Henoch-Schonlein Purpura (HSP) merupakan suatu penyakit autoimun
(dimediasi IgA) berupa hipersensitivitas vaskulitis. Penyakit ini dapat timbul pada semua usia dan paling sering ditemukan pada anak-anak. Merupakan sindrom klinis kelainan vaskulitis sistemik pembuluh darah kecil pada kulit, sendi, saluran cerna, dan ginjal yang ditandai dengan lesi kulit spesifik berupa purpura tanpa trombositopenia, artritis, atralgia, nyeri perut atau perdarahan saluran cerna dan kadang kadang disertai nefritis atau hematuria. HSP pertama kali dideskripsikan oleh William Heberden pada tahun 1801. 1,2 HSP merupakan suatu penyakit yang umumnya (sekitar 90%) diderita oleh anak usia 3-10 tahun. Namun HSP juga dapat terjadi pada rentang usia 6 bulan hingga dewasa, dengan 50% kasus terjadi pada anak usia < 5 tahun dan puncaknya pada usia 4-7 tahun. Predominasi kasus terjadi pada anak laki-laki dengan perbandingan 2:1 terhadap anak perempuan. Insidens HSP bervariasi dari 13,5- 24/100.000 kasus per tahun. Etiologi pasti HSP belum diketahui dengan jelas. Kasus HSP kadang terjadi berkaitan mengikuti adanya suatu episode infeksi terutama infeksi saluran pernafasan akut, dan di negara dengan empat musim lebih sering terjadi pada musim dingin.3,4 Berdasarkan kriteria European League against rheumatism (EULAR), paeditric rheumatology international trials organisatio (PRINTO), dan paediatric rheumatology european society (PRES) tahun 2010, diagnosis HSP ditegakkan berdasarkan adanya purpura atau ptekia dengan lokasi predominan pada ekstremitas bawah (jika lokasinya tidak khas diperlukan biopsi untuk melihat adanya deposisi IgA) ditambah sekurang kurangnya 1 dari 4 kriteria berikut yaitu nyeri perut, pemeriksaan histopatologi, atritis atau atralgia dan keterlibatan ginjal.5
1 2
Kebanyakan kasus adalah self-limiting dan tidak memerlukan pengobatan
khusus selain pengobatan simtomatik, namun angka kekambuhan HSP terjadi pada sekitar 33% kasus. Periode kekambuhan sering terjadi antara 2 minggu sampai 18 bulan setelah resolusi awal gejala dan pada anak-anak dengan keterlibatan ginjal lebih memiliki kemungkinan untuk kambuh. Pada beberapa pasien, nefritis terjadi karena pengendapan IgA dalam mesangium ginjal. Komplikasi yang lebih serius seperti keterlibatan sistem saraf pusat, gagal ginjal, dan adanya nefrotik ataupun nefritik sindrom dikaitkan dengan prognosis penyakit yang buruk.6 Tinjauan pustaka ini dibuat untuk menambah wawasan kita dalam pendekatan diagnosis dan penatalaksanaan HSP yang tepat. Semoga tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi kita semua.