tulang yang terdiri atas otot-otot strata (serat lintang) yang sifat gerakannya di bawah
2) Mempertahankan sifat tertentu, karena adanya kontraksi otot secara local yang
lainnya;
Komponen ini terdiri dari otot-otot, tulang-tulang dan jaringan penghubung serta
manusia. Diantara sekian banyak jenis otot, otot skeletal (voluntary) yang paling
17
banyak mendapat perhatian para ergonom. Otot-otot tersusun dari gumpalan serat-
serat otot. Semakin besar otot semakin besar pula tekanan yang bisa dilakukan pada
otot itu. Untuk tindakan-tindakan mekanis, tekana otot pada tulang dimana otot itu
maksimum pada keadaan meregang dan sebuah kontraksi otot dapat menggunakan
tekanan yang kecil. Sebuah otot menghasilkan kerja mekanik dengan mengubah
energi kimia ke energi mekanik ( Bridger, 1995; kroemer , 1994; pulat 1992).
Para ergonom membedakan antara dua tipe kerja otot dengan tujuan untuk
1) Kerja dinamis
Tipe ini mempunyai ciri melibatkan konstraksi dan relaksasi ritmik dari otot.
2) Kerja statis
Kerja statis bercirikan suatu kondisi kontraksi yang lama, yang membatasi darah
kotak dengan postur statis dan menekan pada bagian tertentu untuk menjaga
posisi. Besarnya otot yang mengalami muatan statis akan cepat menghabiskan
18
cadangan ATP dan creatin phospat. Sepanjang oksigen dan glukosa sedang
diterima, jenis aktivitas ini tidak akan berlangsung lama. Otot-otot yang
mengalami sakit luar biasa akan menimbulkan sisa pembakaran termasuk asam
dinamis, kerja statis akan memerlukan waktu istirahat yang lebih lama. (Bridger,
3) Dada terdiri atas kelompok otot pectoralis mayor dan serratus anterior ;
5) Lengan atas terdiri atas kelompok otot bíceps brachii, triceps brachii dan
brachialis;
6) Lengan bawah terdiri atas kelompok otot brachioradialis dan pronator teres;
7) Pantat terdiri atas kelompok otot gluteus maksimus, gluteus medius dan tensor
fasciae latae;
8) Paha terdiri atas kelompok otot quadriceps femoris, gracilis, bíceps femoris,
9) Betis dan kaki terdiri atas kelompok otot tibialis anterior, gastrocnemius, soleus
10) Dasar panggul terdiri atas kelompok otoy levator anii coccygis.
otot dan kelompok otot rangka (muskuloskeletal) dapat ditelusuri bagian mana yang
mengalami gangguan, terutama dikaitkan dengan akibat dari sikap verja yang kurang
muskuloskeletal (Vanwonterghem 1996; Beynon etal 1998; Carey dan Galley 1998).
temukan di perusahaan dengan diikuti sepuluh faktor yang berhubungan dengan kerja
: kerja fisik yang berat, tugas yang berulang-ulang, kerja statis, sering membungkuk
dan terpilin, angkat dan gerakan penuh tenaga, gerakan fisik maksimal dengan tiba-
individu bisa juga mempengaruhi seperti gejala-gejala antara lain: umur, jenis
kelamin, dimensi anthropometri, kekuatan otot dan kesehatan fisik, mobilisasi tulang
Sikap kerja sering ditentukan oleh tugas atau tempat kerja. Sikap kerja statis
yang terlalu lama pada saat tertentu bisa mengakibatkan keluhan pada otot dan
persendian ( Dul dan Weerdmeester, 1993). Postur kerja yang buruk dan tidak
memadai merupakan salah satu factor utama yang Sangat lazim menyebabkan
gangguan otot rangka (Chavalitsakulchai dan Sanabas, 1993; Vilki et. al, 1993;
20
Ahasan et.al 1998). Nala (1986) menyatakan bahwa sikap kerja yang tidak alamiah
menimbulkan konstraksi otot secara statis (isometric) pada sejumlah besar sistem otot
merupakan sikap paksa (McCromic dan Sander 1982). Pada sikap kerja tersebut ada
beberapa otot tubuh seperti pinggang, leer, punggung, tungkai mendapat beban statis
dalam waktu yang lama. Beban statis otot terjadi ketika postur tubuh berada pada
kondisi yang tidak natural. Peralatan maupun material ditahan pada kondisi yang
berlawanan dengan arah gravitasi. Dengan sikap kerja tersebut otot-otot yang
mendapat beban statis dalam waktu lama akan kontraksi statis atau otot dalam
keadaan tegang (tension). Otot yang mengalami kontraksi statis dalam waktu lama
pertukaran energi dan tertumpuknya sisa-sisa metabolisme pada otot yang aktif,
sebagai akibatnya otot tersebut akan cepat lelah, timbal rasa sakit, kekuatan kontraksi
berkurang sehingga hasil kerjanya berkurang (Bridger, 1995). Apabila sikap kerja
demikian dilakukan dalam waktu yang lama, cepat menimbulkan kelelahan dan
melalui penempatan sistem muskuloskeletal pada posisi yang netral dan seimbang.
Postur yang buruk atau tidak wajar menyebabkan kelelahan, ketegangan, bahkan rasa
sakit, dan harus diperbaiki. Postur yang buruk juga dapat menyebabkan hilangnya
stabilitas, tergelincir, jatuh dan berbagai kecelakaan lain yang berkaitan. Postur yang
keliru dan pemakaian sistem muskulokeletal yang buruk tidak dengan segera
21
menimbulkan rasa tidak nyaman, melainkan secara perlahan-lahan dan sikap kerja
5) Sikap kerja statis rileks lebih baik daripada sikap statis tegang.
maximal.
1) Semua sikap tubuh menbungkuk atau sikap tubuh tidak alamiah harus dihindari;
2) Posisi ekstensi lengan yang terus menerus baik kedepan maupun kesamping harus
dihindari;
22
3) Selalu diusahakan agar bekerja bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan.
4) Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan
Jadi sikap kerja merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pekerja
menggunakan sikap dan alat kerja yang baik dalam bekerja. Peralatan dan perkakas
yang mendukung jalannya peroses kerja seharusnya telah sesuai dan serasi dengan
menimbulkan sikap paksa atau sikap tidak alamiah sehingga akan cepat lelah.
Bekerja pada periode lama dengan posisi duduk banyak terjadi di industri
banding berdiri, karena dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki.
Seorang operator yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikir istirahat dan secara
potensial lebih produktif (Bridger, 1995; Nurmianto, 1996). Menurut Dul and
beberapa bantuan dapat di pakai seperti: lantai, kursi, sandaran punggung, sandaran
siku, permukaan medan kerja. Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang
ergonomis, perlu dibuat atau ditentukan kriteria dan ukuran-ukuran baku tentang
tempat duduk dan meja kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri
(Panero dan Zelnik, 1979; Corlett et. al, 1986; pheasant, 1986; suma’mur, 1987)
23
Suyanto (1985) menyatakan bahwa bagi kerja duduk, wilayah bekerja yang
beberapa cm di bawah siku akan lebih dianjurkan. Kerja duduk biasanya bersifat
supaya mendapatkan jarak visual yang tepat. Faktor lain yang perlu diperhatikan
punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian
punggung dan pinggang. Tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat
duduk, yaitu:
24
b) melengkungnya punggung;
c) tidak baik bagi alat-alat dalam, khusunya peralatan pencernaan, jika posisi
Kerugian pada a) dan b) terjadi jika sikap duduk terus menerus dilakukan.
Posisi duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan
tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit
mungkin kifosa pada punggung. Sikap sedemikian dapat dicapai dengan kursi dan
kondisi kerja. Apabila kondisi kerja fisik diperbaiki akan meringankan beban kerja
pekerja atau dengan beban yang sama akan menghasilkan produktivitas yang
(1997); Corlet (1990) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap kerja untuk
ketangkasan tangan;
25
2) tuntutan jenis pekerjaan/tugas: posisi tubuh, waktu kerja, periode istirahat, urut-
urutan pekerjaan:
3) rancangan luasan kerja (workspace): ukuran kursi, ukuran bahan yang dikerjakan,
ukuran luasan kerja (ruang pergerakan kepala, lengan, kaki dan sebagainya),
privacy;
faktor diatas, serta diusahakan suatu perbaikan ke arah sikap kerja duduk normal
karena kenyamanan duduk saat bekerja sangat penting terhadap pergerakan tubuh
indikasi keluhan fisik adalah dengan menggunakan skala nordic body map. Melalui
nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan. Untuk
menekan bias yang mungkin terjadi pada saat pengukuran, maka sebaiknya
pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja (Tarwaka et al,
2004).
26
Keterangan gambar :
2. Bahu kiri
3. Bahu kanan
5. Punggung
7. Pinggang
27
8. Bokong
9. Pantat
karyawan akan dihadapkan kepada keadaan : beban kerja yang berlebihan, beban
kerja yang kurang dan beban kerja optimal. Adiputra (1998); Rodahl (1989)
External loads disini di maksudkan ialah beban kerja yang berasal dari pekerjaan
yang sedang dilakukan, yang mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk semua
orang. Yang termasuk dalam external loads ini meliputi: iask, organisasi dan
Internal Loads yang dimaksud ialah: reaksi tubuh seseorang terhadap suatu
external loads yang diberikan. Dalam penilainnya ada dua kriteria yang dapat di
pakai yaitu:
a) Kriteria objektif: yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain yang
kelelahan yang mengganggu, rasa sakit, atau pengalaman lain yang di rasakan.
29
a) Data Straim selalu berhubungan dengan kerja yang sedang di lakukan dan
angka nilai ambang yang ada atau angka batas atas yang diijinkan;
c) Pengumpulan data dilakukan pada saat permulaan pekerjaan dan saat akhir
pekerjaan;
d) Untuk mengetahui konstrain waktu maka dicatat pula durasi atau lama
operasinya.
(reseptorsensoris dan motoris dalam organ) yang disebabkan oleh perangsangan yang
secara terus menerus. Kelelahan dapat terjadi karena organ tubuh secara terus
- “energetic aspect”;
- “thermoregulatory aspect”;
30
1) Reaksi fisiologis:
- reaksi kardiovaskuler,
- reaksi respirasi;
- reaksi thermoregulatory
2) Reaksi fisio-psikologis:
- waktu reaksi
- skin resistance;
- flikker fusion;
- arousal/vigilance levels;
- memory capacity;
3) Perubahan perilaku:
- Kesalahan;
- Ketepatan/kualitas;
- Agression, passivism.
Salah satu indikator beban kerja dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi
perubahan terkecil dalam kegiatan metabolis tubuh (Berger, 1982). Denyut nadi
permenit dapat menggambarkan proses aktivitas dalam sel tubuh. Bila tubuh dalam
keadaan emosi dan ketakutan maka denyut nadi juga meningkat (Adiputra, 1998).
Peningkatan denyut nadi kerja dalam bekerja di pertajam oleh beberapa hal :
Banyak peneliti telah melaporkan bahwa pengukuran beban kerja dapat dilakukan
dengan mengukur denyut nadi per menit waktu kerja. Dengan pertimbangan sebagai
berikut :
a) Cara pengukuran denyut nadi lebih mudah dilakukan karena tidak memerlukan
b) Selain itu juga beban kerja suatu pekerjaan berhubungan linear dengan
adalah:
32
1) Palpasi;
2) Telemetri;
5) “photo-plethysmography”.
Muller dan Grandjean (1988) mendefinisikan beberapa skala denyut nadi sbb:
3) Denyut nadi kerja : perbedaan antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi selama
kerja;
4) Denyut nadi pemulihan total : jumlah denyut nadi dari saat berhenti bekerja sampai
5) Denyut nadi kerja total: jumlah denyut nadi dari mulai bekerja sampai dengan
di jelaskan. Hal ini karena denyut nadi merupakan refleksi dari proses reaksi ( strain )
33
terhadap stressor yang diberikan kepada tubuh. Menurut Adipura (1998) denyut nadi
1) Mengevaluasi beban kerja. Data yang dipakai adalah nilai rata-rata denyut nadi
kerja dari seluruh jam kerja. Nilai itu lalu diperbandingkan dengan angka seperti
tabel 1 ;
6) Kelelahan;
Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja atau menurunkan denyut nadi
dapat diupayakan dengan melakukan kerja dengan sikap yang benar dan memilih
34
dsg) diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan
yang di capai (output) dengan keseluruhn sumber daya yang digunakan (input).
Dalam kenyataannya kata produktivitas sering di pakai dalam suatu pengertian lebih
kerja. Alasan dari penekanan ini adalah bahwa dalam operasi-operasi pabrik
tradisional, biaya kerja menghabiskan antara 2/3 dan ¾ dari tambahan nilai barang
yang dihasilkan ( Pheasant, 1991). Produktivitas pada dasarnya berkaitan erat dengan
peralatan kerja, bahan baku dan lain-lain dikelola dalam suatu cara yang terorganisir
untuk mewujudkan barang secara efektif dan efisien ( Adhiyatma, 1992, Manuaba
produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk
barang dan jasa yang bermutu tinggi serta standar kehidupan yang lebih tinngi.
masukan pada periode tertentu. Perbandingan tersebut berubah dari waktu kewaktu
kerja, motivasi, lingkungan kerja dan lain-lain. Faktor tersebut besar artinya bagi
penciptaan suasana kerja yang ergonomis untuk menunjang tercapainya efisiensi yang
berarti di dalam proses yang telah memenuhi batasan standar produktivitas kerja
(Sedarmayanti, 1996).
(enam) area dasar: ekonomi, teknis, kesehatan dan ergonomi, sosial budaya,
lingkungan dan pelestarian energi. Jadi penekanan arti produktivitas kerja untuk
mewujudkan sesuatu secara efektif dan efisien, sangat terkait dengan proses produksi
dimana faktor-faktor: tenaga kerja; peralatan kerja; bahan baku pemodalan dan lain-
lain harus dikelola dalam suatu cara yang terorganisir dan ditunjang oleh lingkungan
peralatan yang digunakan, sedang faktor yang berpengaruh tidak langsung meliputi :
a. Tenaga kerja: umur, gizi, kondisi fisik, keterampilan, dan psikologi pekerja;
1) Sikap kerja (attitude), seperti: kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift
work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim;
3) Hubungan antara pegawai dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha
5) Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas;
Apabila tenaga yang di keluarkan, waktu yang dihabiskan dan pikiran yang
dicurahkan oleh seorang karyawan untuk mengatur segenap sarana dan sumber daya
volume atau jumlah produk yang dihasilkan akan meningkat. Dengan sikap kerja, tata
kerja yang sesuai, kondisi lingkungan kerja yang tentram, aman dan menyenangkan
BAB III
dengan lainnya dalam melakukan analisis sikap atau posisi pembatik. Subjek
penelitian adalah pekerja yang ditugaskan untuk bekerja membatik yang sudah
ditentukan oleh peneliti berdasarkan kriteria-kriteria : umur, jenis kelamin, tinggi dan
berat badan, pengalaman, pendidikan dan kesehatan. Tugas yang dilakukan oleh
pekerja akan disesuaikan dengan alat kerja, jumlah tugas, batas waktu penyelesaian
duduk di atas lantai dan posisi pekerja duduk di atas dingklik. Kedua posisi tersebut
akan diamati untuk mengetahui tingkat keluhan atau beban kerja dari system
bawah ini adalah kerangka konsep penelitian yang berguna sebagai langkah dasar
Subjek
1. Umur
2. Jenis Kelamin Tugas
3. Tinggi dan berat
badan 1.Alat Kerja
4. Pengalaman 2. Jumlah Tugas
5. Pendidikan 3. Batas waktu
6. Kesehatan penyelesaian
tugas
4.Frekuensi
Pembatik duduk di
Pembatik Duduk
atas dingklik
di atas lantai
Pekerja
Sikap pekerja /
posisi pekerja
pembatik
Keluhan Keluhan
Muskuskeletal Muskuskeletal
Kelelahan Kelelahan
Produktivitas Produktivitas
3.2 Hipotesis
kontrol.
eksperimen.
berdistribusi normal.
berdistribusi normal.
H0 : µ1 = µ2
responden.
H1 : µ1 < µ2
42
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 < µ2
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 < µ2
BAB IV
43
METODE PENELITIAN
rancangan yang observasi variabel dilakukan beberapa kali, yang subyek kontrolnya
Kontrol WO Eksperimen
O1 O2 O3 O4
Keterangan :
sebelum bekerja pada kelompok kontrol dengan posisi pembatik duduk di lantai.
produktivitas setelah bekerja pada kelompok kontrol dengan posisi pembatik duduk
di lantai.
sebelum bekerja pada kelompok eksperimen dengan posisi pembatik duduk di atas
dingklik.
4.2.1 Populasi
Wetan Kota Tegal yang terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : Riski Ayu,
Cempaka Putih, Sidamukti dan Sekar Melati. Populasi dalam penelitian ini diambil
4.2.2 Sampel
Kalinyamat Wetan Kota Tegal yang meemnuhi criteria inklusi sebagai berikut :
dengan subjek yang sama antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen
2 x
N1 f ( , ) ..................................... (1 )
1 2
Keterangan :
N = Jumlah Sampel
S = Standart Deviasi
Konstanta (0,01)
Konstanta (0,05)
besar jumlah sampel, dan diambil nilai terbesar sebagai jumlah sampel.
2 x
N1 f ( , ) = 9,63 orang
1 2
b. Kuisioner kelelahan
46
2 x 2 x5,466
N1 f ( , ) = 17,8 = 12,39 orang
1 2 48,72 60,9
Dari kedua nilai diatas, nilai terbesar adalah 12,39, sehingga sampel yang
diambil dalam penelitian adalah 12,39 orang. Besarnya sampel ditambah 20%
untuk menghindari terjadinya drop out subjek dari penelitian sehingga besarnya
Ayu), dalam hal ini yang memenuhi criteria inklusi sebanyak 15 orang yang diambil
secara acak sederhana atau simple random sampling (Nazir, 2006) dan sesuai dengan
2) ada kesibukan lain sehingga selama pelaksanaan penelitian tidak bisa ikut
pada subjek dilakukan dengan menghitung rerata dan simpang baku untuk masing-
masing kriteria yaitu usia, tinggi badan, berat badan, dan pengalaman kerja. Objek
penelitian adalah sikap kerja / posisi kerja untuk aktivitas membatik dengan posisi
dengan NIOSH Nordic Body Map Subjective Filling, pengukuran rasa lelah dengan
30 Item Self Rating Questionnaire Industrial Fatique Research Committee dari Japan
Association Of Industrial Healt, pengukuran denyut nadi dengan bantuan stop watch ,
Data dikumpulkan dan dianalisis dengan cara deskriptif untuk sikap kerja,
karakter fisik pembatik, denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja dan pemulihan serta
Keluhan musculoskeletal, baik untuk pembatik dengan posisi duduk diatas lantai atau
pembatik duduk diatas dingklik. Tahap analisis dalam penelitian ini, observasi
48
dilakukan terhadap objek yang sama atau sampel yang sama dengan bantuan
kuisioner. Data hasil kuesioner diolah dengan bantuan program Statistical Program
for Social Science (SPSS) Versi 16 for windows. Analisis data dibagi dalam tiga
simpang baku untuk masing-masing kriteria yaitu usia, tinggi badan dan berat badan.
normal, maka digunakan uji t berpasangan. Jika data tidak berdistribusi normal, maka
Variabel bebas pada penelitian ini adalah posisi kerja membatik dengan duduk
diatas lantai dan posisi kerja pembatik dengan duduk di atas dingklik.
Pada penelitian ini kontrol yang dilakukan adalah Kontrol Faktor Individu
subjek (pembatik) meliputi usia, tinggi badan, berat badan dan pengalam kerja,
Adalah sikap atau posisi tubuh pada sat membatik dengan duduk di lantai ,
tinggi wajan (tempat malam cair) 20 cm, jangkauan terhadap wajan 50 cm dan
tinggi gawangan 80 cm. Sikap pembatik dengan duduk di lantai dan di atas
Gambar 4.2 Posisi Kerja Pembatik Gambar 4.3 Posisi Kerja Pembatik
Duduk di Atas Lantai Duduk di Atas Dingklik
Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di atas
dengan bahan/alat yang dikerjakan. Tata letak peralatan sebagai berikut: tinggi
3) Keluhan moscuketeletal
sistem muscles, meliputi otot (muscles), syaraf (nerves) dan tulang (bones).
4) Kelelahan
aktivitas motorik dan respirasi, adanya perasaan sakit, berat pada bola mata,
5) Produktivitas
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja tiap satuan
waktu. Produktivitas diukur dari jumlah produksi dibagi rerata nadi kerja per satu
jam kerja.
Output
Pr oduktivitas
Input
6) Usia
Usia merupakan umur seseorang sejak orang tersebut dilahirkan sampai data
7) Jenis kelamin
8) Tinggi badan
Tinggi badan merupakan jarak dari telapak kaki sampai kepala, tinggi badan
9) Berat badan
Masa kerja adalah lama seorang bekerja disuatu perusahaan, yaitu mulai
masuk sampai penelitian dilakukan, masa kerja dihitung dalam tahun. Data masa
11) Pendidikan
12) Kesehatan
adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan
mempermudah pekerjaan.
14) Pekerja
53
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (UU
muskuloskeletal.
2. Formulir produktivitas kerja digunakan untuk mengambil data input, output dan
3. Formulir biodata subjek digunakan untuk mengambil data kondisi subjek yaitu
nama, umur, berat badan, tinggi badan, pengalaman kerja, dan jenis kelamin.
4. Tensi meter otomatis dengan merk omron digunakan untuk mengukur denyut nadi
pekerja.
5. Timbangan badan untuk mengukur berat badan pekerja dengan merek Krups
buatan Irlandia
diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS Versi 16 for windows
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini melalui pengujian
sebagai berikut : Semua data diperoleh nilai rerata dan simpang baku untuk usia,
tinggi badan dan berat badan dan uji perbedaan dengan menggunakan uji Wilcoxon
dikaitkan situasi dan kondisi setempat, maka tahapan pemecahan masalah yang akan
karena itu rencana yang akan disusun oleh pelaksana terdiri atas tahap-tahap sebagai
berikut :
Pada tahap ini dilakukan pendekatan dengan masyarakat yang akan dilibatkan
dalam kegiatan penelitian. Pendekatan dilakukan baik secara formal maupun non
formal agar tercipta situasi yang kondusif untuk melakukan penelitian dan sebagai
dasar untuk melakukan tahapan selanjutnya. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam
tahap ini adalah sobservasi wawancara, tata muka, ceramah dan diskusi mengenai
masalah yang dihadapi oleh pengrajin sehubungan dengan pekerjaannya. Pada tahap
ini juga dilakukan suatu penanaman pengertian bahwa keluhan yang timbul sebagai
akibat kerja seharusnya dapat diatasi sendiri oleh pekerja. Disampaikan juga prinsip
55
fisiologi tubuh manusia bahwa tubuh mampunyai mekanisme adaptasi yang harus
dipelihara sehingga apabila ada keluhan nyeri, maka harus dikembalikan ke kondisi
awal sehingga keluhan tidak akan bertambah parah. Pada tahapan ini peneliti juga
mengadakan aktifitas diskusi dan tanya jawab dua arah yang komunikatif sehingga
Pada tahap ini peneliti membagikan pertanyaan yang lebih rinci untuk
yang dirasakan dan tindakan apa yang dilakukan oleh pengrajin untuk mengatasinya.
Pada akhirnya peneliti berusaha mengukur nilai kuantitatif nyeri yang mereka rasakan
dengan NIOSH Nordic Body Map Subjective Filling, pengukuran rasa lelah dengan
30 Item Self Rating Questionnaire Industrial Fatique Research Committee dari Japan
Pada tahap ini pelaksana mengambil gambar posisi dan sikap pekerja/pengrajin
posisi kerja sebagai penyebab terjadinya keluhan nyeri anggota badan. Diharapkan
dari kegiatan ini dapat diketahui penyebab keluhan tersebut ditinjau dari posisi kerja
yang dilakukan.
maka pelaksana dapat melakukan analisis untuk mengetahui penyebab keluhan nyeri
anggota badan. Hasil analisis ini selanjutnya digunakan sebagai dasar pijakan untuk
Pada tahap ini peneliti melakukan ceramah dan diskusi untuk mensosialisasikan
hasil temuan/penelitian berdasar tahapan analisis yang telah dilakukan. Pada tahap ini
Identifikasi masalah
Perumusan Masalah
Kontrol
Sebelum bekerja :
Tujuan Penelitian - Kuisoner Nordic Body Map
- Pengukuran denyut nadi
Kontrol : duduk di atas lantai
Setelah Bekerja :
Pengukuran sikap kerja - Kuisoner Nordic Body Map
pembatik duduk diatas - Pengukuran denyut nadi
lantai/dingklik
Eksperimen
Sebelum Bekerja :
Washing Out - Kuisoner Nordic Body Map
Eksperimen : duduk diatas dingklik
Setelah Bekerja :
Analisa Data dan Pembahasan - Kuisoner Nordic Body map
- Pengukuran denyut nadi
Kesimpulan dan saran
Penelitian dilakukan selama tiga (3) bulan (Januari, Pebruari, Maret tahun
Bulan
N0. Kegiatan 1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
a. Perizinan (koordinasi dengan home industry )
b. survei awal/pendahuluan
c. Menetapkan rencana jadwal kerja
d. Menetapkan pembagian kerja antara tim
e. Menetapkan desain penelitian
f. Menentukan bahan dan alat penelitian
g. Menetapkan lokasi penelitian
h. Menyusun format-format data mentah
i. Survey penelitian (koordinasi dengan pengrajin batik)
2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan data (kelelahan dan musculoskeletal)
b. Menyusun dan mengisi format data
c. Melakukan pemantauan atas pengumpulan data
d. Pengolahan data
e. Melakukan analisis data
f. Menyimpulkan hasil analisis
g. Membuat Kesimpulan
3. Membuat Pembahasan
a. Menyusun konsep laporan
b. Melakukan diskusi antar anggota tim
c. Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
d. Menyusun konsep laporan akhir
e. Menyusun laporan akhir dan bahan untuk seminar
4. Penggandaan dan Pengiriman laporan penelitian
5. Menyusun artikel ilmiah
59
BAB V
HASIL PENELITIAN
Berikut ini adalah penyajian beberapa data dari hasil penelitian, antara lain :
Perhitungan besar sampel untuk rancangan dengan subjek yang sama antara
orang diperoleh rerata untuk kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal sebesar 51,1
dan rerata untuk kuisioner kelelahan sebesar 39,6. Rerata tingkat keluhan
yaitu dari 51,1 menjadi 40,88. Sedangkan untuk kelelahan setelah dilakukan
perbaikan diharapkan menurun sebanyak 20% yaitu dari 39,6 menjadi 31,68.
Untuk α = 0,05 dan untuk β = 0,10 maka besar sampel (n) untuk tingkat
keluhan muskuloskeletal adalah sebanyak 9,6 dan untuk kuisioner kelelahan juga
sebanyak 12,3. Besarnya sampel ditambah 20% untuk menghindari terjadinya drop
orang perempuan. Diskripsi subjek ditunjukkan dalam Tabel 5.1 menyatakan bahwa
usia subjek didapat rerata 41,53 th ± 12,21 tahun dengan rentangan 26-60 tahun.
Tinggi badan subjek didapat rerata 1,52 m ± 0,04 m dengan rentangan 1,47-1,65
meter. Berat badan subjek didapat rerata 48,67 kg ± 4,35 kg dengan rentangan 42-56
Tabel 5.1
Deskripsi Subjek
perempuan
Aspek
Rerata SB Rentangan
Usia (tahun) 41,53 12,21 26-60
Tinggi badan (m) 1,52 0,04 1,47-1,65
Berat Badan (kg) 48,67 4,35 42-56
Lamanya bekerja
(tahun) 17,33 8,59 5-30
Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di lantai ,
bahan/alat yang dikerjakan. Posisi lutut (kaki) pembatik ditekuk dan kadang lurus
ke depan.
Sikap pembatik dengan duduk di lantai dan di atas dingklik dapat dilihat pada
Gambar 5.1 Posisi Kerja Pembatik Gambar 5.2 Posisi Kerja Pembatik
Duduk di Atas Lantai Duduk di Atas Dingklik
Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di atas
dengan bahan/alat yang dikerjakan. Posisi lutut (kaki) pembatik ditekuk dan
1) Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk dilantai sebagai berikut :
tinggi wajan (tempat malam cair) 20 cm, jangkauan terhadap wajan 50 cm, tinggi
2) Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk di atas dingklik sebagai
berikut : tinggi wajan 20 cm, jangkauan terhadap wajan 49 cm, tinggi gawangan
merasakan sakit pada tubuh bagian bokong, siku kanan, lutut kiri ; 60%
kegiatan, motivasi, dan fisik (skala likert) yang dilakukan sebelum dan sesudah
bekerja.
63
kegiatan, motivasi dan fisik yang dilakukan sesudah bekerja, ternyata dari 15
pembatik yang duduk di atas lantai memiliki rerata 0,0039 ± 0,0007. Hasil rata-
rata perolehan denyut nadi adalah 75 per menit, dengan demikian maka kegiatan
membatik dengan posisi duduk di atas lantai memiliki beban kerja ringan
(lampiran 3).
merasakan sakit pada tubuh bagian punggung, bokong, pantat ; 13, 13%
kegiatan, motivasi, dan fisik (skala likert) yang dilakukan sebelum dan sesudah
bekerja.
kegiatan, motivasi dan fisik yang dilakukan sesudah bekerja, ternyata dari 15
pembatik yang duduk di atas lantai memiliki rerata 0,0056 ± 0,0012. Hasil rata-
rata perolehan denyut nadi adalah 71 per menit, dengan demikian maka kegiatan
membatik dengan posisi duduk di atas lantai memiliki beban kerja sangat ringan
65
(lampiran 3). Di bawah ini tabel yang menunjukkan rekap seberapa besar keluhan
sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk dilantai
Dari tabel di atas didapat rerata perbandingan tiap variable pada kelompok kontrol (
posisi membatik duduk di lantai) dan perbaikan sikap kerja pada kelompok
Produktivitas
apakah sampel berasal dari populasi dengan sebaran distribusi normal. Uji normalitas
Tabel 5.6
Rerata, Simpang Baku Dan Uji Normalitas
Simpang
Aspek Rerata P
Baku
Aspek keluhan muskuloskeletal kelompok kontrol
57,13 4,42 0,866
(lantai)
Aspek kelelahan kelompok kontrol (lantai) 53,73 5,97 0,892
Aspek produktivitas kelompok kontrol (lantai) 0,0039 0,0007 0,179
Aspek keluhan muskuloskeletal kelompok
49,87 2,82 0,908
eksperimen (dingklik)
Aspek kelelahan kelompok eksperimen (dingklik) 40,87 2,75 0,930
Aspek produktivitas kelompok eksperimen 0,0056 0,0012 0,100
68
(dingklik)
p = nilai probabilitas
Berdasarkan perhitungan, didapat nilai p pada seluruh aspek lebih besar daripada 0.05
Produktivitas
yang digunakan adalah uji compare mean yaitu dengan menggunakan uji t
berpasangan (Paired sample T-Test). Hasil uji t untuk subjek ditunjukkan pada Tabel
5.7.
Tabel 5.7
Rerata, Beda Rerata, dan Uji t Antara Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen
Simpangan Beda t
Variabel Kelompok Rerata P
Baku Rerata hitung
Keluhan Kontrol 57,13 4,42
-7,26 7,27 0,000
Muskuloskeletal Ekperimen 49,87 2,82
Kontrol 53,73 5,97
Kelelahan -12,86 1,28 0,000
Ekperimen 40,87 2,75
Kontrol 0,0039 0,0007
Produktivitas Ekperimen 0,0056 0,0012 0,0016 -1,62 0,000
0,000; dan 0,000 ( p < 0,05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
penurunan yang bermakna antara semua variabel pada kelompok kontrol dan
kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan keluhan
muskuloskeletal sebesar 12,71 %. Beda rerata kelelahan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi penurunan kelelahan sebesar
23,93 %. Beda rerata tingkat produktivitas antara kelompok kontrol dan kelompok
41,03 %.
BAB VI
PEMBAHASAN
70
Rerata umur subjek penelitian adalah 41,53 ± 12,21 dengan rentangan 26-60 tahun
menunjukkan rentang usia yang cukup jauh untuk melakukan aktivitas kerja. Ditinjau
dari segi umur subjek menunjukkan bahwa usia manula (lanjut usia) dapat
melaksanakan aktivitas membatik. Rerata tinggi badan objek penelitian adalah 1,52 ±
0,04 meter, rerata berat badan 48,67 ± 4,35 kg. Tinggi badan dan berat badan akan
sangat berpengaruh pada Body Mass Index (BMI). Body Mass Index (BMI)
merupakan standar yang biasanya digunakan untuk menentukan berat ideal. Sehingga
status gizi seseorang dapat diketahui. Kategori kekurangan berat badan pada BMI
adalah kurang dari 18,5, kategori normal pada BMI adalah 18,5–24,9; kategori
kelebihan berat badan pada BMI adalah 25–29,9 dan kategori obesitas pada BMI
adalah lebih besar dari 30. Subjek penelitian mempunyai rerata BMI sebesar 21,02 ±
1,81 sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat BMI normal dan
populasi dengan sebaran distribusi normal.. Uji ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov. Data yang diuji yaitu data tingkat Keluhan muskuloskeletal, tingkat
kelelahan, dan produktivitas kelompok sistem kerja lama dan kelompok sistem kerja
eksperimen pada sampel lebih besar 0,05 ( p > 0,05 ), sehingga data dinyatakan
berdistribusi normal.
Uji beda yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametrik dengan uji
t berpasangan karena data yang diambil kurang dari 30 dan secara keseluruhan data
berdistribusi normal.
Kelompok Eksperimen
tingkat keluhan muskulosketal dengan Nordic Body Map diberikan sebelum dan
sesudah dilakukan perlakuan. Nilai keluhan sebelum kerja merupakan jumlah nilai
keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian yang terdapat pada kuesioner pada
antara nilai tingkat keluhan muskuloskeletal sesudah kerja dengan nilai sebelum
72
kerja. Untuk tingkat keluhan muskuloskeletal didapat nilai probabilitas sebesar 0,000
kelompok eksperimen (duduk di atas dingklik). Beda rerata antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan sebesar 12,71
didapat penurunan pada keluhan subyektif yaitu sakit pada bokong dari 40 %
menjadi 20 %, sakit pada siku kanan dari 40 % menjadi 13,33 %, sakit pada lutut kiri
dari 40 % menjadi 13,33 %, sakit pada leher bagian atas dari 33,33 % menjadi 20%,
73
sakit pada bahu kanan dari 33,33 % menjadi 26,67 %, sakit pada pinggang dari 33,33
% menjadi 20 %, sakit pada tangan kanan dari 33,33 % menjadi 20 %, sakit pada
paha kiri dari 33,33 % menjadi 20 % dan sakit pada lutut kanan dari 33,33 % menjadi
13,33 %. Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas
6.3.2 Uji Beda Kelelahan Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Likert diberikan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. Nilai keluhan sebelum
kerja merupakan jumlah nilai keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian yang
terdapat pada kuesioner pada masing-masing perlakuan. Nilai keluhan setelah kerja
adalah jumlah keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian setelah melakukan
nilai kelelahan sesudah kerja dengan nilai kelelahan sebelum kerja. Untuk tingkat
(duduk di lantai) dan kelompok eksperimen (duduk di atas dingklik). Beda rerata
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi
Dari hasil hasil kuisioner kelelahan, didapat penurunan pada kelelahan yaitu
dari 30,67 % menjadi 26,67 %, pelemahan fisik dari 40,67 % menjadi 29,33 %.
Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas lantai
menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi gangguan kelelahan kerja pembatik
tulis.
Eksperimen
antara kelompok kontrol (duduk di lantai) dan kelompok eksperimen (duduk di atas
75
dingklik). Beda rerata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah
produktivitas kerja antar kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat
Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas lantai
tulis. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
kanan, lutut kiri ; 60% mersakan sakit pada tubuh bagian punggung dan
pantat.
40,67%.
fisik 29,33%.
6) Perbaikan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai menjadi duduk di atas
meningkatkan produktivitas kerja pembatik. Hal ini terbukti dari penurunan yang
dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan keluhan
dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi penurunan kelelahan
sebesar 23,93 %. Beda rerata tingkat produktivitas antara kelompok kontrol dan
7.2 Saran
1) Perlu diteliti lebih lanjut mengenai peralatan / fasilitas membatik yang ergonomis
kerja pembatik dengan posisi duduk di lantai dan posisi duduk di atas dingklik.
79
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. UU. 13/2003 Pasal 1 Butir 3. [Cited 2009 Mei. 15]. Available from :
URL : www.hukumonline.com/klinik_detail.asp?
Anonim. 1989. UU. RI. Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[Cited 2009 Mei. 18]. Available from : URL :
www.dikti.go.id/Archive2007/uu_no2_1989.htm
Bagus, Ida P. 2000. Perbaikan Sikap kerja Duduk Mengurangi Gangguan Sistem
Musculoskeletal dan Meningkatkan Produktivitas kerja Pengrajin Batok
Kelapa di Desa Koripan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung
Bali. Tesis. Universitas Udayana Denpasar Bali.
Barnes. R. 1991. Motion And Time Study, John Wiley, New York
80
Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Mc. Graw-Hill, Inc, New York.
Byrd and Moore. 1986. Stategic planning for industrial engineering function. Van
Nosttran Reinhold Company, New York.
Ganong, W.F. 2001. Review of medical physiology, Lange Medical Books. McGraw-
Hill Medical Publishing Division. NewYork .
Guyton AC, Hall JE. 1987. Textbook of medical physiology., 2th edt. Taylor and
Francis Inc. London.
Grandjean, E. 1993. Fitting the task to the man. 4th ed. Taylor & Francis Inc. London.
Kroemer, et.al. 1994. Ergonomics: how to design for ease and efficiency. Prentice-
Hall, Inc. New Jersey.
Luopajarvi. 1990. Ergonomics, Analysis of Work and Postural Load, Taylor &
Francis Ltd, London.
Mark, S.L., David, C.V., Dainoff, M.J., Cone, S., and Lassen, K. 1985. Measuring
Mazur, G. 1994. QFD for Service Industries : From Voice Customers to Task
Deployment, procceding of Fifth Symposium On Quality Function
Deployment, Novi, Michigan.
Muller, K.F.H. 1965. Ergonomic: man in his working environment. Chapman and
Hill Inc, London.
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi konsep dasar dan aplikasiny,. Guna Widya,
Jakarta.
Nurmianto. E.1998 Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Guna
Widyan, Jakarta
Oborne, D.J. 1982. Ergonomics at Work. John Wiley and Sons. Ltd., NewYork.
Partha, C.G.I. 2002. Penggunanan betel modifikasi menurunkan beban kerja dan
keluhan subjektif serta meningkatkan produktifitas pembobok tembok
82
Suma’mur. 1987. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Dharma Bakti Muara
Agung, Jakarta.
Sopiyudin, D. 2004. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan, uji hipotesis dengan
menggunakan SPSS Seri 1. PT. Arkans, Jakarta.
Tayyari, F., and Smith, J.L. 1997. Occupational ergonomics, principles and
applications. Chapman & Hall. London.
Wilson, J.R. and Haines, H. M.,] 1998. Development of a framework for participatory
ergonomic. HSE BOOKs. UK.
Walpole, E. R., Myers, R. H. 1986. ilmu peluang dan statistika untuk insinyur dan
ilmuwan. Bandung, ITB.