Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
persalinan prematur sebagai hasil proses patologis yang mengaktifkan salah satu
atau lebih komponen dari mekanisme umum persalinan (Romero, 2007)
Mekanisme umum persalinan pada persalinan aterm ataupun prematur
melibatkan psoses anatomik, biokimia, imunologi, endokrin, dan hal klinis pada
ibu dan janin. Banyak klinisi lebih menekankan pada komponen uterus meliputi
kontraksi miometrium, dilatasi serviks, dan pecahnya ketuban. Namun, dapat
terjadi perubahan sistemik seperti peningkatan kadar Corticotropin Releasinng
Hormone (CRH) di plasma (Romero, 2007).
Keseluruhan aktivasi mekanisme persalinan dipicu oleh suatu sinyal.
Prostaglandin dipertimbangkan sebagai kunci dalam onset persalinan karena dapat
memicu kontraksi miometrium, perubahan matrix ekstraselular yang berhubungan
dengan pendataran serviks dan aktivasi membran desidua (Romero, 2007).
PG
RP-A/RP-B
RE-α
Ca ++
2. Hidrasi/Sedasi
Alasan diberikannya hidrasi adalah karena wanita dengan risiko persalinan
prematur memiliki volume plasma di bawah normal. Namun, pemberian hidrasi
ataupun sedasi masih belum memilki data yang mendukung. Hidrasi ataupun
sedasi belum memperlihatkan efek menurunkan kejadian persalinan prematur.
3. Progesteron
Adanya hipotesis persalinan prematur karena progesterone withdrawal, maka
salah satu pencegahan ataupun pengobatan persalinan prematur adalah dengan
4. Tokolisis
Pemberian tokolisis untuk menghambat persalinan masih belum efektif.
Namun, pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi
uterus yang regular dengan perubahan serviks. Alasan pemberian tokolisis dalam
pengelolaan persalinan prematur adalah:
Mencegah mortalitas dan morbiditas bayi prematur
Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan
paru janin
Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih lengap
Beberapa jenis obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis adalah:
a. Obat β-mimetik
Ada tiga reseptor β mimetik di tubuh manusia. β1 di jantung, usus halas, dan
jaringan adiposit, β2 di uterus, β3 di jaringan lemak coklat. Stimulasi di reseptor β2
menyebabkan relaksasi otot polos uterus. Contoh obat β2 selektif adalah ritrodin
dan terbutalin.
b. Sulfas magnesikus
Sulfas magnesikus belum efektif dalam menghentikan persalinan prematur.
Kontraindikasi absolut dalam pemberian sulfas magnesikus adalah miastenia
gravis dan blokade jantung. Kontraindikasi relatif adalah penyakit ginjal dan
infark miokardial. Walaupun terdapat efek samping pada ibu dan janin, sulfas
magnesikus masih kurang berbahaya dibandingkan obat β-mimetik. Oleh karena
itu, banyak tim medis yang menggunakan obat ini sebagai obat tokolisis utama.
c. Prostaglandin Synthetase Inhibitors
Contoh obatnya adalah indometasin. Namun, penggunaan ini tidak bnayak
dilakukan karena efek samping pada ibu dan janin.
d. Calcium Channel Blockers
Calcium Channel Blockers adalah obat untuk mengurangi masuknya kalsium
sehingga dapat mengontrol kontraktilitas otot dan aktivitas pacemaker di jantung
dan jaringan uterus. Obat yang digunakan adalah nifedipin. Nifedipin dilaporkan
dapat memperpanjang usia kehamilan dibandingkan ritrodin atau plasebo.
Nifedipin juga sama efektifnya dengan sulfas magnesikus dalam menunda
persalinan. Kontraindikasi dalam menggunakan Nifedipin adalah hipotensi, gagal
jantung, dan stenosis aorta. Efek samping pada ibu dalam penggunaan Nifedipin
adalah sebagai hasil vasodilatasi pembuluh darah yaitu sakit kepala dan edema
perifer. Efek samping untuk janin masih perlu diteliti lebih lanjut. Penggunaan
Nifedipin sebagai tokolisis yang lebih baik daripada sulfas magnesikus masih
memilki bukti yang sedikit.
5. Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid dapat menurunkan kejadian Respiratory Distress
Syndrome (RDS) sehingga dapat menurunkan morbiditas perinatal pada nonatus
yang lahir sebelum usia 34 minggu. Efek ini diperolah hanya pada persalinan yang
terjadi lebih dari 24 jam setelah pemberian dosis pertama dan sebelum 7 hari. Ibu
hamil yang berada pada usia kehamilan antara 23 dan 34 minggu yang berisiko
mengalami persalinan prematur sebaiknya diberikan kortikosteroid. Pada pasien
yang megalami ketuban pecah dini, kortikosteroid direkomendasikan untuk diberi
pada kehamilan 30-32 minggu.
Kortikosterid yang paling sering digunakan adalah:
Betametason : 2 x 12 mg intramuskular dengan jarak pemberian 24 jam
Deksametason : 4 x 6 mg intravena dengan jarak pemberian 6 jam
Betametason dilaporkan lebih efektif dalam menurunkan perdarahan
intraventrikular dibandingkan dengan deksametason.
6. Antibiotika
Antibiotika diberikan hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi, seperti ketuban pecah dini. Obat diberikan per oral, yang
dianjurkan adalah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah
ampisilin 3 x 500 mg selama tiga hari atau antibiotka lain klinsdamisin
5. Proses persalinan
Pada kasus yang melahirkan di usia 24 minggu, sebaiknya melakukan operasi
sesar.
2.2 Hemoglobin
2.2.1. Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin suatu pigmen (yang berwarna secara alami) yang terdapat
dalam sel darah merah. Molekul hemoglobin memiliki dua bagian:
1. bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida
yang sangat berlipat-lipat
2. empat gugus nonprotein yang mengandung besi yang dikenal sebagai gugus
hem, dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida di atas
(Sherwood, 2011)
peranan dalam jalur persalinan secara umum. Mekanisme CRH dalam memicu
persalinan yaitu:
1. Meningkatkan prostglandin E2 (PGE2) melalui korion, amnion dan plasenta.
2. Meningkatkan prostaglandin 2α (PG2α) melalui amnion, plasenta, dan
desidua.
3. Stimulasi adrenocorticotropin (ACTH) dari kelanjar pituitari.
4. Mengiduksi adrenal janin untuk membentuk DHEAS dimana DHEAS sebagai
sumber untuk estrogen yang dapat meningkatkan reseptor oksitosin dan
reseptor prostaglandin.
Semua mekanisme ini akan menyebabkan pendataran serviks, kontraksi
miometrium, dan ketuban pecah dini sehingga akan menginduksi persalinan
prematur (Romero dan Lockwood).
Menurut Zhang et al. (2009), persalinan prematur spontanlah yang
berhubungan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Persalinan prematur atas
indikasi tidak ada kaitannya dengan kadar hemoglobin ibu hamil.