Disusun oleh :
NIM : 201533250
Kelas : E
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan filsafat
yang bertemakan KORUPSI dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Semoga buku sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya buku yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................
DATA PENULIS........................................................................................
PRAKATA .................................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................
1.1. Latar Belakang .........................................................................
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................
1.3. Tujuan ......................................................................................
1.4. Manfaat .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................
2.1. Pengertian Korupsi ..................................................................
2.2. Tindak Pidana Korupsi Dalam Perspektif Normatif.............
2.3. Penyebab Korupsi....................................................................
2.4. Ciri-ciri dan Jenis Korupsi.......................................................
2.5. Dampak Korupsi.......................................................................
2.6. Upaya Mengatasi Korupsi........................................................
2.7. Cara Mencegah dan Membrantas Korupsi............................
BAB III PENUTUP .........................................................................
3.1. Kesimpulan ...............................................................................
3.2. Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui upaya mengatasi korupsi
6. Untuk mengetauhi cara mencegah dan membrantas korupsi.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian korupsi.
2. Dapat mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.
3. Dapat mengetahui ciri-ciri dari korupsi.
4. Dapat mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Dapat mengetahui upaya mengatasi korupsi
6. Dapat mengetahui cara mencegah dan membrantas korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Bentuk-bentuk penyalahgunaan
Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah
seperti penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang
menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan seperti penyogokan,
pemerasan, campuran tangan, dan penipuan.
Australia Finlandia
Kanada Islandia
Denmark Luxemburg
Belanda Swedia
Selandia Baru Swiss
Norwegia Israel
Singapura
Azerbaijan Nigeria
Bangladesh Pakistan
Bolivia Rusia
Kamerun Tanzania
Indonesia Uganda
Irak Ukraina
Kenya
Namun, nilai dari survei tersebut masih diperdebatkan karena ini
dilakukan berdasarkan persepsi subyektif dari para peserta survei tersebut,
bukan dari penghitungan langsung korupsi yg terjadi (karena survey
semacam itu juga tidak ada)
2. Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private,
korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran
ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan
risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang
menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan
mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan
bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-
aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi
ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan".
Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai
hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik
dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang
mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin
menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan
praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan.
Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan,
lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi
kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor
keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di
Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan
perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri,
bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan yang
sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di
Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering
mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok), namun lebih
memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur,
ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dariUniversitas Massachussetts
memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30
negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang
luar negeri mereka sendiri. (Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau
kurangnya pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh
ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya
adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan
baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari
korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk
kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi di
masa depan.
7. Erosi Budaya
Ketika orang menyadari bahwa tidak jujurnya pejabat publik dan
pelaku bisnis, serta lemahnya penegakan hukum bagi pelaku-pelaku
korupsi, akan menyebabkan masyarakat meninggalkan budaya kejujuran
dengan sendirinya dan membentuk kepribadian masyarakat yang tamak.
Hal serupa juga terjadi pada pelaku bisnis yang akan menyadari bahwa
menawarkan harga dan kualitas yang kompetitif saja, tak akan cukup
untuk memenuhi persyaratan sebagai pemenang tender
.
8. Menurunnya Tingkat Kepercayaan Kepada Pemerintah
Ketika orang menyadari bahwa pelaku korupsi dilingkungan
pemerintahan tidak dijatuhi hukuman, mereka akan menilai bahwa
pemerintah tak dapat dipercaya. Kemudian secara moral, masyarakat
seakan mendapat pembenaran atas tindakannya mencurangi pemerintah
karena dianggap tidak melanggar nilai-nilai kemanusiaan.
2. Strategi Deduktif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan agar apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka
perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan
tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi,
sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang
cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi.
Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu
hukum, ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.
3. Strategi Represif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat
dan tepat kepada pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar
pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk
dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses penanganan
tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun
implementasinyaharus dilakukan secara terintregasi. Bagi pemerintah
banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak
dilaksanakan.
Oleh karena itu, keberadaan produk regulasi yang diberikan Negara untuk
menyelamatkan keuangan Negara dari perilaku korupsi, sangatlah dituntu kepada
para aparat penegak hokum lainnya untuk semkasimal mungkin dapat memahami
rumusan delik yang terkait dan menyebar di setiap pasal yang ada agar tepat dalam
menerapkan kepadapara pelaku.selain itu juga diperlukan strategi pemberantasan
korupsi yang sangat jitu dan tepat.
Penerapan sangsi normatif mengenai korupsi kepada para pelakunya
tidakakan bermanfaat dan bernilai penyesalan bilamana tidak diikutkan juga
beberapa strategi. Ada 3 hal yang harus dilakukan guna mengurangi sifat dan
perilaku masyarakat untuk korupsi, anatara lain;
a Menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah.
b Menaikkan moral pegawai tinggi.
c Legislasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi
meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan
kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun
penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan
pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan,
kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang
subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta struktur
ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan
tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang
demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.
B. Saran
Anonim, 2014, Dampak dan akibat Korupsi dalam Pengadaan barang dan jasa,
http://pattirosemarang.org/media-hari-ini/read/dampak-dan-akibat-korupsi-dalam-
pengadaan-barang-dan-jasa/ diakses tanggal 16 Mei 2014