215 426 1 SM PDF
215 426 1 SM PDF
Fonny Dahong
Bagian Bedah Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Makassar, Indonesia
ABSTRACT
Subcutaneous mandibular abscess is an acute lesion characterized by localization of
pus in the structures surround the mandibular jaw and spreads into soft tissue under
skin. Most patients are treated with antibiotics, analgetics, and drainage. Surgical
drainage of abscess is usually indicated when the abscess has developed from a hard
serous inflammation to a soft pus stage. Untreated abscess may worsen and lead to
life-threatening complications.
Key word: subcutaneous abscess, drainage, antibiotic.
ABSTRAK
Ciri khas suatu abses mandibular subkutan adalah terlokalisasinya nanah pada jaringan
sekitar rahang bawah, kemudian menyebar ke jaringan lunak bawah kulit. Penderita
dengan suatu abses harus diberikan perawatan berupa antibiotik, analgesik, dan
drainase. Tindakan pembedahan untuk membuat drainase diindikasikan pada suatu
abses yang berkembang dari suatu inflamasi serous yang keras ke tahap penanahan
yang lunak. Suatu abses yang tidak dirawat dapat menyebabkan keadaan penderita
bertambah parah dan dapat mengarah ke komplikasi yang mengancam jiwa penderita.
Kata kunci: abses subkutan, drainase, antibiotik.
Koresponden: Fonny Dahong, Bagian Ilmu Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Tamalanrea Makassar,
Indonesia.
yang luas pada jaringan lunak regio submandibula profunda dan perforasi serta terasa nyeri jika
4
dan leher untuk kasus-kasus infeksi yang parah. diperkusi. Penderita tak mempunyai penyakit
Tujuan utama dilakukannya pembedahan sistemik, tekanan darah 140/90 mmHg, dan nadi
suatu infeksi adalah untuk menghilangkan 70 per menit. Keadaan umum penderita tampak
penyebab infeksi. Tujuan keduanya adalah untuk agak lemah, karena kurang tidur dan tidak bisa
membuat jalan keluar atau drainase bagi nanah makan serta akibat rasa sakit yang terus-menerus.
dan debris nekrotik yang terakumulasi. Tujuan
ketiga adalah mencegah komplikasi yang lebih
berat berupa selulitis (ludwig’s angina), trombosis
sinus kavernosus, dan penyebaran infeksi ke
daerah mediastinum.3
Pada artikel ini akan dipaparkan suatu kasus
pasien dengan pembengkakan pada pipi kanan
rahang bawah selama dua puluh satu hari, disertai
dengan cara perawatan untuk pasien tersebut.
LAPORAN KASUS
Seorang penderita berumur 61 tahun, berjenis
kelamin pria, datang ke Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin dengan keluhan adanya
pembengkakan pada pipi sebelah kanan, nyeri,
sering mengalami demam, susah tidur, susah
membuka mulut. Kondisi tersebut telah
berlangsung selama dua puluh satu hari (Gambar Gambar 1. Foto penderita pada kunjungan hari
pertama
1).
Awalnya terasa nyeri pada gigi premolar Perawatan
kedua rahang bawah, tiga hari kemudian terjadi Tindakan awal adalah insisi dan pembuatan
pembengkakan pada pipi yang semakin hari drainase. Pertama-tama, ditentukan tempat insisi
semakin besar. Selama pembengkakan, penderita akan dilakukan. Selanjutnya, disemprotkan chlor
mendapatkan perawatan dari dokter gigi dengan ethyl pada daerah pembengkakan tersebut hingga
pemberian antibiotik pada hari kedua belas dan membentuk salju (Gambar 2a). Setelah itu insisi
hari kedua puluh. dilakukan dengan menggunakan scalpel nomor
Pemeriksaan klinik sebelas sehingga terbentuk luka ± 1 cm (Gambar
Tampak pembengkakan pada korpus 2b). Luka insisi tersebut dibuka sehingga nanah
mandibula hingga angulus mandibula kanan yang dapat dialirkan keluar hingga pembengkakan
berfluktuasi. Permukaan kulit nampak merah tersebut mengecil (Gambar 2c dan 2d).
kehitaman, palpasi pada kelenjar limfe regional Berikutnya, insersikan drain berupa lembaran
keras dan sakit. Selain itu pemeriksaan karet sarung tangan ke dalam luka insisi hingga
menunjukkan trismus satu jari, gigi 45 karies rongga abses, agar luka insisi tidak cepat tertutup
Fonny Dahong: Abses dentogen subkutan 71
(Gambar 2e). Terakhir, luka bekas insisi diperban Pada kontrol hari kedua pasca insisi, tampak
(Gambar 2f) dan penderita diinstruksikan untuk pembengkakan mulai mengecil, tetapi masih
melanjutkan obat-obatnya Cataflam 50 mg 2х1, mengeluarkan nanah. Trismus tetap sebesar 1 jari,
Clindamysin 300 mg, 2x1, yang diperoleh dari tetapi nyeri berkurang, serta penderita sudah mulai
dokter sebelumnya, dan diberikan resep Ultravita bisa makan dan tidur. Pada saat control ini, drain
tablet 1x1 selama 10 hari. diganti.
a b
c d
e f
Gambar 2. a. Penyemprotan chlor etil, b. Insisi abses, c. Pembukaan luka abses, d. Nanah
mengalir, e. Insersi drain karet, f. Pembalutan luka abses
72 Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:69-73
Pada kontrol hari ketiga, nanah sudah berkurang, Bilamana seorang pasien mengalami infeksi
tampak keluar cairan yang bening dan sedikit odontogenik tipikal, tanda-tanda yang paling
nanah berwarna kuning kecoklatan. Dilakukan sering muncul adalah abses pada vestibulum yang
penggantian drain. Kepada pasien diberikan resep selanjutnya menyebar ke jaringan di bawah kulit
berupa Metronidazole tab 500 mg 2x1 selama menjadi suatu abses subkutan. Jika terjadi tanda
5 hari, Cefadroxyl kapsul 500 mg 2x1 selama dan gejala semacam ini, seorang dokter gigi dapat
5 hari, dan Mefinal tab 500 mg 2x1 selama 5 memilih salah satu dari dua jenis perawatan
hari. berikut, yaitu perawatan bedah mulut insisi dan
Pada kontrol hari keempat, nanah sudah tidak pembuatan drainase kemudian pencabutan gigi,
tampak lagi, hanya keluar cairan bening. Trismus atau perawatan endodontik gigi penyebab.
tinggal dua jari, dan dilakukan pencabutan gigi 45. Penentuan waktu insisi dapat dilakukan dengan
Anjuran untuk hari kelima dan seterusnya adalah melakukan palpasi pada permukaan abses
kompres daerah bengkak dengan air hangat. mengenai fluktuasinya. Bilamana fluktuasinya
Pada kontrol hari kesepuluh, penderita merasa belum jelas untuk menentukan ada tidaknya
sudah nyaman, dan tidak ada keluhan lagi. Luka nanah, dapat dilakukan aspirasi dengan jarum
insisi sudah sembuh (Gambar 3). suntik yang agak besar; banyaknya aspirasi cukup
0,1 cc.4
Pada kasus ini terdapat abses subkutan yang
sangat fluktuatif dan infeksi sudah berlangsung
lama. Hal tersebut menyebabkan harus segera
dilakukan perawatan berupa pembuatan insisi dan
drainase, untuk mengalirkan nanah dan bakteri
serta toksin yang terakumulasi di bawah kulit.
Tindakan tersebut dapat mengurangi tekanan
jaringan, meningkatkan suplai darah lokal dan
pertahan host pada daerah yang terlokalisasi.4
Gambar 3. Foto penderita pada hari kesepuluh Insisi dan pembuatan drainase untuk pasien
ini dapat dilakukan pada saat hari itu juga. Daerah
PEMBAHASAN insisi yang dipilih adalah daerah yang bebas agar
Abses subkutan merupakan infeksi piogenik terjadi drainase yang baik. Jika daerah insisi telah
dalam rongga mulut. Infeksinya bersifat akut dan ditentukan, tahap berikutnya adalah pemilihan
terjadi secara langsung akibat penyebaran infeksi kontrol nyeri, yang dapat dilakukan dengan
pulpa atau rekurensi abses kronis, atau suatu anestesi lokal maupun anestesi topikal. Untuk
granuloma akibat kontaminasi bakteri yang pasien ini dilakukan anestesi topikal dengan
virulen dan daya tahan tubuh alami pasien yang mempertimbangkan nanah yang terkumpul sudah
menurun, misalnya setelah terjangkit infeksi virus. cukup banyak dan kulit permukaan abses sangat
Normalnya abses dentogen disebabkan oleh tipis.5
polimikrobial, yang berarti terdapat beberapa Pengambilan nanah untuk pemeriksaan
organisme penyebab, yang didominasi oleh infeksi bakteri tidak dilakukan, karena mengingat pasien
bakteri anaerob. sementara mendapat perawatan antibiotik.
Fonny Dahong: Abses dentogen subkutan 73