TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antibiotika
Antibiotik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios =
hidup. Antibiotika adalah senyawa berat dengan molekul rendah yang membunuh
pada tahun 1982 di London. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan
digunakan dalam terapi pada tahun 1941 oleh Dr. Florey. Kemudian banyak zat
namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.
Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis, atau semi sintetis. (Bezoen et al., 2000).
Penggunaan antibiotik untuk terapi infeksi pada manusia dan hewan herus
dari antibiotik tersebut ataupun berdasarkan target kerjnya pada sel yaitu, boerd
spektrum yang luas (Tjay dan Raharja, 2008). Bahwa antibiotika harus membunuh
atau menghambat pertumbuhan bakteri dari tipe yang berbeda. Antibiotika broad
4
5
spektrum berguna karena adanya gejala (simptom) yang sama yang disebabkan oleh
bakteri dari spesies yang berbeda dan dari gejala yang muncul tidak mungkin
2005).
menyerang bakteri patogen tetapi juga mengurangi jumlah mikroflora usus (Focosi,
2005). Setiap antibiotika harus mampu mencapai bagian tubuh dimana terjadinya
masuk ke aliran darah tetapi tidak melintasi barrier darah otak dalam cairan spinal
dan tidak masuk dalam sel fagosit (Phillips et al., 2004; Focosi, 2005).
resistensi antibiotika bakteri dari ayam dan telur ke manusia dan lingkungan
oleh bakteri (Phillips et al., 2004; Bahri dkk, 2005) Efek samping antibiotok pada
manusia yakni diare, sakit perut, muntah, rasa gatal, ruam kulit ringan, sulit
bernafas atau menelan, mengi, biasa lelah. Sedangkan pada hewan antibiotik
terbawa dalam produk-produk ternak seperti daging, telur dan susu dan akan
pertumbuhan mempunyai klaim spesies tidak hanya untuk satu hewan, tetapi juga
berbagai spesies hewan melalui pemberian legal. Kita harus turun sampai ke
pemakai terakhir untuk memulai agar dapat diperoleh data dengan benar, walaupun
mengenai Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Batas Maksimum Residu dalam
Bahan Makanan Asal Hewan, yakni pada batas maksimum residu makrolida adalah
0.1 ppm dan batas maksimum residu aminoglikosida adalah 0.1 ppm yang
diperbolehkan d indonesia. Residu obat adalah akumulasi obat atau bahan kimia
dalam jaringan atau organ hewan yang telah mengalami metabolisme. Antibiotik
yang masuk dalam tubuh hewan ke dalam sirkulasi darah dan berinteraksi dengan
reseptor dalam tubuh. Interaksi ini de bedakan dalam dua bentuk dua macam yakni
(1) aksi antibiotik terhadap tubuh diwujudkan dalam bentuk efek obat, (2) reaksi
tubuh terhadap antibiotik atau cara tubuh menangani senyawa eksogen. Secara
antibiotik bersifat mudah larut dalam lemak dan dapat melewati membrane sel atau
produksi antibodi biasanya akan merusak mikroorganisme. Ada beberapa cara kerja
antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya, yaitu menghambat sintesis dinding sel
sintesis asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit esensial. Hambatan ini
terjadi sebagai akibat gangguan reaksi yang penting untuk pertumbuhan. (Naim,
2012)
aminoglikosida sering digunakan untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh kuman
gram positif dan gram negatif termasuk Mycobacterium tuberculosis, baik dalam
merupakan antibiotik utama untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan gram
negatif, karena obat ini menimbulkan efek toksik yang serius, maka penggunaannya
terbatas dan telah digantikan dengan obat yang lebih aman seperti generasi ketiga
2.1.3 Streptomisin
Senyawa ini berkhasiat bakterisid terhadap banyak kuman Gram-negatif dan Gram-
Antibiotik ini toksisitas untuk organ pendengaran dan keseimbangan. (indah, 2011).
2.1.4 Kanamisin
yang ada dalam perdagangan mengandung sekitar 98% kanamisin A. Senyawa ini
pemakaian tidak seperti dulu saat senyawa ini digunakan juga secara parenteral,
pada saat ini hanya dipakai lokal pada mata. Kanamisin telah lama digunakan
disebabkan oleh bakteri yang sudah resisten terhadap streptomisin, tetapi sejak
ditemukannya amikasin dan kapreomasin yang relative kurang toksik, maka kini
2.1.5 Neomisin
Neomisin dan kanamisin sangat erat kaitannya. Antibiotik ini dari kelompok
neomisin juga membunuh gram positif dan bakteri gram negatif ,ada beberapa
10
terhadap neomisin. Senyawa ini berkhasiat bakterisid terhadap banyak kuman flora
usus praoprasi, mengurangi bekteri pembuat ammonia pada pasien dengan koma
(Katzung, 2010).
2.1.6 Gentamisin
2.1.7 Netilmisin
kerja dan dosis penggunaannya sama dengan gentamisin dan tobramisi. Netilmisin
dan Yersinia. Senyawa ini memiliki aktivitas antibakteri yang luas terhadap
(Anonimus, 2010).
2.1.8 Tobramisin
(Anonimus, 2010).
12
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi
tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti
pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis. Sering pula
2.1.10 Eritromisin
antimikroba. In vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus gram positif, seperti
dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini diberikan dalam bentuk tablet
salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi secara adekuat setelah pemberian
2.1.11 Sefalosporin
tahap ke tiga dalam rangkain reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif
2.1.12 Basitrasin
licheniformis, lebih stabil sebagai garam zink dan digunakan sebagai pemacu
pertumbuhan dan beberapa preparat topikal pada pengobatan manusia dan hewan.
Basitrasin terutama aktif terhadap gram positif. Spektrum antibiotika ini mirip
diberikan secara parenteral, antibiotika ini diabsorpsi sangat sedikit atau tidak sama
sekali dari intestin seperti, yang diperlihatkan pada tikus, babi dan ayam, sehingga
14
tidak ditemukan residu pada daging jika antibiotuika ini diberikan secara oral
yang merusak dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis enzim atau
inaktivasi ensim, sering menyebabkan sel lisis. Antibiotik ini meliputi penisilin,
2.1.13 Linkomisin
2.1.14 Spiramisin
untuk terapi infeksi rongga mulut dan salurannafas. Spiramisin juga digunakan
sebagai obat alternatif untuk penderita toksoplasmosis yang karena suatu sebab tidak
2.1.15 Roksitromisin
plasma lebih tinggi dari eritromisin. Indikasinya diperuntukkan untuk infeksi THT,
saluran nafas bagian atas dan bawahseperti bronkitis akut dan kronik, penumonia,
uretritis (selain Gonore) akut dan kronis, infeksikulit seperti pioderma, impetigo,
2.1.16 Klaritomisin
Secara in vitro(di laboratorium), obat ini adalah makrolida yang paling aktif
adanya makanan dalam lambung. , efek terbesar klaritomisin terhadap kokus gram
16
2.1.17 Azitromisin
infeksi dari telinga, paru- paru, kulit dan tenggorokan. , efek terbesar azitromisin
azitromisin. Azitromisin tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi yang disebabkan
Ayam (Gallus gallus) adalah unggas domestikasi turunan dari ayam Indian
liar dan ayam hutan merah dari Asia Tenggara, serta berhubungan dengan ayam
hutan abu abu (G.sonneratii). Penamaaan ayam sangat luas tergantung dari asalnya.
Ayam merupakan salah satu hewan domestikasi yang umum dan tersebar luas
(Anonimus, 2010).
17
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Divisi : Carinathae
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
bagian depan dan tubuh bagian belakang. Paruh, mata, kelopak mata, jengger,
cuping dan pial terdapat di bagian kepala sementara tubuh bagian depan terdapat
dada dan sayap dibagian belakang terletak punggung, perut, ekor, paha, betis dan
Paruh, jari dan taji bersifat menulang, tersusun atas keratin. Paruh ayam
berbentuk runcing dan kecil karena disesuaikan dengan pakan yang terhadap
hormon berupa biji-bijian. Jengger dan pial bersifat sensitif terhadap hormon sex
sexual epidermal. Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina. Sepasang
pial terdapat pada bagian kedua sisi rahang bawah dibagian basal paruh. Cuping
telinga bersifat berdaging tebal yang terletak dibagian bawah telinga. Cakar pada
ayam umumnya tertutup sisik yang merupakan penjuluran dari corium yang padat
dan terbungkus oleh epidermis yang sangat tebal. Kelenjar minyak (glandula
uropygal) yang terdapat dibagian atas ekor ayam berukuran sebesar kacang kapri,
merah serta kaki berwarna kuning bulu pada ayam jantan dijadikan sebagai
daya tarik dalam menarik lawan jenisnya. Bagian kaki pada ayam jantan terdapat
taji sedangkan pada ayam betina tidak terlalu berkembang dengan baik Minorca
(Rasyaf, 2011).
19
Ayam Broiler dikenal juga sebagai ayam pedaging. Ayam jenis ini
pertumbuhannya tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk bisa segera
dipanen oleh peternak. Jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa
Ayam Broiler ini adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur di
bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu (Rasyaf, 2004).
Sedangkan menurut Siregar (2005) menyebutkan bahwa broiler adalah ayam yang
mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan
minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa dan bila dipelihara
Ayam broiler terdiri dari sekelompok ayam hasil perkawinan antar jenis
produk daging dengan waktu singkat dan kondisi lain yang mendukung
(Atmomarsono, 2004)
Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh
besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur
rendah. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ayam broiler dalam klasifikasi ekonomi
memiliki sifat-sifat antara lain: ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak,
20
penyakit, juga digunakan sebagai imbuhan pakan (feed additive) untuk memacu
mengurangi biaya pakan. Sehubungan dengan bahayanya dampak residu ini, maka
peternakan (susu, daging dan telur). Pemberian feed additive oksitetrasiklin dan
spiramycin selama 8 minggu akan meninggalkan residu di dalam hati dan daging
ayam yang lebih besar dibanding dengan jika pemberian feed additive hanya 4
alergi dan keracunan serta perkembangan kuman yang resisten terhadap antibiotik.
Antibiotik di dalam tubuh ayam akan dimetabolisir dan diekskresi keluar tubuh,
terakhir sampai dengan produk ternak tersebut (daging, telur dan susu) boleh
dari pakan ternak yang dikonsumsi, mengurangi kebutuhan zat-zat gizi seperti
ayam (Bahri dkk, 2005). Berdasarkan pengamatan di lapang, antibiotika yang lazim
dalam air minum pada ayam-ayam yang menunjukkan gejala sakit atau setelah
sangat cepat pada tubuh ayam dibandingkan dengan yang tidak diberikan produk
fermentasi tersebut, hal ini kemudian diikuti negara lainnya. Bakteri intestin yang
bersaing dengan host menggunakan nutrisi dan mencegah penyakit. Hewan yang
diberikan antibiotika secara rutin, struktur dinding usus lebih tipis dan lebih besar
Antibiotika yang digunakan dalam campuran pakan dan air minum perlu
dicermati, karena pakan dan air minum memberikan kontribusi yang besar sekitar
60% dalam usaha pemeliharaan ternak, pemberian dalam jumlah besar dan
23
diberikan secara terus menerus akan menyebabkan akumulasi dalam tubuh ternak
tersebut (Teuber, 2001). Pengobatan massal melalui air minum dalam peternakan
unggas berskala besar merupakan cara terapi yang paling baik, diharapkan
pengobatan (terapi) yang cepat dan efektif serta dapat diikuti dengan pemberian
obat melalui pakan. Hal ini disebabkan karena pengobatan melalui cara parenteral
(intramuskuler, sub kutan dan intra vena) tidak mungkin dilakukan untuk
pengobatan massal dalam peternakan berskala besar (Purvis, 2003 dan PIC, 2006).
setelah dilakukan vaksinasi, akan diikuti dengan pemberian antibiotik melalui air
neomisin, basitrasin, dan preparat sulfa diizinkan untuk diberikan secara berkala
pada ayam bibit dapat mencegah infeksi Salmonella enteritidis dari induk ayam ke
paling banyak digunakan untuk pengobatan dan golongan ini tidak diizinkan
laktam) secara luas digunakan pada sapi, babi dan unggas untuk mengobati infeksi
dan ditambahkan ke dalam pakan atau air minum untuk mencegah beberapa
24
penyakit. Penisilin biasanya cepat hilang dalam darah melalui ginjal dan keluar
ternak penghasil daging. Pada tahun 2001 dilaporkan bahwa, di Amerika Serikat
setiap tahun membutuhkan sebanyak 900 ton antibiotika untuk pengobatan dan
sebanyak 11.200 ton antibiotika untuk non pengobatan pada hewan, sedangkan
antibiotika yang digunakan untuk pengobatan pada manusia hanya digunakan 1.300
502,27 ton, kemudian meningkat menjadi 5.574,16 ton pada tahun 2005 .
peternakan berkisar antara lain 80% digunakan untuk unggas, 75% pada peternakan
babi, 60% pada peternakan sapi potong dan 75% antibiotika digunakan dalam
waktu lama melalui air minum atau pakan dalam konsentrasi rendah akan memicu
salah pada ternak dan pada saat ini resistensi antimikroba pada ternak dan hasil
25
produksinya (susu, daging dan telur) telah menjadi masalah global di seluruh dunia
Residu adalah senyawa asal dan atau metabolitnya yang terdapat dalam
jaringan produk hewani dan termasuk residu hasil uraian lainnya dari obat tersebut.
pangan asal hewan seperti, daging susu dan telur (Phillips et al., 2004).
antibiotika pada daging ayam di Amerika Serikat. residu antibiotika terjadi akibat
memperhatikan waktu henti obat, penggunaan antibiotika yang melebihi dosis yang
dianjurkan pada penggunaan antibiotika sebagai feed additive dalam pakan hewan.
Pada pangan asal hewan residu meliputi senyawa asal yang tidak berubah
(nonaltered parent drug), Beberapa metabolit obat diketahui bersifat kurang atau
tidak toksik dibandingkan senyawa asalnya, namun beberapa diketahui lebih toksik
melalui air seni dan feces, tetapi sebagian lagi akan tetap tersimpan di dalam
jaringan (organ tubuh) yang disebut sebagai residu. Jika pakan yang dicampur
tubuh (Bahri dkk, 2005). Antibiotika yang paling sering dideteksi dalam daging
26
mengenai Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Batas Maksimum Residu dalam
Bahan Makanan Asal Hewan, yakni pada batas maksimum residu makrolida adalah
0.1 ppm dan batas maksimum residu aminoglikosida adalah 0.1 ppm yang
diperbolehkan d indonesia. Residu dari semua jenis obat hewan paling tinggi
terdapat dihati dan ginjal dibandingkan pada jaringan otot. Hasil analisis
berbeda dalam tubuh ayam. Interaksi ini dibedakan menjadi dua macam yaitu
(1) aksi antibiotik terhadap tubuh yang diwujudkan dalam bentuk efek obat, (2)
diabsorbsi.
beberapa faktor (1) tidak diperhatikannya waktu henti obat, (2) penggunaan
antibiotik melebihi dosis yang dianjurkan dan tidak di bawah pengawasan dokter
hewan, (3) pengetahuan yang kurang akan dampak pada kesehatan masyarakat
antibiotik, (4) tidak ada penyuluhan dalam penggunaan antibiotik yang baik dan
benar di peternakan, dan (5) tipe dari peternakan ada yang intensif atau ekstensif
(Donkor, 2011).
27
2.3.2 Toksisitas
maupun tidak langsung. Secara langsung antibiotika memiliki sifat toksik bagi
2. Efek nefrotoksik (gangguan pada ginjal). Efek ototoksik terjadi pada saraf otak
antibitika yang digunakan sebagai agen terapeutik pada hewan domestik dalam
manusia akibat residu antibiotika terutama yang berasal dari bahan pangan sangat
Masalah yang timbul dari residu antibiotika pada produk hewan dapat
menyebabkan reaksi alergi, efek toksik, mengganggu keseimbangan flora usus, dan
residu antibiotik pada daging yang dikonsumsi akan menimbulkan reaksi alergi dan
rantai makanan. Pada hewan itu sendiri, penambahan antibiotik dalam pakan akan
sebagai feed additive dikhawatirkan dapat merubah proporsi dari bakteri spesifik di
28
echersia coli yang terus membentuk koloni lebih banyak dari spesies bakteri yang
yang sedang ditangani tetapi juga pada mikroorganisme lain yang ada dalam saluran
yang ada pada saluran pencernaan manusia karena adanya residu antibiotika pada
makanan. Semakin panjang waktu bakteri terpapar dengan antibiotika maka akan
dan glikopeptida, juga dengan modifikasi kimiawi dari antibiotika yang sudah ada
terhadap antibiotika bukanlah masalah yang baru, sejak tahun 1963, WHO telah
bakteri yang resisten terhadap antibiotika yang umum digunakan untuk terapi.
Sebelum tahun 1984 di Eropa salmonella dublin masih peka terhadap antibiotika
terjadi di peternakan yang tidak menggunakan antibiotika. Bahan baku protein yang
berasal dari hewan yang terkandung dalam pakan unggas berpotensi sebagai
penyimpan sumber resistensi bakteri terbasar terhadap antibiotika. Dari 165 sampel
bahan baku protein berasal dari sapi, ikan dan unggas yang diperoleh dari
perusahaan pakan unggas, 55% sampel tepung unggas dideteksi kadar bakteri gram
penggunaan antibiotika yang diisolasi dari daging dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2005, dari laporan tersebut dilakukan percobaan untuk mengetahui jenis
antibiotika yang paling sering menimbulkan resistensi bakteri dari berbagai jenis
daging yaitu :