Anda di halaman 1dari 3

Jabatan notaris merupakan jabatan kepercayaan.

Undang-undang dalam hal ini telah memberikan


wewenang kepada para notaris untuk membuat alat bukti yang otentik. Karenanya ketentuan-ketentuan
dalam UUJN begitu ketat dan penuh dengan sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana
tanpa mengurangi kemungkinan diterapkan sanksi pemberhentian sampe ke pemecatan.

Karenanya juga kode etik notaris sangat diperlikan untuk menjaga kualitas pelayanan hukum kepada
masyarakat, Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai satu-satunya organisasi profesi yang diakui
kebenarannya yang sesuai dengan UUJN No 30 tahun 2014.

Notaris dalam menjalankan jabatannya tidak boleh memihak, karena yang bersangkutan dipercaya
membuat alat bukti yang mempunyai kekuatan otentik, sehingga dapat menjamin otentisitasme akta-
akta yang dibuat di hadapannya, dan untuk menjaga kualitas pelayanan kepada masyarakat, maka
Asosiasi Profesi Notaris seperti INI membuat kode etik yang berlaku bagi anggotanya

Namun, seperti profesi lainnya, ada juga notaris yang dengan sengaja melalukan penyimpangan-
penyimpangan dari undang-undang maupun kode etik dalam menjalankan pekerjaannya demi
keuntungan pribadinya.

Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh notaris yaitu:

1) Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksi-saksi, padahal akta itu sendiri disebut dan dinyatakan
“dengan dihadiri saksi-saksi”
2) Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh notaris
3) Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, tetapi notaris yang bersangkutan
mencantumkan dalam akta tersebut seolah-olah dilangsungkan dalam wilayah jabatannya
atau ditempat kedudukan notaris tersebut
4) Akta tersebut tidak ditandatangani dihadapan notaris, bahkan minuta akta tersebut dibawa
oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan ditempat yang tidak diketahui oleh notaris yang
bersangkutan
5) Notaris membuka kantor cabang dimana setiap cabang memproduksi akta notaris yang
seolah-olah semya akta dibuat dihadapan notaris yang bersangkutan

Dimana pelanggaran-pelanggaran diatas sudah mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat dan bisa
diajukan oleh masyarakat kepada Majelis Pengawas Daerah yang dalam UUJN ditentukan sanksi-sanski
bagi pelanggarnya.

Adapun contoh pelanggaran terhadap kode etik notaris oleh oknum Notaris dalam menjalankan
jabatannya yaitu :

1) Notaris menempatkan pegawai/asistennya di suatu temoat tertentu seperti di kantor


perusahaan, kantor bank yang menjadi klien Notaris tersebut untuk memproduksi akta yang
seolah-olah seperti akta yang memenuhi syarat formal
2) Notaris yang lebih banyak memiliki banyak kegiatan diluar kantor yang melebihi waktunya
berada dalam kantor
3) Beberapa notaris yang untuk memperoleh kesempatan agar dipakai jasanya oleh pihak yang
berkepentingan seperti instansi atau perusahaan real estate, berperilaku tidak etis seperti
memberikan jasa/imbalan berupa uang komisi kepada instansi yang bersangkutan, bahkan
keduanya saling sepakat untuk dipotong langsung dari jumlah honorarium.
4) Teknik banting harga yg terjadi di kalangan notaris dikarenakan penumpukan penenmpatan
notaris di suatu daerah, yang kemudian menyebabkan adanya persaingan yang tidak sehat
dikalangan notaris yang bersangkutan, sejalan dengan itu maka banyak berdirinya praktik-
praktik Notaris baru, disiasati dengan sebagian notaris memasang tarif untuk jasanya dengan
harga dibawah standard.
5) Notaris di mata masyarakat awam adalah seorang yang menyandang gelar profesi yang
terpercaya dan diakui oleh pemerintah, dengan diiberikannya hak bagi seorang notaris untuk
menggunakan dan memegang stample bergambar burung garuda, dimana tidak semua pejabat
yang dapat menggunakan = dan memegang stample/cap lambang negara tersebut. Sayangnya
apa yang ada dalam pandangan masyarakat tsb, tidak sesuai dengan prakteknya, contoh kecil
banyak terjadi pelanggaran pengunaan lambang negara yang dilakukan oleh notaris itu sendiri.
Sebagai contoh dalam prakteknya dapat kita temui produk-produk yang dikeluarkan oleh notaris
dengan menggunakan lambang negara yang dirasa tidak perlu, seperti mencantumkannya
dalam kartu nama, dalam covernote, dalam kwitansi/tanda terima uang, dalam formulir pajak
BPHTB yang diberi cap berlambang garuda, serta pada surat-surat yang tidak ada hubungannya
dengan jabatannya sebagai notaris.
Seperti yang kita ketahui bahwa notaris dimaksudkan untuk menjamin autentisitas tanda-tanda
yang dibuat oleh seorang notaris berdasarkan jabatannya, oleh karena itu teraan tsb tidak boleh
diberikan atas tanda yang dikeluarkan oleh notaris sebagai perorangan, dimana tanda tsb tdk
mempunyai autentisitas. Sedangkan mengenai penggunaan lambang negera seyogyanya
ditempatkan pada tempat tertentu spt pada Salinan akta, sampul akta, karena masih
serangkaian dari produk notaris dan pada kop surat apabila dikeluarkan atas pekerjaannya
sebagai notaris.

Adanya pelanggaran-pelanggan yang masih dilakukan oleh notaris diatas karena kurangnya kesadaran
diri dan tanggung jawab dari notaris yang bersangkutan, dimana ia adalah seorang dengan jabatan
kepercayaan dan kepadanya diberikan kewenangan penuh oleh pemerintah menjadi pejabat umum
untuk membuat akta-akta otentik, bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk kepentingan
masyarakat. Ia juga harus menyadari bahwa setiap kepercayaan terhadap seseorang meletakkan
tanggung jawab diatas bahunya, baik secara hukum, moral maupun etika.

Sementara itu fungsi Dewan Pengawas terhadap protocol notaris yang belum maksimal untuk
menghindari terjadinya tindakan-tindakan kesewenang-wenangan yang dilakukan notaris yang tidak
sesuai dengan UUNJ, serta masih minimnya pengawasan oleh Dewan Kehormatan terhadap
pelaksanaan kode etik notaris yang telah ditentukan oleh organisasi meliputi kewajiban, larangan dan
penngecualian yang harus dilakukan oleh para anggota organisasi.

tugas notaris yang dalam hal ini juga berkewajiban memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat
yang membutuhkan jasanya tentunya harus berhati-hati dan cermat, karena akta-akta otentik yang
dibuat oleh notaris adalah merupakan dokumen negara dan bisa menjadi alat bukti yang sah di
persidangan, sehingga apabila terjadi kesalahan maupun penyimpangan sekecil apapun dalam
pembuatannya oleh notaris yang bersangkutan, maka akan berdampak sangat luas dan bisa merugikan
pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan keberadaan akta-akta itu.

Anda mungkin juga menyukai