Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU

HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN


DI YAYASAN PERGURUAN TUT WURI HANDAYANI
DI MABAR KECAMATAN MEDAN DELI
TAHUN 2014

Winda Sari1, Alam Bakti Keloko2, Eddy Syahrial3


1
Alumni Mahasiswa Pendidikan Kesehatan dan llmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
2
Staff Pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan llmu Perilaku Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU

ABSTRACT

Illumination about hand washing using soap is one of Clean and Healthy Living
Behavior (PHBS) and has been the world concern, it has because the problem of the lack of
hand washing behavior practice occurs in not only developing countries but also developed
ones most people still forget FOR perform Hand Washing Behavior. The correct hand
washing reduces the incidence of disease. To describe the behavior of elementary school
students about Behavior Clean and Healthy with counseling Handwashing in Foundation Tut
Wuri Handayani at Medan Mabar.
This research is descriptive-analitic cross sectional. The object of research was the
IV graders as much as 33 people and school guard, teacher and principal.
Results of univariate analysis are better knowledge, attitudes and actions strongly
agree sometimes. Then concluded that there is a picture of the extension services PHBS wash
hands on knowledge, attitudes, and actions of the students wash their hands, guards, teachers
and principals.
It is recommended to provide education on an ongoing basis through UKS program
of the school.

Keywords : Clean And Healthy Lifestyle, Washing Hands With Soap, Knowledge,
Attitude, Actions

PENDAHULUAN Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),


Terwujudnya derajat kesehatan saat ini juga telah menjadi perhatian dunia,
masyarakat tersebut dapat dicapai, salah hal ini karena masalah kurangnya praktek
satunya dengan program Perilaku Hidup perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di
Bersih dan Sehat (PHBS). Program PHBS negara-negara berkembang saja, tetapi
merupakan upaya untuk memberikan ternyata di negara-negara maju pun
pengalaman belajar atau menciptakan kebanyakan masyarakatnya masih lupa
suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, untuk melakukan perilaku cuci tangan
kelompok, dan masyarakat, dengan (Depkes, 2008).
membuka jalur komunikasi, memberikan Salah satu dari empat kunci
informasi dan melakukan edukasi, untuk kegiatan PHBS untuk meningkatkan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan pencapaian derajat kesehatan adalah
perilaku, melalui pendekatan pimpinan meningkatkan perilaku cuci tangan yang
(Advokasi), bina suasana (Social Support) benar (cuci tangan dengan air yang
dan pemberdayaan masyarakat mengalir dan sabun) setelah buang air
(Empowerment) (Ratna, 2011). besar, dan sebelum makan.
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
(CTPS) yang merupakan salah satu adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari-jemari Tindakan adalah mekanisme dari
menggunakan air dan sabun untuk menjadi suatu pengamatan yang muncul dari
bersih. Mencuci tangan dengan sabun persepsi sehingga ada respon untuk
merupakan salah satu upaya pencegahan mewujudkan suatu tindakan. Kebiasaan
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan setiap anak dalam berperilaku mencuci
seringkali menjadi agen yang membawa tangan dengan sabun agar terhindar dari
kuman dan menyebabkan patogen berbagai macam penyakit sehingga dapat
berpindah dari satu orang ke orang lain, diterapkan dalam kegiatan sehari-hari.
baik dengan kontak langsung ataupun Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
kontak tidak langsung (menggunakan (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
permukaan-permukaan lain seperti handuk, yang dilakukan atas kesadaran sehingga
gelas). Tangan yang bersentuhan langsung anggota keluarga atau keluarga dapat
dengan kotoran manusia dan binatang, menolong dirinya sendiri di bidang
ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) kesehatan dan dapat berperan aktif dalam
dan makanan/ minuman yang kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan
terkontaminasi saat tidak dicuci dengan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
sabun dapat memindahkan bakteri, virus, masyarakat (Depkes RI, 2008).
dan parasit pada orang lain yang tidak Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
sadar bahwa dirinya sedang ditulari. WHO adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
telah mencanangkan setiap tanggal 15 membersihkan tangan dan jari-jemari
Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan menggunakan air dan sabun oleh manusia
Pakai Sabun Sedunia, yang diikuti oleh 20 untuk menjadi bersih dan memutuskan
negara di dunia, salah satu diantaranya mata rantai kuman. Mencuci tangan
adalah Indonesia (WHO, 2009). dengan sabun merupakan salah satu upaya
Skinner (1938), merumuskan pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan
bahwa perilaku merupakan respon atau karena tangan sering menjadi agen yang
reaksi seseorang terhadap membawa kuman dan menyebabkan
stimulus/rangsangan dari luar. Oleh karena patogen berpindah dari satu orang ke orang
perilaku ini terjadi melalui proses adanya lain, baik dengan kontak langsung ataupun
organisme. Dan kemudian organisme kontak tidak langsung (menggunakan
tersebut merespon, maka teori Skinner ini permukaan-permukaan lain seperti handuk,
disebut “S-O-R” atau Stimulus- gelas). Tangan 16 yang bersentuhan
Organisme-Respon. langsung dengan kotoran manusia dan
Pengetahuan adalah merupakan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang ingus) dan makanan/minuman yang
melakukan penginderaan terhadap obyek terkontaminasi saat tidak dicuci dengan
tertentu. Penginderaan terhadap obyek sabun dapat memindahkan bakteri, virus,
terjadi melalui panca indera manusia, dan parasit pada orang lain yang tidak
yakni : penglihatan, pendengaran, sadar bahwa dirinya sedang ditulari
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar (WHO, 2009).
pengetahuan manusia diperoleh melalui Untuk mendapatkan hasil yang
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). optimal, maka mencuci tangan haruslah
Sikap adalah respons tertutup dengan air bersih yang mengalir, baik itu
seseorang terhadap stimulus atau objek melalui kran air atau disiram dengan
tertentu. Sebagai contohnya yang sudah gayung, menggunakan sabun yang standar,
melibatkan faktor pendapat dan emosi setelah itu keringkan dengan handuk
yang bersangkutan atau senang-tidak bersih atau menggunakan tisu (Kemenkes,
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak 2010).
baik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan observasi awal
peneliti di Yayasan Perguruan Tut Wuri
Handayani di Medan Mabar, didapatkan 5 tangan pakai sabun di Yayasan
orang anak memiliki kebiasaan main Perguruan Tut Wuri Handayani.
dengan tanah dan benda-benda kotor
lainnya sewaktu istirahat yang setelah MANFAAT PENELITIAN
bermain tidak melakukan cuci tangan 1. Diharapkan dapat menjadi masukan
pakai sabun sebelum masuk kelas. Efek bagi pihak sekolah bahwa penyuluhan
dari tidak mecuci tangan pakai sabun kesehatan dapat dilakukan dengan
sebelum masuk kelas menyebabkan penyuluhan.
patogen (kuman) akan berpindah dari satu 2. Dapat menciptakan sumber daya yang
orang ke orang lain sehingga dapat sehat.
menyebabkan penyakit diare, dan penyakit 3. Sebagai bahan pembelajaran bagi
lainnya. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan sebagai bahan masukan
dengan 5 orang anak juga menyebutkan kepada pihak-pihak yang
masih jarang guru memberikan pengarahan menbutuhkan
tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
juga tidak pernah dilakukan pendidikan METODE PENELITIAN
kesehatan dari dinas terkait di sekolah ini. Jenis Penelitian
Para siswa di sekolah tersebut belum Jenis penelitian ini adalah
menyadari betul guna PHBS bagi deskriptif yang bertujuan untuk
kesehatan dirinya (Data Yayasan mengetahui gambaran pengetahuan dan
Perguruan Tut Wuri Handayani, 2014) sikap-sikap serta menghubungkan variabel
independen dengan dependen.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum Lokasi Penelitian
Mengetahui “Gambaran Pengetahuan dan Penelitian ini dilakukan di Yayasan
Sikap Siswa terhadap Perilaku Hidup Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan
Bersih dan Sehat dengan Penyuluhan Cuci Mabar Tahun 2014 dengan penyuluhan
Tangan Pakai Sabun di Yayasan Perguruan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Alasan
Tut Wuri Handayani di Medan Mabar untuk memilih daerah ini adalah
tahun 2014”. kebanyakan anak-anak tidak mencuci
tangan sehabis jajan, atau sehabis bermain
Tujuan Khusus sehingga menyebabkan perilaku hidup
1. Mengetahui gambaran pengetahuan bersih dan sehat tidak diperhatikan.
siswa, kepala sekolah, guru dan
penjaga sekolah tentang perilaku Waktu Penelitian
hidup bersih dan sehat dengan Waktu penelitian ini dilakukan
penyuluhan cuci tangan pakai sabun di mulai bulan Januari 2014 sampai selesai.
Yayasan Perguruan Tut Wuri
Handayani. Populasi dan Sampel
2. Mengetahui gambaran sikap siswa, Populasi
kepala sekolah, guru dan penjaga Pengertian populasi (universal),
sekolah tentang perilaku hidup bersih menurut Sugiyono (2010), adalah obyek
dan sehat dengan penyuluhan cuci atau subyek yang mempunyai kualitas dan
tangan pakai sabun di Yayasan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Perguruan Tut Wuri Handayani. peneliti untuk dipelajari dan kemudian
3. Mengetahui gambaran tindakan siswa, ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
kepala sekolah, guru dan penjaga penelitian ini adalah seluruh populasi yang
sekolah tentang perilaku hidup bersih ada di Yayasan Perguruan Tut Wuri
dan sehat dengan penyuluhan cuci Handayani di Medan Mabar.
Sampel Tabel 2. Distribusi Responden Berda-
Sampel adalah bagian dari jumlah sarkan Umur Siswa, Kepala
dan karakteristik yang dimiliki oleh Sekolah, Guru, dan Penjaga
populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Sekolah
Sampel diambil secara simple Umur Presentase
Frekuensi
random sampling (pengambilan acak Responden (%)
sederhana). Dari kelas 1 sampai dengan < 10 tahun 33 91,7
kelas 6 diacak dan dipilih sebagai sampel > 25 tahun 3 8,3
adalah kelas 4 sebanyak 33 siswa. Pilihan Total 36 100,0
diambil pada kelas 4 karena siswa di kelas
4 sudah bisa membaca dan sudah bisa 3. Jenis klamin
mengerti maksud pesan yang akan Hasil penelitian pada distribusi
disampaikan. Ditambah dengan Kepala jenis kelamin, jenis kelamin responden
sekolah, guru, dan penjaga sekolah. adalah laki-laki sebanyak 24 orang
(66,7%). Sedangkan yang paling sedikit
HASIL PENELITIAN adalah perempuan sebanyak 12 orang
1. Berdasarkan Pendidikan (33,3%).
Hasil penelitian terhadap karakter
responden berdasarkan pendidikan Tabel 3. Distribusi Responden Berda-
menujukkan bahwa mayoritas responden sarkan Jenis Kelamin Siswa,
aalah berpendidikan SD sebanyak 33 Kepala Sekolah, Guru, dan
orang (91,7%) sedangkan yang paling Penjaga Sekolah
sedikit adalah SMA, D3, PGSD, dan S1 Jenis
sebanyak 1 orang (2,8%). Presentase
Kelamin Frekuensi
(%)
Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Berda- Laki-laki 24 66,7
sarkan Pendidikan Siswa, Perempuan 12 33,3
Kepala Sekolah, Guru, dan Total 36 100,0
Penjaga Sekolah
Pendidikan Presentase 4. Pengetahuan siswa
Frekuensi
Responden (%) Hasil pengelompokan berdasarkan
SD 33 91,7 tinggi rendahnya tingkat pengetahuan
SMP - - menunjukkan 20 responden (55,6%)
SMA 1 2,8 dengan pengetahuan baik, 16 responden
D3 PGSD 1 2,8 (44,4%) dengan pengetahuan cukup.
S1 1 2,8
Total 36 100,0 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengeta-
huan tentang CTPS
2. Umur Pengetahuan Presentase
Hasil penelitian terhadap Frekuensi
Responden (%)
karakteristik responden menunjukkan Baik 20 55,6
responden yang berumur > 10 tahun Cukup 16 44,4
sebanyak 33 orang (91,7%). Sedangkan Kurang - -
yang paling sedikit adalah berumur > 25 Total 36 100,0
tahun sebanyak 3 orang (8,3%).
5. Sikap siswa
Hasil pengelompokan berdasarkan
tinggi rendahnya sikap menunjukkan 20
responden (55,6%) dengan sangat setuju,
16 responden (44,4%) dengan setuju.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sikap 6. Ada gambaran perilaku siswa,kepala
tentang CTPS sekolah ,guru dan penjaga sekolah
Sikap Presentase sekolah dasar tentang perilaku hidup
Frekuensi
Responden (%) bersih dan sehat dengan penyuluhan
Sangat 20 55,6 cuci tangan terhadap tindakan pakai
setuju sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri
Setuju 16 44,4 Handayani.
Total 36 100,0
Saran
6. Tindakan siswa 1. Untuk sekolah
Hasil pengelompokan berdasarkan a. Menciptakan sekolah yang lebih
tindakan menunjukkan 22 responden bersih dan sehat muntuk menuju
(61,1%) dengan tindakan kadang-kadang, PHBS syarat utama.
3 responden (8,3%) dengan tindakan tidak b. Perlunya sosialisai untuk
pernah. meningkat kan program PHBS di
sekolah
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tindakan c. Menyediakan sabun di kanmar
tentang CTPS mandi agar dapat di perlukan
Tindakan Presentase untuk cuci tangan pakai sabun
Frekuensi 2. Untuk guru
Responden (%)
Tidak pernah 3 8,3 a. Semua guru harus terlibat dalam
Kadang- 22 61,1 mendidik siswa dalam peneraspan
kadang program PHBS terutama cuci
Selalu 11 30,6 tangan pakai sabun yang masih
Total 36 100,0 kurang dari kelas satu sampai
kelas enam
KESIMPULAN DAN SARAN b. Menjadi model prilaku dalan
Kesimpulan prilaku hidup bersih dan sehat
1. Perilaku cuci tangan pakai sabun sebaik baiknya
merupakan suatu upaya yang mudah, 3. Untuk siswa
sederhana, murah dan berdampak a. Lebih meningkatkan prilaku
besar bagi pencegahan penyakit hidup bersih dan sehat untuk
2. Umur merupakan wujud dari mencegah penyakit
pengalaman yang nantinya akan b. Lebih giat dalam meningkatkan
menambah wawasan pengetahuan kemampuan dan keterampilan
menjadi lebih banyak. tentang perilaku hidup bersih dan
3. Perbedaan jenis kelamin tidak sehat
memengaruhi tingkat pengetahuan dan c. Agar meminta dukungan dari
sikap responden secara signifikan. guru dan orang tua untuk dapat
4. Ada gambaran perilaku siswa, guru, menerapkan program PHBS di
kepala sekolah, dan penjaga sekolah sekolah
tentang perilaku hidup bersih dan d. Siswa dapat menerapkan program
sehat dengan penyuluhan cuci tangan PHBS dalam kegiatan apa pun.
pakai sabun terhadap pengetahuan di
Yayasan Perguruan Tut Wuri
Handayani.
5. Sikap responden menganalisis bahwa
informasi berperan dalam menunjang
perubahan perilaku seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

B.F. Skinner.1938. The Behavior Of


Organisms: An Experimental
Analysis. Cambrideg, Massachusetts:
B.F. Skinner Foundation. ISBN 1-
58390-007-1, ISBN 0-87411-487 X.
Crompton, Montresor, dkk. 2003.
Controlling Disease due to Helminth
Infections. Geneva: World Health
Organization.

Depkes RI. 2008. Panduan Manajemen


PHBS Menuju Kabupaten/Kota
Sehat. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.

Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan


Indonesia. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi


Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi


Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta.

Ratna, Wati. 2011. Pengaruh Pemberian


Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci
Tangan Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Mencuci Tangan Pada Siswa
Kelas V Di SDN Bulukantil
Surakarta. Skripsi.
WHO. 2009. WHO guidelines on hand
hygiene in health care first global
patient safety challenge.
Switzerland: WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai