Anda di halaman 1dari 13

TUGAS GENESA BAHAN

GALIAN DAN BATU


BARA

Oleh:

Nama: STEVEN MASU


Nim : 1406100005

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2016
BENTONIT

1.1 PENDAHULUAN
Berbagai jenis sumber daya mineral dapat digolongkan berdasarkan kegunaannya.
Pertama adalah unsur-unsur kimia yang berguna karena sifat logamnya, antara lain besi,
alumunium, mangan, titanium, tembaga, timah hitam, dan seng. Kedua adalah bahan-
bahan bukan logam antara lain natrium klorida, kalsium fosfat, belerang, pasir, batu, batu
bara, minyak tanah, gas bumi, dan air.
Sumber daya mineral memiliki dua pengertian. Pertama, sebagai salah satu
komponen sumber daya alam yang sehari-hari dikenal sebagai bahan tambang atau bahan
galian, mamiliki kemampuan untuk menunjang berbagai aspek kehidupan secara alami
serta untuk keperluan berbagai bahan baku industri. Kedua, sebagai bahan galian yang
terdiri dari bebatuan, kelompok mineral, atau individu, sedangkan untuk memperolehnya
diperlukan teknolgi pencarian dan pengelolaan.
Mineral merupakan bahan pembentuk batuan yang tersusun oleh ikatan dari satu
atau lebih unsur bukan logam dan atau melalui berbagai proses kimiawi dan fisika yang
secara alami seiring dengan peristiwa geologi. Peristiwa yang berkaitan dengan
pembentukan mineral dan bebatuan adalah magnetik kegunungapian, seimentasi, serta
kegiatan karena perubahan kondisi lingkungan (proses metamorfik).
Mineral dan bebatuan pada umumnya bersifat padat, kecuali minyak dan gas bumi
yang masing-masing bersifat gas dan cair. Bahan galian memiliki sifat kelangkaan,
keterbatasan, dan tidak dapat diperbarui. Artinya, keberadaannya pada berbagai tempat di
bumi tidak merata (ada kawasan yang berlimpah dan ada kawasan yang tidak ada). Oleh
karena itu, jika bahan galian habis karena ditambang, untuk memperolehnya harus dicari di
tempat yang lain. Keadaan tersebut memberikan acuan terhadap keterbatasan cadangan
yang dimiliki oleh suatu kawasan atau negara. Sehubungan dengan hal itu, sumber daya
mineral memiliki peranan dan andil yang cukup penting bagi penentuan strategi politik,
ekonomi, pembangunan, dan ketahanan suatu negara. Salah satu mineral atau bahan galian
yang penting bagi kehidupan manusia adalah bentonit. Kegunaan utama bentonit antara
lain : sebagai pembuatan lumpur pemboran, bahan pengadsorbsi, bahan tambahan dalam
pembuatan detergen, dan dalam industry kertas. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini
akan dibahas mengenai pembentukan bentonit, deskripsi bentonit, potensi bentonit di
Indonesia, cara penambangannya, cara pengolahannya serta kegunaannya.

1.2 PENGERTIAN BENTONIT

Bentonit adalah sejenis lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral


monmorilonite (Na. Ca)₀.₃₃ (Al.Mg)₁₂ Si₄ O₁₀ (OH)₂ n H₂O lebih dari 85%, dengan rumus
kimianya Al2O3.4SiO2 x H2O. Nama ini diusulkan pertama kali oleh Knight (1898) untuk
nama sejenis lempung koloid yang ditemukan pada formasi Benton “Rock Creek”
Wyoming Amerika Serikat. Nama lain dari bentonit adalah soap clay, Taylorit, Bleaching
clay, Fullers earth, Konfolensit, Saponit, Smegmatit.
Bentotnit memiliki kekerasan 1 skala mohs, berat jenis antara 1,7-2,7, mudah pecah
, terasa berlemak, mempunyai sifat mengembang apabila terkena air.
Bentonit mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Apabila dilapangan berwarna abu-abu, coklat muda agak putih, putih kekuningan
2. bila kering membentuk rekah-rekah, bila basah membentuk masa bubur.
3. Pertukaran ion, sifat ini menentukan jumlah air yg dapat diserap bentonit.Hal ini
dipengaruhi struktur kisi-kisi kristal mineral montmorilonit, serta adanya ion +
kation yg mudah tertukar maupun menarik ai
4. Ion Na mempunyai daya serap air > Mg, Ca,K dan H. maka bila dimasukkan
kedalam air akan mengembang membentuk koloid. Bila air menguap akan
membentuk masa yg kuat, keras dan impermiabel.
5. Daya serap. Adanya ruang pori antar ikatan mineral lempung, serta tidak
seimbangnya muatan listrik dalam ion-ionnya, maka bentonit dapat digunakan
sebagai penyerap.
6. Rheologi (tiksotropi). Bila bentonit dicampur air dan dikosok akan membentuk
masa agar-agar, namun bila didiamkan dan airnya menguap akan mengeras seperti
semen.
Setiap struktur kristal bentonit mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan
oktahedral dari alumunium dan oksigen yang terletak antara dua lapisan tetrahedral
dari silikon dan oksigen. Penyusun terbesar bentonit adalah silikat dengan oksida
utama SiO2 (silika) dan Al2O3 (aluminat) yang terikat pada molekul air.
Penggabungan pada satu lapisan tetrahedral silika dengan satu lapisan oktahedral
alumina membentuk dua lapisan silika-alumina. Dari gambar skema struktur
bentonit dapat dilihat bahwa setiap struktur kristal bentonit mempunyai tiga lapisan
yaitu lapisan oktahedral dari alumunium dan oksigen yang terletak antara dua
lapisan tetrahedral dari silikon dan oksigen. Pada regenerasi secara kimia dengan
pengontakan asam reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Al4 Si8 O20 (OH)4 + 3H+ Al3 Si8 O20(OH)2 + Al3+ + 2 H2O
Gambar Skema Struktuk Bentonit

Pada kondisi di atas separuh dari atom Al berpindah dari struktur bersama
dengan gugus hidroksil, sehingga terjadi perubahan gugus oktahedral menjadi gugus
tetrahedral. Atom Al yang tersisa masih terkoordinasi dalam rangkaian tetrahedral dengan
empat atom oksigen tersisa (Thomas et al, 1984). Perubahan dari gugus oktahedral
menjadi tetrahedral membuat kisi kristal bermuatan negatif. Muatan negatif pada
permukaan kristal dapat dinetralkan oleh logam-logam alkali dan alkali tanah yang
terdapat pada bentonit. Ikatan antara ion Al dengan kation penetral tersebut adalah ikatan
ion yang mudah diputuskan, karena kation-kation tersebut bukan bagian dari kerangka
bentonit sehingga dapat dengan mudah dipertukarkan. Selanjutnya, Ion H+ yang berasal
dari asam akan menggantikan kation-kation logam alkali dan alkali tanah dari bentonit.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan regenerasi bentonit bekas sehingga mampu
memucatkan CPO dan mempelajari pengaruh konsentrasi HCl dan temperatur terhadap
proses regenerasi bentonit bekas.

Berdasarkan proses terbentuknya atau genesa, Bentonit dibedakan menjadi empat


bagian yaitu:

1. Endapan hasil pelapukan


Pelapukan sebagai faktor utama yang menyebabkan terbentuknya jenis
mineral lempung. Dalam proses ini adalah komposisi mineral batuan, komposisi
kimia dari air dan daya alir air tersebut dalam batuan. Secara umum faktor yang
berpengaruh adalah iklim, macam batuan, relief dan tumbuh-tumbuhan yang
berada di atas batuan tersebut.
Pembentukan bentonit hasil pelapukan adalah akibat reaksi antara ion-ion hidrogen
(H+) dalam air tanah dengan senyawa silikat. Ion H+ tersebut berasal dari asam
karbon yang terbentuk akibat pembusukan oleh bakteri terhadap zat-zat organik di
dalam tanah.
Menurut Keller (1957) ion Hidrogen dapat pula berasal dari:
a. Asam-asam organic
b. Akar halus tumbuhan
c. Berasal dari air itu sendiri
Menurut Wollast (1967), air sangat berpengaruh pada proses pelapukan
yaitu:
 Bila laju aliran lebih cepat disbanding dengan pelarutan, maka yang
terjadi akan berbentuk gibsit
 Bila laju aliran makin rendah disbanding dengan pelarutan, maka
yang terjadi akan terbentuk kaolinit
 Bila laju alrian hamper terhenti, suatu reaksi yang akan terjadi
antara kation dengan Al(OH)₃ dan silica membentuk monmorilonit.
Mineral penting saat pembentukan lempung adalah plagioklas, kalium-feldspar,
biotit, muskovit, sedikit kandungan senyawa alumina dan ferro- magnesia.
Plagioklas sangat reaktif, berjumlah banyak dan sumber utama dari kation dan
silika dalam air tanah

2. Proses hidrotermal
Proses hydrothermal mempengaruhi alterasi yang sangat lemah sehingga
mineral-mineral yang kaya akan magnesium seperti hornblende dan biotit
cenderung membentuk chlorit. Pada alterasi lemah kehadiran unsur-unsur logam
alkali dan alkali tanah, kecuali kalium, mineral-mineral mika, ferromagnesia dan
feldspar plagioklas umumnya akan membentuk montmorilonit terutama disebabkan
adanya magnesium.
Kehadiran kalium baik yang berasal dari feldspar ataupun mika primer yang
terbentuk karena alterasi hydrothermal membentuk zona-zona lingkaran dengan
susunan serisit, kaolinit, montmorilonit dan chlorit.
3. Proses transformasi/detrivikasi
Proses tranformasi (ubahan) dari abu vulkanis yang mempunyai komposisi
gelas akan menjadi mineral lempung (devitrivikasi) yang lebih sempurna terutama
pada daerah danau, lautan dan cekungan sedimentasi. Tranformasi dari gunung
berapi yang sempurna akan terjadi apabila debu gunung api diendapkan dalam
cekungan seperti danau dan laut. Bentonit yang terjadi akibat proses tranformasi
umumnya bercampur dengan sedimen laut lainnya yang berasal dari daratan seperti
batu pasir dan lanau.
4. Proses pengendapan kimia
Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat berbentuk tidak saja dari
tufa tetapi dapat berupa endapan sedimen dalam suasana basa (alkali) yang sangat
silikan (authigenic neoformation). Minera-mineral yang terbentuk secara
sedimentasi dan tidak berasosiasi dengan tufa adalah attapulgit, sepeolit, dan
monmorilonit, terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa dimana unsur
pembentukannya antara lain karbonat, silika pipih, phospat laut dan unsur lainnya
yang bersenyawa dengan unsur alluminium dan magnesium.
Berdasarkan kenampakan di lapangan terutama pengamatan secara
megaskopis terhadap beberapa singkapan bentonit yang muncul pada beberapa
daerah diketahui bahwa endapan bentonit yang terbentuk pada daerah Wonosari
dan sekitarnya, terjadi karena adanya proses pelapukan secara dominan yang
dicirikan dengan adanya perubahan warna pada beberapa daerah yang masih
termasuk di dalam proses pembentukannya dimana adanya cekungan dan daerah
dataran sedang.

Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alumunium


silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang
kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui
pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau
pembersih bahan wool dari lemak.
Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite)
Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke
dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering
berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan
berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal
mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh
ion-ion sodium (Na+).
Karena sifat-sifat yang dimilikinya maka bentonit jenis ini dapat digunakan
sebagai bahan lumpur bor, penyumbat kebocoram bendungan, bahan campuran cat,
bahan baku farmasi, dan bahan perekat pasir cetak dalam industry pengecoran.

2. Mg, (Ca-bentonit – non swelling bentonite)


Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan
tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan
mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca
rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak
diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat
rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan
bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

1.3 DESKRIPSI UMUM BENTONIT


1. memiliki kilap lilin
2. memiliki warna yang cukup bervariasi, mulai dari warna dasar putih, hijau muda
kelabu, merah muda dalam keadaan segar, dan akan berubah warna menjadi krem
jika melapuk, lama kelamaan akan menjadi kuning dengan sedikit kemerahan, atau
kecoklatan serta hitam keabu-abuan tergantung pada jenis dan fragmen mineralnya
3. bersifat sangat lunak, plastis, memiliki porositas yang tinggi, ringan, mudah pecah,
terasa seperti sabun, mudah menyerap air dan dapat melakukan pertukaran ( ion
exchanging )
4. mempunyai berat jenis antara 2,4 – 2,8 g/ml.
1.4 DAERAH PENYEBARAN BENTONIT
Di Indonesia penyebaran bentonit sendiri hampir merata antara lain:
1. Daerah istimewa aceh, daerah tupin, reusip, belangkaring lokseumawe, terdapat
pada formasi julu rayeu yang berumur miosen
2. Sumatera utara, daerah pangkalan brandan, terdapat formasi seureula yang
terinterkalasi oleh batu pasir dan lumpur, jenisnya Ca-Mg bentonit dapat dipakai
untuk lumpur pemboran setelah diaktifkan.
3. Riau, daerah kab.inderagiri hulu, terdapat mineral monmorilonit, kuarsa, kaolinit
dan mika
4. Sumatera selatan, kebon agung kab. Tanjungenim, terdapat Ca-Mg bentonit dalam
formasi Palembang yang berumur pliosen
5. Bengkulu, tabah pananjung kab. Bengkulu utara; talangbaru muaraaman, tanjung
agung, kerlop.
6. Jawa barat, kab. Bogor , kab. Lebak, kab, cianjur, kab. Sukabumi, kab.
Tasikmalaya, kab. Sumedang, kab. Subang .
7. Jawa tengah, kab. Sragen, kab. Boyolali
8. Timor timur
9. Sulwesi utara
10. Kabupaten Manggarai Barat, NTT, yang berupa ca- bentonit

1.5 KEGUNAAN DAN PENGOLAHAN BENTONIT


1. Sebagai lumpur pemboran minyak bumi/gas/panas bumi

Pembuatan Lumpur Pemboran.Pengecilan ukuran bentonit digunakan


hammer hingga ukuran 0,25 inch. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan
dengan temperatur 480 F. Alat yang dipakai adalah Rotary Drier. Dengan
adanya proses pengeringan ini diharapkan air dapat dikurangi dari kadar rata-
rata 30 % menjadi rata-rata 8 %.Setelah proses pengeringan selesai selanjutnya
dilakukan proses penggilingan dengan menggunakan mikro grinder sampai
mencapai ukuran 200 mesh. Untuk ukuran sampai - 200 dapat digunakan alat
Classifier ataupun Cyclone.Bentonit yang digunakan sebagai persyaratan
lumpur pemboran adalah Bentonit jenis Na-Bentonit. Untuk bentonit jenis Ca-
Bentonit, di dalam proses pengolahan dicampurkan dengan Sodium Karbonat
atau Soda Abu (Na2CO3).Persyaratan Bentonit untuk lumpur pemboran
America Petroleum Institute (API) antara lain :
 Kekentalan suspensi bentonit untuk 10 g dalam 350 ml air adalah 8
 Dapat lewat melalui penyaringan dengan kertas saring (filter), yakni
untuk larutan 10g dalam 350 ml air adalah harus lebih kecil dari 14 ml
 Sisa tertampung untuk ayakan 200 mesh adalah < 2,5 %
 Kandungan uap air (kelembaban) adalah < 12%

2. Bahan pengadsorbsi

Aktivasi asam dilakukan dengan mereaksikan asam dengan bentonit


sehingga terjadi pertukaran antara mineral kation (Al3+, Ca2+, Mg2+) dengan ion
H+. Secara bersamaan, asam juga mengekstrak alumina dari struktur bentonit
sehingga meningkatkan luas permukaan internal bentonit. Tergantung dari dari
tingkat aktivasinya, luas permukaan dapat meningkat hingga 4–5 kali lipat.
Natural bentonit yang terdapat di alam secara umum memiliki luas permukaan
berkisar antara 50–70 m2/g, sedangkan bentonit hasil aktivasi asam dapat
memiliki luas permukaan 120–320 m2/g tergantung dari tingkat aktivasinya.
Dengan meningkatnya luas permukaan, maka kapasitas adsorpsi pun
bertambah, sehingga bentonit jenis ini dapat digunakan sebagai bahan
pengadsorpsi (adsorben) yang mempunyai daya pemucat. Tanah pemucat
(dikenal dengan istilah Bleaching Earth) digunakan secara luas pada proses
pemurnian minyak tumbuhan untuk menyerap pengotor yang terdapat didalam
minyak mentah. Pengotor dapat berupa fosfolipid, pigmen (karotena, klorofil),
kandungan ion logam, dan senyawa organik teroksidasi. menaikan daya
suspensi air pembilas, pembawa kotoran ke atas, pendingin dan

Kegunaan lain bentonit jenis ini yang berkaitan dengan adanya ion H+ hasil
aktivasi asam adalah sebagai katalis pada proses pemurnian senyawa aromatik
(benzena, toluena, ksilena) dari olefin.
3. Pengecoran
Bentonit digunakan sebagai material pengikat pada persiapan cetakan pasir
yang digunakan untuk mencetak besi, baja, dan pengecoran non-besi. Sifat khas
dari Bentonit menghasilkan pasir cetak dengan kemampuan mengalir dan
memadat yang baik, serta stabil pada suhu tinggi.
4. Proses pembuatan pelet bijih besi
Bentonit digunakan sebagai material pengikat dalam produksi bijih besi.
Melalui proses ini, biji besi yang halus diubah menjadi pelet bulat yang cocok
digunakan sebagai material dasar dalam tanur tinggi untuk produksi besi kasar.
5. Konstruksi dan teknik sipil
Sifat tiksotropik lumpur Na-bentonit digunakan untuk menahan dinding
diafragma dan lubang pondasi agar tidak runtuh sebelum dimasukkan campuran
semen. Selain itu, bentonit digunakan juga pada pengeboran yang arahnya
horizontal dan pengeboran minyak bumi sebagai media pembawa tanah hasil
pengeboran keluar ke permukaan.

6. Bahan tambahan dalam detergen


Sifat bentonit yang membentuk lapisan nano pada kain digunakan industri
deterjen untuk memberi efek lembut pada serat kain
7. Proses pembuatan kertas
Bentonit digunakan untuk mengurangi kehilangan bubur kertas dalam proses,
mempermudah proses pengeringan bubur kertas pada mesin penggiling kertas,
dan mencegah penggumpalan getah/mikrolignin sehingga gulungan kertas tidah
mudah putus.
1.6 TEKNIK PENAMBANGAN
Bentonit merupakan bahan galian yang lunak, oleh sebab itu teknik
penambangannya dengan sistem kuari dan dapat mempergunakan peralatan sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Bentonit
http://indonesiabentonite.blogspot.com/2013/10/proses-
pengolahan-bentonit-untuk_18.html
http://nusatujuh.blogspot.com/2013/11/genesa-bahan-galian-
bentonit.html
http://adityawibawadani.blogspot.com/2014/04/genesa-
bentonit.html
http://thegurandil.blogspot.com/2011/06/genesa-bentonit.html
http://narasumberbentonite.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai