3 Januari 2018
3 Januari 2018
LOGAM Pb(II)
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat berbahaya bagi manusia.
Kadar maksimum kandungan Pb pada air minum menurut Kemenkes RI (2010)
adalah 0.01 mg/L. Nilai ini lebih rendah dari limit deteksi AAS. Oleh karena itu
diperlukan prekonsentrasi/pemekatan. Metode prekonsentrasi yang banyak
digunakan adalah ekstraksi fase padat (SPE). Salah satu media pengekstrak pada SPE
adalah silika gel. Kelemahan silika gel sebagai adsorben adalah rendahnya
efektivitas dan selektivitas terhadap adsorpsi logam sehingga perlu ditambahkan
gugus aktif untuk meningkatkan. Silika gel telah dimodifikasi dengan L-lisina untuk
adsorpsi ion logam Pb. Kondisi optimum untuk adsorpsi Pb(II) oleh silika gel (SG)
dan silika termodifikasi L-lisina (SLL) pada pH 5 dan massa adsorben 0.1 g,
sedangkan waktu kontak optimum untuk SG dan SLL berturut-turut 60 menit dan 10
menit. Kapasitas adsorpsi tertinggi untuk ion Pb(II) oleh SG dan SLL masing-masing
adalah 52.29 dan 71.88 mg/g. Pola adsorpsi keduanya diketahui mengikuti persamaan
Langmuir. Berdasarkan hasil uji selektivitas, penjerapan Pb(II) dipengaruhi adanya
logam Cr(III), Cd(II) dan Zn(II).
ABSTRACT
Lead (Pb) is one of the most hazardous heavy metals for human health.
The maximum content of Pb in waters according to Ministry of Health of The
Republic of Indonesia (2010) is 0.01 mg/L. This low permissible concentration
makes direct determination of Pb requires a preconcentration step. Nowadays,
solid phase extraction (SPE) has commonly been used as a preconcentration
technique. One of the most common extractant used in SPE is silica gel . The
weakness of silica gel as adsorbent is its low effectiveness toward metals
adsorption, therefore active groups are needed to enhance its effectiveness. The
silica gel was modified with L-lysine by reacting with 3-
aminopropyltrimethoxysilane (APTMS), further SLL wa characterized by FTIR
and used to adsorb Pb(II) metal ions. The results showed that the optimum
conditions for adsorption of Pb (II) by SG and SLL were respectively at pH 5,
amount of adsorbent 0.1 g, and adsorption time 60 and 10 minutes. The highest
adsorption capacity for Pb (II) ions by SG and SLL were 52.29 and 71.88 mg/g.
The SG and SLL were all following Langmuir isotherm. Based on the results of
selectivity test, the adsorption of Pb (II) was influenced by Cr (III), Cd (II) and Zn
(II).
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Skripsi : Silika Termodifikasi L-lisina sebagai Adsorben Logam Pb(II)
Nama : Nastiti Ratri Primadiska
NIM : G44130070
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni-Desember 2017 ialah Silika
Termodifikasi L-lisina sebagai Adsorben Logam Pb(II)
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eti Rohaeti MS selaku
pembimbing I dan Dr Mohamad Rafi MSi selaku pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan selama penelitian hingga terselesaikannya tulisan ini.
Selain itu, penulis berterima kasih kepada semua laboran divisi Kimia Analitik
(Bu Nunung Nuryanti, Om Eman Suherman, Pak Edi Suhendar, dan Pak
Kosasih), staff Laboratorium Kimia Bersama (Pak Wawan Setiawan dan Pak
Eko), dan staff Departemen Kimia yang telah banyak membantu selama
berjalannya penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda
Bambang Sigit Purnomo, ibu Siti Rokhaya, om, dan tante Wahari yang telah
memberikan doa, dukungan, serta kasih sayangnya. Serta teman-teman khususnya
Febi Maghfiroh, Dina Ragillia Sari, Nadya Nurul Octa, Shavira Laksminarani,
Aryo Jati atas bantuan dan dukungan yang diberikan. Tak lupa penulis sampaikan
terima kasih untuk Beasiswa Bidikmisi atas bantuan finansial yang diberikan,
sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan saya selama di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Lingkup Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Percobaan 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Silika Gel Termodifikasi L-lisina 4
Analisis Gugus Fungsi 5
Penentuan Kondisi Optimum Adsorpsi Pb(II) oleh SG dan SLL 7
Kapasitas dan Isoterm Adsorpsi Pb(II) oleh SG dan SLL 9
Selektivitas SLL dalam Penjerapan Pb(II) 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 23
DAFTAR TABEL
1 Persen adsorpsi dan kapasitas adsorpsi adsorben SG dan SLL 9
2 Pengaruh logam Cr(III), Cd(II), dan Zn(II) terhadap penjerapan Pb(II)
oleh SLL 12
DAFTAR GAMBAR
1 Fungsionalisasi permukaan silika gel 4
2 Mekanisme reaksi aminopropil silika dengan glutaraldehida 5
3 Mekanisme reaksi APS-glutaraldehida dengan L-lisina 5
4 Spektrum FTIR dari silika gel (SG), aminopropilsilika (APS), dan silika
termodifikasi L-lisina (SLL) 6
5 Kontur plot kapasitas adsorpsi Pb(II) oleh SG pada ragam pH, waktu,
dan bobot adsorben 7
6 Kontur plot kapasitas adsorpsi Pb(II) oleh SLL pada ragam pH, waktu,
dan bobot adsorben 8
7 Isotermadsorpsi pada adsorpsi Pb(II) oleh SG model (a) Langmuir (b)
Freundlich 10
8 Isoterm adsorpsi pada adsorpsi Pb(II) oleh SLL model (a) Langmuir (b)
Freundlich 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian 15
2 Kurva standar Pb(II) untuk penentuan keadaan optimum adsorpsi Pb(II)
oleh SG 15
3 Kurva standar Pb(II) untuk penentuan keadaan optimum adsorpsi Pb(II)
oleh SLL 16
4 Kapasitas adsorpsi dan persen adsorpsi SG dan SLL pada ragam pH,
bobot adsorben, dan waktu kontak 17
5 Data hasil estimasi koefisien regresi CCD untuk adsorpsi Pb(II) dengan
SG 17
6 Data hasil estimasi koefisien regresi CCD untuk adsorpsi Pb(II) dengan
SLL 18
7 Plot pengoptimuman hasil pengolahan CCD adsorpsi Pb(II) dengan SG 19
8 Plot pengoptimuman hasil pengolahan CCD adsorpsi Pb(II) dengan
SLL 19
9 Isoterm Langmuir dan Freundlich adsorpsi Pb(II) oleh SG (a) dan (b)
SLL 20
10 Kurva kalibrasi larutan logam Cr, Cd, dan Zn 21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pt(IV), Pd(II), dan Au(III) masing-masing 129.26 mg/g, 109.47 mg/g, dan 70.34
mg/g (Fujiwara et al. 2007). Magnetit termodifikasi L-lisina mempunyai kapasitas
adsorpsi terhadap logam Pb(II) sebesar 1038.42 mg/g (Hu et al. 2017), adsorpsi
logam Cr(VI) oleh biopolimer α-poly-l-lysine mempunyai kapasitas adsorpsi
sebesar 42.2 mg/g (Chakraborti 2009).
Pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi silika gel dengan L-lisina
dan karakterisasinya. Silika (SG) dan silika termodifikasi L-lisina (SLL)
digunakan untuk mengadsorpsi logam Pb(II) dalam larutan. Proses optimasi
adsorpsi dilakukan untuk mendapatkan kondisi optimum adsorspi Pb(II) sehingga
dapat diketahui kapasitas optimum dan pola isotermnya. Selain itu, dipelajari
selektivitas adsorben terhadap ion logam Pb(II) dengan kebaradaan ion logam
Cr(III), Cd(II), dan Zn(II).
Tujuan Penelitian
METODE
Lingkup Penelitian
Prosedur Percobaan
𝑉(𝐶𝑜 − 𝐶𝑎)
𝑄=
𝑚
Keterangan :
Q = Kapasitas adsorpsi (mg/g)
V = Volume larutan (L)
Co = Konsentrasi Pb(II) awal (mg/L)
Ca = Konsentrasi Pb(II) akhir (mg/L)
m = Massa adsorben (g)
4
Penelitian diawali dengan aktivasi silika gel yang dipanaskan dalam oven
pada suhu 110 °C. Aktivasi dilakukan untuk menghilangkan kandungan air yang
dijerap silika gel selama penyimpanan. Setelah itu silika gel direaksikan dengan
APTMS dalam toluena dan diagitasi selama 24 jam dalam kondisi anhidrat.
Selama proses agitasi, senyawa APTMS menghasilkan kelompok silanol melalui
proses hidrolisis. Gugus silanol tersebut dapat berkondensasi dengan gugus Si-OH
pada permukaan silika, sehingga membentuk ikatan siloksan yang stabil yang
disertai gugus -NH2 pada permukaan silika yang dapat berinteraksi dengan gugus
fungsional lain (Gambar 1). Hasil yang diperoleh berupa aminopropilsilika (APS)
dicuci menggunakan toluena untuk melarutkan sisa APTMS yang tidak bereaksi
dengan silika gel (Nurhajawasi 2016).
Selanjutnya APS direaksikan dengan glutaraldehida dalam larutan bufer fosfat 0.1
M pH 8 di bawah kondisi nitrogen. Penambahan glutaraldehida bertujuan untuk
memberikan jembatan penghubung antara gugus -NH2 pada APS dengan L-lisina
(Gambar 2)
+ H2O
APS-glutaraldehide Lisina
+ H2O
Analisis gugus fungsi pada SG, APS, dan SLL dilakukan menggunakan
metode spektrometri inframerah. Hasil analisis (Gambar 4) menunjukkan adanya
perbedaan pada pola spektrum masing-masing bahan. Pola spektrum absorpsi SG
menunjukkan serapan lebar pada bilangan gelombang 3448.72 cm-1, yang
merupakan daerah serapan vibrasi ulur gugus -OH pada silanol (Javadian et al.
2014; Vejayakumaran et al. 2008). Daerah serapan pada 1629.85 cm-1
menunjukkan adanya vibrasi tekuk –OH dari molekul air (Mujiyanti et al. 2010;
Wulandari dan Amaria 2012). Adanya serapan pada 1078.21 cm-1 dan 794.67 cm-1
6
menunjukkan adanya vibrasi ulur asimetris dan vibrasi ulur simetris Si-O dari
siloksan (Javadian et al. 2014; Nuryono et al. 2004; Stuart 2004). Serapan pada
972.12 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur Si-O dari Si-OH. Vibrasi ulur Si-O
dari siloksan terlihat pada daerah 950-970 cm-1 (Nurhajawarsi 2016;
Venjayakumaran et al. 2008; Nuryono et al. 2004). Daerah serapan pada 453.27
cm-1 menunjukkan adanya vibrasi tekuk siloksan Si-O-Si. Menurut Javadian
(2014), vibrasi tekuk siloksan ditunjukkan adanya serapan pada bilangan
gelombang ~467 cm-1. Secara umum, serapan pada pola spektrum pada SG
menunjukkan gugus fungsi berupa Si-OH dan Si-O-Si.
Silika yang telah direaksikan dengan APTMS (APS) mengalami beberapa
perubahan pada pola spektrum. Puncak serapan pada bilangan gelombang 3441.01
cm-1 menunjukkan adanya tumpang tindih antara OH dari Si-OH dengan N-H dan
C-H (Nuryono et al. 2004), selain itu terjadi penurunan intensitas serapan yang
cukup besar dibandingkan dengan spektrum SG. Hal ini disebabkan terjadi
penurunan jumlah gugus silanol akibat reaksi kondesasi dengan APTMS. Serapan
pada 2924.09 cm-1 memberikan indikasi adanya vibrasi ulur C-H. Vibrasi ulur
gugus C-H terlihat pada daerah 2950-2850 cm-1 (Vejayakumaran et al. 2008;
Arakaki et al. 2000). Serapan pada daerah 1537.27 cm-1 menunjukkan vibrasi
tekuk amina primer (-NH2) yang menunjukkan telah terbentuknya APS. Vibrasi
tekuk amina primer (-NH2) terlihat pada daerah ~1560cm-1 (Vejayakumaran et al.
2008; Javadian et al. 2014).
Gambar 4 Spektrum FTIR dari silika sekam (SS), Aminopropilsilika (APS), dan
Silika termodifikasi L-lisina (SLL)
Gambar 5 Kontur plot kapasitas adsorpsi Pb(II) oleh SG pada ragam pH,
waktu, dan bobot adsorben
8
Gambar 6 Kontur plot kapasitas adsorpsi Pb(II) oleh SLL pada ragam pH,
waktu, dan bobot adsorben
Berdasarkan Gambar 6, dilihat plot kontur kapasitas adsorpsi Pb(II) oleh SLL.
Kondisi optimum dari hasil pengolahan data menggunakan CCD untuk SLL
diperoleh pada pH 5, bobot adsorben 0.1 g, dan waktu kontak 10 menit (Lampiran
7). Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi SG menggunakan L-lisina dapat
meningkatkan efektivitas adsorpsi.
Proses adsorpsi ion logam Pb(II) oleh SG maupun SLL dipengaruhi oleh
pH. Pada kondisi asam, penyerapan ion Pb rendah karena gugus fungsi yang
terdapat pada adsorben terprotonasi sehingga permukaan adsorben dikelilingi oleh
ion H+. Akibatnya ion-ion H+ menghalangi interaksi ion Pb dengan permukaan
adsorben. Pada pH yang lebih tinggi, konsentrasi OH- dalam larutan meningkat,
sehingga tarikan antara adsorben dengan kation logam akan lebih dominan yang
menyebabkan adsorpsi Pb(II) yang besar.
Peningkatan jumlah adsorben meningkatkan jumlah situs aktif untuk
pengambilan ion logam. Hal ini dapat dilihat dari nilai % adsorpsi yang dihasilkan.
Namun penggunaan bobot adsorben yang terlalu besar dapat menurunkan
kapasitas adsorpsi karena tidak lagi terjadi kesetimbangan jumlah adsorben
dengan adsorbat di dalam larutan. Waktu kontak optimum merupakan waktu
yang diperlukan untuk mencapai keadaan setimbang pada proses adsorpsi logam
oleh adsorben. Adsorpsi Pb(II) oleh SG meningkat dengan meningkatnya waktu
kontak yang digunakan, yaitu 10-60 menit. Adsorpsi oleh SLL telah terjadi
9
10
0
0 100 200 300 400 500
-5
Ce (mg/L)
2
2 (b)
2
1
1
Log Qe
1 y = 0,1922x + 1,0631
1 R² = 0,1013
1
0
0
0
0 1 2 3
Log Ce
Gambar 7 Isoterm adsorpsi pada adsorpsi Pb(II) oleh SG model (a) Langmuir (b)
Freundlich
4
4 y = 0,014x + 0,1465 (a)
3 R² = 0,9889
3
Ce/Qe
2
2
1
1
0
0 50 100 150 200 250
Ce (mg/L)
3
(b)
2 y = 0,3768x + 1,0667
R² = 0,7181
2
Log Qe
0
0 1 1 2 2 3
Log Ce
Gambar 8 Isoterm adsorpsi pada adsorpsi Pb(II) oleh SLL model (a) Langmuir
(b) Freundlich
pengukuran adsorpsi, ditunjukkan dari nilai kapasitas adsorpsi yang hampir sama.
Hal ini dapat disebabkan logam Cr(III) tergolong asam keras. Oleh karena itu,
dapat dimungkinkan adsorben dan logam Cr(III) dapat berinteraksi cukup kuat.
Tabel 2 Pengaruh logam Cr(III), Cd(II), dan Zn(II) terhadap penjerapan Pb(II)
oleh SLL
Kapasitas adsorpsi
Campuran Logam % adsorspsi
(mg/g)
Pb 79.01 38.4257
Pb-Cd
Cd 5.22 2.5938
Pb 70.15 34.2453
Pb-Zn
Zn 39.30 18.9103
Pb-Cr Pb 74.14 35.8025
Cr 78.12 37.8365
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Silika gel
Pembuatan
pencirian Aminopropil silika
FTIR
(APS)
Konsentrasi(mg/L) Absorbans
1 0.0175
2 0.0398
5 0.0842
10 0.1539
15 0.2024
20 0.2558
25 0.3146
0,35
y = 0,0121x + 0,018
0,3
R² = 0,9936
0,25
Absorbans
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (mg/L)
17
Lampiran 4 Kapasitas adsorpsi dan persen adsorpsi SG dan SLL pada ragam pH,
bobot adsorben, dan waktu kontak
Bobot Waktu Kapasitas adsorpsi
% adsorpsi
pH adsorben kontak (mg/g)
(g) (menit) SG SLL SG SLL
5 0.1 10 5.8459 23.5116 25.22 93.83
3 0.4 35 3.9293 5.9526 64.90 95.96
3 0.4 35 3.8395 6.1194 64.30 98.68
3 0.4 35 3.7017 5.9200 61.22 94.99
5 0.4 35 5.0846 5.9452 83.45 94.81
2 0.8 60 0.8335 3.0480 27.91 97.99
3 0.4 60 3.8813 6.1266 64.04 98.18
2 0.8 10 0.3627 3.0644 12.19 98.51
3 0.4 35 4.1245 6.1721 68.75 99.31
3 0.8 35 2.8530 3.0545 94.61 98.41
2 0.1 10 12.2776 14.1995 53.37 61.26
2 0.4 35 3.2146 5.4503 54.06 88.39
3 0.1 35 6.3240 20.7758 27.05 89.91
3 0.4 35 3.9694 5.9294 65.63 96.66
2 0.1 60 12.5996 14.1627 53.97 61.44
5 0.1 60 19.2389 19.5258 78.94 80.18
3 0.4 10 4.1456 5.9634 68.96 96.16
3 0.4 35 4.0717 5.9324 67.17 95.57
5 0.8 60 2.9654 2.9917 96.92 95.77
5 0.8 10 2.8697 2.9616 93.68 94.78
Lampiran 5 Data hasil estimasi koefisien regresi CCD untuk adsorpsi Pb(II)
dengan SG
18
Lampiran 6 Data hasil estimasi koefisien regresi CCD untuk adsorpsi Pb(II)
dengan SLL
19
Composite
Desirability
0.69797
% adsorp
Maximum
y = 66.5312
d = 0.64154
Kapasita
Maximum
y = 15.2593
d = 0.75936
Composite
Desirability
0.87935
Kapasita
Maximum
y = 22.8012
d = 0.94551
% adsorp
Maximum
y = 92.0770
d = 0.81782
20
Lampiran 9 Isoterm Langmuir dan Freundlich adsorpsi Pb(II) oleh (a) SG dan
(b) SLL
Isoterm Langmuir
Qe
C0 (mg/L) Ce (mg/L) Ce/Qe (a)
(mg/g)
50.7500 22.2833 6.9567 3.2032
107.2917 15.2167 22.2618 0.6835
207.7500 35.1500 42.5542 0.8260
308.5417 112.5833 47.6552 2.3625
371.6667 146.1667 52.2959 2.7950
509.1667 432.5000 18.3413 23.5807
Keterangan : Ce = konsentrasi adsorbat dalam kesetimbangan (mg/L); Co = konsentrasi awal ion logam dalam larutan
(mg/L); Qe = konsentrasi adsorbat didalam adsorben pada kondisi kesetimbangan atau kapasitas adsorpsi (mg/g)
Qe
C0 (mg/L) Ce (mg/L) Ce/Qe (b)
(mg/g)
50.4508 4.7377 11.0739 0.4278
100.6148 3.9180 23.6076 0.1660
196.1475 12.1803 45.4016 0.2683
302.6639 44.3443 62.8209 0.7059
401.0246 103.6885 71.8898 1.4423
502.8689 225.9836 66.8159 3.3822
Keterangan : Ce = konsentrasi adsorbat dalam kesetimbangan (mg/L); Co = konsentrasi awal ion logam dalam larutan
(mg/L); Qe = konsentrasi adsorbat didalam adsorben pada kondisi kesetimbangan atau kapasitas adsorpsi (mg/g)
Contoh Perhitungan
Persamaan isoterm Langmuir
𝐶𝑒 1 1
= 𝐶𝑒 +
𝑄𝑒 𝑞𝑚 𝑞𝑚 × 𝑏
Y =0.053x-1.230
R² = 0.911
1
Slope = 𝑞𝑚 = 0.053
Qm = 18.86
1
= 1.230
𝑞𝑚 × 𝑏
1
= 18.96 x 1.230
𝑏
b = 0.047
1
RL = 1+(𝑏××𝐶0)
= 0.2945
21
Isoterm Freundlich
C0 Ce Qe (a)
Log Ce Log Qe
(mg/L) (mg/L) (mg/g)
50.7500 22.2833 6.9567 1.3480 0.8424
107.2917 15.2167 22.2618 1.1823 1.3476
207.7500 35.1500 42.5542 1.5459 1.6289
308.5417 112.5833 47.6552 2.0515 1.6781
371.6667 146.1667 52.2959 2.1648 1.7185
509.1667 432.5000 18.3413 2.6360 1.2634
Keterangan : Ce = konsentrasi adsorbat dalam kesetimbangan (mg/L); Co = konsentrasi awal ion logam dalam larutan
(mg/L); Qe = konsentrasi adsorbat didalam adsorben pada kondisi kesetimbangan atau kapasitas adsorpsi (mg/g)
Ce Qe
C0 (mg/L) Log Ce Log Qe (b)
(mg/L) (mg/g)
50.4508 4.7377 11.0739 0.6756 1.0443
100.6148 3.9180 23.6076 0.5931 1.3731
196.1475 12.1803 45.4016 1.0857 1.6571
302.6639 44.3443 62.8209 1.6468 1.7981
401.0246 103.6885 71.8898 2.0157 1.8567
502.8689 225.9836 66.8159 2.3541 1.8249
Keterangan : Ce = konsentrasi adsorbat dalam kesetimbangan (mg/L); Co = konsentrasi awal ion logam dalam larutan
(mg/L); Qe = konsentrasi adsorbat didalam adsorben pada kondisi kesetimbangan atau kapasitas adsorpsi (mg/g)
0,25
y = 0,0264x + 0,0228
0,2 R² = 0,9998
Absorbans
0,15
0,1
0,05
0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (mg/L)
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Konsentrasi (mg/L)
0,6
0,4
0,2
0
0 1 2 3 4
Konsentrasi (mg/L)
23
RIWAYAT HIDUP