1. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa
disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk
menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu
bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar
untuk dapat ditahan.
2. Gunung meletus
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi,
yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu
lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan
abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri
sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi
aktif.
3. Kebakaran Hutan
Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, kebakaran rumput, atau kebakaran
semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi dapat juga memusnahkan rumah-rumah
atau sumber daya pertanian. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran.
Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari sebuah sinonim dari Api
Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritime
4. Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.[1] Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi
daratan yang biasanya kering.[2] Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke
lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi.[1] Kekuatan banjir mampu merusak rumah
dan menyapu fondasinya.[3] Air banjir juga membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya
setelah air surut.[3] Banjir adalah hal yang rutin.[4] Setiap tahun pasti datang.[4] Banjir, sebenarnya
merupakan fenomena kejadian alam "biasa" yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negara-
negara di dunia, termasuk Indonesia.[5] Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena
meminta korban besar.
5. Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak
besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut
secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi
yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman
meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam
gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang
tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat
terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang
tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan
gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat
hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer
dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena
hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran
air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan
gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat
minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
6. Musim kemarau
Musim kemarau adalah musim di daerah tropis yang dipengaruhi oleh sistem muson. Musim
kemarau dikenal pula sebagai musim kering. Untuk dapat disebut musim kemarau, curah hujan per bulan
harus di bawah 60 mm per bulan (atau 20 mm per dasarian) selama tiga dasarian berturut-turut. Wilayah
tropika di Asia Tenggara dan Asia Selatan, Australia bagian timur laut, Afrika, dan sebagian Amerika
Selatan mengalami musim ini.
Musim kemarau adalah pasangan dari musim penghujan dalam wilayah dwimusim.
Gejala ENSO dikenal dapat memperpanjang durasi musim ini sehingga mengakibatkan kekeringan
berkepanjangan.
7. Tornado
Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan
cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah. Tornado
muncul dalam banyak ukuran namun umumnya berbentuk corong kondensasi yang terlihat jelas yang
ujungnya yang menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang membawa puing-puing.
Umumnya tornado memiliki kecepatan angin 177 km/jam atau lebih dengan rata-rata jangkauan 75 m
dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang. Beberapa tornado yang mencapai kecepatan
angin lebih dari 300-480 km/jam memiliki lebar lebih dari satu mil (1.6 km) dan dapat bertahan di
permukaan dengan lebih dari 100 km.[1][2][3]
Meskipun tornado telah diamati di tiap benua kecuali Antartika, tornado lebih sering terjadi di Amerika
Serikat.[4] Tornado juga umumnya terjadi di Kanada bagian selatan, selatan-tengah dan timur Asia, timur-
tengah Amerika Latin, Afrika Selatan, barat laut dan tengah Eropa, Italia, barat dan selatan Australia, dan
Selandia Baru
8. Sumur Lapindo
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana semburan lumpur panas yang terjadi di Sidoarjo mutlak
karena kesalahan operasional pengeboran yang dilaksanakan PT Lapindo Brantas. Pendapat itu
disampaikan pakar geologi, RP Koesoemadinata
Ia memberi keterangan sebagai ahli dalam sidang pengujian Pasal 18 UU Nomor 4 Tahun 2012 tentang
APBN-P 2012. Menurut dia, sulit untuk menjelaskan bahwa Lumpur Lapindo merupakan bencana alam,
karena pada dasarnya terjadi kesalahan dalam melakukan pengeboran.
"Dinding sumur tidak dipasang hingga dasar, padahal dalam rencananya dinding akan dipasang hingga
dasar tempat melakukan pengeboran," paparnya. Koesoemadinata mengatakan berdasarkan ilustrasi
pemasangan dinding, operator hanya memasang dinding seperempat dari kedalaman pengeboran yang
akan dilakukan.
Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Anggota Drilling Engineers Club Kersam Sumanta di depan
majelis hakim pleno yang dipimpin Wakil Ketua MK Ahmad Sodiki yang didampingi tujuh hakim
konstitusi lainnya. Dia menjelaskan bahwa semburan Lumpur Lapindo bukan bencana alam, tetapi
bencana akibat ulah perbuatan manusia.