Anda di halaman 1dari 3

Kelebihan Orde Baru

1. Apa-Apa Murah

Apa yang bisa kita beli dengan uang Rp 50 ribu sekarang ini? Tak banyak. Bahkan beli pulsa atau
paket internet saja rasanya masih kurang. Dibelanjakan untuk urusan rumah tangga uang Rp 50 ribu
juga tak banyak nilainya sekarang. Dibandingkan dulu, dengan sejumlah uang ini kita bisa membeli
apa pun. Mulai kebutuhan sebulan ke depan sampai cicilan mobil atau rumah.

Tak hanya harga-harga barang, biaya pendidikan juga sangat murah. Dulu sekolah-sekolah
mematok tarif yang sangat terjangkau, bahkan sampai tingkat universitas. Mungkin yang lahir tahun
90an ke bawah merasakan enaknya bayar SPPcuma Rp 1.000 atau Rp 2.000 saja. Kalau dibandingkan
dengan hari ini tentu sangat jauh. Tak perlu bicara biaya kuliah, taman kanak-kanak saja sudah
dipatok ratusan ribu rupiah, apalagi yang labelnya ‘standar internasional’.

Biaya berobat juga sangat terjangkau. Rumah sakit mematok biaya yang murah, dan untuk
PNS, TNI, dan Polri biasanya juga ada semacam kartu asuransi kesehatan sehingga bisa gratis
berobat. Makanya orang dulu sehat-sehat karena tidak ngenes memikirkan biaya yang bakal
dikeluarkan nantinya.

2. Lapangan Pekerjaan Sangat Mudah

Lulus kuliah mungkin membanggakan namun juga dilematis. Terutama dilihat dari fakta
kalau pekerjaan makin susah saat ini dan saingan terlampau banyak. Apresiasi terhadap jejang
pendidikan saat ini juga makin rendah. Kini lulusan SMA dan SMK sudah jelas apa akan jadi
pekerjaan mereka. Lulusan bangku kuliah pun juga belum pasti dapat posisi bagus di perusahaan.

Hal ini begitu terbalik dengan masa-masa Soeharto dulu. Di zaman dulu mencari kerja sama
mudahnya seperti ikan di kolam. Pasti dapat dan kita bisa memilih mau menerima yang mana.
Pembangunan di masa orde baru memang tengah pesat-pesatnya, belum lagi mulai banyak berdiri
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan karyawan.

Soal apresiasi pendidikan terhadap pekerjaan dulu juga sangat berbeda. Dulu lulusan SMA
pun sudah masuk kualifikasi sebagai PNS, bahkan di perusahaan bisa jadi mandor atau setingkat
kepala. Lulusan perguruan bahkan sudah jadi dosen dan pengajar pendidikan tinggi. Kenyataan
seperti ini takkan kita temui hari ini.

3. Dolar Seharga Rp 378

Nilai tukar dolar hari ini adalah sekitar Rp 13.600, angka ini sudah lumayan bagus dari pada
beberapa waktu lalu yang pernah mencapai Rp 14 ribuan. Dampak naiknya nilai dolar ini pun
berimbas secara langsung kepada perekonomian rakyat. Salah satunya membuat harga-harga barang
naik dengan cukup drastis. Jika dibandingkan dengan zaman Soeharto tentu saja angka ini bisa
dibilang gila.

Bagaimana tidak, dulu dolar hanya senilai Rp 378 saja pada tahun 1971. Dampaknya seperti
yang diungkapkan di atas. Apa-apa murah dan sangat terjangkau. Angka Rp 378 ini kemudian makin
naik tiap tahunnya, hingga pada 1997 nilainya menjadi R 2.500. Dulu nilai ini termasuk sangat tinggi
namun lagi-lagi rakyat tidak begitu merasakan dampaknya.

Sepeninggal Soeharto di tahun 1998 dolar pun melesat dengan cepat. Mulai dari peningkatan
hingga Rp 5 ribu, sampai pernah menembus angka Rp 16.800 di masa Presiden Habibie. Namun
berhasil diupayakan hingga di masa akhir jabatannya bisa ditekan menjadi Rp 7000 saja.
4. Sangat Aman dan Nyaman

Kriminalisme di era sekarang ini sudah sangat miris. Bahkan tak sekedar mencuri atau
merampok, para kriminal juga tak segan memperkosa dan membunuh bocah. Seperti kasus Angeline
dan juga Neng. Sekarang orang sudah tidak takut lagi melakukan kejahatan. Paling hanya dihukum
penjara beberapa tahun. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan zaman Soeharto dulu.

Masih ingat petrus? Ya, ini adalah salah satu cara Soeharto untuk memberantas kejahatan.
Teringat dulu banyak cerita orang-orang yang pernah menjumpai mayat-mayat di sungai-sungai atau
jalan. Setelah diidentifikasi ternyata si mayat ini pernah melakukan kejahatan, entah mencuri,
merampok, begal dan sejenisnya. Hal ini pun sangat efektif menekan angka kejahatan ke level yang
sangat rendah.

Soal kerukunan umat beragama juga jadi hal yang sepertinya cuma terjadi di zaman Soeharto.
Dulu masyarakat begitu rukun hidup bertetangga antara satu dan lainnya. TNI dan rakyat juga sangat
berbaur untuk menciptakan lingkungan kondusif. Benar-benar sangat nyaman dan aman.

5. Bidang Olahraga Indonesia di Masa Keemasannya

Tak cuma bidang sosial politik yang bisa kita banggakan dari masa pemerintahan Soeharto.
Olahraga pun demikian pula. Dibandingkan sebelum atau sesudahnya, di era Soeharto olahraga kita
berada pada masa keemasannya. Ada begitu banyak prestasi yang tercipta saat itu dan bikin bangga
rakyat Indonesia.

Misalnya saja prestasi Rudy Hartono yang menjadi juara dunia All England selama 7 kali
berturut-turut. Piala Thomas juga jadi langganan kita meskipun China ikut bertanding. Belum lagi
prestasi atlit kita di SEA Games 1977 yang merobohkan dominasi Thailand kala itu. Serta yang paling
fenomenal adalah raihan emas Susi Susanty dan Alan Budi Kusuma yang bikin rakyat Indonesia
bangga dan haru. Di ranah sepak bola tak kalah apik. Termasuk prestasi Timnas yang melejit.

Dibandingkan dengan saat ini tentu sangat jauh. Mulai dari sepak bola dalam negeri yang tak
jelas nasibnya, sampai perwakilan kita yang terus menerus dikalahkan dalam berbagai ajang.
Sehingga tak salah jika banyak orang yang mengatakan zaman Soeharto olahraga Indonesia menggila.

Sudah 7 tahun berlalu sejak kematian sang mantan presiden di tahun 2008 lalu. Meskipun
katanya penuh dengan kontroversi selama hidupnya, namun Soeharto adalah alasan kenapa kita
pernah hidup dengan sangat nyaman. Jasa-jasanya akan selalu dikenang banyak orang dan sepertinya
tak ada salahnya untuk menjulukinya sebagai salah satu presiden terbaik yang pernah kita miliki

Kelemahan Orde Baru


1. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
2. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan
antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar
disedot ke pusat
3. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan,
terutama di Aceh dan Papua
4. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh
tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
5. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya
dan si miskin)
6. Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)
7. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
8. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel
9. Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program
“Penembakan Misterius”
10. Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
11. Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang,
hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif negara pasti
hancur.
12. Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang
memperhatikan kesejahteraan anak buah.
13. Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset kekayaaan negara dipegang
oleh swasta

Kelemahan Orde Lama

 Sistem demokrasi terpimpin


 Situasi politik yang tidak stabil terlihat dari banyaknya pergantian kabinet yang mencapai
7 pergantian kabinet yaitu:
1950-1951-Kabinet Natsir
1951-1952-Kabinet Sukiman-Suwirjo
1952-1953-Kabinet Wilopo
1953-1955-Kabinet Ali Sastroamidjojo I
1955-1956-Kabinet Burhanuddin Harahap
1956-1957-Kabinet Ali Sastroamidjojo II
1957-1959-Kabinet Djuanda
 Pertentangan ideologi antara nasionalis, agama dan komunis (NASAKOM)
 Tidak adanya kesepakatan antara Dewan Konstituante dan DPR untuk memutuskan
apakah akan diberlakukan UUD yang baru atau kembali menggunakan UUD 1945
 Terjadinya inflasi yang mengakibatkan harga kebutuhan pokok menjadi tinggi
 Membubarkan DPR oleh presiden (soekarno)

Anda mungkin juga menyukai