Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Ananda Zahrah S.N. NIM. 101411231037
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya
kegiatan magang gizi masyarakat ini dapat diselesaikan. Kami mengucapkan
terimakasih atas bimbingan dari dosen Program Studi Ilmu Gizi Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, pembimbing lapangan yakni
Petugas Gizi dan Kepala Puskesmas Pulorejo, Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang, serta pihak-pihak lainnya.
Laporan kegiatan Magang Gizi Masyarakat dibuat sebagai bentuk
pertanggungjawaban dan bukti pelaksanaan kegiatan magang oleh mahasiswa
semester VII S1 Ilmu Gizi FKM Unair. Bersama dengan laporan ini, kami juga
mengucapkan trimakasih kepada pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang dan
Puskesmas Pulorejo atas bimbingan yang diberikan selama pelaksanaan magang
gizi masyarakat.
Demikian laporan ini kami buat. Kami menerima kritik dan saran dari
Bapak/Ibu guna perbaikan dan pengembangan diri kami di masa yang akan
datang. Trimakasih.
Penulis
(Peserta Magang Gizi Masyarakat)
3
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan i
Kata pengantar ii
I. Pendah
uluan 1
1.2 Tujuan 3
1.3 Manfaat 3
III. Metode 10
4
A. Sejarah 15
C. Struktur organisasi 17
D. Kegiatan puskesmas 18
E. Prioritas masalah 54
F. Studi kasus 56
V. Penutup 111
Lampiran 115
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
dibimbing oleh 2 dosen pembimbing akademik dari Program Studi S1 Ilmu
Gizi FKM UNAIR serta pembimbing lapangan di Dinas Kesehatan atau
Puskesmas yang ditunjuk, yakni Puskesmas Pulorejo.
Poli gizi memiliki layanan dalam dan luar gedung. Pelayanan dalam
gedung meliputi pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan gizi
rawat jalan dilakukan kepada pasien yang dirujuk poli umum, lansia, dan KIA
ke poli gizi. Pasien dengan penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes,
asam urat; pasien dengan penyakit infeksi, khususnya pada anak-anak yang
mengakibatkan nafsu makan menurun; pasien gastritis; dan ibu hamil yang
melakukan ANC terpadu yang banyak dilayani di pelayanan rawat jalan poli
gizi. Pelayanan rawat inap yang dilakukan yakni visit untuk melihat asupan
gizi pasien. Adapun pasien rawat inap di Puskesmas Pulorejo juga diberikan
makanan, yakni dengan sistem outsourcing.
7
Pelayanan gizi di luar gedung juga melibatkan berbagai pihak selain petugas
gizi, diantaranya: bidan desa, kader, komite desa, ibu-ibu PKK, dan lain-lain.
Pelayanan seperti taman pemulihan gizi dan outlet tambah darah dilakukan
dengan bekerjasama dengan instansi lain yaitu sekolah dan pemerintah
desa/kecamatan yang bersangkutan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan magang gizi masyarakat adalah sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman, pengetahuan, keterampilan mengenai
program gizi di Puskesmas Pulorejo, Kabupaten Jombang
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mempelajari alur kerja, susunan organisasi, dan struktur organisasi di
Puskesmas Pulorejo, Kabupaten Jombang.
b. Mempelajari proses perencanaan program perbaikan gizi di tingkat
Puskesmas Pulorejo, Kabupaten Jombang.
c. Mempelajari analisis situasi permasalahan gizi, prioritas masalah gizi,
dan alternatif pemecahan masalah gizi di Puskesmas Pulorejo,
Kabupaten Jombang.
d. Mempelajari kasus dengan permasalahan gizi prioritas yang ada di
wilayah kerja magang yang kemudian diamati dan diobservasi selama
magang berlangsung.
e. Melakukan studi kasus pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan masalah pangan dan gizi.
8
1.3. Manfaat
Kegiatan kerja praktek/magang ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang terkait didalamnya.
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
wawasan mengenai gizi masyarakat beserta implementasi
program terkait
b. Sebagai sarana dalam latihan dan penerapan ilmu yang
diperoleh dengan kondisi sebenarnya yang ada dilapangan
khususnya dalam bidang gizi masyarakat seperti program
evaluasi gizi, pendidikan gizi, antropologi gizi, sosiologi,
penentuan status gizi, dan lain-lain.
c. Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi dengan
lingkungan kerja, secara khusus di Puskesmas Pulorejo
Kabupaten Jombang.
1.3.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
a. Dapat menjalankan fungsi utama dalam hal pendidikan dan
pembinaan ke arah pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas.
b. Terciptanya hubungan kerja sama yang saling menguntungkan
antara kedua belah pihak, yaitu instansi pendidikan (FKM) dan
instansi tempat magang yaitu Puskemas Pulorejo beserta Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang dalam hal pendidikan.
1.3.3 Bagi Instansi Praktik Kerja (Puskesmas Pulorejo, Dinas Kesehatan
Kabupaten Jombang)
a. Turut berperan serta mennyukseskan program pemerintah dalam
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia Indonesia.
b. Dapat memperoleh masukan mengenai solusi kondisi dan
permasalahan yang dihadapi instansi dari metode yang telah
diperoleh dari materi perkuliahan yang dapat diaplikasikan pada
instansi baik secara teknis maupun administratif.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
dilakukan dengan sosialisasi peningkatan pengetahuan tentang vitamin
A dan melakukan sweeping vitamin A di Taman Posyandu dan
PAUD.
2.2 Metode Analisis Situasi Permasalahan Gizi
Menurut Sugianto (2012), dalam menganalisis situasi permasalahan
masyarakat dapat dilakukan menggunakan metode Fishbone Analysis
(Analisis Tulang Ikan) dan Lock Frame Analysis/Problem Tree (Pohon
Masalah).
1. Fishbone Analysis (Analisis Tulang Ikan)
Metode ini menganalisis suatu permasalahan melalui faktor-
faktor penyebab masalah dalam bentuk diagram yang bentuknya
serupa dengan bentuk tulang ikan. Diagram ini digunakan untuk
mengurutkan penyebab-penyebab masalah hingga didapatkan suatu
akar penyebabnya.
2. Lock Frame Analysis/Problem Tree (Pohon Masalah)
Metode ini menganalisis suatu permasalahan dengan
menunjukkan masalah dan akar akibat serta menunjukkan keadaan
sebenarnya maupun situasi yang tidak diharapkan. Dengan melakukan
analisis pohon masalah, suatu solusi dapat terbentuk dari pemetaan
sebab-akibat di sekitar masalah utama sehingga terbentuk pola pokir
yang terstruktur.
12
urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu merupakan isu prioritas
(Kepner & Tregoe, 1981).
13
mengetahui kesesuaian program yang sedang berjalan dengan yang
direncanakan. Sedangkan, evaluasi adalah kegiatan penilaian dari data
yang dikumpulkan saat proses monitoring (Arifin et al, 2016). Suryana
(2010) dalam “Strategi Monitoring dan Evaluasi (Monev) Sistem
penjaminan Mutu Internal Sekolah” menyatakan bahwa prinsip dari
monitoring yaitu harus dilakukan secara terus menerus, harus dijadikan
pedoman perbaikan program, harus memberikan manfaat baik pada semua
pihak, harus dapat memotivasi sumber daya manusia di dalamnya untuk
berprestasi, harus berorientasi pada aturan yang berlaku, bersifat obyektif,
dan berorientasi pada tujuan program. Metode untuk mengumpulkan data
selama proses monitoring yaitu survei, pengamatan, dokumentasi,
wawancara, dan kuesioner dengan isian singkat (Moerdiyanto, 2011).
Adapun jenis evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif dilakukan pada tahap pelaksanaan program
dengan tujuan untuk memperbaiki kesalahan keika program
sedang berjalan.
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif dilakukan di akhir pelaksanaan program,
ketika program sudah dilakukan. Evaluasi sumatif dilakukan
untuk menilai keberhasilan program.
Pada pelaksanaan program gizi, evaluasi perlu dilakukan; baik
evaluasi formatif maupun sumatif. Evaluasi formatif dilakukan oleh
pelaksana dan pengawas pelaksana program. Evaluasi sumatif dapat
dilakukan dan dinilai berdasarkan angka, misalkan: penurunan jumlah
balita yang mengalami gizi buruk, peningkatan jumlah bayi yang diberi
ASI Eksklusif, dan lain-lain. Evaluasi sumatif juga dapat dilihat dari
efektivitas dan efisiensi program.
Dalam pelaksanaan gizi bidang masyarakat ini, masing-masing
mahasiswa mengambil studi kasus yakni membuat program dan
menjalankannya. Monitoring dan evaluasi program yang dilakukan, secara
lebih rinci akan tertera pada lampiran studi kasus.
14
BAB III
METODE
Waktu Kegiatan
11 September 2017 Pembekalan magang
12–14 September 2017 Penyusunan proposal magang
15 September 2017 Pemberangkatan ke Jombang –
Pembukaan oleh Dinas Kesehatan
Jombang
18–19 September 2017 Orientasi di Dinas Kesehatan
Jombang
20 September – 17 Oktober 2017 Magang masyarakat di Puskesmas
Pulorejo
18 Oktober 2017 Presentasi laporan akhir magang
15
gizi masyarakat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jombang.
16
Perkenalan dan orientasi di Wawancara Mahasiswa dapat mengetahui
Puskesmas Pulorejo dan profil puskesmas, kegiatan rutin,
Observasi dan alur kerja Puskesmas
Pulorejo serta mengenal pihak
Puskesmas Pulorejo
Mempelajari masalah gizi Wawancara Mahasiswa dapat mengetahui
maupun masalah kesehatan dan permasalahan gizi maupun
terkait gizi di wilayah kerja Observasi masalah kesehatan terkait gizi di
Puskesmas Pulorejo baik wilayah kerja Puskesmas Pulorejo
yang sudah dapat ditangani dan menyusun prioritas
maupun belum serta penyelesaian masalahnya
menyusun prioritas
masalah yang akan
diselesaikan dengan
melihat data sekunder
Mengikuti proses Observasi, Mahasiswa dapat mengetahui
perencanaan, pelaksanaan, Wawancara, cara penyusunan hingga
monitoring, dan evaluasi Praktik, dan pelaksanaan program
program gizi masyarakat Diskusi penanggulangan masalah gizi dan
maupun program kesehatan kesehatan terkait di Puskesmas
terkait untuk
menanggulangi masalah
gizi
17
Kegiatan screening gizi di Analisis data Mengetahui status gizi anak
SD, SMP, SMA dan TB dan BB sekolah dan masalah gizi yang
sederajat dari UKS ada
Kegiatan survei garam Iodine test Mengetahui secara kualitatif
beryodium pada siswa SD keberadaan kandungan yodium
dalam garam yang digunakan
sehari-hari oleh keluarga dari
anak tersebut
Kegiatan konseling ANC Konseling Mahasiswa dapat memberikan
edukasi kepada ibu hamil
mengenai gizi kehamilan, ASI
eksklusif, dan cara menyusui
Konseling gizi – pelayanan Konseling Mahasiswa dapat memberikan
rawat jalan edukasi gizi kepada pasien
dengan penyakit yang
bersangkutan
Visite gizi – pelayanan Konseling Mahasiswa dapat memberikan
rawat inap edukasi gizi kepada pasien rawat
inap seturut penyakit yang
diderita
Kegiatan kelas hamil Observasi Mahasiswa dapat mengetahui
program gizi yang bersasaran
pada ibu hamil
Kegiatan Edukasi Ibu Ceramah dan Mahasiswa dapat memberikan
tentang Pemberian MP-ASI Diskusi pengetahuan baru dan tepat
yang Tepat kepada ibu-ibu mengenai
pemberian MP-ASI
Kegiatan Edukasi tentang Ceramah dan Mahasiswa dapat memberikan
Hipertensi dan Obesitas Diskusi pengetahuan baru dan tepat
tentang hipertensi dan obesitas
18
kepada masyarakat
Pembuatan poster gizi - Mahasiswa dapat memberikan
seimbang dan perilaku edukasi kepada siswa dengan
hidup sehat media poster
Penyusunan laporan akhir Studi Mahasiswa dapat menyusun dan
magang gizi masyarakat – Literatur dan memaparkan laporan hasil
beserta presentasi akhir Analisis Data kegiatan magang
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
2) Misi
21
C. Struktur Organisasi
22
D. Kegiatan Puskesmas
Program Usaha Kesehatan Perseorangan (UKP), kefarmasian, dan
laboratorium meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap serta UGD, laboratorium,
dan kamar obat (farmasi). Sedangkan, program Usaha Kesehatan Masyarakat
(UKM) yang ada di Puskesmas Pulorejo meliputi:
1) Promosi Kesehatan
a. Penyuluhan kelompok di posyandu, poskesdes, sekolah, pertemuan
PKK, dan lainnya
2) Kesehatan Lingkungan
a. Pemeriksaan TTU, TPM, sumber air bersih, kepemilikan jamban,
dan rumah sehat
3) Surveilans Epidemiologi
4) Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
5) Perkesmas
6) KIA-KB
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil (ANC Terpadu dan Kelas Ibu
Hamil)
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi
kebidanan
c. Penanganan ibu hamil komplikasi
d. Pelayanan ibu nifas
e. Pelayanan kesehatan neonatus, bayi, anak, dan balita
f. Pelayanan kesehatan anak usia SD dan sederajat
7) Imunisasi
a. Pemberian imunisasi pada anak sampai usia 1 tahun
b. Pemberian imunisasi pada wanita usia subur dan ibu hamil
8) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
a. Penjaringan kesehatan anak sekolah di SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/SMK/MA
9) Penyakit Tidak Menular
10) Gizi
a. Taman Pemulihan Gizi
23
b. Kelompok Pendukung ASI
c. Penanganan balita gizi buruk (pemberian PMT)
d. Pemberian kapsul vitamin A
e. Pemberian TTD
f. Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan (sosialisasi ASI dan
adanya pojok laktasi)
11) Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
a. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut serta praktik sikat gigi masal
12) Usaha Kesehatan Gigi Mulut Dewasa
13) Upaya Kesehatan Kerja
14) Kesehatan Olahraga
15) Pelayanan Kesehatan Tradisional
16) Kesehatan Reproduksi Remaja
17) Kesehatan Lansia
a. Posyandu lansia
b. Karang werda
c. PROLANIS (Program Penatalaksanaan Penyakit Kronis)
PROLANIS dilaksanakan setiap awal bulan dengan tema
berbeda di setiap minggunya. Pada hari Jumat tanggal 29
September 2017 tema PROLANIS yaitu hipertensi. Kegiatan yang
dilakukan meliputi registrasi lansia, pengecekan tekanan darah
lansia dan keluhan yang dimiliki lansia, edukasi seputar hipertensi
oleh tenaga kesehatan poli lansia serta tanya jawab/sharing
pengalaman lansia, senam bersama, sarapan bersama, dan
pembagian obat untuk lansia. Sedangkan, pada hari Jumat tanggal 6
Oktober 2017 tema PROLANIS yaitu diabetes melitus. Kegiatan
yang dilakukan hampir sama yaitu registrasi lansia, pengecekan
gula darah lansia dan keluhan yang dimiliki lansia, senam bersama,
sarapan bersama, edukasi seputar diabetes melitus oleh dokter poli
umum serta tanya jawab/sharing pengalaman lansia, dan
pembagian obat untuk lansia.
18) Kesehatan Jiwa
24
19) Kesehatan Indra
25
j. Persalinan
k. UGD 24 jam
l. Rawat Inap
m. Laboratorium
n. Poli MTBS
6) Sarana Administratif
a. Ruang Kepala Puskesmas
b. Ruang Tata Usaha
c. Ruang Administrasi
d. Gudang
e. Ruang Sekretariat
f. Loket
7) Sarana Tambahan
a. Musholla
b. Ruang tunggu
8) Sarana Peran Serta Masyarakat
a. Posyandu : 50 buah
i. Kader Posyandu : 199 orang
ii. Kader Terlatih : 149 orang
b. Poskesdes : 7 buah
i. Tenaga Kesehatan Bidan : 7 orang
ii. Tenaga Kesehatan Perawat : 1 orang
c. Poskestren : 2 buah
i. Jumlah Kader : 30 orang
d. Polindes : 6 buah
e. Desa Siaga : 11 buah
f. TTU/TPM : 149 buah
i. Tempat-Tempat Umum (TTU) : 72 buah
ii. Tempat Pengolahan Makanan (TPM) : 77 buah
F. Sumber Daya Manusia dan Tupoksi
Data Ketenagaan di Puskesmas Pulorejo tahun 2017 yaitu:
26
Tabel 3. Data Ketenagakerjaan Puskesmas Pulorejo
Tenaga Non
Tenaga PNS TOTAL
PNS
No Ketenagaan
Jml Jml Jml
L P L P L P
h h h
1 MEDIS 0 3 3 0 0 0 0 3 3
a. Dokter
0 2 2 0 0 0 0 2 2
Umum
b. Dokter Gigi 0 1 1 0 0 0 0 1 1
c. Dokter
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Spesialis
2 PERAWAT 4 3 7 5 5 10 7 10 17
a. Perawat 4 3 7 5 5 10 7 10 17
b. Perawat Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 BIDAN 0 9 9 0 5 5 0 14 14
a. Bidan Di
0 5 5 0 2 2 0 7 7
Puskesmas
b. Bidan Di
0 4 4 0 3 3 0 7 7
Desa
4 FARMASI 0 1 1 0 1 1 0 2 2
a. Asisten
0 1 1 0 1 1 0 2 2
Apoteker
b. Apoteker 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 KESEHATAN
0 0 0 0 0 0 0 0 0
MASYARAKAT
a. S1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. S2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 SANITARIAN 1 0 1 0 0 0 1 0 1
7 GIZI 0 1 1 0 0 0 0 1 1
8 TEKNISI MEDIS 0 1 1 0 0 0 0 1 1
a. Analis 0 1 1 0 0 0 0 1 1
27
Kesehatan
b. Radiografer 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Teknisi
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elektronika
d. Teknisi Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 KETERAPIAN
0 0 0 0 0 0 0 0 0
FISIK
a. Fisioterapi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Akupunturis 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Terapi
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Okupasi
10 NON
2 2 4 2 3 5 4 5 9
KESEHATAN
a. SD 0 0 0 0 1 1 0 1 1
b. SMP 1 1 2 1 0 1 2 1 3
c. SMA 2 0 2 0 1 1 2 1 3
d. D1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
e. D3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f. S1/DIV 0 0 0 0 2 2 0 2 2
Jumlah 7 19 26 5 14 19 12 33 45
28
Pelayanan Publik tata kerja dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
4) Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan
promotif dan edukatif.
5) Melakukan pencatatan pada rekam medik dengan baik,
lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan termasuk
memberi kode diagnosa penyakit menurut ICDX
6) Melakukan pencatatan dan menyususn pelaporan serta
visualisasi dan kegiatan pengobatan dasar sebagai bahan
informasi dan pertanggungjawaban kepada Kepala
Puskesmas.
7) Mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan masalah
dan melakukan evaluasi kinerja program pengobatan
dasar.
b. Dokter Gigi
1) Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis pelayanan kesehatan
gigi
2) Menetukan pola pelayanan dan tatakerja
3) Memimpin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi
4) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan
pelayanan kesehatan gigi.
5) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasai kegiatan mutu
pelayanan kesehatan gigi
6) Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan medik dengan
penuh tanggungjawab sesuai keahlian dan kewenanganya serta
sesuai standar profesi dan peraturan perundangan yang berlaku.
7) .Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif
dan preventif
8) Melakukan pencatatan pada rekam medik dengan baik, lengkap
serta dapat dipertanggungjawabkan termasuk memberi kode
diagnosa menurut ICDX.
29
c. Perawat
30
3) Melaksanakan Asuhan Kebidanan
4) Melaksanakan pelayanan kebidanan.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan pada rekam medik
dengan baik, lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan
termasuk memberi kode diagnosa menurut ICDX
6) Melaakukan pencatatan dan pelaporan serta visualisasi
data kegiatan KIA-KB sebagai bahan informasi dan
pertanggungjawaban kepada Kepala Puskesmas
7) Melasksanakan evaluasi kegiatan kebidanan dan
melaporkan pelaksanaan kegiatan kebidanan secara
berkala kepada penanggung jawab
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Puskesmas
e. Asisten Apoteker
1) Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan upaya
pengelolaan dan pelayananan kefarmasian
2) Menyususn rencana kegiatan pelayanan obat di kamar
obat berdasarakan data pogram Pelayanan Kesehatan
Dasar Puskesmas
3) Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan
penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenanganya.
4) Melaksnakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP,
SPM, tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Apoteker dan Kepala Puskesmas
5) Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
6) Memberikan informasi tentang pemakaian penyimpanan
obat kepada pasien
7) Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan
perbekalan kesehatan yang dikeluarkan maupun yang
diterima oleh kamar obat dalam bentuk buku catatan
mutasi obat
31
8) Melaksanakan pengelolaan obat termasuk pencatatan dan
pelaporan secara baik, lengkap serta dapat
dipertanggungjawabkan.
9) Membuat pencatatan dan pelaporan pemakaian dan
permintaan obat serta perbekalan kesehatan sebagai bahan
informasi dan pertanggungjawaban kepada Kepala
Puskesmas, pencatatan dan pelaporan penggunaan obat
secara rasional serta penggunaan obat generik
10) Melakukan evaluasi hasil kegiatan pelayanan obat di
kamar obat
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Puskesmas
f. Sanitarian
1) Di Dalam Gedung
a) Menyusun rencana kegiatan Kesehatan
Lingkungan berdasarkan data program Puskesmas
b) Melakukan kegiatan pembinaan lingkungan yang
meliputi pengawasan dan pembinaan SAB,
pengawasan TTU (Tempat Tempat Umum)/ TPM
(Tempat Pengolahan Makanan) Pestisida,
pelayanan klinik sanitasi, penyuluhan kesehatan
lingkungan dan koordinasi lintas program terkait
sesuai dengan prosedur/ SOP
c) Membuat pencatatan dan pelaporan serta
visualialisasi data kegiatan kesehatan lingkungan
sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban
kepada Kepala Puskesmas
d) Melakukan evaluasi hasil kegiatan kesehatan
lingkungan secara keseluruhan
e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan olaeh
Kepala Puskesmas’
32
f) Menerima kartu rujukan status dari petugas
poliklinik
g) Mempelajari kartu status/rujukan tentang diagnosis
oleh petugas poliklinik
h) Menyalin dan mencatat nama penderita atau
keluarganya, karakteristik penderita yang melipui
umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serta
diagnosis penyakit ke dalam buku register
i) Melakukan wawancara atau konseling dengan
penderita/keluarga penderita, tentang kejadian
penyakit , keadaan lingkungan, dan perilaku yang
diduga berkaitan dengan kejadian penyakit.
j) Membantu menyimpulkan permasalahan
lingkungan atau perilaku yang berkaitan dengan
kejadian penyakit yang diderita.
k) Memberikan saran tindak lanjut sesuai
permasalahan
l) Bila diperlukan, membuat jadwal kunjungan
lapangan.
2) Luar Gedung
a) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di
dalam gedung (Puskesmas)
b) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan
kelengkapan lapangan yang diperlukan seperti
formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan,
dan alat sesuai dengan penyakitnya
c) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan
kepada perangkat desa/kelurahan (Kepala
Desa/Lurah, sekretaris, kepala Dusun atau RT
/RW) dan petugas kesehatan/ bidan di desa
33
d) Melakukan pemeriksaan/pengamatan lingkungan,
pengamatan perilaku, serta konseling sesuai
dengan penyakit/masalah yang ada.
e) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan
lapangan
f) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran
(keluarga penderita dan keluarga sekitar)
g) Apabila permasalahan yang ditemukan
menyangkut sekelompok keluarga atau kampung,
informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan di
desa/kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris,
kepala dusun atau ketua RT/RW), kader kesehatan
lingkungan serta sektor terkait di tingkat
Kecamatan untuk dapat ditindaklanjuti secara
bersama
g. Gizi
1) Menyusun rencana kegiatan peningkatan gizi masyarakat
berdasarkan data program puskesmas
2) Melaksanakan pembinaan Posyandu, PSG (Pemantauan
Status Gizi), Pemantauan Kosumsi Gizi (PKG),
pemantauan penggunaan garam beryodium, ASI ekslusif,
pemberian kapsul vit A, pemberian tablet Fe, penyuluhan
gizi dan koordinasi lintas program sesuai dengan prosedur/
SOP
3) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan serta
visualisasi data sebagai bahan informasi dan
pertanggungjawaban kepada Kepala Puskesmas
4) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan surveilan.
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Puskesmas
34
h. Analis Kesehatan
1) Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai SOP, SPM,
tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas
2) Meningkatkan mutu pelayananan di Puskesmasdengan
melaksanakan upaya pelayanan Laboratorium dengan
penuh tanggung jawab sesuai keahlian/standar profesi
kewenanganya.
3) Membuat pencatatan dan pelaporan serta visualisasi data
yang perlu secara baik, lengkap serta dapat
dipertanggungjawabkan sebagai bahan informasi dan
pertanggungjawaban kepda Kepala Puskesmas
4) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan beserta Kepala
Puskesmas menyusun perencanaan upaya pelayanan
laboratorium
5) Melaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3
Laboratorium)
6) Menyiapkan bahan rujukan spesimen
7) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Puskesmas
36
d. SMA negeri dan swasta : 1 buah
e. SMK negeri dan swasta : 4 buah
f. RA negeri dan swasta : 11 buah
g. MI negeri dan swasta : 11 buah
h. MTs negeri dan swasta : 5 buah
i. MA negeri dan swasta : 5 buah
37
Penyuluhan gizi masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan
dengan cara menyebarluaskan pesan yang menanamkan keyakinan
sehingga masyarakat sadar, mengerti, dan mau melakukan suatu anjuran
untuk kesehatan.
Materi penyuluhan gizi masyarakat sangat beragam, terdiri dari
materi kesehatan ibu dan anak, gizi, tumbuh kembang anak, kesehatan
remaja, kesehatan lansia, PHBS, HIV/AIDS serta P3 NAPZA. Sasaran
kegiatan ini adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pada
sasaran keluarga diutamakan pada keluarga dengan risiko tinggi seperti
keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengann status gizi
buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk, dan
sebagainya. Pada sasaran kelompok, penyuluhan dilakukan pada
kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang memiliki anak balita,
kelompok lansia, kelompok yang ada di institusi pelayanan kesehatan
seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan, dan sebagainya.
Penyuluhan pada sasaran kelompok biasanya disampaikan pada saat
posyandu, sekolah, pertemuan PKK, dan lintas sektor lainnya.
Pada saat kegiatan magang, mahasiswa mengikuti kelas ibu hamil
yang dilaksanakan di Puskesmas Pembantu Pageng, Desa Jombok.
Sebelum dan setelah penyuluhan, ibu hamil diberikan kuesioner
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu hamil sebelum
dan sesudah diberi penyuluhan. Media penyuluhan yang digunakan
yaitu flipchart kelas ibu hamil dari Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jumlah peserta kelas ibu hamil hanya sedikit. Hal ini
disebabkan ada beberapa ibu hamil yang malas datang karena bertempat
tinggal jauh dari lokasi kegiatan. Sehingga, untuk pelaksanaan
selanjutnya, dapat dilakukan rotasi lokasi kegiatan guna memudahkan
seluruh ibu hamil.
Selain mengikuti kelas ibu hamil, mahasiswa mengikuti pertemuan
PKK yang dilaksanakan di Balai Desa Jombok. Pada pertemuan ini
mahasiswa memberikan penyuluhan tentang pemberian makanan
38
pendamping ASI pada bayi dengan media makanan yang telah dibuat
mahasiswa.
Di Puskesmas Pulorejo, penyuluhan gizi di masyarakat dilakukan
oleh petugas gizi dan petugas promosi kesehatan. Penyuluhan gizi di
masyarakat ini minimal dilakukan 1 tahun 1 kali. Sasaran penyuluhan
meliputi kader posyandu, ibu PKK, anak sekolah, ibu hamil, posyandu
lansia, dan lain-lain; mengikuti program yang ada. Selama kegiatan
magang berjalan, petugas gizi puskesmas juga mendapatkan tugas
untuk mengisi penyuluhan mengenai keamanan pangan di kantor
kecamatan.
Evaluasi kegiatan penyuluhan gizi masyarakat yang dilakukan oleh
puskemas dapat meliputi evaluasi langsung dan tidak langsung.
Evaluasi langsung diukur melalui banyaknya jumlah peserta
penyuluhan, perhatian dan peningkatan pengetahuan peserta
penyuluhan. Sedangkan evaluasi tidak langsung dapat diukur melalui
data sekunder setelah penyuluhan dilakukan, misalkan peningkatan
berat badan balita yang ditimbang di posyandu, peningkatan rata-rata
status gizi anak sekolah, dan lain-lain.
39
Pemantauan pertumbuhan anak dapat dicatat menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS). Dalam kartu tersebut memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan
menurut umur. Sehingga apabila terdapat gangguan pertumbuhan atau
terjadi risiko kelebihan gizi dapat dilakukan tindakan untuk
menanggulangi masalah gizi sedini mungkin. KMS merupakan laporan
pertumbuhan anak untuk lingkungan pribadi, sedangkan laporan
lingkungan desa dikenal dengan SKDN.
S : Jumlah balita yang ada di wilayah posyandu
K : Jumlah balita yang memiliki KMS
D : Jumlah balita yang ditimbang
N : Jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan
T : Jumlah balita yang tidak mengalami kenaikan berat badan
Hasil pemantauan pertumbuhan balita dalam SKDN Puskesmas
Pulorejo tahun 2017 ditampilkan dalam tabel 4.
40
menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat
badan, kemudian menindaklanjuti setiap kasus gangguan
pertumbuhan.Tindak lanjut dapat berupa kegiatan konseling, pemberian
makanan tambahan (PMT), pemberian suplemen gizi, dan rujukan.
Selama kegiatan magang gizi masyarakat, mahasiswa mengikuti
kegiatan pemantauan gizi balita melalui posyandu yang diadakan pada
minggu pertama dan kedua setiap bulannya. Mahasiswa ikut ambil
bagian dalam penimbangan berat badan balita, pengukuran tinggi badan
balita, pencatatan, serta konseling gizi kepada ibu dari balita yang
bersangkutan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan, yakni
kunjungan mahasiswa ke 1 posyandu yang mewakili masing-masing
desa; meja konseling kurang berjalan karena kader kurang percaya diri
menyampaikan ilmu yang sudah diberikan dalam pelatihan kader.
Selain itu, tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah akan gizi dan
kesehatan juga menjadi salah satu penyebab ibu balita tidak menjadikan
penurunan status gizi atau berat badan sebagai masalah kesehatan
balitanya.
Evaluasi dari pemantauan pertumbuhan balita dilakukan oleh
Puskesmas Pulorejo dengan cara pengumpulan data posyandu, baik
jumlah balita yang hadir ataupun kader yang hadir. Data ini
dikumpulkan oleh bidan desa dan kemudian dianalisis oleh petugas gizi
Puskesmas Pulorejo. Evaluasi pemantauan pertumbuhan balita per
nama balita dilakukan saat operasi timbang, yaitu bulan Februari dan
Agustus. Dari data operasi timbang ini, didapatkan nama-nama balita
yang bermasalah beserta alamatnya tempat tinggalnya. Dari data inilah,
petugas gizi memberikan intervensi, baik berupa pemberian makanan
tambahan ataupun edukasi.
o Pemetaan Kadarzi
Permasalahan gizi di Indonesia yang utama adalah kurang energi
dan protein, gangguan akibat kekurangan yodium, kurang vitamin A,
41
dan anemia gizi besi. Banyak faktor yang berperan dalam terjadinya
masalah gizi tersebut diantaranya karena asupan makanan yang tidak
adekuat, penyakit infeksi, serta keluarga dan lingkungan. Keluarga
dianggap sebagai strategi yang ampuh untuk mengatasi masalah gizi
karena keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga lain, termasuk
dalam hal kesehatan. Oleh karena itu pemerintah berupaya agar seluruh
keluarga menjadi keluarga sadar gizi (Kadarzi). Keluarga disebut
kadarzi apabila telah melakukan perilaku gizi baik yaitu
a. Memantau berat badan secara teratur.
b. Mengkonsumsi makanan beraneka ragam.
c. Mengkonsumsi garam beryodium
d. Memberikan ASI eksklusif pada bayinya usia 0-6 bulan.
e. Memberikan suplementasi gizi untuk anggota keluarga.
42
dilakukan survei kadarzi yaitu Desa Badang, Sidowarek, dan
Rejoagung.
Pada saat kegiatan magang, mahasiswa diberikan kesempatan
untuk melakukan survei kadarzi pada dua desa yang belum dilakukan
survei kadarzi pada tahun ini yaitu Desa Sidowarek dan Rejoagung.
Dengan bantuan dari bidan desa, para ibu balita diinformasikan untuk
membawa sampel garam yang dipakai sehari-hari pada saat kegiatan
posyandu. Mahasiswa kemudian melakukan pengecekan sampel garam
tersebut apakah mengandung yodium atau tidak. Sebagian besar sampel
yang dibawa oleh ibu balita mengandung yodium, namun ternyata juga
masih terdapat garam yang kurang atau tidak mengandung yodium.
Setelah dicek kandungan yodiumnya, ibu balita diwawancara secara
singkat untuk mengisi angket survei kadarzi. Hal yang dilakukan
mahasiswa setelah mendapatkan hasil angket adalah memberi sedikit
konseling kepada ibu balita contohnya tentang pentingnya konsumsi
makanan beragam dan garam beryodium bagi kesehatan hingga cara
menyimpan garam yang tepat.
Pada saat melaksanakan survei ini, beberapa ibu balita masih ada
yang tidak membawa garam sehingga tidak bisa dilakukan pengecekan
garam namun mereka mengingat merek garamnya sehingga diambilkan
sampel dari ibu balita lain yang membawa garam dengan merek serupa
sehingga tetap bisa dilakukan survei kadarzi. Beberapa ibu balita yang
hadir juga ada yang terburu-buru ingin pulang karena berbagai alasan
diantaranya balita rewel dan harus menjemput anak sekolah sehingga
konseling yang diberikan tidak maksimal. Selain itu, ketika dilakukan
konseling, ibu balita kurang aktif bertanya setelah dilakukan penjelasan.
Hasil yang didapatkan pada saat survei yaitu dari 27 rumah tangga
di Desa Sidowarek, seluruh rumah tangga sudah kadarzi (100%).
Sedangkan, dari 51 rumah tangga di Desa Rejoagung hanya 48 rumah
tangga yang sudah kadarzi (94%).
Dari hasil pemantauan kadarzi ini, pihak Puskesmas Pulorejo
memberikan intervensi berupa peningkatan edukasi mengenai garam
43
beryodium, konsumsi makanan beragam, ASI-eksklusif, dan lain-lain
kepada daerah prioritas seturut masalah yang didapati.
o Pemantauan BBLR
Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang ditimbang
dalam jangka waktu satu jam pertama setelah lahir. Berat badan lahir
bayi dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu kurang dari 2500 gram,
2500-3999 gram, dan lebih dari atau sama dengan 4000 gram
(Riskesdas, 2013). Sedangkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran
mencapai kurang dari 2500 gram.
Badang 94 1 1.1%
Pulorejo 85 1 1.2%
Jombok 86 2 2.3%
Banyuarang 113 0 -
Sidowarek 116 0 -
Pada tahun 2017 kasus BBLR mencapai 14 kasus dari total 762
kelahiran yang tersebar dalam lima desa di wilayah kerja Puskesmas
Pulorejo. Sehingga persentase kejadian BBLR di wilayah kerja
Puskesmas Pulorejo adalah sebesar 1,8%. Pemantauan BBLR ini
dilakukan oleh bidan desa setempat.
44
Evaluasi yang dilakukan petugas adalah melihat rasio kelahiran
bayi BBLR dan semua. Ketika banyak kasus BBLR, maka dibutuhan
edukasi mengenai gizi kehamilan dan pemberian makan bayi dan anak
secara lebih intensif kepada ibu dari bayi yang bersangkutan. Selain itu,
peningkatan akses pangan juga diperlukan. Untuk itu, puskemas
bekerjasama dengan pihak desa dan kecamatan melalui pemberdayaan
masyarakat.
45
Grafik 1. Cakupan Penanganan Ibu Hamil KEK Tahun 2017
71.43
60 60 62.96
50 52.38
43.48
42.86
31.58 25 25 28.57
0 0 0 0 0 000 0
46
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa masih ada 24% siswa
yang memiliki gangguan gizi baik kekurangan maupun kelebihan.
Sedangkan, hasil pemantauan status gizi di beberapa SD/MI pada tahun
ajaran 2017/2018 yaitu:
2. SDN 89 14 5 108
Rejoagung II
3. SDN 84 22 4 110
Rejoagung III
5. SDN 59 8 1 68
Sidowarek II
6. SDN 73 11 10 94
Sidowarek III
8. SDI 69 3 3 75
Trunojoyo
9. MI Al Ilahiyah 63 2 2 67
47
Total 1064 191 87 1342
48
Tabel 9. Jumlah Remaja Putri yang Mendapat Tablet Fe Tahun 2017
49
Grafik 2. Cakupan Vitamin A
700
623
600
487
500
435 417
400 368 374
340
300
200 183
145
98 85 90 102
100 83 76 77 82
63 69 61
44
0
Badang
Pulorejo
Sidowarek
Banyuarang
Rejoagung
Genukwatu
Jombok
Bayi
Balita
Ibu Nifas
120
100 100 100 100 100 100
80 78.6
60 57.1 ASI E6
40
20
0
k
ek
ng
o
u
ng
ng
bo
ej
at
ar
u
da
ra
w
ag
lo
w
ua
uk
Ba
Jo
Pu
jo
do
ny
en
Re
Si
Ba
G
51
a. Sosialisasi ASI di desa-desa.
b. Didirikan pojok laktasi di Puskesmas Pulorejo meskipun
masih menjadi satu ruangan dengan Poli Gizi namun telah
diberi sekat pemisah antara pojok laktasi dan Poli Gizi.
c. Pelatihan kader motivator Kelompok Pendukung ASI (KP-
ASI).
d. Dibentuknya KP-ASI.
52
- SKPG
o Pemantauan Status Gizi
Pementauan status gizi merupakan saranan untuk menemukan
suatu kasus terkait gizi, baik itu gizi buruk, gizi kurang, maupun gizi
lebih dengan melihat indikator status gizi BB/U, TB/U, dan BB/TB
(Kemenkes, 2015). Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
BB/U adalah berat badan yang dicapai anak balita pada umur
tertentu.
TB/U adalah tinggi badan yang dicapai anak balita pada umur
tertentu.
BB/TB adalah berat badan anak balita yang dicapai
dibandingkan dengan tinggi badan yang dicapai.
53
Normal -2 SD s/d 2 SD
Gemuk >2 SD
Sumber: WHO 2005 dalam Kepmenkes RI Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
54
badan lebih sebanyak 32 balita (1.1%). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar balita pada wilayah kerja puskesmas Pulorejo
memiliki berat badan normal (96.3%). Sedangkan pada indikator status
gizi BB/TB diperoleh balita dengan status gizi kurus sebanyak 3 balita.
Genukwatu
Rejoagung
Sidowarek
Pulorejo
Jombok
Badang
Total
55
T 80 5 75 140 165 124 172 761
K/S (%) 89.6 92.5 101.8 99.2 98.3 89.9 101.5 96.1
D/K (%) 97.8 99.3 77 86.8 78.7 94.6 78.8 87.5
N/D (%) 85 99 76.7 52.4 50.8 72.2 67.2 71.9
D/S (%) 87.7 91.9 78.4 86.1 77.3 85 80.1 83.8
N/S (%) 73.5 89.5 58.3 44.1 38.5 60.3 52.8 68.2
Sumber: data Puskesmas Pulorejo Tahun 2017
56
o Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium
Pada tahun 2017, satu dari tujuh desa wilayah kerja Puskesmas
Pulorejo belum dilakukan survei garam beryodium melalui survei
kadarzi yaitu Desa Badang. Selain Desa Badang, survei garam
beryodium dan menunjukkan hasil cukup konsumsi garam beryodium
sebesar 100%.
Pada saat kegiatan magang, mahasiswa diberikan kesempatan
untuk melakukan pemantauan garam beryodium pada desa yang belum
dilakukan survey garam beryodium pada tahun ini yaitu di desa
Sidowarek dan Rejoagung. Pemantauan konsumsi garam beryodium
dilakukan di salah satu posyandu di Desa Sidowarek dan Rejoagung.
Sebelum kegiatan posyandu, para ibu balita telah dihimbau oleh bidan
desa untuk membawa sampel garam yang dikonsumsi sehari-hari.
Mahasiswa kemudian mengecek sampel garam tersebut apakah
mengandung yodium atau tidak. Sebagian besar sampel yang dibawa
oleh ibu balita mengandung yodium, namun ternyata juga masih
terdapat garam yang kurang atau bahkan tidak mengandung yodium.
Hal yang dilakukan mahasiswa saat pengecekan garam setelah
mendapatkan hasil kadar yodium adalah memberi sedikit penyuluhan
kepada ibu balita tentang pentingnya garam beryodium bagi kesehatan
dan cara menyimpan garam yang tepat.
Survei garam beryodium juga dilakukan pada saat penjaringan
kesehatan di SD/MI dengan menghimbau siswa untuk membawa garam
yang kemudian akan dites menggunakan larutan iodine. Pada kegiatan
magang, mahasiswa berpartisipasi dalam melakukan pengecekan garam
beryodium menggunakan larutan iodine baik pada saat melakukan
survei kadarzi maupun penjaringan kesehatan.
EVALUASI?
o Pelatihan Kader
Pelatihan kader merupakan kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan kader kesehatan. Pengetahuan dan
57
ketrampilan kader diperlukan agar mampu berperan serta dalam
pengembangan program kesehatan dan menyukseskannya. Dilaporkan
belum ada kegiatan untuk pelatihan kader di wilayah kerja Puskesmas
Pulorejo pada tahun 2017. Sehingga diharapkan kepada pihak
Puskesmas Pulorejo untuk menyelenggarakan pelatihan kader dengan
teratur agar kader memiliki wawasan luas dan mendapat pengetahuan
baru.
o Pemberian MP-ASI
Program pemberian MP-ASI ini diperuntukkan balita yang
mengalami masalah gizi seperti balita gizi buruk atau gizi kurang. Pihak
puskesmas menggalakkan program Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) seperti susu atau biskuit untuk balita dengan masalah gizi
tersebut. Sedangkan untuk balita dengan status gizi normal akan
diberikan PMT dalam kegiatan posyandu pada masing-masing desa.
Dilaporkan sebanyak 5 bayi (6-12 bulan) kurus dan 15 balita (12-
24 bulan) kurus keluarga miskin telah diberikan MP-ASI dengan
cakupan pemberian sebesar 100% di wilayah kerja Puskesmas Pulorejo.
- Evaluasi
o Evaluasi dan Monitoring Cakupan Vitamin A
Target pencapaian cakupan vitamin A di wilayah kerja Puskesmas
Pulorejo adalah lebih dari 91%. Pencapaian cakupan vitamin A telah
mencapai lebih dari 100% yaitu rata-rata mencapai 185.57%.
Pancapaian yang lebih besar dari target disebabkan oleh pemberian
vitamin A kepada blita yang rutin ke posyandu serta balita penduduk
musiman atau kepada balita yang tidak datang secara rutin ke posyandu.
o Evaluasi SKPG
Pemantauan status gizi baduta dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Pulorejo sudah bagus. Kerjasama antara kader posyandu,
58
bidan desa, dan ahli gizi yang sangat baik memudahkan pelaporan
status gizi yang dilakukan oleh ahli gizi.
Pemantauan garam beryodium dilakukan pada saat survei kadarzi
di desa serta saat penjaringan kesehatan anak sekolah. Namun, sampel
yang disurvei cenderung hanya di satu dusun tiap desa sehingga untuk
survei selanjutnya lebih baik hanya mengambil beberapa sampel di
setiap dusun di setiap desa sehingga terdapat perwakilan setiap daerah.
Pelatihan kader merupakan hal yang penting. Berdasarkan data
yang didapat dari 199 orang kader, hanya 149 orang kader yang terlatih
sehingga perlu adanya pelatihan kader yang harus segera dilaksanakan
tahun 2017 untuk meningkatkan keefektivitasan posyandu terutama
meja 4 (konseling).
Pemberian MP-ASI pada bayi dan balita kurus keluarga miskin
telah berjalan dengan baik. Selain berfokus pada bayi dan balita kurus,
perlu adanya pelatihan pemberian MP-ASI pada ibu dari bayi dan balita
yang berat badannya tidak naik sehingga dapat membantu
perkembangan anak.
Untuk survei pola konsumsi, perlu adanya komunikasi antara pihak
Provinsi Jawa Timur dengan Puskesmas Pulorejo agar hasil dari survei
pola konsumsi dikomunikasikan satu sama lain. Berdasarkan
keterangan ahli gizi di puskesmas, setelah dilakukan survei pihak
provinsi tidak memberitahukan hasil dari survei sehingga puskesmas
tidak mendapatkan informasinya. Oleh karena itu, perlu adanya
komunikasi yang lebih intens antara pihak provinsi dan puskesmas
untuk mencegah kejadian serupa. Selain itu, jika memungkinkan, pihak
puskesmas dapat melakukan survei mandiri dengan bantuan pihak lintas
sektor di daerahnya untuk mendapatkan data cadangan.
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa masih terdapat
beberapa masalah kesehatan dan gizi yang ditemui di Puskesmas Pulorejo.
Beberapa masalah tersebut meliputi tingginya anemia remaja, rendahnya
59
nilai N/D, tingginya status gizi kurang anak sekolah hingga tingginya
frekuensi kunjungan lansia di poli gizi dengan keluhan hipertensi. Dari
masalah-masalah tersebut diambil tiga masalah utama di bidang gizi.
Penyelesaian masalah dilakukan berdasarkan prioritas masalah. Penentuan
prioritas masalah yang digunakan menggunakan metode USG.
Kriteria
No. Masalah Urgency Seriousness Growth Total Rangking
(U) (S) (G)
1. N/D rendah 4 5 5 100 I
2. Gizi 3 4 3 36 III
Kurang
Anak
Sekolah
3. Hipertensi 5 3 4 60 II
Lansia
60
F. Studi Kasus
a. N/D Rendah
STUDI KASUS I
Judul: Penyuluhan Tentang Pemberian Mp-Asi Secara Tepat Kepada
Kader Posyandu untuk Meningkatkan Cakupan N/D Balita di Desa
Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang
(Disusun oleh Dessy Nur Fadzila, 101411231039)
1. Analisis Masalah
Berdasarkan prioritas masalah gizi yang dilakukan pada wilayah
kerja Puskesmas Pulorejo, masalah N/D atau tidak naiknya berat
badan balita di wilayah tersebut khususya di Desa Jombok menjadi
salah satu prioritas masalah gizi. Hal tersebut dimasukkan dalam
prioritas masalah gizi dengan alasan masih belum tercapainya target
yang telah ditetapkan pada indikator N/D.
Tidak naiknya berat badan balita setiap bulannya dapat
menggambarkan status gizi balita. Hal tersebut juga dapat dikatakan
bahwa balita tidak mengalami pertumbuhan, padahal pada saat masa
tersebut merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat (Supariasa, 2002). Sehingga keadaan tidak naiknya berat badan
balita menjadi suatu masalah.
Status gizi dapat dinilai dari beberapa indikator yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Berdasarkan kerangka konsep penyebab
masalah gizi menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF)
pada tahun 1990, terdapat beberapa faktor penyebab masalah gizi,
yaitu faktor langsung, faktor tidak langsung, dan akar masalah.
Berbagai faktor tersebut dapat dilihat pada bagan problem tree
berikut.
61
a. Problem Tree dan Objective Tree
Problem Tree
Status Gizi (N/D↓)
63
yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah patut untuk
ditinggalkan.
Penyakit infeksi yang tinggi dapat disebabkan oleh
rendahnya sanitasi dan air yang bersih. Apabila keadaan
sanitasi disekitar tempat tinggal kurang bersih atau air yang
digunakan kebutuhan sehari-hari seperti untuk konsumsi,
memasak, mandi, dan mencuci yang kurang baik
kualitasnya dapat meningkatkan risiko terjadinya penularan
berbagai penyakit infeksi. Keadaan sanitasi yang kurang
baik juga dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan orangtua
akan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Apabila
orangtua mengetahui pentingnya PHBS maka sanitasi
disekitar tempat tinggal juga akan baik sehingga risiko
penularan penyakit infeksi di sekitar tempat tinggal dapat
diminimalisir.
Akar penyebab dari semua permasalahan tidak lepas
dari krisis ekonomi dan kurangnya kebijakan politik yang
mendukung penuntasan permasalahan tersebut. Faktor
ekonomi dianggap sebagai hal yang paling mempengaruhi
dalam segala bidang. Sehingga peran pemerintah dalam
mengatasi krisis ekonomi sangat diperlukan. Selain itu
kebijakan pemerintah yang mendukung dalam upaya
perbaikan status gizi juga menjadi salah satu faktor yang
penting. Hal tersebut karena kebijakan pemerintah dapat
melancarkan program-program untuk perbaikan tingkat
kesehatan atau status gizi warga negaranya.
64
Objective Tree
Status Gizi (N/D↑)
Pengetahuan meningkat
65
pengenalan dan pemberian ASI atau MP-ASI yang kurang
tepat sesuai usia balita. Sehingga dengan hal ini diperlukan
peningkatan pengetahuan orangtua atau kader posyandu
dalam melakukan pola asuh pada balita.
Selain itu pengetahuan orangtua balita yang memadai
dapat memberikan dampak positif terhadap sanitasi yang
baik. Apabila sanitasi disekitar tempat tinggal balita terjaga
kebersihannya dengan baik maka penularan berbagai
penyakit infeksi dapat diminimalisir.
Berdasarkan analisis, maka upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan meningkatkan pengetahuan orangtua yang
tujuannya untuk meningkatkan konsumsi makanan balita.
Harapannya agar masalah berat badan balita yang tidak naik
dapat diturunkan dan dapat memperbaiki status gizi balita
khususnya di Desa Jombok.
66
berjalan
Edukasi dan - Cost effective - Sulit
praktik membuat - Tepat sasaran dikondisikan saat
MP-ASI pada balita rewel
ibu balita - Persiapan
pembuatan MP-
ASI harus
dilakukan dengan
matang
Pemberian - Tepat sasaran - Biaya mahal
bantuan MP-ASI - Kebutuhan
banyak
- Kemungkinan
tidak semua
balita mendapat
MP-ASI
67
baik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat
mengikuti legiatan posyandu di Desa Jombok, meja 4 tidak
dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh para kader posyandu kurang percaya diri
terhadap kemampuannya dalam mengisi meja 4. Sehingga
dengan kegiatan ini diharapkan pemanfaatan meja 4 dapat
lebih baik lagi.
Sedangkan pada program kedua yaiu edukasi kepada
ibu balita memang lebih tepat sasaran, namun berdasarkan
pengamatan saat mengikuti kegiatan posyandu tidak
memungkinkan diadakan penyuluhan karena ibu balita
dating silih bergati saat posyandu. Selain itu keadaan sulit
dikondisikan karena balita yang rewel saat penimbangan
dan sebagainya. Oleh sebab itu alternatif kedua tidak
dipilih.
Program ketiga yaitu pemberian MP-ASI siap santap
tidak dipilih karena memiliki kelemahan yaitu biaya yang
dikeluarkan akan lebih besar daripada program pertama dan
kedua. Selain itu kemungkinan pemberian MP-ASI balita
tidak dapat merata apabila balita di posyandu tersebut
dating lebih dari biasanya. Alasan lain tidak dipilihnya
program ketiga karena sasaran tidak dapat mengetahui cara
dan bahan secara langsung dalam pembuatan MP-ASI
sehingga kemungkinan besar sasaran tidak dapat membuat
MP-ASI tersebut saat berada di rumah.
68
rendahnya jumlah balita yang ditimbang yang mengalami
kenaikan berat badan berada di Desa Jombok. Balita yang
mengalami kenaikan berat badan di Desa Jombok mencapai
52.4 %, hal ini berarti hampir setengah balita di Desa
Jombok tidak mengalami kenaikan berat badan. Padahal
target cakupan N/D untuk wilayah kerja Puskesmas
Pulorejo adalah 76% pada tahun 2017, sehingga untuk
cakupan N/D di Desa Jombok masih belum mencapai target
yang diharapkan. Berat badan merupakan tanda
pertumbuhan balita, apabila balita tidak mengalami
peningkatan berat badan berarti terdapat gangguan dalam
pertumbuhannya.
Penetapan wilayah tersebut juga didukung oleh adanya
data balita yang mengalami berat badan kurang terbanyak di
wilayah kerja puskesmas Pulorejo juga berada di Desa
Jombok yaitu sejumlah 29 balita dari 300 balita yang
diperiksa. Selain itu cakupan ASI Eksklusif juga masih
rendah yaitu hanya sebesar 78.6%, sedangkan target tahun
2017 adalah mencapai 82%, sehingga Desa Jombok dipilih
untuk kegiatan penanggulangan masalah tersebut.
69
agar kasus balita yang tidak naik berat
badannya dapat menurun. Kegiatan ini
dilakukan dengan penyuluhan tentang MP-ASI
yang tepat sesuai usia balita.
Measurable :Kegiatan ini bertujuan untu meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman kader posyandu
tentang MP-ASI yang tepat sesuai usia balita.
Diharapkan semua peserta mengalami
peningkatan pengetahuan dan pemahaman
setelah mengikuti kegiatan ini..
Achievable :Kegiatan ini diharapkan membuahkan hasil
yang memuaskan dengan menurunnya jumlah
balita yang tidak naik berat badannya.
Realistic :Dengan adanya peningkatan pengetahuan
kader posyandu dapat berbagi ilmu kepada ibu
balita di posyandu sehingga dapat menerapkan
pola asuh yang tepat untuk balita.
Time-bound :Setelah diadakan kegiatan ini dalam satu
jangka waktu satu bulan balita yang tidak
mengalami kenaikan berat badan dapat
mengalami kenaikan berat badan.
b. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah Kader Posyandu di Desa
Jombok. Dipilihnya sasaran tersebut karena kader berperan
penting dalam berkembangnya program kesehatan. Kader
posyandu dirasa lebih dekat dengan para ibu balita sehingga
para ibu balita tidak merasa malu untuk berbagi
permasalahannya terkait balita. Selain itu kader posyandu
bertugas untuk menyampaikan informasi penting dan
membagi pengetahuannya dari pelatihan-pelatihan yang
telah mereka ikuti kepada para ibu balita di posyandu yang
70
membutuhkan. Dengan begitu harapannya meja 4 pada
posyandu dapat dijalankan dengan baik.
c. Strategi
Upaya untuk menyukseskan suatu program kesehatan
tentu diperlukan suatu strategi. Salah satu strategi yang
dipilih untuk kegiatan penyuluhan materi MP-ASI adalah
dengan disertai demo atau praktik membuat produk MP-
ASI untuk balita usia tertentu. Harapannya selain dapat
mendengarkan materi penyuluhan MP-ASI, peserta juga
dapat melihat secara langsung proses pembuatan MP-ASI
sehingga lebih tertanam di pikiran dan lebih memahami
materi tersebut. Seperti telah diketahui bahwa proses
penerimaan materi baru apabila hanya dengan teknik
mendengar maka persentase yang dapat diserap dan
diingatnya hanya sebesar 20%. Sedangkan apabila
mempraktikkan seta mengucapkannya dapat mengingat
materi hingga sebesar 90%. Hal ini lah yang menjadi poin
penting pemilihan strategi agar peserta dapat memahami
materi secara optimal.
d. Kegiatan
Kegiatan ini berisi penyuluhan dengan materi tentang
MP-ASI yang baik dan tepat sesuai dengan umur balita
disertai dengan demo pembuatan MP-ASI untuk balita usia
6-12 bulan. Pada pembukaan materi, dilakukan diskusi
terlebih dahulu antara pemateri dan peserta tentang ASI.
Pemateri memberikan pertanyaan seputar pengertian ASI
dan MP-ASI, untuk menilai sejauh mana peserta
mengetahui materi tersebut. Kemudian baru pemateri
menjelaskan pengertian ASI dan MP-ASI yang berdasarkan
pedoman Kemenkes RI. Menurut Kemenkes RI, pada saat
71
bayi telah berusia 6 bulan, ASI hanya dapat memenuhi
setengah dari kebutuhan gizi bayi. Sedangkan saat bayi
berusi 12-24 bulan, ASI paling sedikit dapat memenuhi
sepertiga kebutuhan gizi anak. Sehingga bayi berusia 6
bulan perlu diberikan makanan tambahan berupa MP-ASI.
Materi selanjutnya yaitu pengertian MP-ASI yang
dijelaskan oleh pemateri. Kemudian diberikan materi yang
berisi tentang jenis-jenis MP-ASI. Jenis MP-ASI dijelaskan
berdasarkan tumpeng gizi seimbang. Pada tumpeng gizi
seimbang terdapat makanan pokok, sayuran, buah-buahan,
kelompok lauk untuk sumber protein dari nabati dan
hewani, serta makanan hasil olahan sumber protein. Setelah
jenis MP-ASI dijelaskan, disertai keterangan tahap-tahap
atau pola pemberian MP-ASI untuk usia tertentu.
Pola pemberian makanan pada balita diibagi menjadi tiga
yaitu berupa makanan lumat untuk balita usia 6-8 bulan,
makanan lembik untuk balita usia 9-11 bulan, dan makanan
keluarga untuk balita usia 12-59 bulan (Kemenkes RI,
2011). Sebagai pendukung penjelasan pemateri, disediakan
pula contoh MP-ASI untuk balita usia 6 bulan yang
merupakan tahap pengenalan MP-ASI pertama, MP-ASI
yang dibawa berupa bubur susu halus. Diberikan pula
penjelasan untuk pemberian MP-ASI sebaiknya dilakukan
setelah ibu memberi ASI.
72
ASI yang tepat, serta dapat mengetahui jenis dan cara
pembuatan MP-ASI di rumah.
Outcome:
Peserta dapat memberikan MP-ASI dengan tepat dan
dapat menyebarluaskan informasi seputar MP-ASI kepada
para ibu balita saat di posyandu agar dapat memperbaiki
pola asuh balita sehingga bayi dan balita mengalami
kenaikan berat badan secara signifikan.
f. Biaya
Kegiatan ini membutuhkan alokasi dana untuk
memperlancar pelaksanaannya. Berikut rincian dana
kegiatan:
Tabel 15. Kebutuhan Biaya Kegiatan Penyuluhan MP-ASI
Kebutuhan
Banyak Harga
Bahan
Tepung beras 500 gram Rp. 8.400
Beras 100 gram Rp. 1.200
Susu cair 200 ml Rp. 5.000
Wortel 100 gram Rp. 1.000
Labu siam 100 gram Rp. 1.500
Bayam 100 gram Rp. 2.000
Daging ayam 100 gram Rp. 4.000
Tempe 200 gram Rp. 2.000
Tahu 200 gram Rp. 2.000
Pisang 5 buah Rp. 5.000
Papaya 1 buah Rp. 4.000
Air 1.5 L Rp. 5.000
Total Rp. 41.100
73
g. Jadwal
Kegiatan dilaksanakan pada hari Senin, 25 September 2017
pukul 09.00 WIB.
74
c. Tempat dan Waktu
Kegiatan dilaksanakan di Balai Desa Jombok, pada hari
Senin, 25 September 2017 pukul 09.00 WIB.
d. Materi
Materi yang disampaikan dalam kegiatan ini tentang
pengertian MP-ASI, jenis-jenis MP-ASI, usia pengenalan
MP-ASI, dan waktu pemberian MP-ASI yang tepat.
e. Media
Penyuluhan MP-ASI yaitu menggunakan media contoh
maknana/jenis MP-ASI usia 6-12 bulan berupa bubur susu,
buah lumat, sayuran lumat, lauk nabati dan hewani, serta
makanan keluarga berupa nasi putih biasa.
f. Hasil Kegiatan
Kegiatan yang seharusnya dimulai pukul 09.00 WIB
namun baru pukul 09.30 kegiatan penyuluhan dimulai. Hal
ini dikarenakan tidak hadirnya ketua PKK yang biasanya
memimpin kegiatan pertemuan PKK sehingga acara
menjadi tidak tepat waktu. Selain itu sebelum kegiatan
penyuluhan dilakukan, terdapat kegiatan cek tekanan darah
oleh pihak swasta diluar agenda kegiatan, sehingga hal
tersebut juga turut menunda jadwal kegiatan penyuluhan.
Setelah acara tes tekanan darah selesai, kegiatan
penyuluhan baru dapat dilaksanakan.
Peserta yang hadir berjumlah 39 orang anggota PKK
yang juga berperan sebagai kader posyandu Desa Jombok
dan 2 petugas Puskesmas Pulorejo yang mendampingi
dengan rincian terlampir pada bagian lampiran. Mayoritas
peserta telah mengetahui pengertian MP-ASI yang
75
diketahui dari hasil diskusi awal sebelum materi dimulai
oleh pemateri. Mayoritas peserta menjawab dengan tepat
pertanyaan pemateri masalah pengertian MP-ASI sehingga
dapat dikatakan peserta memahami pengertian MP-ASI.
Pertanyaan selanjutnya yaitu tentang jenis-jenis MP-
ASI. Menurut peserta, jenis-jenis MP-ASI adalah bubur
instan. Hanya sekitar 5 dari 39 peserta yang menjawab
pertanyaan tersebut, dan lainnya hanya mengiyakan. Maka
dari hasil tersebut pemateri menganggap peserta belum
memahami apa yang dimaksud jenis-jenis MP-ASI. Hal
yang dilakukan pemateri selanjutnya yaitu dengan
memberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan jenis
MP-ASI. Jenis MP-ASI tidak hanya bubur instan untuk
bayi namun makanan berdasarkan tumpeng gizi seimbang,
yaitu makanan pokok sumber karbohidrat, sumber protein
nabati dan hewani, buah, dan sayur. Hal ini perlu
dikenalkan pada balita sehingga balita dapat mengenal
berbagai rasa dari berbagai jenis makanan dengan harapan
saat dewasanya tidak menjadi picky-eater atau sangat
pemilih dalam mengonsumsi suatu jenis makanan.
Setelah penjelasan jenis-jenis MP-ASI, pemateri juga
menunjukkan contoh makanan yang telah dibawa kepada
peserta. Contoh MP-ASI yang dibawa yaitu bubur susu,
nasi lembik, sayuran yang telah dihaluskan, pisang kerok,
serta lauk nabati dan hewani yang telah dihaluskan
sebelumnya. Harapannya peserta lebih memahami materi
yang telah disampaikan dengan disertai contoh nyata
bentuk MP-ASI untuk balita tersebut.
Pertanyaan selanjutnya yang diajukan pemateri kepada
peserta adalah kapan pemberian MP-ASI pada balita yang
tepat. Sekitar 15 dari 39 peserta menjawab MP-ASI
diberikan pada bayi saat usianya telah mencapai 6 bulan.
76
Maka dapat dikatakan hampir setengahnya telah mengerti
usia pengenalan MP-ASI yang tepat.
Hasil akhir diketahui bahwa peserta kurang aktif dalam
kegiatan peyuluhan ini, sebagai contoh yaitu hanya 2 dari
39 peserta yang mau bertanya. Hal ini dapat disebabkan
oleh dua hal. Pertama, kemungkinan peserta telah
mengetahui dan memahami seputar materi MP-ASI yang
telah dijelaskan sehingga tidak ada pertanyaan seputar
materi. Hal kedua yaitu karena peserta memang tidak
mengerti apa yang dijelaskan dari awal hingga akhir materi
seputar MP-ASI sehingga malu untuk mengajukan
pertanyaan tentang materi tersebut. Berdasarkan
pengamatan, hal lain yang menjadi faktor kurangnya
keaktifan peserta dalam bertanya dapat disebabkan oleh
konsentrasi yang mulai menurun setelah serangkaian
kegiatan yang mereka ikuti dari pagi hingga akhir kegiatan
seperti tes tekanan darah sebelum kegiatan penyuluhan
dilaksanakan.
g. Bentuk Evaluasi
Bentuk evaluasi dari kegiatan ini adalah dengan
mengamati perilaku peserta. Pada saat berlangsungnya
kegiatan, peserta sulit dikondisikan karena terdapat
kegiatan lain yaitu pemeriksaan tekanan darah sebelum
kegiatan penyuluhan MP-ASI dimulai dan tidak ada waktu
jeda antara kegiatan sebelumnya. Sehingga peserta yang
mayoritas diikuti oleh dewasa tua lebih antusias dalam
pemeriksaan tersebut. Namun dengan bantuan petugas
puskesmas yang hadir, peserta dapat dikondisikan lebih
baik.
Waktu yang disediakan untuk memberikan penyuluhan
cukup singkat. Dengan waktu yang singkat ini pemateri
77
berusaha semaksimal mungkin menjelaskan semua materi,
namun penyampaian materi hanya seperlunya pokok-pokok
materi saja. Akibatnya pemateri kurang dapat menggali
masalah yang mungkin ada dalam penerimaan atau
pemahaman peserta terhadap materi ini.
Peserta kurang aktif dalam bertanya. Hal ini
ditunjukkan dengan hanya 2 dari 39 peserta atau hanya
sebesar 5% yang mau bertanya. Ada dua hal yang mungkin
menjadi penyebab kurang aktifnya peserta dalam bertanya
yaitu peserta telah memahami materi dengan baik dan
peserta sama sekali tidak memahami materi yang diberikan.
Perhatian peserta mengenai pentingnya pemahaman
MP-ASI masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya
meningkatkan perhatian tersebut dengan kegiatan yang
lebih ke arah praktik yaitu seperti demo masak dari bahan
mentah sampai menjadi makanan pendamping ASI yang
siap santap agar materi dapat diserap oleh peserta dengan
baik. Sehingga apabila akan dilakukan kegiatan penyuluhan
selanjutnya juga sebaiknya disertai dengan praktik secara
langsung.
Saran yang dapat diberikan untuk puskesmas yaitu
sebenarnya kegiatan penyuluhan untuk kader posyandu
sangat penting, meskipun materinya tidak hanya seputar
makanan untuk balita. Kegiatan seperti ini sebaiknya
dilakukan secara rutin setiap bulannya agar kader-kader
posyandu memiliki pengetahuan yang luas dan terbaru,
sehingga kepercayaan diri kader juga dapat terbentuk.
Apabila kader posyandu percaya diri maka meja 4 pada
posyandu yang digunakan untuk penyuluhan seputar balita
dapat dijalankan oleh kader dengan baik.
78
LAMPIRAN
A. Daftar Hadir
Acara : Pertemuan Rutin PKK dan Penyuluhan MP-ASI
Tenggal : 25 September 2017
Tempat : Balai Desa Jombok
No Nama Alamat Dusun
1 Riani Jembaran
2 Bu Mujianto Pageng
3 Bu Sutikno Pageng
4 Bu Suwito Pageng
5 Bu Mujiran Pageng
6 Bu Hasan Sumbirjo
7 Khurotul Aini Sumbirjo
8 Bu Temuningsih Jombok
9 Bu Riyanto Sumberjo
10 Bu S. Aminatun N. Jombok
11 Bu Sabiran Sumbirjo
12 Nur Syaidah Sumbirjo
13 Bu Yenik Sri Winarni Jombok
14 Bu Sumini Jombok
15 Wiwik Jombok
16 Bu Nunung Ngasem
17 Bu Yatimah Ngasem
18 Bu Syaiful Jembar
19 Bu Kotijah Jembar
20 Bu Supriadi Dawuhan
21 Bu Sriatun Dawuhan
22 Bu Sumini Dawuhan
23 Mukayah Jombok
24 Sri Indayah Jombok
25 Bu Heni Susilowati Jatirejo
79
26 Zuli A. N. Jatirejo
27 Nur Aini Jatirejo
28 Eriska Jatirejo
29 Ely Jatirejo
30 Muji Rahayu Jombok
31 Bu Massunah Bicek
32 Bu Triani Bicek
33 Bu Munadi Bicek
34 Bu Sripurwati Jombok
35 Bu Maratik Sy. Jembar
36 Bu Zuliatin Jembaran
37 Bu Nurul Jembaran
38 Bu Maya Jatirejo
39 Endayani Jombok
80
B. Dokumentasi
81
DAFTAR PUSTAKA
82
b. Hipertensi Lansia
STUDI KASUS II
Judul: Edukasi Pencegahan dan Penanganan Hipertensi pada Lansia dengan
Metode Focus Group Discussion di Posyandu Lansia Mlaten, Desa
Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang
(Disusun oleh Ananda Zahrah S N, 101411231037)
Analisis Masalah
Berdasarkan data register rawat jalan di Poli Gizi Puskesmas Pulorejo bulan
Juli sampai September 2017, selain ibu hamil yang melakukan antenatal care
(ANC) terpadu, pasien yang mengunjungi Poli Gizi sebagian besar berasal dari
rujukan Poli Lansia. Keluhan atau diagnosa penyakit yang dimiliki yaitu
hipertensi, hiperkolesterol, diabetes melitus, dan asam urat. Hal ini selaras dengan
data 10 Penyakit Terbesar Poli Lansia bulan Januari sampai dengan Agustus 2017
dimana kasus hipertensi, osteoartritis/hiperuric, dan diabetes melitus merupakan 3
penyakit terbesar dengan jumlah kasus sebanyak 492, 291, dan 259 kasus. Dalam
data Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2015, Puskesmas Pulorejo
termasuk dalam puskesmas dengan jumlah kasus hipertensi usia ≥ 18 tahun
terbanyak ke 4 setelah Puskesmas Tambakrejo, Megaluh, dan Blimbing
Kesamben. Setelah dilakukan analisis prioritas masalah, di wilayah kerja
Puskesmas Pulorejo, masalah hipertensi pada lansia merupakan masalah dengan
prioritas ke-2 dan perlu segera dilakukan penanganan.
Berdasarkan Eighth Joint National Committee (JNC 8), batas atas nilai
normal tekanan sistolik yaitu 140 mmHg untuk semua usia. Seseorang yang
berusia di atas 60 tahun hendaknya memiliki tekanan darah kurang dari 150/90
mmHg (James et al, 2014). Penyebab dasar dari hipertensi pada lansia yaitu
perubahan fisiologis pada resistensi dan elastisitas arteri (Pestana, 2001). Selain
itu, pada lansia, gangguan ginjal dapat menyebabkan hipertensi maupun
komplikasi dari hipertensi (Rigaud & Forette, 2001). Tekanan darah, khususnya
tekanan darah sistolik cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia
sedangkan tekanan darah diastolik cenderung meningkat hingga usia 50 tahun
namun akan menurun perlahan setelahnya (Franklin et al , 2001). Faktor lain yang
berpengaruh dengan kejadian hipertensi pada lansia yaitu konsumsi makanan
83
tinggi natrium, konsumsi banyak alkohol, dan kurangnya aktivitas fisik pada
lansia (Davis, 2004). Berdasarkan penelitian yang sudah ada, faktor lain yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia yaitu kebiasaan merokok dan
konsumsi makanan berlemak (Arif dkk, 2013) serta stres (Andria, 2013).
a. Problem Tree
Berdasarkan hasil penggalian informasi pada pasien rawat jalan yang telah
dilakukan ahli gizi, penyebab hipertensi pada sebagian besar pasien meliputi
kurangnya tidur dan aktivitas fisik serta tingginya stres, konsumsi natrium, lemak,
kopi, dan rokok. Sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
Kurangnya aktivitas fisik pada lansia diikuti konsumsi lemak yang tinggi
dapat menyebabkan terjadinya obesitas dan menyebabkan aterosklerosis sehingga
tekanan darah dapat meningkat (Jansen, 2006). Adanya peningkatan stres diduga
mempengaruhi peningkatan aktivitas saraf simpatis sehingga dapat menaikkan
tekanan darah. Apabila tidak ada upaya memanajemen stres, maka tekanan darah
84
dapat menetap di tingkat yang tinggi (Andria, 2013). Selain tingginya stres,
berdasarkan penelitian oleh Tochikubo et al (1996), tekanan darah sistolik
meningkat sebanyak 6 mmHg setelah melalui malam tanpa waktu tidur yang
cukup sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sebanyak 3 mmHg.
Peningkatan ini dapat terjadi karena kurangnya tidur dapat memicu kelelahan dan
stres mental.
Kandungan dalam kopi berupa kafein memiliki acute pressor effect yang
dapat mempengaruhi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dengan
meningkatkan produksi hormon kortisol sehingga dapat terjadi peningkatan
tekanan darah pada orang yang secara rutin mengonsumsi kopi (Myers, 1988;
Nurminen et al, 1999; James, 1997; Smits et al, 1990). Sedangkan, gangguan
ginjal dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hormon dalam ginjal contohnya
hormon renin-angiotensin sebagai pengatur tekanan darah (Guyton, 1994).
b. Objective Tree
Dari kerangka penyebab masalah di atas, maka kerangka tujuan yang ingin
dicapai yaitu:
85
c. Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif program dalam menyelesaikan masalah tingginya prevalensi
hipertensi pada lansia yaitu dengan melakukan edukasi pada lansia mengenai cara
mencegah dan menangani hipertensi dengan metode ceramah. Selain pemberian
edukasi dengan metode ceramah, metode lain yang dapat digunakan yaitu metode
focus group discussion. Alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu dengan
melakukan advokasi kepada lintas sektor (Pemerintah Kabupaten Jombang) untuk
melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dalam melaksanakan
kegiatan lansia se-Kabupaten.
Efektifitas Efisiensi
No. Alternatif Kegiatan Skor Prioritas
M I V C
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa prioritas utama yang dapat
dilakukan untuk memecahkan masalah adalah melakukan edukasi pada lansia
mengenai cara mencegah dan menangani hipertensi dengan metode focus group
discussion. Dengan adanya program ini diharapkan lansia dapat memahami
mencegah dan manangani hipertensi. Selain sebagai program yang berdiri sendiri,
program ini dapat diterapkan dalam pelaksanaan posyandu lansia setiap bulannya
86
atau PROLANIS sesi edukasi karena selama ini sesi edukasi hanya terkesan satu
arah dan tidak seluruh lansia bisa bercerita pengalamannya.
Berdasarkan data register rawat jalan, mulai tanggal 3 Juli 2017 sampai 30
September 2017, lansia yang mengunjungi poli gizi dengan keluhan hipertensi
berasal dari seluruh desa akan tetapi sebagian besar lansia berasal dari Desa
Badang dan Jombok. Meski begitu, oleh karena Desa Rejoagung memiliki
populasi lansia (usia > 55 tahun) terbanyak yaitu 1.155 orang daripada desa lain
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pulorejo berdasarkan data dari BPS yaitu
Kecamatan Ngoro dalam angka 2016, pemberian edukasi di Desa Rejoagung
sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya masalah hipertensi baru terutama
pada lansia. Pada Desa Rejoagung terdapat 3 posyandu lansia yaitu Posyandu
Lansia Payak Sanggrok, Posyandu Lansia Mlaten, dan Posyandu Lansia Ngepeh.
Posyandu lansia dengan jumlah lansia terbanyak di Desa Rejoagung yaitu
Posyandu Lansia Ngepeh namun karena keterbatasan waktu magang, kegiatan ini
hanya bisa dilakukan di Posyandu Lansia Mlaten dengan jumlah total lansia
sebanyak 30 orang lansia. Dalam penerapannya, program ini bersifat fleksibel dan
dapat dilaksanakan di seluruh wilayah kerja Puskesmas Pulorejo.
b. Sasaran
Masyarakat usia pra-lansia dan lansia di Posyandu Lansia Mlaten sebanyak
30 orang.
c. Strategi
Strategi yang digunakan dalam program ini adalah metode focus group
discussion. Metode ini dipilih oleh karena dengan metode ini, interaksi antara
pemateri atau fasilitator dengan peserta menjadi lebih intens dan mendalam.
Sedangkan, media yang digunakan yaitu leaflet. Leaflet tersebut akan diberikan
pada peserta sehingga peserta selalu mengingat materi yang telah diberikan.
d. Kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan yaitu edukasi dengan metode focus group
discussion. Pretest dan posttest dilakukan secara lisan sehingga tidak
memberatkan lansia. Topik materi edukasi yaitu pencegahan dan penanganan
hipertensi pada lansia dengan media leaflet.
f. Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan program ini yaitu:
TOTAL Rp 16.000
g. Jadwal
Hari, tanggal : Senin, 16 Oktober 2017
1. Pretest
2. Pengertian hipertensi lansia
3. Pencegahan dan panganan hipertensi
4. Pengaturan makan pasien hipertensi
89
5. Posttest
6. Sesi Tanya Jawab
10.15 - 10.30 Penutupan
a. Tujuan
1) Tujuan Umum
Menurunkan prevalensi hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Pulorejo.
2) Tujuan Khusus
i. Memberikan edukasi kepada lansia tentang pencegahan dan
penangananan hipertensi.
ii. Meningkatkan pengetahuan lansia mengenai pencegahan dan
penangananan hipertensi.
b. Sasaran
Jumlah sasaran yang hadir dan mengikuti kegiatan edukasi yaitu sebanyak
14 orang usia dewasa hingga lansia di Posyandu Lansia Mlaten, Desa Rejoagung.
Dari 14 peserta yang mengikuti kegiatan, 3orang berusia dewasa namun memiliki
anggota keluarga dengan hipertensi dan 11 orang lansia non hipertensi dimana 7
diantara 11 lansia memiliki riwayat tekanan darah > 140/90 mmHg.
c. Tempat, Waktu
Hari, tanggal : Senin, 16 Oktober 2017
Waktu : 08.30-10.05 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Mlaten, Desa Rejoagung
d. Materi
Materi pretest dan posttest disampaikan secara lisan dengan menanyakan
tentang istilah hipertensi, indikator hipertensi, dan pantangan makan pada pasien
hipertensi.
90
1) Pengertian Hipertensi Lansia
Meliputi istilah hipertensi dan indikator hipertensi. Hipertensi
adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik > 90 mmHg. Di kalangan masyarakat hipertensi lebih
dikenal dengan istilah darah tinggi.
v. Memperbaiki Kebiasaan
Tekanan darah yang tinggi dapat dipicu oleh konsumsi
alkohol, kopi, dan rokok yang berlebihan. Bagi pasien hipertensi
hendaknya tidak mengonsumsi rokok, alkohol, dan kopi guna
mencegah peningkatan tekanan darah kembali. Untuk pasien yang
terlalu sering mengonsumsi alkohol hendaknya kuantitasnya
dikurangi hingga maksimal 200 ml bir bagi laki-laki dan 100 ml bir
bagi perempuan. Untuk pasien yang terlalu sering mengonsumsi
91
kopi hendaknya kuantitasnya dikurangi hingga maksimal 4 gelas
(@ 200 ml). Jumlah tersebut hendaknya selalu dikurangi hingga
terbiasa tanpa mengonsumsinya.
92
c. Makanan dan minuman olahan dalam kaleng.
d. Makanan yang diawetkan (abon, ikan asin, telur asin, acar,
dan lainnya).
e. Mentega dan keju.
f. Makanan beralkohol (tape dan durian).
g. Bumbu-bumbu penyedap (kecap, terasi, petis, saus, dan lain-
lain).
93
Konsumsi buah dan sayur hendaknya 8-10 porsi per hari atau 2-3
porsi pada 1 waktu makan. Konsumsi air mineral hendaknya 8-10 gelas
(@ 250 ml).
e. Media
Media yang digunakan pada program ini adalah leaflet yang berisi tentang
pencegahan dan penangan hipertensi khususnya diet hipertensi. Leaflet diberikan
kepada peserta yang datang sehingga peserta tidak lupa akan materi yang
diberikan.
f. Hasil Kegiatan
Program edukasi kepada lansia tentang pencegahan dan penangan hipertensi
khususnya diet hipertensi telah berlangsung dengan baik. Walaupun peserta hanya
mencapai 47% target sasaran, antusiasme peserta dalam mengikuti edukasi sangat
besar. Acara dimulai pukul 08.30 WIB dengan melakukan pengecekan tekanan
darah pada lansia oleh bidan desa. Oleh karena kedatangan peserta yang tidak
bersamaan, diskusi dibagi menjadi 3 sesi dimana di setiap sesi terdapat 2
kelompok kecil kecuali sesi 1. Pada pukul 08.45 WIB, diskusi sesi 1 dengan
jumlah lansia sebanyak 3 orang yang telah dicek kesehatannya dimulai. Sesi 2
dimulai pada pukul 09.05 WIB dengan jumlah lansia sebanyak 4 orang di
kelompok kecil 1 dan 1 lansia serta 2 orang dewasa di kelompok kecil 2.
Sedangkan, sesi 3 dimulai pada pukul 09.35 WIB dengan jumlah lansia sebanyak
2 orang di kelompok kecil 1 dan 1 orang lansia serta 1 orang dewasa di kelompok
kecil 2.
94
normalnya 140/90 mmHg. Dari 14 peserta, hanya 3 diantaranya yang telah
mengetahui pantangan bagi pasien hipertensi karena memiliki riwayat hipertensi.
g. Bentuk Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan menggunakan 3 pertanyaan yang sama.
Hasil pretest dan posttestnya yaitu:
95
Presentase Jawaban Benar 42,9% 42,9% 42,9% 100% 92,9% 100%
96
Grafik 5. Hasil Pretest dan Posttest
97
bersamaan membuat pelaksanaan FGD terhambat sehingga beberapa lansia yang
sudah datang terlebih dahulu harus menunggu lansia lain yang datang. Untuk
pelaksanaan kegiatan selanjutnya, diharapkan para kader dan bidan desa atau
pihak lain yang bersangkutan lebih bisa memberi pengertian kepada para lansia
akan pentingnya mengikuti posyandu lansia.
98
pembagian leaflet 2. Lansia yang telah
dicek kesehatannya
dapat langsung
berkonsultasi
99
LAMPIRAN
A. Leaflet
100
B. Dokumentasi
Gambar 3. Cek
Tekanan Darah
oleh Bidan Desa
Andria, K.M., 2013. Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stres dan Pola Makan
dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan
Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, 1(2),
pp.111-117.
Arif, D., Rusnoto, R. and Hartinah, D., 2013. Faktor–Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Pusling Desa Klumpit Upt
Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan, 4(2).
Franklin SS, Larson MG, Khan SA, et al. 2001. Does the relation of blood
pressure to coronary heart disease risk change with aging? The Framingham
Heart study. Circulation, 103, 1245-9.
James JE. 1997. Is habitual caffeine use a preventable cardiovascular risk factor?.
Lancet, 349, 279–81.
Myers MG. 1988. Effects of caffeine on blood pressure. Arch Intern Med, 148,
1189–93.
102
Nurminen ML, Niittynen L, Korpela R, Vapaatalo H. 1999. Coffee, caffeine and
blood pressure: a critical review. Eur J Clin Nutr, 53, 831–9.
Pestana, M. 2001. Hypertension in the elderly. Int. Urol. Nephrol. 33, 563–569.
Tochikubo, O., Ikeda, A., Miyajima, E., & Ishii, M. (1996). Effects of insufficient
sleep on blood pressure monitored by a new multibiomedical
recorder. Hypertension, 27(6), 1318-1324.
103
c. Gizi Kurang Anak Sekolah
STUDI KASUS III
Judul: Pembagian Poster Guna Edukasi Gizi Seimbang untuk
Meningkatkan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Kerja
Puskesmas Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang
(Disusun oleh: Airin Levina, 101411231038)
Tabel 23. Gambaran Status Gizi di Beberapa Sekolah Dasar Tahun 2017
Nama Sekolah Jumlah Murid Status Gizi
SDN Rejoagung I 73 64 8 1
SDN Sidowarek II 68 59 8 1
105
SDN Jombok II 150 125 15 10
SDI Trunojoyo 75 69 3 3
MI Al Ilahiyah 67 63 2 2
107
Kekurangan vitamin dan mineral juga berdampak terhadap pada
penurunan sistem imunitas anak sekolah. Hal ini berkaitan dengan terjadinya
penyakit infeksi, dimana penyakit infeksi dapat timbul karena sistem imunitas
yang rendah. Ketika terjadi penyakit infeksi, nafsu makan anak juga dapat
menurun sehingga dapat menurunkan asupan juga. Oleh karena itu, penyebab
memiliki hubungan saling timbal balik. Dalam jangka panjang, kebiasaan tidak
sarapan dan jajan sembarangan akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
degeneratif (Babara, 2014).
Hygiene sanitasi, pola asuh yang salah, faktor ekonomi, dan kurangnya
pengetahuan menjadi faktor penyebab tidak langsung. Kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan belum menjadi budaya dari semua siswa, selain itu kebersihan diri
siswa juga tidak terjaga. Data pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa 64 dari 487
siswa SD sederajat memiliki kuku panjang, hal ini membuktikan bahwa masih ada
siswa yang tidak menjaga kebersihan dirinya. Selain itu, 75% diantaranya
memiliki gigi karies. Indikasi gigi karies ini dapat menunjukkan bahwa kesadaran
dan perilaku menggosok gigi tidak menjadi kebiasaan, serta pola konsumsi yang
tinggi gula menjadi kebiasaan. Orang tua juga lebih memilih memberikan uang
jajan kepada anaknya dibandingkan dengan menyediakan sarapan atau bekal
kepada anak. Kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya zat gizi dan makanan
seimbang juga menjadi faktor penyebab tidak langsung yang mempengaruhi
perilaku ini. Paradigma 4 sehat 5 sempurna masih lebih melekat pada masyarakat
dibandingkan dengan pedoman umum gizi seimbang.
109
11 – 14 Oktober 2017 Analisa data, pemecahan masalah,
pembuatan poster
Tujuan khusus:
110
15 Oktober 2017 Pencetakan dan penggandaan poster
f. Bentuk evaluasi
- Evaluasi biaya
Biaya pencetakan poster: 55 x Rp 3.000,00 = Rp 165.000,00
32 poster akan dibagikan ke SD sederajat, 21 poster ke SMP
sederajat, sisa poster akan diberikan ke Puskesmas Pulorejo dan
Puskesmas Pembantu.
- Evaluasi distribusi dan penggunaan poster
Poster didistribusikan melalui bidan desa yang dikoordinasikan
oleh pemegang program UKS kepada petugas UKS di SD dan SMP
se-wilayah kerja Puskesmas Pulorejo. Sisa poster diberikan ke
Puskesmas Pulorejo dan Puskesmas Pembantu sebagai sarana
edukasi gizi dan promosi kesehatan. Evaluasi ini dilakukan dengan
koordinasi kepada pemegang program UKS dan gizi.
- Evaluasi jangka panjang
Dilakukan pada tahun depan, saat skrining dilakukan kembali
dengan melihat adanya peningkatan status gizi siswa dan
penurunan jumlah siswa yang kurus.
111
sekolah – singkat, lebih cost effective. puskesmas, pesan poster
bekerja sama Poster dapat digunakan kurang efektif
dengan sebagai media edukasi oleh tersampaikan kepada
pemegang petugas kesehatan. Media audiens (siswa)
program visual lebih menarik perhatian
UKS. siswa.
112
LAMPIRAN
Poster
113
DAFTAR PUSTAKA
Anzarkusuma, Indah Suci et al. 2014. Status Gizi berdasarkan Pola Makan Anak
Sekolah Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Indonesian Journal of
Human Nutrition, Desember 2014, Vol 1, No 2:135 – 148.
Barbara Mullan CW, Emily Kothe, Kathleen O’Moore, Kristen Pickles and Kirby
Sainsbury. An examination of the demographic predictors of adolescent
breakfast consumption, content, and context. BMC Public Health. 2014:1-
9.
Garg, Meenakshi et al. 2014. Effect of breakfast skipping on nutritional status and
school performance of 10-16 years old children of Udupi District. Health
and Population Perspective and Issues 37 (3 & 4), 98 – 117, 2014.
Hall, Kevin D et al. 2012. Energy balance and its components: implication for
body weight regulation. American Journal of Clinical Nutrition, April
2012; 95(4): 989 – 994.
Pujiati, Eny. 2013. Status gizi siswa SDN I Buara Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Purbalingga. eprints.uny.ac.id/17616/. Diakses pada 26
Oktober 2017
Siagian, Darmawan et al. 2012. Gambaran status gizi anak sekolah dasar daerah
eks-transmigrasi dan penduduk lokal di Kecamatan Palawan Kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi tahun 2012.
download.portalgaruda.org/article.php?article=131344&val=4108. Diakses
pada 26 Oktober 2017.
114
Srivastava, Anurag. 2012. Nutritional status of school-age children – A scenario of
urban slums in India. Arch Public Health 2012; 70(1):8
Syatyawati, Riska. 2013. Hubungan antara status gizi dan prestasi belajar anak di
Desa Grenggeng Kecamatan Karanganyar Kebumen.
eprints.ums.ac.id/24354/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses pada 26
Oktober 2017.
115
BAB V
PENUTUP
6.2 Kesimpulan
116
(satu) tim mutu. Kasubag TU membawahi 4 sub bagian administrasi (data
dan informasi, keuangan, umum dan kepegawaian, serta rumah tangga)
sedangkan kepala puskesmas membawahi 3 bagian (jaringan pelayanan
puskesmas dan fasyankes, UKM serta UKP, kefarmasian, dan
laboratorium). Program kegiatan terkait perbaikan gizi di Puskesmas
Pulorejo telah berjalan dengan cukup baik dan sesuai dengan rencana yang
telah disusun petugas gizi yang ada. Beberapa program yang belum
berjalan secara maksimal dapat dimaksimalkan dengan cara
mengoordinasikan program secara lebih intens dengan sektor kesehatan
lain contohnya bidan desa.
6.3 Saran
117
3. Pemberian leaflet atau media edukasi lain ke posyandu sebagai
saran edukasi gizi balita
d. Program lansia
118
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, S., Rahman, F., Wulandari, A., dan Anhar, V. Y. (2016). Buku Ajar Dasar-
Dasar Manajemen Kesehatan. Banjarbaru: Pustaka Banua.
Badan Pusat Statistik. (2016). Kecamatan Ngoro dalam Angka 2016. Badan Pusat
Statistik. Jakarta, Indonesia.
119
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN
LAMPIRAN
120
Skrining Kesehatan di SD dan MI Edukasi Gizi Ibu Hamil pada Kelas Ibu
Wilayah Kerja Puskesmas Pulorejo Hamil Desa Jombok
121
LAMPIRAN: PRESENSI KEGIATAN MAGANG
122
123
124
125
126
127
ALAMAT SURAT:
1. Ananda Zahrah S. N.
Pacar Kembang 5 No. 43C Surabaya
Hp 085748334080
E-mail anandazsn23@gmail.com
2. Airin Levina
Dharma Husada Indah Utara XIV / U406
Hp 08990582615
E-mail airinlevina@gmail.com
3. Dessy Nur Fadzila
Jl. Mulyorejo Tengah No.2 Surabaya
Hp 085784486610
E-mail dfadzila16@gmail.com
128