2TS12037 PDF
2TS12037 PDF
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pembebanan
hidup, beban gempa dan beban hujan yang bekerja pada struktur tersebut.
1. beban mati ( D ) adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung
tersebut.
2. beban hidup ( L ) adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
lantai yang berasal dari barang – barang yang dapat berpindah, mesin –
mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,
tersebut.
3. beban gempa ( E ) adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada
gempa di sini adalah gaya – gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi
4. beban hujan adalah ( W ) adalah semua beban yang bekerja pada gedung
Faktor beban diperlukan dalam analisis beban suatu gedung agar struktur
dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap
1. Kuat perlu ( U )
U = 1,4 D ( 2-1 )
2) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L dan beban
hujan R
2. Kuat rencana
sesuai dengan sifat beban seperti ketentuan dalam SNI 03 – 2847 – 2002
gempa :
yang kuat geser nominalnya lebih kecil dari pada gaya geser yang
nominalnya….............................................................................0,55
................................................................................................. 0,65
terhadap unsur – unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.
1726 – 2002 pasal 4.2.2 disebutkan bahwa gedung yang tidak memenuhi Pasal
C1I
V1 = Wt
R
( 2-5 )
( 2-6 )
0,8 V1
≥1 ( 2-7 )
Vt
Wilayah Gempa ζ
1 0,20
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15
2. 2. Pemodelan struktur
Tabel 2.2. Faktor Keutamaan I untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan
Faktor
Kategori Gedung Keutamaan
I1 I2 I
Gedung umum seperti penghunian, perniagaan dan perkantoran 1,0 1,0 1,0
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalansi air
bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam 1,4 1 1,4
Keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi.
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gasa,
produk 1,6 1,0 1,6
minyak bumi, asam, bahan beracun
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
terkena gempa rencana, karena itu menurut SNI 03-1726-2003 struktur gedung
dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu yang beraturan dan yang tidak
beraturan. Gedung Hotel Laras Asri salatiga termasuk gedung yang tidak
respons dinamik.
11
lain:
Pada sistem dinding penumpu (bearing wall system) baik beban gravitasi
mendukung hampir semua beban gravitasi. Beban lateral juga dipikul oleh
Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban
gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul oleh dinding geser. Sistem
wilayah gempa sedang sampai tinggi. Pada sistem rangka gedung, kolom-
gempa besar.
12
Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban
4. Sistem Ganda
Sistem ganda adalah suatu sistem struktur kombinasi dinding geser dan
momen;
ganda.
lateral.
7. Subsistem tunggal
simpangan pasca elastik yang besar secara berulang kali dan bolak – balik akibat
struktur tersebut tetap berdiri walaupun sudah berada dalam kondisi diambang
rasio antara simpangan maksimum struktur gedung pada saat mencapai kondisi di
ambang keruntuhan dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan
ambang keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor
b. Daktilitas parsial, adalah suatu tingkat daktilitas struktur dengan nilai faktor
daktilitas diantara untuk gedung yang elastik penuh sebesar 1,0 dan untuk
dalam perencanaan tidak boleh melebihi nilai faktor daktilitas maksimum dan
faktor reduksi gempa maksimum. Untuk sistem rangka pemikul momen khusus
maksimum 8,5.
14
Pelat satu arah adalah pelat yang dapat bertumpu pada kedua sisi yang
berlawanan saja. Pelat satu arah mempunyai nilai perbandingan antara panjang
dan lebar lebih dari 2. Pelat dapat juga ditumpu oleh keempat sisinya sehingga
disebut pelat dua arah. Pelat dua arah mempunyai nilai perbandingan antara
panjang dan lebar kurang dari 2. Pada pelat dua arah, aksi struktural pelat bersifat
dua arah.
mengenai tebal pelat minimum dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada
1. Untuk α m yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus menggunakan pasal
11.5.3(2)
2. Untuk α m yang lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0, ketebalan
fy
λ n 0,8 +
1500
h= ( 2-9 )
36 + 5 β (α m − 0, 2 )
3. Untuk α m yang lebih besar dari 2,0, ketebalan pelat minimum harus
fy
λ n 0,8 +
1500
h= ( 2-10 )
36 + 9 β
keterangan :
suatu panel
E cb × I b
α = ( 2-11 )
E cs × I s
momen-momen pada penampang kritis tapi tidak boleh kurang dari seperti
2. spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih dari dua kali tebal
pelat kecuali untuk bagian pelat yang berada pada daerah rongga atau
rusuk,
diteruskan hingga mencapai tepi pelat dan ditanam, dapat dengan kaitan,
0,85 . f ' c 2k
ρ = 1 − 1 − ( 2-13 )
fy 0,85 . f ' c
Mu
k= ( 2-14 )
φ .b .d 2
φ Vc ≥ Vu ( 2-18 )
1
Vc = f ' c . bw . d ( 2-19 )
6
Wu. ln
Vu = 1,15 ( 2-20 )
2
disangga sendiri maupun dari plat kepada kolom penyangga. Dua hal utama yang
dialami oleh suatu balok adalah kondisi tekan dan tarik, yang antara lain karena
adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral ( Wahyudi, L. dan Rahim, S. A.,
1999 ).
1. lebar pelat efektif sebagai bagian dari sayap balok-T tidak boleh melebihi
seperempat bentang balok, dan lebar efektif sayap dari masing-masing sisi
2. untuk balok yang mempunyai pelat hanya pada satu sisi, lebar efektif
daerah harus mempunyai ketebalan sayap tidak kurang dari setengah lebar
badan balok, dan lebar efektif sayap tidak lebih dari empat kali lebar
badan balok.
Tabel 2.3. Tebal Minimum Balok Non-Prategang atau Pelat Satu Arah
Bila Lendutan Tidak Dihitung
( SNI 03 - 2847 – 2002 )
Tebal minimum,h
CATATAN
Panjang bentang dalam mm
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur
dengan beton normal (wc = 2400 kg/m3) dan tulangan BJTD 40. Untuk
kondisi lain, nilai si atas harus dimodifikasikan sebagai berikut :
(a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis di antara 1500 kg/m3
sampai 2000 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan [1,65 –
(0,0003)wc] tetapi tidak kurang dari 1,09, dimana wc adalah berat jenis
dalam kg/m3.
(b) Untuk fy selain 400MPa, nilainyan harus dikalikan dengan (0,4 +
fy/700)
Kuat lentur perlu balok portal yang dinyatakan dengan Mu,b harus ditentukan berdasarkan
Keterangan :
persamaan :
0,85 . f ' c 2k
ρ = 1 − 1 − ( 2-25 )
fy 0,85 . f ' c
1,4
ρmin = ( 2-26 )
fy
atau
1 f 'c
ρmin = ( 2-27 )
4 fy
Selain itu rasio penulangan yang diambil tidak boleh lebih dari :
dimana,
atau
ρmax = 0,025
Mu
k = ( 2-30 )
φbd2
As = ρ. bw. d ( 2-31 )
Ts = As . fs ( 2-34 )
C =T ( 2-35 )
Cc + Cs = Ts ( 2-36 )
Menghasilkan persamaan :
As . f s − As '. f s '
a= ( 2-38 )
0,85. f c '.b
a
c= ( 2-39 )
β1
Dari persamaan 2-90 jika diasumsikan tulangan baja desak leleh, harus memenuhi
persamaan :
22
c − d' a − β 1 .d ' f y
εs’ = 0,003. = 0,003. ≥ ( 2-40 )
c a Es
0,003.E s
a ≥ .β1 .d ' ( 2-41 )
0,003.E s − f y
dari persamaan 2-97 dan 2-98, untuk menunjukkan tulangan desak belum leleh jika :
a − β1 .d '
fs’= εs’.Es = 0,003. .E s ( 2-43 )
a
a a
Mn= Cc.(d - ) + Cs. (d - ) ( 2-44 )
2 2
a
= 0,85. f’c. a. b. ( d - ) + A’s. f’s. ( d - d’ ) ( 2-45 )
2
Mu = φ . Mn ( 2-46 )
Mn = momen nominal,
Mu = momen ultimit,
As = luas tulangan,
φ Vn ≥ Vu ( 2-47 )
Vn= Vc + Vs ( 2-48 )
24
tulangan geser.
Kuat geser beton untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan
1
Vc = . f ' c . bw . d ( 2-49 )
6
Seperti yang ditetapkan dalam SNI 03-2487-2002 pasal 13.5.6 (2), perencanaan
Av . f y .d
Vs = ( 2-50 )
s
1. Bila
f 'c
Vs > bw . d ( 2-51 )
3
2
Vs < f c ' . bw . d ( 2-52 )
3
longitudinal
Luas tulangan geser minimum untuk struktur non-prategang sesuai dengan SNI
75 f c ' . bw . s
Av = ( 2-53 )
(1200) . f yv
25
1 bw s
( 2-54 )
3 f yv
Gaya geser rencana Ve pada balok portal SRPMK dalam SNI 03-2847-2002 pasal
23.3.4 :
M pr1 + M pr 2 Wu L
Ve = ± ( 2-55 )
L 2
L = bentang balok
Wu = beban gravitasi
= 1,2 DL + LL ( 2-56 )
Dalam SNI 03-2847-2002 pasal 23.3 dikatakan bahwa gaya aksial tekan terfaktor pada
komponen struktur tidak bolah melebihi 0,1Ag f ' c . Pada daerah sendi plastis, kontribusi geser
dari beton Vc = 0 bila gaya geser akibat gempa yang dihitung mewakili setengah atau lebih
daripada kuat geser perlu maksimum di sepanjang daerah tersebut, dan gaya aksial tekan terfaktor,
Batas spasi tulangan geser sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 23.3.3(2) tidak boleh melebihi
d
a.
4
b. 8 x diameter terkecil tulangan memanjang / longitudinal
d. 300 mm
26
dengan sengkang tertutup pertama diletakkan tidak lebih dari 50 mm dari muka tumpuan.
Batas spasi tulangan geser pada daerah di luar sendi plastis menurut SNI 03-2847-2002
d
a.
2
b. 600 mm
lateral terkecil yang digunakan terutama untuk mendukung beban aksial tekan.
Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah
ekivalen uniaksial eoy. Sehingga kolom direncanakan untuk momen dan beban
dan arah y.
e
jika e x > y ( 2-59)
x y
( lentur murni, Pu = 0 ).
1 1 1 1
= + − ( 2-62 )
Pu Pux Puy Puo
1 1 1 1
= + − ( 2-63 )
φPn φPnx φPny φPno
dengan :
ey = ex = 0
Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.2(2) maka kuat lentur kolom
6
∑M e ≥
5
∑Mg ( 2-64 )
Batasan rasio diatur dalam SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.3(1) dengan rasio
penulangan ρg tidak boleh kurang dari 0,01 dan tidak boleh lebih dari 0,06.
f ' Ag
Ash = 0,3 s . hc . c − 1 ( 2-65 )
f yh Ach
atau
f '
Ash = 0,09 s . hc . c ( 2-66 )
f yh
dengan :
tulangan pengekang
350 − hx
c. sx = 100 + ( 2-67 )
3
dengan nilai sx tidak perlu lebih besar dari 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari
100 mm.
panjang λo pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus tidak boleh kurang dari :
c. 500 mm.
b.150 mm
kolom harus ditentukan dari kuat momen maksimum Mpr dari setiap ujung
Gaya geser rencana ( Ve ) tidak perlu lebih besar dari gaya geser rencana yang
ditentukan dari kuat hubungan balok-kolom berdasarkan pada Mpr pada balok-
balok melintang dan tidak boleh diambil kurang dari gaya geser terfaktor hasil
φ Vn ≥ Vu ( 2-68 )
Vn = Vc + Vs ( 2-69 )
Kuat geser beton untuk komponen struktur yang dibebani tekan aksial
Nu f c '
Vc = 1 + b .d ( 2-70 )
14. A 6 w
g
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 23.3.4, gaya geser kolom untuk Sistem
M pr1 + M pr 2
Ve = ( 2-71 )
H
H = tinggi kolom
Vc = 0, bila gaya geser akibat gempa yang dihitung mewakili setengah atau lebih
dari kuat geser perlu maksimum dai sepanjang daerah tersebut, dan gaya aksial
tekan terfaktor, termasuk gaya gempa, lebih kecil dari Ag fc’ / 20.
31
kλ u M
≤ 34 − 12 1 ( 2-72 )
r M2
M
dengan suku 34 − 12 1 tidak boleh diambil lebih besar dari 40.
M2
keterangan :
r = radius girasi struktur tekan, boleh diambil 0,3 kali dimensi total
tekan
tekan
Mc = δ ns M 2 ( 2-73 )
dengan :
32
cm
δ ns = ≥ 1,0 ( 2-74 )
Pu
1−
0,75 Pc
cm = 0 , 6 + 0 , 4 M 1 ≥ 0 , 4 ( 2-75 )
M2
Pc = π EI2
2
( 2-76)
(kλ u )
0, 4 E c I g
EI = ( 2-77 )
1+ βd
keterangan :
goyangan ke samping
Pc = beban kritis
Jika M2, min > M2 maka nilai cm dalam persamaan ( 2-75 ) harus ditentukan :
kolom harus ditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik
b. untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi
yang berlawanan :
untuk menahan beban lateral yang bekerja, sehingga sebagian besar dari beban
φ Vn ≥ Vu ( 2-82 )
Vn = Vc + Vs ( 2-83 )
= 1 untuk hw / lw > 2
6
0,0025
Kuat geser nominal system dinding structural yang secara bersama – sama
2
Acv f 'c ( 2-85 )
3
Sedangkan kuat geser nominal tiap dinding individual tidak boleh lebih dari :
5
Acp f 'c ( 2-86 )
6
35
Kuat geser beton untuk komponen struktur yang dibebani tekan aksial
Nu f c '
Vc = 1 + b .d ( 2-87 )
14. A 6 w
g
tidak melebihi
1
Acv f 'c ( 2-88 )
12
maka rasio minimum untuk luas tulangan vertical terhadap luas bruto harus sesuai
dengan :
a. 0,0012 untuk batang ulir yang tidak lebih besar darupada D16 dengan
c. 0,0012 untuk jarring kawat baja las polos yang tidak lebih besar dari P16
atau D16
Rasio minimum untuk luas tulangan horizontal terhadap luas bruto harus :
a. 0,0020 untuk batang ulir yang tidaklebih besar dari D16 dengan tegangan
c. 0,0020 untuk jarring kawat baja las polos yang tidak lebih besar dari P16
atau D16
Paling sedikit dua lapis tulangan harus dipasang pada dinding apabila gaya
1
Acv f 'c ( 2-89 )
6
dan spasi tulangan untuk masing – masing arah pada dinding structural tidak
2.3.16Perencanaan Pondasi
Daya dukung pondasi bore pile mengikuti rumus umum yang diperoleh
Qu = QP + QS (2-102)
Qs = f . L . p (2-103)
Qp = qp x A (2-104)
L = panjang tiang
α = faktor adhesi
Cu = kohesi tanah
dianggap kaku sehingga bila beban yang bekerja pada kelompok tiang
37
merupakan bidang datar dan gaya-gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus
V
Jumlah tiang = (2-105)
P1tiang
Untuk kelompok tiang, jarak antar tiang dapat digunakan rumus dan
S ≥ 2,5 D (2-106)
S ≤ 3,0 D (2-107)
D = diameter tiang
Vu < φ Vn (2-108)
φ Vn = φ Vc (2-109)
1
Vc = . f ' c .bo .d (2-110)
6
Vu = Qu . B . G (2-111)
Pu
Qu = (2-112)
A
A = luas poer
d = tinggi efektif
B = lebar poer
bo = penampang kritis
φ Vn = φ Vc (2-114)
Vu < φ Vn (2-115)
1
Vc = f ' c .bo .d (2-116)
3
2 f ' c.bo .d
Vc = 1 + . (2-117)
βc 6
a .d f ' c .bo .d
Vc = s + 2 (2-118)
bo 12
Vu = Qu ( A – B2 ) (2-119)
A = luas poer
bo = penampang kritis
39
d = tinggi efektif
Kontrol beban yang diterima satu tiang dalam kelompok tiang adalah
sebagai berikut :
p=
∑V ± My.x ± Mx. y (2-123)
n ∑x ∑y 2 2
dalam poer
dalam poer