Anda di halaman 1dari 12

BIOFERTILIZER PADA TANAMAN

PERTANIAN DAN KEHUTANAN

Oleh :
Zainur Rochman
161040700033

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.

Makalah ini membahas mengenai biofertilizer atau pupuk hayati dalam sistem
pertanian dan kehutanan. Dalam pertanian dan kehutanan yang tidak menggunakan input
berupa pupuk kimia buatan dan pestisida, penyediaan hara bagi tanaman dapat dibantu
dengan pemanfaatan beberapa jenis mikroba tanah sebagai biofertilizer. Pemanfaatan
biofertilizer ini akan menguntungkan bagi tanaman dan tidak akan mencemari lingkungan
dan membahayakan kesehatan manusia.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini dan untuk lebih menyempurnakan makalah ini saran dan kriitik yang
sifatnya membangun akan diterima dengan senang hati.

Sidoarjo, 29 Desember 2017


Zainur Rochman

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
II. PERANAN BIOFERTILIZER ........................................................................................... 2
III. MANFAAT DAN BEBERAPA BIOFERTILIZER ....................................................... 3
3.1. Bakteri Rhizobium ...................................................................................................... 3
3.2. Azospirillum dan Azotobacter .................................................................................... 4
3.3. Mikroba pelarut Fosfat ................................................................................................ 5
3.4. Mikoriza ...................................................................................................................... 5
3.4.1. Ektomikoriza ........................................................................................................ 6
3.4.2. Endomikoriza dan Mikoriza Vesikular Arbuskular ............................................. 6
3.5. Mikoriza Perombak Selulosa ...................................................................................... 7
3.6. Mikroorganisme Efektif (EM) .................................................................................... 7
IV. KESIMPULAN ............................................................................................................... 8
V. Daftar Pustaka..................................................................................................................... 9

ii | P a g e
I. PENDAHULUAN

Sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran manusia akan kerusakan dan


munculnya berbagai penyakit yang disebabkan penggunaan bahan kimia secara berlebihan
pada makanan. Pertanian dan kehutanan secara organik dikatakan sebagai suatu sistem
bertani selaras alam, mengembalikan siklus ekologi dalam suatu area pertanian dan
kehutanan membentuk suatu aliran yang siklik dan seimbang. Pertanian dan kehutanan ini
menggunakan teknik tanpa menggunakan pestisida, pupuk dan hormon tumbuh kimia.
Memiliki tujuan utama yaitu untuk menyedikan produk-produk pertanian dan kehutanan
terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan prosedur dan konsumen serta tidak
merusak lingkungan. Oleh sebab itu, kegiatan ini memerlukan pupuk yang berisi
mikroorganisme penyubur tanah dikenal dengan pupuk hayati atau biofertilizer.

Pupuk hayati atau pupuk mikrobiologis atau biofertilizer adalah pupuk yang
mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih, permukaan tanaman,
atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian dalam dari tanaman dan mendorong
pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama dari tanaman. Pupuk hayati mirip
dengan kompos teh, dan bisa dikatakan sebagai kompos teh yang direkayasa karena hanya
mikroorganisme tertentu yang bermanfaat bagi tanah yang digunakan. Pupuk biofertilizer
bukanlah pupuk biasa yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan
menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Pupuk hayati bekerja melalui aktifitas mikroorganisme
yang terdapat dalam pupuk tersebut.

1|Page
II. PERANAN BIOFERTILIZER
Biofertilizer merupakan suatu zat yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan
tanah dengan menggunakan limbah biologis, bermanfaat dalam memperkaya tanah dengan
kandungan mikro-organisme yang menghasilkan nutrisi organik untuk tanah dan membantu
memerangi penyakit. Zat yang mengandung mikroorganisme, yang ditambahkan pada bibit,
permukaan tanaman, atau tanah, akan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan
pasokan atau ketersediaan nutrisi utama untuk tanaman inang

Tidak seperti pupuk kimia pada umumnya yang langsung meningkatkan kesuburan
tanah dengan menambahkan nutrisi, biofertilizers menambahkan nutrisi melalui proses alami
dengan cara memperbaiki atmosfer nitrogen, melarutkan fosfor, dan merangsang
pertumbuhan tanaman dengan memicu sintesis zat tertentu yang dibutuhkan. Mikroorganisme
dalam biofertilizer mengembalikan siklus hara alami dan membangun materi organik tanah.

Peran mikroorganisme pada tanah antara lain adalah sebagai daur ulang hara,
penyimpanan sementara dan pelepasan untuk dimanfaatkan tanaman dan lain-lain.

Hal pertama yang harus dilakukakan dalam memproduksi biofertilizer adalah


mempelajari dan mengidentifikasi ekologi mikroorganisme. Selanjutnya mikroorganisme
hasil isolasi dari tanah dikembangbiakkan pada kondisi laboratorium menggunakan media
buatan. Setelah mikroorganisme tersebut berhasil dibiakkan, maka harus diperoleh galur yang
dikehendaki, karena tidak semua spesies dari suatu populasi bersifat efektif. Selanjutnya
galur yang efektif di isolasi, dan dilakukan pengujian di lapangan apakah hasil inokulasi
harus sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu, harus mampu menyesuaikan dengan
fluktuasi kondisi lingkungan dan tidak kalah bersaing atau dimangsa mikroorganisme asli.

2|Page
III. MANFAAT DAN BEBERAPA BIOFERTILIZER

Dari segi fungsi metabolisme dan manfaat bagi manusia, terutama pada bidang
pertanian dan kehutanan, mikroorganisme tanah dapat dikelompokkan menjadi
mikroorganisme yang merugikan (mencangkup virus, jamur, bakteri dan nematoda
pengganggu tanaman yang bertindak sebagai hama atau penyebab penyakit) dan
mikroorganisme yang bermanfaat, yaitu sejumlah jamur dan bakteri yang karena
kemampuannya melaksanakan fungsi metabolisme menguntungkan bagi pertumbuhan dan
peroduksi tanaman. Mikroorganisme tanah yang menguntungkan ini dapat dikategorikan
sebagai biofertilizer (pupuk hayati). Secara garis besar fungsi menguntungkan tersebut dapat
dibagi menjadi sebagai berikut (Gunalan, 1996):

1. Penyedia hara
2. Peningkat ketersediaan hara
3. Pengontrol organisme pengganggu tanaman
4. Pengurai bahan organik dan pembentuk humus
5. Pemantap agregat tanah
6. Perombak persenyawaan agrokimia

3.1. Bakteri Rhizobium

Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang berkemampuan
sebagai penyedia hara bagi tanaman. Bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok
bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya.
Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari
mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya barkaitan
dengan masalah ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya.

Suatu pigmen merah yang disebut leghemeglobin dijumpai dalam bintil akar antara
bakteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin da dalam
bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi (Rao, 1994).

Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legum mampu menfiksasi 100-300 kg


N/ha dalam satu musim tanam dan meninggalkan sejumlah n untuk tanaman berikutnya.
Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulen Rhizobium untuk jenis
tanaman tertentu. Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum
dan meningkatkan produksi antara 10% – 25 %. Tanggapan tanaman sangat bervariasi
tergantung pada kondisi tanah dan efektifitas populasi asli (Susanto, 2002).

3|Page
3.2. Azospirillum dan Azotobacter

Ada beberapa jenis bakteri penghambat nitrogen yang berasosiasi dengan perakaran
tanaman. Bakteri yang mampu meningkatkan hasil tanaman tertentu apabila diinokulasikan
pada tanah pertanian dapat dikelompokkan atas dua jenis yaitu Azospirillum dan
Azotobacter.

Azospirillum mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai pupuk


hayati. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan, termasuk
beberapa jnis serelia, jagung, cantel, dan gandum. Sampai saat ini ada tiga spesies yang telah
ditemukan dan mempunyai kemampuan sama dalam menambat nitrogen yaitu
Azospirillum brasilense, A. Lipoferum, dan A. Amazonese. Azospirillum merupakan salah
satu jenis mikroba di daerah perakaran. Infeksi yang disebakan oleh bakteri ini tidak
menyebabkan perubahan morfologi perakaran, meningkatnya jumlah akar rambut,
menyebabkan percabangan akar lebih berperan dalam penyerapan hara.

Keuntungan lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat berasosiasi dengan perakaran
tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah meningkatkan penyerapan
nitrogen yang ada di dalam tanah. Dalam hal ini pemanfaatan bakteri ini tidak berkelanjutan,
tetapi apabila Azospirillum yang berasosiasi dengan perakaran tanaman mampu menambat
nitrogen, maka keberadaan nitrogen di dalam tanah dapat dipertahankandalam waktu yang
lebih panjang. Keadaan ini relatif lebih menguntugkan karena dapat mengurangi pasokan
pupuk nitrogen. Disamping itu, Azospirillum meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen dan
menurunkan kehilangan akibat pencucian, denitrifikasi atau bentuk kehilangn nitrogen lain
Azotobacter spp. Juga merupaka bakteri non – simbiosis yang hidup di daerah perakaran.
Dijumpai hampir pada semua jenis tanah, tetapi populasinya relatif rendah. Selain
kmampuannya dalam membuat nitrogen, bakteri ini juga menghasilkan sejenis hormon yang
kurang lebih sama dengan hormon pertumbuhan tanaman dan menghambat pertumbuhan
jenis jamur tertentu. Seperti halnya Azospirillum, Azotobacter dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman melalui pasoka nitrogenudara, pasokan pengatur tumbuh, mengurangi
kompetisi dengan mikroba lain dalam menambat nitrogen, atau membuat kondisi tanah lebih
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman

Ada dua pengaruh positif Azotobacter terhadap pertumbuahn tanaman yaitu


mempengaruhi perkecambahan benih dan memperbaiki pertumbuhan tanaman. Peranan
bakteri ini terhadap perkecanbahan tidak banyak diminati, meskipun demikian cukup banyak
penelitian yang mengarah pada peranan Azotobacter dalam meningkatkan daya kecambah
benih tanaman tertentu

Kenaikan hasil tanaman setelah diinokulasi Azotobacter pada tanaman jagung, gandumdan
cantel (susanto, 2002).

4|Page
3.3. Mikroba pelarut Fosfat

Kebanyakan tanah di wilayah tropika yang beraksi asam ditandai kahat fosfat.
Sebagian besar bentuk fosfat tersemat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Pada kebanyakan tanah tropika diperkirakan hanya 25% fosfat yang diberikan
dalam bentuksuperfosfat yang diserap tanaman dan sebagian besar atau 75% diikat dan tidak
dapat diserap oleh tanaman (susanto,2002).

Beberapa mikroba tanah mempunyai kemampuan melarutakn fosfat yang tidak larit
dalam air dan menjadikannya tersedia bagi akar tanaman. Mikroba ini merubah bentuk P di
alam untuk mencegah terjadinya proses fiksasi P. Dalam proses pelarutan P oleh mikroba
berhubungan dengan produksinya asam yang sangat erat berhubungan dengan proses
metabolisme (Prihatini, dkk, 1996).

Ada beberapa jenis fungsi dan bakteri seperti Bacullus polynyxa, pseudomonas
striata, Aspergillus awamori, dan Penicillium digitatum yang diidentifikasikan mampu
melarutkan bentu P tak larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Jumlah bakteri
pelarut P dalam tanah sekitar 104-106 tiap gram tanah.

Pemanfaatan bakteri pelarut fosfat di Indonesia masih terbatas pada skala penelitian,
belum dimanfaatkan dan dimasyarakatkan secaraluas kepada petani. Cukup banyak kendala
yang dihadapi dalam pengembangan pupuk jenis hayati ini. Mengingat potensinya dalam
menanggulangi kendala pemupukan fosfat, terutama pada tanah-tanah bereaksi asam seperti
kebanyakan tanah ya ng terdapat pada daerah tropis, maka peranannya perlu diperhitungkan.

3.4. Mikoriza

Asosiasi antara jamur dan sistem perakaran tanaman tinggi diistilahkan dalam
mikoriza. Dalam fenomena ini jamur menginfeksi dan mengkoloni akar tanpa menimbulkan
nekrosis sebagaimana bisa terjadi pada infeksi jamur paogen, dan mendapat pasokan nutrisi
secara teratur dari tanaman (Rao, 1994).

Istilah mikoriza yang berarti jamur akar pertama kali diperkenalkan olehfrank pada
tahun 1855. Dalam deskripsinya kemudian frank membagi mikoriza berdasarkan tempat
jamurberkembang dalam akar menjadi dua golongan (Schneck, 1982):

1. Ektomikoriza, jamur yang berkembang di permukaan luar akar dan diantara sel- sel
korteks akar.
2. Endomikoriza, jamur yang berkembang di dalam akar di antara dan di dalam sl-sel
korteks akar.

5|Page
3.4.1. Ektomikoriza

Ektomikoriza biasanya berasosiasi dengan tanaman jenis pohon seperti pinus, oak,
eukaliptus, dan lain-lain. daidalam hutan wilayah sub tropis banyak kita jumpai jamur sebagai
tempat hidup ektomikoriza. Asosiasi ektomikoriza juga terjadi dengan fungi.

Infeksi ektomikoriza diawali dengan dijumpai adanya pertumbuahn spora di


perakaran tanaman. Setelah spora tumbuh, dengan cepat fungi tumbuh menutupi perakaran
kecil dalam bentuk hifa yang menghambat pertumbuhn akr rambut. Ektomikoriza relatif
sukar diidentifikasi dan dibiakkan di laboratorium. Sampai saat ini sedikit diketahui
sebarannya, kelimpahan dan bagaimana populasi berkembang selama perubahan musim.
Beberapa spesies mempunyai inang yang cukup banyak, yang lainnya hanya menginfeksi
beberapa jenis tanaman saja. Seringkali jenis tanaman pada umur tertentu terinfeksi
bermacam – macam mikoriza, dan dalam beberapa kasus beberapa jenis fungi
menginfeksi tanaman yang sama bahkan pada akar yang sama.

Inokulasi tanaman dengan ektomikoriza akan memberikan keuntungan, bahkan di


beberapa tempat tanaman akan tumbuh baik apabila terinfeksi mikoriza. Inokulasi akan
mendorong pertumbuhan tanaman apabila infeksi mikoriza. Inokulasi akan mendorong
pertumbuhan tanaman apabila infeksi secara alami secara alami terjadi pada kerapatan
rendah, atau galur asli kurang efisien dibanding galur yang diinokulasikan. Beberapa jenis
mikoriza banyak memberikan keuntungan pada pertumbuhan tanaman (susanto, 2002).

3.4.2. Endomikoriza dan Mikoriza Vesikular Arbuskular

Pada saat ini endomikoriza dibedakan menjadi empat tipe yaitu:

1. Phycomycetous atau lebih dikenal sebagai Mikoriza Vesikuler Arbuskular (MVA)


2. Orchidaceous
3. Ericoid
4. Arbutoid

Diantara tipe – tipe itu, Phycomycetous memiliki daerah sebaran yang sangat luas
sedangkan tipe yang lain ditemukan pada jenis tumbuhan tertentu saja (Trappe and schneck,
1982). Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) merupakan jenis fungsi yang hidup berkoloni
pada beberapa jenis tanaman pertanian, termasuk tanaman hortikultura dan kehutanan.
Beberapa jenis yang dapat diidentifikasi termasuk ke dalam genus Glomus, Gigaspora,
Acaulospora, Sclerocytis. MVA hidup bersimbiosis dengan tanaman dengan memperbaiki
ketersediaan hara fosfor dan melindungi perakaran dari serangga patogen

Perbanyakan dapat dilakukan di pot dengan menggunakan tanaman inang yang sesuai.
Pada saat ini mikoriza banyak digunakan untuk membantu pertumbuhan benih tanaman
seperti tembakau, tanaman hortikultura ( tomat, jeruk, nabgga), dan tanaman kehutanan.
Peluang masih terbuka untuk mempelajari dan mengembangkan mikoriza pada skala yang
lebih besar.

6|Page
3.5. Mikoriza Perombak Selulosa

Bahan organik merupakan penyangga biologi yang mempunyai fungsi dalam


memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga tanah dapat menyediakan hara
dalam jumlah berimbang . Terdapat korelasi positif antara kadar bahan organik dengan
produktivitas tanah. Kandungan bahan organik pada tanah-tanah mineral di Indonesia
umumnya rendah. Kandungan karbon organik pada tanah lapisan atas berkisar antara 0,9 –
2,0% (Pihatini, dkk, 1996).

Pada saat ini jerami masih merupakan bahan yang umum digunakan sebagai sumber
bahan organik pada tanah sawah. Jerami mengandung selulosa yang sangat tinggi sehingga
memerlukan proses dekomposisi yang relatif lama. Beberapa mikroba seperti Trichoderma,
aspergillus, dan Penecillium mampu merombak selulosa menjadi bahan senyawa-senyawa
monosakarida, alkohol, CO2 dan asam-asam organik lainnya dengan dikeluarkannya enzim
selulase (Rao, 1984).

Penelitian di laboratorium Puslittanak menunjukkan bahwa inokulasi Trixhoderma


pada jerami yang dibenamkan ke dalam tanah akan mempercepat proses dekomposisi
gambut.

3.6. Mikroorganisme Efektif (EM)

Mikroorganisme Efektif ( EM) merupakan kultur campuran berbagai jenis


mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi,
actinomycetes, dan jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk
meningkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kualitas tanah
dan selanjutnya memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman. EM merupakan kultur
campuran berbagai jenis mikroba yang berasal dari lingkungan alami. Kultur EM
mengandung mikroorganisme yang secara genetika bersifat asli tidak dimodifikasi.

Pengaruh mikroorganisme Efektif yang menguntungkan adalah sebagai berikut (Susanto,


2002):

1. Memperbaiki kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah, serta menekan
pertumbuhan hama dan penyakit
2. Memperbaiki perkecambahan, pembungaan, pembentukan buah dan pematangan hasil
3. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman
4. Meningkatkan manfaat bahan organik sebagai sumber pupuk

7|Page
IV. KESIMPULAN
Dalam sistem pertanian dan kehutanan pemanfaatan biofertilizer (pupuk hayati) untuk
membantu penyediaan hara bagi tanaman sangat penting. Pemanfaatan beberapa jenis
mikroba tanah dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman seperti hara nitrogen dan
fosfat, selain itu ada mikroba tanah yang berperan dalam mempercepat dekomposisi bahan
organik

 Yang termasuk biofertilizer yang dapat membantu ketersediaan hara nitrogen bagi
tanaman antara lain Rhizobium, Azospirillium, dan Azotobacter
 Yang termasuk biofertilizer yang dapat membantu penyediaan hara fosfat bagi
tanaman antara lain bakteri pelarut fosfat, ektomikoriza vesikular arbuskular (MVA)
 Yang termasuk biofertilizer yang dapat mempercepat proses dekomposisi bahan
organik antara lain bakteri perombak selulosa dan Efektif Mikroorganisme (EM).

8|Page
V. Daftar Pustaka

Gunalan. 1996. Penggunaan Mikroba Bermanfaat pada Bioteknologi Tanah Berwawasan


Lingkungan. Majalah sriwijaya Vol. 32. No. 2. Universitas Sriwijaya

Prihatini, T., A. Kentjanasari, dan Subowo. 1996. Pemanfaatan Biofertilizer untuk


Peningkatan Produktivitas lahan pertanian Jurnal Litbang Pertanian XV (1)

Rao, N.S.S. 1994. Soil Microorganisms and plant Growth. Oxford and IBM Publishing Co.
(Terjemahan H. Susilo. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas
Indonesia Press).

Sembiring, H., E. Sembiring dan D.R. Siagaan. 2005. Pola Kerjasama Pengembangan
Komoditi Pertanian Organik daratan Tinggi Tujuan Ekspo di Kabupaten Tanah Karo.
Seminar Sehari Peranan Pupuk Organik dan Pupuk Hayati untuk Peningkatan Efisiensi
Pemupukan pada Tanaman Pertanian dan Perkebunan. Fakultas Pertanian UISU. Medan.

Susanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta

Trappe, J.M. and N.C. Schenck. 1982. Taxonomyof The Fungi Forming Endomycorrhizal
dalam N.C. Schecnk (ed.). Methods and principles of Mycorrhizal Research. APS. St. Paul
MN

9|Page

Anda mungkin juga menyukai