Yesus
Yesus
MINULYA SURAKART
SKRIPSI
Oleh :
Rosalinda Ule ( sr. M.Marcella, OSF )
NIM. ST13062
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta
maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi ini.
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas rahmat yang di limpahkan-Nya sehingga skripsi dengan judul ”Pengaruh
Pastoral Care Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Sebelum Operasi di Rumah
Sakit Brayat Minulya Surakarta”. Dalam penyusunan proposal ini tentu banyak di
jumpai kendala-kendala, namun berkat bimbingan serta arahan dari pembimbing dan
juga teman-teman, maka akhirnya penyusunan proposal ini dapat di selesaikan tepat
pada waktunya. Oleh karena itu, penghargaan dan terima kasih penulis haturkan
kepada:
1. Dra. Agnes Sri Hartati,M.Si. Ketua STIKes. Kusuma Husada Surakarta yang
telah memberikan ijin dan dukungan pada penulis melakukan penelitian ini.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi lanjut Program Studi S-1
Keperawatan.
3. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns.,M.Kep. selaku Dosen Pembimbing Utama,
yang telah memberikan arahan, masukan, dorongan, saran dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
4. bc. Yeti Nurhayati. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Pendamping, yang telah
memberikan saran, transfer ilmu dan masukan demi sempurnanya skripsi ini.
5. Rahajeng Putriningrum S.S.T,M.Kes. selaku tim Penguji yang telah memberikan
banyak masukan serta pengetahuan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staf di STIKES Kusuma Husada Surakarta yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Civitas Akademik STIKES Kusuma Husada yang banyak membantu
penulis baik dalam proses perkuliahan maupun saat penulisan skripsi ini.
8. Direksi Rumah Sakit Brayat Minulya Surakarta yang telah memberi kesempatan
untuk melanjutkan studi dan rekan – rekan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Brayat Minulya Surakarta atas bantuan,dukungan spiritual.
9. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan jasa yang terbaik bagi saya
baik berupa bimbingan maupun kasih sayang serta doa restu yang di berikan
kepada penulis.
10. Responden yang telah mengisi kuisioner dengan sukarela.
11. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu dengan kerendahan hati. Penulis bersedia menerima kritik dan saran
yang sifatnya membangun dalam upaya penyempurnaan proposal ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan yang terbaik kepada
kita semua.
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Abstrak
ABSTRACT
PENDAHULUAN
macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap
gelisah, lesu, mudah menangis dan tidur tidak nyenyak ( Kaplan, J.B & Sadock
T.C 1997).
Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien yang
dirawat dirumah sakit, kecemasan yang sering terjadi adalah apabila pasien
akan prognosis buruk, atau kemungkinan kecacatan dimasa akan datang dan
pembedahan.
dari 35.539 pasien bedah dirawat di unit perawatan intensif antara 1 Oktober
2003 dan 30 September 2006. Dari 8.922 pasien (25,1%) mengalami kondisi
Manifestasi yang khas pada pasien pre operatif tergantung pada setiap individu
ruang D (Bedah Pria) RSUD Dr, Palangka Raya pada tanggal 20-22 Maret 2010
orang pasien terdapat 5 orang (50%) yang memiliki tingkat kecemasan dalam
tingkat kecemasan berat sebanyak 2 orang (20%), dan responden yang tidak
kecemasan pre operasi di dapatkan bahwa sebagian besar pasien pre operasi
sesuatu yang akan terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferlina (2008)
ditemukan sekitar 80% pasien pre operasi mengalami kecemasan dan 60%
diantaranya mengalami kecemasan sedang dan berat. Hal ini didasari karena
berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi. Menurut laporan tahunan dari
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Brayat Minulya Surakarta hasil observasi
data statistic mulai dari bulan Januari- September 2014, jumlah pasien operasi
sebanyak 850 pasien. Jumlah pasien operasi tertinggi pada bulan Agustus
program operasi tetap dijalankan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Gambaran yang lebih spsesifik ketika pasien yang akan operasi adalah tampak
sangat mempengaruhi pada peningkatan tekanan darah dan nadi .Salah satu
Pastoral Care.
terlayani aspek rohaninya maka akan terjadi keseimbangan dalam hidup dan
(2012) USA and Australia dikatakan bahwa salah satu perubahan yang
Inggris, Amerika Serikat dan Australia dalam rangka untuk memandu muncul
dan pelayanan kasih kepada semua orang tanpa memandang suku, ras dan
Menanggapi akan kebutuhan pelayanan Gereja, maka kami para suster ikut
merupakan salah satu bidang pelayanan yang dikembangkan oleh para suster
hadir untuk melayani yang bersifat integral dan holistik, yang melayani dua
aspek yakni badan dengan pelayanan secara medis dan jiwa dengan upaya
kesehatan.
iman pasien kepada Allah yang Maha Kuasa menurut agama dan kepercayaan
ketenangan lahir batin dan menyelamatkan semua orang beriman yang percaya
kepada Allah.
membantu untuk membuat pasien akan merasa aman, nyaman dan tenang
dalam menjalani perawatan dan juga ketika sesorang akan dilakukan tindakkan
invasif secara khusus bagi mereka yang akan dilakukan tindakkan operasi.
Menyadari bahwa manusia itu unik, masing- masing memiliki caranya sendiri–
sendiri untuk menanggapi stress dalam hidup ini Ada yang menghadapi hidup
tanpa memandang suku, bangsa, agama, golongan dan warna kulit. Membantu
orang sakit dan keluarga agar mampu menerima penderitaan dan mampu
pelayanan kerohanian kepada pasien dan keluarga pasien baik yang beragama
bahwa Sudah ada berbagai fenomena Pastoral Care yang terjadi dalam dunia
kesehatan terutama di negara Eropa, namun sejauh ini belum ada penelitian
Care terhadapan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Dan penulis
melihat bahwa Pastoral care di Rumah Sakit Brayat Minulya pelayanan baru
sebatas melalui pelayanan berupa doa – doa yang dilakukan oleh petugas
menggali seberapa jauh tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien yang akan
dan baru penulis melakukan doa bersama. Hal ini memberikan nilai positif
bahwa Pastoral Care dapat membantu setiap orang yang mengalami tantangan
operatif.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
passtoral Care.
Pastoral Care
d. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada pasien sebelum operasi
2. Bagi Perawat.
pasien yang akan menjalani operasi, dan juga pentingnya komunikasi antara
Dan Juga adanya keterkaitan antara tingkat kecemasan dan nilai spiritual.
5. Bagi Peneliti
Minulya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
keluarganya itu sangat penting. Pelayanan Gereja bagi orang sakit itu
terakhir, kunjungan kepada orang sakit dsb. Semua karya pastoral ini
dilakukan oleh Gereja dengan satu tujuan akhir yakni supaya mereka
Pastoral care untuk orang sakit terdiri dari bantuan spiritual dan
bantuan religius. Ini adalah hak dasar bagi pasien dan tugas gereja. Ini
merupakan tugas yang sangat penting dan khusus walaupun bukan hal
yang dibutuhkan itu berasal semua tenaga medis yang pada suatu titik
Apabila ini dapat dalam iman, jawaban yang menentramkan ini akan
penggembalaan yakni :
baik.
sakramen.
d. Penggembalaan adalah pelayanan penyembuhan, yaitu pelayanan
khususnya psikologi.
a. Konseling
memperoleh:
1) Perhatian (attention)
2) Dukungan (sustaining)
3) Perdamaian (reconciling)
4) Bimbingan (guilding)
6) Doa (praying)
pasien.
b. Sakramen-sakramen orang sakit yang dilakukan dalam Pastoral
orang Sakit.
sakit dengan:
1) Mempersatukan penderitaan si sakit dengan penderitaan
Gereja.
umur tua
jiwanya
c. Kontak Pribadi
1) Kunjungan pribadi
operasi.
penghiburan.
6) Mendoakan.
a. Psikologi
Seorang psikolog adalah membentuk perilaku sehat secara
b. Rohaniawan
ketenangan.
c. Pekerja sosial
a. Fungsi Membimbing
membutuhkan pemecahan.
b. Fungsi Mendamaikan atau Memperbaiki Hubungan
yang bijaksana.
yang dikasihi, dukacita) dan seringkali pada saat itu kita tidak
penderitaan mereka.
d. Fungsi Menyembuhkan
disfungsi tubuh kita. Ketika kita cemas, takut, gelisah, hal itu
perut, dada sesak, dan sebagainya. Pada saat itu hal yang dianggap
e. Fungsi Mengasuh
f. Fungsi Mengutuhkan
Allah).
a. Pasien
Menyiapkan pasien untuk memperoleh ketenangan batin
b. Keluarga
berikut ini:
1) Ketakutan dan kesendirian berhadapan dengan sakit dan
sendirian.
itu juga terjadi. Situasi macam ini biasanya akan terjadi kepada
dengan sakit.
2.1.1.6 Dimensi pelayanan Pastoral care
mereka yang sakit dan keluarganya. Dalam kerangka pastoral ini ada
c. Pendampingan dan pastoral bagi seluruh staf rumah sakit agar visi
dan misi rumah sakit Katolik tetap terjaga dan juga agar mereka
2.1.2 Kecemasan
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
stimulus.
a. Kecemasan Ringan
pertumbuhan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
c. Kecemasan Berat
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
d. Panik
dan kematian.
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
mana derajat kecemasan ringan, sedang, berat, dan panik. Alat ukur
(HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-
yang artinya
Nilai 3 = gejala berat (lebih dari dua tau tiga gejala yang muncul)
1) Firasat buruk
3) Mudah tersinggung
b. Ketegangan
1) Lesu
3) Mudah terkejut
4) Mudah menangis
5) Gemetar
6) Gelisah
c. Ketakutan
1) Pada gelap
3) Ditinggal sendiri
d. Gangguan tidur
1) Terbangun malam hari
4) Mimpi buruk
e. Gangguan kecedasan
1) Sukar konsentrasi
1) Hilangnya minat
3) Sedih
2) Kaku
3) Kedutan otot
4) Gigi gemerutuk
2) Penglihatan kabur
2) Berdebar- debar
3) Nyeri di dada
2) Rasa tercekik
1) Sulit menelan
2) Perut melilit
3) Gangguan pencernaan
7) Mual
8) Muntah
13) Impotensi
m. Gejala autonom
1) Mulut kering
2) Muka merah
3) Mudah berkeringat
4) Kepala pusing
1) Gelisah
2) Tidak tenang
3) Jari gemetar
4) Kerut kening
5) Muka tegang
8) Muka merah
sangat jelas dari kondisi fisiknya yaitu dilihat dari pola nafasnya yang
air kecil dan buang air besar. Perasaan ini disertai perasaaan ingin
Sundeen, 1998).
dan kelenjar tubuh. Pada saat pikiran dijangkiti rasa takut, sistem
1998).
dirasakan.
dua faktor:
1) Faktor eksternal
pada individu.
2) Faktor internal
perasaan cemasnya.
dilewati individu.
suportif.
a. Psikoterapi
b. Farmakoterapi
2.2.Keaslian Penelitian
Tabel 2.1
Keaslian Penelitian
Judul Metode yang
Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian digunakan
Wulandari tentang Music klasik terdapat perbedaan yang
Meikawati perbedaan sangat signifikan antara
tingkat tingkat kecemasan sebelum
kecemasan dan sesudah dengan nilai P
pada pasien > 0,05.
Pre Operasi
Sofiyan perbedaan dengan Terdapat perbedaan bahwa
Hadi tingkat pastoral care pasien merasa aman dan
kecemasan tenang ketika megalami
pada pasien pendampingan baik secara
Pre Operasi batiniah maupun jiwa
2.3.Kerangka Teori
Keterangan :
: Penanganan
2.4.Kerangka Konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
01 02
dan post test(T). Sebuah desain kuasi-eksperimen dengan kelompok kontrol pre-test-
post-test non-setara digunakan untuk membandingkan hasil bagi intervensi
Kontrol
Pembanding
Keterangan:
prevalensi penyakit dan sekaligus dengan prevalensi penyebab atau faktor risiko.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati hubungan antara faktor risiko terhadap
akibat yang terjadi dalam bentuk penyakit atau keadaan (status) kesehatan
tertentu dalam waktu yang bersamaan (Noor, 2008). Cross sectional adalah suatu
sekaligus pada suatu saat (point time approach). Desain penelitian cross sectional
dalam hal waktu dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Disamping itu dalam
waktu yang bersamaan dapat mengumpulkan banyak variabel, baik variabel
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling yaitu populasi yang
adalah semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
(Saryono, 2011).
2008).
3.4.1 Tempat
Minulya. Alasan memilih tempat ini karena, dirumah sakit ini ada pelayanan
Pastoral care.
3.4.2 Waktu
dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel
operasional yang diukur secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena
jenis data
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Skala Prengukuran Variabel
Rating Scale (HRS-A) pada pasien menjelang operasi dan skala HRS-A
kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya
Nilai 3 = gejala berat (lebih dari dua atau tiga gejala yang muncul)
Pastoral care.
pasien, ruangan suster dan tempat lain seperti taman) dengan durasi
care .
teruji kemampuannya dalam mendapatkan data yang tepat dan akurat. Untuk
menguji ketepatan dan keakuratan instrumen maka dilakukan uji validitas dan
M p Mt p
γ pbi
St q
Keterangan:
q = 1-p
2. Mencari nilai t hitung
r
t hitung
1 r2
N 2
Keterangan:
N = Jumlah sampel
a. Jika t hitung positif dan t hitung > t tabel, maka butir soal
valid.
b. Jika t hitung negatif dan t hitung < t tabel, maka butir soal
tidak valid.
3.7.2 Uji reliabilitas
sudah dapat dipercaya atau yang reliabel akan menghasilkan data yang
n M n M
KR-21 : r11 =
n 1 nS t
Keterangan:
M = Skor rata-rata
≥ 0,6.
diolah terlebih dahulu. Tujuan dari pengolahan data tersebut adalah untuk
1. Editing
dilakukan ditempat pengumpulan data, sehingga jika ada data yang kurang
2. Coding
dalam lembaran tabel kerja. Data hasil penelitian akan diberi tanda atau
Tetap 2
Meningkat 3
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dan terikat
dengan pengendalian.
Tabel 3.2
Analisa data
No Tindakan Uji
1. Informed Consent
namanya dalam lembar pengumpulan data, namun cukup diberi kode pada
3. Confidentality ( Kerahasiaan )
Hasil pengumpulan data primer yang diperoleh dari responden atau sampel
berjumlah 20 orang. Responden berasal dari pasien preoperasi di rumah sakit Brayat
operasi, dan dilanjutkan 3-4 jam menjelang operasi. Penelitian dilakukan dengan
21-40 tahun 15 75 %
41–60 tahun
5 25 %
dengan jenis kelamin laki- laki lebih banyak yaitu sebesar 70 % sebanyak 14
responden.
4.1.3 Tingkat kecemasan pada responden sebelum operasi tanpa pastoral Care
0.034 yang nilai α > 0.05, yang artinya bahwa tidak terdapat perbedaan antara
4.1.4 . Tingkat kecemasan pada responden sebelum operasi dengan pastoral care
Tingkat Kecemasan
B Frekuensi Prosentase Total P
sebelum Operasi
Ringan 2 20% 0,009
e
Sedang 6 60%
r
Berat 2 20%
d Berat Sekali 0 0%
asBerdasarkan tabel 4.1.4 hasil uji Marginal homogeneity test pada pasien
Tabel 4.2 Distribusi Perbedaan tingkat kecemasan pada pasien sebelum operasi
sebelum dan sesudah dilakukan pastoral care
Berdasarkan table 4.2 hasil uji fisher test menunjukkan bahwa nilai significant
0.001 yang nilai α < 0.05, yang artinya bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan
antara pasien pre-operasi dengan perlakuan dan pasien pre-operasi tanpa perlakuan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Pastoral care dengan tingkat
kecemasan.
BAB V
PEMBAHASAN
yang berarti 25 % dari keseluruhan jumlah responden . Ada beberapa faktor yang
didalam faktor internal seperti usia, jenis kelamin tingkat pengetahuan, tipe
kepribadian dan lingkungan dan situasi. Tetapi yang ditemukan dalam penelitian
ini adalah usia dan jenis kelamin. Dalam penelitian ini terdapat beberapa
kesamaan dan juga perbedaaan dengan teori kecemasan, seperti hasil yang telah
dijabarkan diatas dalam tabel tingkat kecemasan berdasarkan usia dan jenis
kelamin.
Pada teori kecemasan dituliskan bahwa pada faktor usia, orang muda
lebih mudah mengalami kecemasan dari pada orang tua, seperti inilah yang
ditemukan dalam penelitian ini. bahwa jumlah responden dengan usia 21-40
Sedangkan menurut jenis kelamin jumlah responden dengan jenis kelamin laki-
cemas daripada laki- laki,namun dalam penelitian ini menunjukan bahwa jumlah
responden dengan Jenis kelamin laki - laki lebih banyak yaitu sebesar 70 %
jumlah responden pria dan wanita tidak seimbang, dimana dari 20 responden
wanita sebanyak 6 orang dan pria sebanyak 14 orang. Ini adalah salah satu
dimulai. Tetapi secara garis besar dari penelitian ini menunjukan bahwa pria
dan wanita mengalami tingkat kecemasan yang hampir sama yakni pria pada
tingkat cemas berat sekali dan wanita pada tingkat cemas berat. Berdasarkan atas
hasil uji Marginal homogeneity test pada pasien pre-Operasi tanpa perlakuan
menunjukkan bahwa nilai significant 0.034 yang nilai α > 0.05, yang artinya
bahwa tidak terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum operasi dan
5.2. Tingkat kecemasan pada responden sebelum operasi tanpa pastoral Care.
Dari hasil uji Marginal homogeneity test pada pasien pre-Operasi tanpa
perlakuan menunjukkan bahwa nilai significant 0.034 yang nilai α > 0.05, yang
operasi dan menjelang operasi Pada kelompok tanpa pastoral care. Tindakan
asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa
mudah menangis dan tidur tidak nyenyak. Kecemasan pasien pre operatif
reaksi dari kecemasan berupa reaksi psikologis yang ditandai dengan rasa takut,
tegang, gelisah, dana adannya reaksi fisiologis berupa keringat dingin, tekanan
tindakan yang cepat untuk mengatasinya agar tidak terjadi peningkatan tekanan
darah sehingga program operasi tetap dijalankan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
5.3. Tingkat kecemasan pada responden sebelum operasi dengan pastoral care.
Dan untuk hasil uji Marginal homogeneity test pada pasien pre-operasi
dengan perlakuan menunjukkan bahwa nilai significant 0.009 yang nilai α <
0.05, yang artinya bahwa terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum
dan sesudah pastoral care. Perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
pastoral care pada pasien preoprasi dengan perlakuan dan perbedaan kecemasan
Homogeneity test dan uji alternatif Fisher yang didapatkan hasil bahwa p value
0,193 sehingga p value lebih besar daripada 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak.
5.4. Perbedaan tingkat kecemasan pada pasien sebelum operasi dengan dan
signifikan antara tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebelum dan sesudah
perlakuan didapatkan hasil bahwa p value 0,26 sehingga p value lebih kecil dari
signifikan antara tingkat kecemasan pada pasien pre operasi tanpa perlakuan
didapatkan hasil bahwa p value 0,082 sehingga p value lebih besar daripada 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Maka tidak ada perbedaan yang signifikan
antara tingkat kecemasan pada pasien pre operasi dengan dan tanpa perlakuan.
berbagai cara seperti beberapa penelitian terdahulu yang sudah dibuktikan yaitu,
Pastoral care
yang dimaksud identik dengan pelayanan rohani kepada pasien. Hal ini menjadi
terlayani aspek rohaninya maka akan terjadi keseimbangan dalam hidup dan
jelas bahwa Pastoral Care merupakan pelayanan yang penuh kasih kepada
semua orang tanpa memandang suku ras dan agama. Yang berhak mendapat
sakramen pengurapan orang sakit bagi yang Bergama kaolik ini biasanya
pasien. Dan agama lain diberi pelayanan non sakramental, yaitu sharing bersama
secara khatolik, begitu juga agama Kristen tetapi tidak diberi sakrament, dengan
tujuan dan pengerteian pelayanan pastoral care yang holistik pada semua orang
efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan sebelum operasi. Pada pasien pre-
operasi dengan perlakuan atau pastoral care hasil uji Marginal homogeneity test
untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah Pastoral care,
ada significant yang ditunjukkan dengan nilai α < 0.05, yaitu 0.082 artinya ada
hubungan pastoral care dengan tingkat kecemasan, karena dala uji ini ada
Pada pasien pre-operasi tanpa perlakuan atau pastoral care hasil uji
operasi dan menjelang operasi, tidak ada significant ditunjukkan dengan nilaiα >
0,05, yaitu 0,034. Artinya pada responden tanpa perlakuan tingkat kecemasan,
semakin meningkat.
pastoral care dan kelompok tanpa pastorals care dapat dilihat dari hasil uji
Fisher test menunjukkan bahwa nilai significant 0.001 nilai α<0.05, yang artinya
bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pasien pre operasi dengan
perlakuan dan pasien operasi tanpa perlakuan. Dari hasil kedua kelompok ini,
Maka pasien pre-operasi harus didampingi dengan berbagai cara untuk mengatasi
kecemasan, pada kedua kelompok yaitu sebelum dan sesudah pastoral care dan
pasien tanpa perlakuan, hasil ini menandakan bahwa setiap orang pasti
membutuhkan ketenangan dan dukungan yang positif dari orang lain baik berupa
moral maupun spiritual seperti Pastoral care yang menjadi salah satu teknik juga
membuat rileks, nyaman, tenang, damai, berani pasrah dan tegar untuk
Penelitian ini mengambil dari salah satu manfaat pastoral care yaitu
selama 2x atau 3x bahkan 4x sebelum 2 atau 1 hari operasi, dengan waktu yang
menit tetapi ada juga yang lebih sampai 45 menit dan juga ada yang sampai 1
jam, dan Pada saat menjelang operasi diberikan pendampingan 3-4 jam sebelum
operasi.Kebutuhan waktu untuk pastoral care pada kelompok perlakuan sulit
pendampingan lebih dari yang ditarketkan. Pastoral care menjadi salah satu
teknik yang dibutuhkan oleh pasien, dan ini tidak hanya pada agama khatolik
tetapi juga beberapa semua agama dengan pendampingan yang diberikan seperti
sharing bersama, bahkan dari agama lain pun menghendaki doa-doa sesuai
care sangat dibutuhkan bukan hanya dengan ritus secara khatolik, tetapi
pelayanan secara kahtolik juga dapat diterima dalam agama lain, yang penting
Teknik pastoral care ini dapat diaplikasikan pada populasi yang lebih
luas, misalnya pada RS lain selain Rumah sakit BrayatMinulya Surakarta pada
pasien yang mengalami kecemasan baik cemas ringan, cemas sedang, maupun
cemas berat sebelum operasi tidak hanya pada responden, melainkan pada
PENUTUP
6.1.Kesimpulan
%.
care yaitu didapatkan cemas ringan tidak ada, cemas sedang ada 2 pasien (20
%), cemas berat 1 orang (10%) dan cemas berat sekali 7 orang (70%).
c. Tingkat kecemasan pre operasi sesudah pastoral care yaitu didapatkan cemas
ringan 2 orang (20%), cemas sedang 6 orang (60%), cemas berat 2 (20%)
d. Perbedaan tingkat kecemasan pre operasi sebelum dan sesudah pastoral care
tingkat kecemasan menjelang operasi yang dirasakan oleh para pasien yaitu
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan data primer yang diperoleh dari responden atau sampel
berjumlah 20 orang. Responden berasal dari pasien preoperasi di rumah sakit Brayat
Minulya Surakarta. Responden sebanyak 20 orang adalah mereka yang mengalami
kecemasan sebelum operasi dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Pengambilan sampel berdasarkan metode total sampling.
Penelitian ini menghabiskan waktu 1 bulan, untuk mencari responden dan
menunggu responden yang akan operasi. Penelitian dilakukan 2 hari menjelang
operasi, dan dilanjutkan 3-4 jam menjelang operasi. Penelitian dilakukan dengan
membagi 20 responden menjadi 2 kelompok eksperiment dan kontrol, masing-
masing kelompok terdiri dari 10 orang.
21-40 tahun 15 75 %
41–60 tahun
5 25 %
Laki – laki 14 70 %
Perempuan 6 30 %
4.1.3 Tingkat kecemasan pada responden sebelum operasi tanpa pastoral Care
Sedang 2 20 %
Berat 1 10 %
Berat Sekali 7 70 %
4.1.4 . Tingkat kecemasan pada responden sebelum operasi dengan pastoral care
Tabel 4.1.4 Distribusi Tingkat kecemasan pada responden sebelum operasi
dengan Pastoral Care
Tabel 4.2 Distribusi Perbedaan tingkat kecemasan pada pasien sebelum operasi
sebelum dan sesudah dilakukan pastoral care
Berdasarkan table 4.2 hasil uji fisher test menunjukkan bahwa nilai significant
0.001 yang nilai α < 0.05, yang artinya bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan
antara pasien pre-operasi dengan perlakuan dan pasien pre-operasi tanpa perlakuan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Pastoral care dengan tingkat
kecemasan.
BAB V
PEMBAHASAN
didalam faktor internal seperti usia, jenis kelamin tingkat pengetahuan, tipe
kepribadian dan lingkungan dan situasi. Tetapi yang ditemukan dalam penelitian ini
adalah usia dan jenis kelamin. Dalam penelitian ini terdapat beberapa kesamaan dan
juga perbedaaan dengan teori kecemasan, seperti hasil yang telah dijabarkan diatas
mudah mengalami kecemasan dari pada orang tua, seperti inilah yang ditemukan
dalam penelitian ini. bahwa jumlah responden dengan usia 21-40 tahun mencapai 75
orang yang berarti 25 % dari keseluruhan jumlah. Sedangkan menurut jenis kelamin
jumlah responden dengan jenis kelamin laki- laki lebih banyak yaitu sebesar 70 %
faktor jenis kelamin bahwa wanita lebih mudah mengalami cemas dari pada kaum
laki - laki, dan dalam penelitian ini tidak ditemukan demikian,perempuan lebih
banyak mengalami cemas daripada laki- laki,namun dalam penelitian ini menunjukan
bahwa jumlah responden dengan Jenis kelamin laki - laki lebih banyak yaitu sebesar
karena jumlah responden pria dan wanita tidak seimbang, dimana dari 20 responden
wanita sebanyak 6 orang dan pria sebanyak 14 orang. Ini adalah salah satu
dimulai. Tetapi secara garis besar dari penelitian ini menunjukan bahwa pria dan
wanita mengalami tingkat kecemasan yang hampir sama yakni pria pada tingkat
cemas berat sekali dan wanita pada tingkat cemas berat. Berdasarkan atas hasil uji
bahwa nilai significant 0.034 yang nilai α > 0.05, yang artinya bahwa tidak terdapat
perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum operasi dan menjelang operasi pada
5.2. Tingkat kecemasan pada responden sebelum operasi tanpa pastoral Care.
Dari hasil uji Marginal homogeneity test pada pasien pre-Operasi tanpa
perlakuan menunjukkan bahwa nilai significant 0.034 yang nilai α > 0.05, yang
artinya bahwa tidak terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum operasi
dan menjelang operasi Pada kelompok tanpa pastoral care. Tindakan operasi atau
biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani
pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur pembedahan dan
tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah menangis dan tidur tidak nyenyak.
Kecemasan pasien pre operatif disebabkan berbagai faktor, seperti kurang informasi,
preoperatif. Adapun reaksi dari kecemasan berupa reaksi psikologis yang ditandai
dengan rasa takut, tegang, gelisah, dana adannya reaksi fisiologis berupa keringat
memerlukan tindakan yang cepat untuk mengatasinya agar tidak terjadi peningkatan
tekanan darah sehingga program operasi tetap dijalankan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
5.3. Tingkat kecemasan pada responden sebelum operasi dengan pastoral care.
Dan untuk hasil uji Marginal homogeneity test pada pasien pre-operasi
dengan perlakuan menunjukkan bahwa nilai significant 0.009 yang nilai α < 0.05,
yang artinya bahwa terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum dan
sesudah pastoral care. Perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pastoral
care pada pasien preoprasi dengan perlakuan dan perbedaan kecemasan pada pasien
dan uji alternatif Fisher yang didapatkan hasil bahwa p value 0,193 sehingga p value
5.4. Perbedaan tingkat kecemasan pada pasien sebelum operasi dengan dan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebelum dan sesudah perlakuan
didapatkan hasil bahwa p value 0,26 sehingga p value lebih kecil dari pada 0,05 maka
kecemasan pada pasien pre operasi tanpa perlakuan didapatkan hasil bahwa p value
0,082 sehingga p value lebih besar daripada 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi dengan dan tanpa perlakuan. Tingkat kecemasan yang dirasakan responden
dapat diminimalkan dengan berbagai cara seperti beberapa penelitian terdahulu yang
dimaksud identik dengan pelayanan rohani kepada pasien. Hal ini menjadi penting
batin (inner-healing), serta doa (praying). Apabila pasien terlayani aspek rohaninya
maka akan terjadi keseimbangan dalam hidup dan berdampak positif untuk menjalani
Dalam penelitian ini pendampingan Pastoral Care sangat terlihat dengan jelas
bahwa Pastoral Care merupakan pelayanan yang penuh kasih kepada semua orang
tanpa memandang suku ras dan agama. Yang berhak mendapat sakramen pengurapan
orang sakit bagi yang Bergama kaolik ini biasanya dilaksanakan sebelum Operasi
dengan urutan sebagai berikut: Pelayanan sakramental dengan cara tim kesehatan RS
menyampaikan informasi kepada tim Pastoral care Rumah sakit, petugas pastoral
mempersiapakan pasien dan keluarga dan memulai ibadat/ memberi sakramen sesuai
dengan kebutuhan pasien. Dan agama lain diberi pelayanan non sakramental, yaitu
dialami terlabih keceamasan, ketakutan dalam menghadapi operasi, tetapi ada juga
secara khatolik, begitu juga agama Kristen tetapi tidak diberi sakrament, dengan
secara khatolik. Juga memenuhi permintaan pasien untuk didampingi kedua kalinya
sampai 3 x.Pengalaman ini juga memberikan dukungan pada tujuan dan pengerteian
pelayanan pastoral care yang holistik pada semua orang tanpa memandang suku dan
agama.
dengan perlakuan atau pastoral care hasil uji Marginal homogeneity test untuk
melihat perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah Pastoral care, ada
significant yang ditunjukkan dengan nilai α < 0.05, yaitu 0.082 artinya ada hubungan
pastoral care dengan tingkat kecemasan, karena dala uji ini ada perbedaan sebelum
Pada pasien pre-operasi tanpa perlakuan atau pastoral care hasil uji Marginal
homogeneity test untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan sebelum operasi dan
menjelang operasi, tidak ada significant ditunjukkan dengan nilaiα > 0,05, yaitu
meningkat.
Untuk melihat perbedaan dan perubahan tingkat kecemasan kelompok
pastoral care dan kelompok tanpa pastorals care dapat dilihat dari hasil uji Fisher
test menunjukkan bahwa nilai significant 0.001 nilai α<0.05, yang artinya bahwa
terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pasien pre operasi dengan perlakuan dan
pasien operasi tanpa perlakuan. Dari hasil kedua kelompok ini, Maka pasien pre-
operasi harus didampingi dengan berbagai cara untuk mengatasi kecemasan pasien
sebelum operasi.
pada kedua kelompok yaitu sebelum dan sesudah pastoral care dan tanpa pastoral
dengan perlakuan dan peningkatan kecemasan pada pasien tanpa perlakuan, hasil ini
menandakan bahwa setiap orang pasti membutuhkan ketenangan dan dukungan yang
positif dari orang lain baik berupa moral maupun spiritual seperti Pastoral care yang
menjadi salah satu teknik juga yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat
keunggulan antara lain membuat rileks, nyaman, tenang, damai, berani pasrah dan
Penelitian ini mengambil dari salah satu manfaat pastoral care yaitu
sesuai dengan kebutuhan responden, ada yang membutuhkan waktu 30 menit tetapi
ada juga yang lebih sampai 45 menit dan juga ada yang sampai 1 jam, dan Pada saat
waktu untuk pastoral care pada kelompok perlakuan sulit diprediksi karena
kebutuhan tiap responden untuk didampingi sangat berbeda, maka waktu tidak bisa
responden tanpa paksaan apapun, menghargai hak responden, untuk menerima atau
ini, pada responden tertentu membutuhkan pendampingan lebih dari yang ditarketkan.
Pastoral care menjadi salah satu teknik yang dibutuhkan oleh pasien, dan ini tidak
hanya pada agama khatolik tetapi juga beberapa semua agama dengan pendampingan
yang diberikan seperti sharing bersama, bahkan dari agama lain pun menghendaki
bahwa pastoral care sangat dibutuhkan bukan hanya dengan ritus secara khatolik,
tetapi pelayanan secara kahtolik juga dapat diterima dalam agama lain, yang penting
adalah kehadiran seseorang sebagai sahabat dan keluarga yang selalu memberikan
Teknik pastoral care ini dapat diaplikasikan pada populasi yang lebih luas,
misalnya pada RS lain selain Rumah sakit BrayatMinulya Surakarta pada pasien
yang mengalami kecemasan baik cemas ringan, cemas sedang, maupun cemas berat
sebelum operasi tidak hanya pada responden, melainkan pada pasien lainnya dengan
PENUTUP
6.2.Kesimpulan
%.
care yaitu didapatkan cemas ringan tidak ada, cemas sedang ada 2 pasien (20
%), cemas berat 1 orang (10%) dan cemas berat sekali 7 orang (70%).
g. Tingkat kecemasan pre operasi sesudah pastoral care yaitu didapatkan cemas
ringan 2 orang (20%), cemas sedang 6 orang (60%), cemas berat 2 (20%)
h. Perbedaan tingkat kecemasan pre operasi sebelum dan sesudah pastoral care
6.2. Saran
tingkat kecemasan menjelang operasi yang dirasakan oleh para pasien yaitu
Beek Aart Van, (2007). “Pendampingan Pastoral”. PT. BPK Gunung Mulya.
Cetakan Ke-3. Jakarta.
JOHN PAUL II, (tanggal 14 September 1987). “To the Catholic health
organizations of the United States of America”, dalam Insegnamenti
X/3 [1987] 502-503, n. 3) “Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera
Utara”, Volume 1, (Mei 2005).
Long B.C. (1996). “Perawatan Medical Bedah, suatu Pendekatan
Proses Keperawatan 2”, Yayasan IAPK Padjajaran Bandung.
JOHN PAUL II, “To the Catholic health organizations of the United States
of America”, tanggal 14 September 1987, dalam Insegnamenti X/3
[1987] 502-503, n. 3)