BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan masyarakat modern dewasa ini, tidak mungkin dapat
dicapai tanpa kehadiran institusi pendidikan sebagai organisasi yang
menyelenggarakan pendidikan secara formal. Kegiatan pendidikan yang
berlangsung menempatkan institusi ini sebagai salah satu institusi sosial
yang tetap eksis sampai sekarang (Syaparuddin & Nasution, 2000). Proses
pendidikan yang berlangsung, mempunyai ukuran standarisasi dalam
menilai sejauh mana pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tercapai
(Tilaar, 2006). Secara umum perwujudannya berupa nilai-nilai yang
diperoleh mahasiswa melalui proses belajar mengajar (Muhari, 2002).
Mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, merupakan
salah satu substansi yang perlu diperhatikan, karena mahasiswa
merupakan penerjemah terhadap dinamika ilmu pengetahuan, dan
melaksanakan tugas mendalami ilmu pengetahuan tersebut (Harahap,
2006). Mahasiswa secara umum merupakan subjek yang memiliki potensi
untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek
dalam keseluruhan bentuk aktifitas dan kreatifitsnya. Sehingga diharapkan
mampu menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya (Baharuddin &
Makin, 2004).
Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan
tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa
waktu yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi
belajar. Sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh
mahasiswa (Sobur, 2006).
Untuk meraih prestasi akademik yang baik, banyak orang
berpendapat perlunya memiliki intelegensia yang tinggi sebagai bekal
potensial yang akan memudahkan dalam belajar, dan pada akhirnya
menghasilkan prestasi yang optimal (Kamaluddin, 2005). Dalam situasi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini
tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan ini tidak
ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional.
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif daripada
fungsi-fungsi.
Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses
pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan
disamping itu disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil
belajar. Fungsi-fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek
jasmaniah dan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian yang
jasmaniah misalnya :
a. Fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh
b. Fungsi sensoris pada alat-alat indra
c. Fungsi neurotik pada sistem saraf
d. Fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotis
e. Fungsi pernafasan pada alat pernafasan
f. Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi
g. Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan
Sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan
misalnya :
a. Fungsi perhatian
b. Fungsi pengamatan
c. Fungsi tanggapan
d. Fungsi ingatan
e. Fungsi fantasi
f. Fungsi pikiran
g. Fungsi perasaan
h. Fungsi kemauan
Setiap fungsi yang disebutkan, baik yang jasmaniah maupun
kejiwaan dapat mengalami perubahan. Perubahan pada fungsi-fungsi
5
adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-
anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya
kurang dari 20% ( keys, 1998 ). Gangguan hiperaktivitas-defisit
perhatian (ADHD / Attention Deficit-Hyperactivety) adalah gangguan
kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-anak, dimana
indensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%.
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila
dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya
atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk
memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja
adalah sdengan menggunakan teoi perkembangan. Penyimpangan dari
norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya
suatu masalah.
Gangguan spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak
meliputi redartasi mental, gangguan perkembangan, gangguan eliinasi,
gangguan perilaku disruptif, dan gangguan ansietas. Gangguan yang
terjadi pada anak-anak dan juga terjadi pada masa dewasa adalah
gangguan mood dan gangguan psikotik. Gejala-gejala gangguan jiwa
pada anak-anak atau remaja berbeda dengan orang dewasa yang
mengalami gangguan serupa.
Jenis Gangguan Jiwa Anak-anak
a. Retardasi mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan
sustandar dalam berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi
intelektual secarasignifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ
dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang ketrampilan
adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas
hidup sehari-hari, ketrampilan sosial, fungsi dalam masyarakat,
pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan
bekerja.
7
b. Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan
komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson,
1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap
orang lain, menarik diri dan berhubungan sosial, kerusakan yang
menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap
lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dangerakan tubuh
yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-
goyang, dan memukul-mukul kepala).
c. Ganguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembanga yang mengarah pada
kerusakan fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca,
aritmatika, bahasa, dan artikulasi verbal.
2. Remaja
Remaja merupakan masa transisi, suatu masa dimana periode
anak-anak sudah terlewati dan disatu sisi belum dikatakan dewasa
(Stuart and Sundeen, 2006). Steinberg (2002) menyatakan masa remaja
sebagai masa peralihan dari ketidakmatangan pada masa kanak-kanak
menuju kematangan pada masa dewasa. Ia juga menyatakan masa
remaja merupakan periode transisi yang meliputi segi-segi biologis,
fisiologis, sosial dan ekonomis yang didahului oleh perubahan fisik
(bentuk tubuh dan proporsi tubuh) maupun fungsi fisiologis
(kematangan organ-organ seksual). Lazimnya masa remaja dimulai
saat anak-anak secara seksual menjadi matang. Masa remaja
berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa
remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18
tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, dkk., 2002).
Tahap perkembangan remaja menurut Wong (2009) dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
a. Tahap remaja awal (12-15 tahun)
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
8
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir abstrak.
b. Tahap remaja tengah (15-18 tahun)
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk kencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktifitas seks.
c. Tahap remaja akhir (18-21 tahun)
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berpikir abstrak.
Perkembangan kognitif remaja
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas
untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien
mencapai puncaknya. Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget,
maka pemikiran masa remaja telah mencapai tahap pemikiran
operasional formal (formal operational thought), yakni suatu tahap
perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12
tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau
dewasa. (Mussen, dkk., 1969; dalam Desmita 2007).
Pada tahap ini remaja sudah dapat berpikir secara abstrak dan
hipotesis. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual,
serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap
operasi formal, remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks.
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir
9
3) Gangguan kecemasan
Termasuk gangguan panik, ketakutan (fobia), gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan kecemasan yang menyeluruh, gangguan
stres akut, dan gangguan stres pasca trauma. Tanda dan gejala
ketakutan (fobia) pada lansia tidak seberat daripada yang lebih
muda, tetapi efeknya sama. Gangguan kecemasan mulai muncul
pada masa remaja awal atau pertengahan, tetapi beberapa dapat
muncul pertama kali setelah usia 60 tahun. Pengobatan harus
disesuaikan dengan penderita dan harus diperhitungkan pengaruh
biopsikososial yang menghasilkan gangguan. Farmakoterapi dan
psikoterapi dibutuhkan.
4) Skizofrenia
Psikopatologi berkurang sesuai usia pasien. Tanda dan gejala,
termasuk emosi yang tumpul, penarikan diri dari kehidupan
sosial, tingkah laku yang esentrik, dan pemikiran yang tidak logis.
Delusi (waham) dan halusinasi jarang muncul. Biasanya mulai
pada masa remaja lanjut atau dewasa muda dan berlangsung
seumur hidup. Wanita lebih sering mengalami serangan
skizofrenia yang terlambat (late onset of schizophrenia) daripada
pria. Sekitar 20% orang dengan skizofrenia tidak menunjukkan
gejala aktif sampai usia 65 tahun. Lansia dengan gejala
skizofrenia berespon baik terhadap obat antipsikotik. Pengobatan
sebaiknya lebih terencana, dan dosis yang lebih rendah dari dosis
biasanya lebih efektif pada penderita lansia.
5) Gangguan waham
Dapat terjadi pada tekanan fisik atau tekanan mental dan
kemungkinan dapat dipercepat oleh kematian pasangan hidupnya,
kehilangan pekerjaan, masa pensiun, penyakit yang berat atau
riwayat operasi, penglihatan yang berkurang, dan ketulian.
Biasanya muncul diantara usia 40 dan 55 tahun. Waham dapat
dilihat dalam pelbagai bentuk, yang paling sering muncul adalah
17
BAB III
PEMBAHASAN
3. Gangguan Waham
Biasanya muncul diantara usia 40 dan 55 tahun. Waham dapat
dilihat dalam berbagai bentuk, yang paling sering muncul adalah
perasaan disiksa, dimana penderita percaya bahwa dirinya diawasi,
diikuti, dan diracuni. Etiologi, mungkin akibat dari pengobatan
yang diresepkan atau tanda-tanda awal dari tumor otak.
4. Skizofrenia
Sekitar 20% orang dengan skizofrenia tidak menunjukkan gejala
aktif sampai usia 65 tahun. Lansia dengan gejala skizofrenia
berespon baik terhadap obat antipsikotik. Pengobatan sebaiknya
lebih terencana, dan dosis yang lebih rendah dari dosis biasanya
lebih efektif pada penderita lansia.
5. Gangguan Demensia
Perubahan khas pada demensia terjadi pada kognisi, memori,
bahasa, dan kemampuan visuospasial, tapi gangguan perilaku juga
sering ditemui, termasuk agitasi, restlessness, wandering,
kemarahan, kekerasan, suka berteriak, impulsif, gangguan tidur,
dan waham.
B. Strategi Pemecahan Masalah
Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang
berusia lanjut dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan Kesahatan Lansia ( fisik) :
Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya
tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan
memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari
penyakit yang diderita.
Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,
misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung
serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur
dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif,
dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan
dapat menyebabkan penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis
pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan komplusif, atau kedua-duanya,
harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan
obsesif-kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi
tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan beik apabila kehidupan sosial
dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik.
Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti died dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia.
Menurut "The national Old People's Welfare Council" Di Inggris
mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada
12 macam, yakni (Nugroho, 2000: 42):
1. Depresi mental
2. Gangguan pendengaran
3. Bronkitis kronis
4. Gangguan pada tungkai / sikap berjalan
5. Gangguan pada koksa / sendi panggul
27
6. Anemia
7. Demensia
B. Saran
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan
jiwa sebagai bekal ketika praktek belajar lapangan jiwa (PBL Jiwa) di
rumah sakit jiwa, dan mampu melakukannya secara komperhensif dan
sesuai teori.
28
DAFTAR PUSTAKA