Dalam mitologi pewayangan dikisahkan bahwa begawan Wisrawa memberikan
wejangan pada Dewi Sukaesih dikerajaan Alengkadiraja. Karena SASTRA jendra yang menjadi wejangan begawan Wisrawa pada sukaesih akan membukakan rahasia alam dan isinya maka marahlah batara guru (Shiwa). Maka bersama dewi uma, betara Guru turun ke Arcapada masuk ke badan Wisrawa dan sukaesih untuk menggagalkan wejangan SASTRA jendra tersebut. Begawan Wisrawa lewat wejangan itu menginginkan negara Alengkadiraja maju, baik dibidang budaya, tingkatan hidup masyarakat, yang dianggap oleh para Dewa seperti mau menyaingi kesaktianya. Alhasil terjadilah perkawinan antara Begawan Wisrawa dan puteri Sukaesih yang melahirkan 4 orang anak dengan sifat2 yang berbeda. Rahwana (Dasamuka) seseorang yang mempunyai sifat serakah, ambisi pemarah dan emosionil. Kumbakarna, seorang yang jujur, punya rasa pahlawan, tanggung jawab yang besar dan cinta tanah air. Sarpakonaka, seorang yang mempunyai sifat suka mengambil kesempatan dalam kesempitan serta appertunistis. Wibisana, yang menjadi perlambang nafsu2 manusia, seorang yang menjalankan kebenaran dan keadilan. Meskipun famili salah dinyatakan salah. Didalam ilmu sastra jendra singkatan dari sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu, nafsu darah seperti tercermin dalam figur mithologi rahwana- punya sinar merah yang mempunyai sifat emosi,amarah, semangat, sentosa dan kemauan yang keras Nafsu nafas (tercermin figur mithologgi Wibisana) adalah suci, belas kasih, sadar bersinar putih. Nafsu tulang sumsum-tercermin figur Sarpakanaka-bersinar cahaya hidup warna kuning adalah bersifat duniawi, kebendaan, percintaan dan keserakahan. Nafsu daging kulit cerminan okoh kumbakarna-bersinar cahaya hidup warna hitam, adalah menggambarkan sifat kebutuhan biologis, tidur, makan, dan syahwat. Dan yang kelima, yang merupakan �pancer� (sumbu) adalah �aku�.