Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya

janin. Lama kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9

bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir ( Saifuddin, 2002).

Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu

(280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300hari). Kehamilan

berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature,

sedangkan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post matur (Manuaba,

2005).

Kehamilan dibagi dalam tiga bagian ; masing-masing kahamilan

triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu); kehamilan triwulan kedua

(antara 12 sampai 28 minggu); dan kehamilan triwulan terakhir (antara 28

sampai 40 minggu) (Wiknjosastro, 2005).

6
B. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi

Anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu genetalia ekterna

dan genetalia interna.

Gambar 2. 1 : Organ Reproduksi eksterna pada wanita.

(Sumber: Sobotta, 2006)

1. Genitalia Eksterna

a. Monsveneris

Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari

jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.

b. Vulva

Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva

dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang,

menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam.

7
Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di

mons veneris.

c. Labio mayora

Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang

membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan

kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan

pada sisi lateral.

d. Labio minora

Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio

mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio

minora adalah vestibulum.

e. Vestibulum

Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil

(labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum,

dalam vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama

(introetus vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri

dan kanan).

f. Himen (selaput dara)

Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama

ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir

keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-

beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan

8
yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui

satu jari.

g. Perineum

Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul

yang ditutupi oleh kulit perineum.

Gambar 2. 2 : Organ Reproduksi interna pada wanita.

(Sumber: Sobotta, 2006)

2. Genetalia Interna

a. Vagina

Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris,

khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf.

Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan

penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan

9
liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang.

Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.

b. Uterus

Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak di dalam

pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan,

ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis

dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar  5

cm, tebal  2 cm. Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr.

Uterus terdiri dari :

1) Fundus uteri (dasar rahim)

Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada

pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat

memperkirakan usia kehamilan.

2) Korpus uteri

Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini

berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang

terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga

rahim.

3) Servix uteri

Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio,

hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut

ostium uteri internum.

10
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :

1) Endometrium

2) Myometrium

3) Parametrium

c. Ovarium

Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan

uterus di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh

ligamentum latum uterus.

d. Tuba Fallopi

Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam

banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam

uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang

memberikan nutrisi pada ovum.

Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri

dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus.

Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum

saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba.

(Tambayong, 2002).

C. Tanda-tanda Kehamilan

1. Tanda kehamilan tidak pasti

a. Amenorea (tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena

umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui

11
tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya

kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.

b. Nausea (enek) dan emesis (muntah). Enek terjadi umumnya pada

bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh

emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak elalu. Keadaan ini

lazim disebut morning sickness

c. Mengidam (ingin makanan khusus/tertentu). Mengidam sering

terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan

makin tuanya kehamilan.

d. Pingsan. Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai.

Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-

bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

e. Anoreksia (Tidak ada selera makan). Pada bulan-bulan pertama

terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.

Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk

“dua orang”, sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan

tuanya kehamilan.

f. Sering kencing terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim

yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena

kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

g. Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh

pengaruh hormon steroid.

12
h. Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada

pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang

berlebihan, dikenal sebagai chloasma gravidarum. Areola mammae

juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang

berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea

alba di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea

griea).pigmentasi ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-

steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

i. Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada

triwulan pertama.

j. Varises. Sering dijumpai padaa triwulan terakhir pada triwulan

terakhir. Didapat pada daerah genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki

dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan

pada kehamilan terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama.

Kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama

kehamilan muda ( Wiknjosastro, 2005).

2. Tanda pasti kehamilan

a. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak

janin.

b. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin(BJJ). Dengan

stetoskop laennec BJJ terdengar pada kehamilan pada kehamilan

18-20 minggu. Dengan alat doppler BJJ terdengar pada kehamilan

12 minggu.

13
c. Dengan ultrasonogravi (USG) atau scannig dapat dilihat gambaran

janin.

d. Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan

lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin (Arif, 2000).

D. Adaptasi Fisiologis Kehamilan

1. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah

pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.

Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos

uterus; di samping itu, serabut-serabut kolagen yang adapun menjadi

higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat

mengikuti pertumbuhan janin. Bila ada kehamiln ektopik, uteru akan

membesar pula, karena pengaruh hormon-hormon itu. Begitu pula

endometrium menjadi desidua.

Berat uterus normal lebih kurang 30 gram; pada akhir kehamilan

(40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram dengan panjang 20 cm dan

dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus

seperti buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan 16 minggu, uterus

berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti

bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus

dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk

membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil

ganda atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan sebagainya.

14
Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan hipertrofi

seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama membuat

ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini dikenal dalam obstetri

sebagai tanda hegar.

2. Serviks Uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan

adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak.

Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas

kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit

mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi

sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan membuka saja

mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian bawah

janin kebawah. Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan

tidak menutup seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu

diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa

hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan

kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.

Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan

mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang

sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak.

Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan

fisiologik.

15
3. Vagina dan vulva

Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih

merah dan agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak livide.

Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar. Hal

ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat

genetalia tersebut menigkat. Apabila terjadi kecelakaan pada

kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak sekali, sampai

dapat mengakibatkan kematian.

4. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum

graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16

minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter kira-kira 3 cm.

Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Eperti telah

dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan

progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta. Dalam

dasawarsa terakhir ini ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxin,

suatu immunoreactive inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan

korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal kwhamilan.

Kadar relaxin di sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat

dalam trimester pertama. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan

hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga term.

16
5. Mamma

Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu.

Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan

progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma.

Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula

dan menimbulakan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi

pembuatan kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan demikian

mamma dipersiapkan untuk laktasi. Di samping ini, di bawah pengaruh

progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak i sekitar

kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar.

Papila mamma akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam,

seperti seluruh areola mamma karena hiperpigmentasi. Glandula

Montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan areola mamma.

Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan

berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal

dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi.

6. Sirkulasi Darah

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-

pembuluh darah yang membesar pula, mamma dan alat lain-lain yang

memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume darah ibu

17
adalm kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan

darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak ±

25% pada puncak usia kehamilan 32 minggu. Meskipun ada

peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi

penambahan volume plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi

hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Walaupun kadar

hemoglobin ini menurun menjadi ± 120 g/L. Pada minggu ke-32,

wanitahamil mempunyai hemoglobin total lebih besar daripada wanita

tersebut ketika tidak hamil. Bersamaan itu, jumlah sel darah putih

meningkat (± 10.500/ml), demikian juga hitung trombositnya.

Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan

meningkat ± 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan peningkatan curah

jantung tersebut disebabkan oleh meningkatnya isi sekuncup, akan

tetapi frekuensi denyut jantung meningkat ± 15%. Setelah kehamilan

lebih dari 30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan tekanan

darah.

7. Sistem Respirasi

Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena

pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil

bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan

ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan

konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan

oleh meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat

18
menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada

kehamilan lanjut, kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan

mungkin tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga

menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan

penampilan badannya.

8. Traktus Digetivus

Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi cairan

intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus

bawah relaksasi, sehingga dapat terjadi regorgitasi isilambung yang

menyebabkan rasa terbakar di dada (heathburn). Sekresi

isilambungberkurang dan makanan lebih lama berada di lambung. Otot-

otot usus relaks dengan disertai penurunan motilitas. Hal ini

memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak, tetapi dapat

menyebabkan konstipasi, yang memana merupakan salah satu keluhan

utamawanita hamil.

9. Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan

oleh uterus yang mulai membesar, ehingga timbul sering kencing.

Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus

keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai

tuun ke PAP, keluhan sering kencing dan timbul lagi karena kandung

kencing mulai tertekan kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri.

Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal

19
pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga meningkat

sampai 69%. Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-

produk eksresi seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam folik

lebih banyak yang dikeluarkan.

10. Sistem Integumen

Perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh

melanophore stimulating hormone (MSH), pengaruh lobus hipofisis

anterior , dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini

terjadi pada striae gravidarum lividae atau alba, areola mamae, papila

mamae, linea nigra, dan pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan

hiperpigmentasi ini akan menghilang. Perubahan kondisi kulit yang

berubah terbalik dari keadaan semula, yang biasanya (pada saat belum

hamil) kulit kering, maka kini akan menjadi berminyak, begitu pula

sebaliknya. Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormone didalam

tubuh ibu hamil. Rambut menjadi lebih kering atau berminyak karena

adanya perubahan

11. Metabolisme dalam kehamilan

BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada

trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari

pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke

atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk

mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam

20
keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian

tenaganya.

Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-

tulangnya dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir.

Makanan tiap harinya diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr

kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam badan untuk

keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan

janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum

memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan

tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat

menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani.

Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase

(histamine) meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200

satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya

sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan seterusnya

sampai akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang dapat membuat

oksitosin tidak aktif. Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam

darah ibu pada kehamilan 14-38 minggu.

Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg

rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam

kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan dalam kehamilan

disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus placenta dan liquor

(Wiknjosastro, 2005).

21
E. Adaptasi Psikologis Kehamilan

1. Trimester pertama; Ragu-ragu akan kehamilannya, ambivalen (konflik

perasaan) dan lebih banyak berfokus pada diri sendiri. Pada trimester

ini, adanya perasaan tidak nyaman akibat perasaan mual, muntah, dan

keletihan sering kali keinginan seksual menurun.

2. Trimester kedua

a. Adanya pergerakan bayi, ibu menjadi yakin dengan keberadaan

bayinya, dan ibu merasa percaya akan segera mempunyai bayi.

b. Ibu lebih banyak berfokus pada bayinya, biasanya dia merasa

lebih baik daripada trimester I dan belum terganggu

aktivitasnya.

c. Perubahan ukuran tubuh untuk beberapa orang menyebabkan

perubahan body image atau pandangan terhadap gambaran diri

yang negative.

3. Trimester ketiga

a. Persiapan kelahiran sudah mulai dilakukan ibu. Ibu menanyakan

tentang tanda-tanda persalinan kepada teman atau

saudaranyayang telah mengalami proses persalinan.

b. Beberapa wanita mengalami ketakutan persalinan dan merasa

tidak nyaman menghadapi hari-hari menjelang persalinan.

c. Ibu menyiapkan pakaian, tempat untuk bayi, dan merencanakan

perawatannya (Hidayati, 2009).

22
F. Hiperemesis Gravidarum

1. Pengertian

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga

menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan

membahayakan hidupnya ( Manuaba, 2001).

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak

terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan

berat badan (Lowdermilk, 2004).

Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering

kedapatan pada kehamilan trimester pertama. Gejala-gejala ini kurng

lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan

berlangsung kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2007).

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebih pada wanita

hamil, sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan

umumnya menjadi buruk, sebagai akibat terjadinya dehidrasi (Hidayati,

2009).

Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil, hiperemesis gravidarum

adalah mual dan muntah yang berlebihan yang dapat mengganggu

aktivitas sehari – hari yang tidak terkendali selama masa hamil yang

menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi

nutrisi dan kehilangan berat badan.

23
2. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.

Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga

tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomic

pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan

vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi. Beberapa factor predisposisi

dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai

berikut:

a. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim :

hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola

hidatidosa.

b. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,

perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari

pihak ibu dan alergi

c. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak

diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut

terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan

(Wiknjosastro, 2005).

3. Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan

muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan

dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis

hipokloremik (Wiknjosastro, 2005).

24
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena

oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan

tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton

dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan

karena muntah menyebankan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler

dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu

juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah

berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan

bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah –

muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang

sulit dipatahkan.

Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat

terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (Sindroma

Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada

umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri,

jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif

(Wiknjosastro, 2005).

4. Manifestasi Klinik

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan

dengan hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum

penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis

25
gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala

dapat dibagi dalam 3 tingkatan (Wiknjosastro, 2005).

a. Tingkatan I: Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan

umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat

badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. nadi meningkat

sekitar 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik turun, turgor kulit

mengurang, lidah mongering dan mata cekung.

b. Tingkatan II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit

mengurang, lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan

cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat

badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi turun,

hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium

dalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma yang khas dan

dapat pula ditemukan dalam kencing.

c. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti,

kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma,

terdapat ensefalopati werniche yang ditandai dengan : nistagmus,

diplopia, gangguan mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi

kecil, tekanan darah menurun, dan temperature meningkat,

gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat, terdapat

timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam.

Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan

26
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan

adanya payah hati (Wiknjosastro, 2005).

5. Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus

ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus,

sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus

dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,

ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala

muntah.

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan

kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin,

sehingga pengobatan perlu segera dilakukan (Wiknjosastro, 2005).

6. Pencegahan

Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi

hiperemesis gravidarum dengan cara :

a. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai

suatu proses yang fisiologik.

b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah

merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan

hilang setelah kehamilan 4 bulan.

c. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan

dalam jumlah kecil tapi sering

27
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari

tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan

teh hangat

e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan

f. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat

dingin

g. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,

dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro,

2005).

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum menurut (Wiknjosastro,

2005).

a. Obat – obatan; Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin B1 dan

B6 atau B – kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti

emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau

khlorpromasine. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih

berat perlu dikelola di rumah sakit

b. Isolasi; Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi

cerah danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar

masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam

kamar penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau

makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24

28
jam. Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan

berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

c. Terapi psikologika; perlu diyakinkan kepada penderita bahwa

penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena

kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan

konflik.

d. cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan

protein dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari),

dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin

C), bila kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara

intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan

umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun

makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada

umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan

bertambah baik.

e. Menghentikan kehamilan; Bila keadaan memburuk dilakukan

pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis

adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam

keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri

kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung

diantaranya:

29
1) Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis,

somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa ensepalopati

wernicke.

2) Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina,

kemunduran penglihatan.

3) Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus,

ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah

terjadi nadi meningkat, tekanan darah menurun.

8. Komplikasi

Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan

perubahan mental, serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus

(Arif, 2000).

G. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis

Gravidarum

1. Pengkajian Fokus

a. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi

meningkat (>100 kali per menit)

b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,

perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak

direncanakan.

c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan

frekuensi berkemih Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.

30
d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4 sampai 8

minggu), nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 sampai

10 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht

rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung

dan lidah kering.

e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.

f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat

jatuh dalam koma

g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu

membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.

h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,

perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi

terhadap hospitalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.

i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan

diminum di muntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat

badan turun lebih dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit,

lidah kering, adanya aseton dalam urine (Doenges, 2001).

31
2. Pathways
Kehamilan

Perubahan fisIologis Perubahan Psikologis

Hormon HCG estrogen meningkat Krisis Kurang informasi

Motilitas lambung dan usus Ancaman kehilangan janin Kurang pengetahuan


menurun

Kembung dan produksi gas Cemas


berlebihan

Mual dan muntah berlebihan Nafsu makan menurun

Cairan elektrolit keluar Kurang volume cairan dan BB turun


turun Kurangnya
berlebihan elektrolit pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Lemah
Tugor kulit menurun/jelek Peningkatan suhu tubuh
Intoleransi aktivitas
Resiko kerusakan integritas
kulit

(Wiknjosastro, 2002).

32
3. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan

vomitus yang menetap (Doenges, 2001).

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi

yang adequat.

2) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.

3) Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.

4) Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.

Intervensi :

1) Catat intake dan output.

Rasional: menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah.

2) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional: dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak

Rasional : dapat menstimulus mual dan muntah.

4) anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh

(panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.

Rasional: makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari

rangsang mual muntah yang berlebih

5) Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode

tertentu.

Rasional: untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.

6) Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.

33
Rasional: untuk mengetahui integritas inukosa mulut.

7) Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan

pembersih mulut sesering mungkin.

Rasional: untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.

8) Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit

Rasional: mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan

kapasitas pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12

gr/dl atau kadar Ht < 37 % dipertimbangkan anemi pada

trimester I.

9) Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.

Rasional: menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk

mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti

ketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis

dan Hipertensi .

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus

dan asupan cairan yang tidak adequat (Doenges, 2001)

Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil :

1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang

terbukti dengan turgor kulit normal, membran mukosa lembab, berat

badan stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal; elektrolit, serum,

hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin akan berada dalam batas

normal.

2) Klien tidak akan muntah lagi

3) Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.

34
Intervensi:

1) Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.

Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi.

Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG),

perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas

gastrik memperberat mual/muntah pada kehamilan.

2) Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus

peptikum, gastritis.

Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk

mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi

intervensi.

3) Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan

berat jenis urine. Timbang BB klien setiap hari.

Rasional: Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat

atau kebutuhan hidrasi.

4) Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering

mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti

kering sebelum bangun dari tidur.

Rasional: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan

menurunkan keasaman lambung.

5) Berikan obat sesuai indikasi misalnya vitamin dan suplemen mineral

misalnya siano kobalamin (vit.B12), asam folat (flovite), asam askorbat

(vitamin C).

Rasional: kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau

adanya masukan oral buruk dan difisiensi yang diidentifikasi.

35
c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin

(Bobak, 2004).

Tujuan : ketakutan klien teratasi

Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya tentang

kesejahteraan janin.

Intervensi:

1) Memperlihatkan sikap menerima rasa takut klien

Rasional: Sikap yang menerima takut klien akan memungkinkan

komunikasi terbuka tentang sumber ketakutan.

2) Mendorong untuk mengungkapakn perasaan dan kekhawatirannya.

Rasional: Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat

membantunya menghilangkan rasa takut.

3) Memberi informasi yang berhubungan dengan risiko potensial yang dapat

terjadi pada janinnya.

Rasional : Strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk memampukan

klien mengatasi penyakit yang dideritanya dan efek-efek

penyakit tersebut .

d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang

berlebihan, peningkatan asam lambung (Smeltzer, 2001).

Tujuan : nyeri hilang/berkurang.

Kriteria hasil :

1) Klien mengungkapkan secara verbal.

2) Nyeri hilang atau berkurang

3) pasien dapat beristirahat dengan tenang

36
Intervensi:

1) kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi nyeri.

Rasional : menentukan perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi

nilai skala nyeri. Mengidentifikasi sumber sumber multiple

dan jenis nyeri.

2) Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi dan distraksi

Rasional: menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian analgesic

untuk mengurangi atau mengalihkan respon terhadap nyeri.

3) Yakinkan pada klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang

dirasakannya dan akan berusaha membantu untuk mengurangi nyeri

tersebut.

Rasional: ketakutan bahwa nyari akan tidak dapat diterima seperti

peningkatan ketegangan dan ansietas yang nyata dan

menurunkan toleransi nyeri.

4) Berikan kembali skala pengkajian nyeri

Rasional: memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan analgesic dan

mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindak lanjut bila tidak

efektif.

5) Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan.

Rasional: membantu dalam menunjukkan kebutuhan analgesic tambahan

atau pendekatan alternative terhadap penatalaksanaan nyeri.

6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.

Rasional: analgesic lebih efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri.

e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan

keterbatasan informasi (Doenges, 2001).

37
Tujuan: klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang

normal dan tanda-tanda bahaya kehamilan.

Kriteria hasil:

1) Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal berkaitan

dengan kehamilan trimester pertama..

2) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang meningkatkan

kesehatan.

3) Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.

Intervensi:

1) Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.

Rasional: untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien tentang

penyakitnya dan tentang penatalaksanaannya di rumah.

2) Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.

Rasional: untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang hiperemesis

gravidarum.

3) Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.

Rasional: peran penyuluh atau konselor dapat memberikan bimbingan

antisipasi dan meningkatkan tanggunmg jawab individu

terhadap kesehatan.

4) Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan dengan

perubahan fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta

keyakinan tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.

Rasional: memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi

kebutuhan-kebutuhan dan membuat rencana keperawatan.

5) Klarifikasi kesalahpahaman.

38
Rasional: ketakutan biasanya timbul dari kesalahan informasi dan dapat

mengganggu pembelajaran selanjutnya.

6) Tentukan derajad motivasi untuk belajar.

Rasional: klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar kecuali

kebutuhan untuk belajar tersebut jelas.

7) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.

Rasional: penerimaan penting untuk mengembangkan dan

mempertahankan hubungan.

8) Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi.

Rasional: memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat

pilihan.

9) Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram, nyeri

abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan, sakit

kepala dan tekanan pelvis.

Rasional: membantu klien membedakan yang normal dan abnormal

sehngga membantunya dalam mencari perawatan kesehatan

pada waktu yang tepat.

f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan

nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi (Doenges,2001).

Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.

Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk

mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.

Intervensi :

1) Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.

39
Rasional: area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan

pengobatan lebih intensif.

2) Dorong mandi tiap 2 hari satu kali, pengganti mandi tiap hari.

Rasional:sering mandi membuat kekeringan kulit.

3) Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.

Rasional: melicinkan kulit dan mengurangi gatal.

4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk

mempertahankan aktivitas.

Rasional: meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit dengan mencegah

tekanan lama pada jaringan.

5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adequat.

Rasional: perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi

sekunder (Doenges, 2001).

Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.

Kriteria hasil :

1) Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih

tinggi.

2) Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi

aktivitas.

Intervensi :

1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan yang tenang; batasi

pengunjung sesuai keperluan.

Rasional: meningkatkan istirahat dan ketenangan.

2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.

40
Rasional: meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan

pada area tertentu untuk menurunkan risiko kekurangan

jaringan.

3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang

gerak sendi pasif/aktif.

Rasional: tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat

terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode

istirahat.

4) Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress. Contoh relaksasi

progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi.

Rasional: meningkatkan relaksasi dan penghematan energy, memusatkan

kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping.

5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas,

contoh diazepam (valium); lorazepam(ativan).

Rasional: membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.

41

Anda mungkin juga menyukai